• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN PASAR TITIPAPAN SEBELUM RELOKASI

2.4 Keadaan dan Aktivitas Pasar

3.1.2 Komposisi Pedagang

Mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah karena manusia selalu berusaha merubah lingkungannya untuk memperoleh kebutuhan hidupnya, shingga tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya. Dengan demikian,

dulunya jumlah penduduk yang berada di wilayah Pasar Titipapan masih sedikit telah berubah menjadi cukup padat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka sebagai orang pendatang banyak yang menggantungkan mata pencahariannya di pasar tersebut.

Faktor yang paling dominan sebagai pendorong yang memberikan motivasi terhadap penduduk pendatang adalah dari segi ekonomi suatu daerah tersebut. Ini disebabkan oleh karena kesulitan hidup di daerah pedesaan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beraneka ragam. Sehingga masyarakat pedesaan banyak yang mengadu nasib keluar dari daerah asalnya untuk memperoleh tingkat hidup ekonomi yang lebih baik. Pada umumnya mereka tidak memiliki dasar pendidikan formal yang cukup, sehingga akibatnya mereka mencari pekerjaan yang hanya sesuai dengan keahlian mereka.

Di samping rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan para pendatang tersebut yang tidak sesuai dengan kebutuhan di perkotaan, akhirnya mereka bekerja hanya untuk bisa mempertahankan hidup saja. Keinginan untuk memeperbaiki tingkat kehidupan yang lebih baik tidak lagi menjadi prioritas di dalam pekerjaanya.

Persaingan yang ketat untuk mendapatkan suatu pekerjaan menyebabkan semakin banyaknya jumlah pengangguran. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka pengangguran ini beralih kebidang pekerjaan sektor informal karena pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga, kerja seperti pedagang kaki lima, buruh, tukang becak, dan lain-lain. Lapangan kerja informal ini bersifat temporal, ruang geraknya yang mandiri, tidak adanya jam kerja yang disiplin serta tidak memiliki menejemen yang baku. Hal ini menjadikan pedagang kaki lima sebagai suatu lapangan pekerjaan yang paling cepat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Menjadi pedagang kaki lima tidak membutuhkan syarat-syarat formal, seperti: ijazah, sertifikat, pengetahuan akademis, dan juga keterampilan khusus lainnya. Pedagang kaki lima adalah pekerjaan yang mandiri, tidak terikat dengan suatu aturan yang baku. Hanya dengan kegigihan berusaha, walau mempunyai modal yang sedikit para pedagang kaki lima tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya.

Pedagang kaki lima adalah suatu fenomenal sosial yang hampir terdapat diseluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia. Pada umumnya mereka berada di tempat yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Pasar Tititpan sebagai pasar yang berada di pinggir Kotamadya Medan dipadati oleh para pedagang kaki lima untuk mencari nafkah, sehingga pada tahun 1993 jumlah para pedagang tersebut telah meningkat cukup banyak. Kehadiran mereka pada umumnya, dapat dikatakan merusak lingkungan, pola tempat mereka meletakkan dagangannya tidak teratur sehingga mengakibatkan sektor yang lainnya menjadi terganggu khususnya masalah sampah, yang pada masa itu dibuang sembarangan sehingga saluran pembuangan air (parit) menjadi tumpat dan sering mengakibatkan banjir.

Para pedagang kaki lima yang ada di Pasar Titipapan pada umumnya berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tingkat pendidikan SD, SLTP, dan SMA. Tidak sedikit diantara ibu-ibu memilih berjualan dikarenakan suaminya yang memiliki penghasilan sedikit. Dengan alasan menambah penghasilan suaminya tersebut mereka mengasah keterampilan yang tidak kalah dari lawan jenisnya dalam lingkup berdagang. Perkembangan pedagang kaki lima di Pasar Titipapan tersebut mengalami peningkatan yang cukup bagus pada setiap tahunnya, terutama antara tahun 1990-1997 hingga akhirnya mendapat bantuan dari pemerintah sehingga pasar tersebut direlokasi ketempat yang baru.

Pedagang di Pasar Titipapan terdiri dari berbagai ragam suku bangsa dan juga beraneka ragam kebudayaan. Sifat kebudayaan itu juga masih teradisonal yang dapat beradaptasi satu sama lain yang dialami oleh setiap individu dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan. Perbedaan dan keanekaragaman suatu masyarakat tidak selamanya menimbulkan suasana konflik di antara sesama mereka, namun sesungguhnya dapat juga menjadi modal efektif dalam suatu bangsa dalam mencapai tujuannya. Hal ini bisa terwujud apabila di antara mereka terdapat suatu interaksi yang baik.

Komposisi pedagang yang ada di Pasar Titipapan kebanyakan berasal dari daerah Kelurahan Titipapan itu sendir yang mempunyuai latar belakang dari berbagai etnis, misalnya Melayu, Minang, Jawa, Batak Toba, Batak Karo, dan Cina. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, para pedagang memiliki sikap untuk saling bersosialisasi dalam menuju kesatuan yang utuh. Seluruh pedagang berbaur dan melakukan persaingan secara sehat tanpa ada konflik yang terjadi. Mereka juga merasa senasib sepenanggungan yang mempunyai kepentingan yang sama di pasar tersebut.

Pada masa itu Masyarakat Kelurahan Titipapan tidak begitu menyukai usaha perdagangan sehingga etnis Cina mendapatkan kesempatan untuk menerapkan usaha dagang. Dengan modal tekun, teliti, dan cermat akhirnya orang Cina dapat menuai sukses dalam menjalankan usaha dagangnya di lapisan masyarakat. Selain itu, kehidupan tradisi etnis Cina yang mengajar mereka agar selalu berkompetisi/bersaing dengan setiap individu. Oleh karena itu, meskipun mereka datang dengan tidak memiliki apa-apa, namun dengan bekerja keras, tekun, teliti, sadar untuk berhemat dalam pengeluaran mereka akhirnya mampu bersaing dengan pedagang peribumi.

Keberadaan pedagang etnis Cina menjadikan komposisi pedagang yang ada di Pasar Titipapan menjadi lebih berwarna, pada umumnya mereka mempunyai modal yang besar sehingga menjadikan komuditas yang diperdagangkan di pasar titipapan lebih banyak. Menurut data yang diperoleh dari kantor Pasar Titipapan kedatangan mereka untuk berdagang di daerah tersebut, pada umumnya mereka merupakan pedagang sembako, rokok, kedai sampah dan grosir.Tempat tinggal mereka berada didekat lokasi pasar tersebut bahkan tempat berjualannya merangkup sekalian rumah sebagai tempat tinggal. Di Pasar Titipapan tersebut, para pedagang etnis Cina juga sangat bergantung kepada para pedagang peribumi, karena pada umumnya pedagang peribumi sebagian ada yang membeli barang dari mereka untuk dijual kembali. Mereka dapat berdagang secara berdampingan dan sangat kecil sekali untuk terjadinya perselisihan di antara mereka sesama para pedagang.

Dokumen terkait