• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasar Sebagai Tempat Pembauran Kebudayaan

PERUBAHAN RELOKASI PASAR TITIPAPAN BAGI MASYARAKAT

4.2 Pasar Sebagai Tempat Pembauran Kebudayaan

Sebagai pusat kebudayaan, pasar menghimpun berbagai nilai sosail budaya baru, sebagai perwujudan dari adanya pertemuan antara dua atau lebih budaya yang berbeda. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa pasar sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat setempat dengan masyarakat dari daerah lain. Diperkirakan melalui pasar sebagai pintu gerbang, akan terjadi perubahan-perubahan budaya masyarakat sekitarnya.

Selain itu, melalui pasar juga kita dapat melihat pembauran dari berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pelaku-pelaku pasar yang berinteraksi dipasar tersebut. Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu kompleksitas yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Pasar menghimpun berbagai nilai sosial budaya baru sebagai perwujudan dari adanya pertemuan-pertemuan diantara anekaragam kebudayaan yang saling berbeda. Di dalam pasar tersebut akan terjadi interaksi dari berbagai kebudayaan, baik budaya yang dibawa oleh pedagang maupun budaya yang dibawa oleh pembeli, secara langsung maupun tidak langsung, antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan penjual jasa, dengan menggunakan bahasa sebagai alat pergaulan dan penghubung mereka. Dengan demikian, akan dapat saling pengaruh mempengaruhi secara timbal balik sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang pada awalnya diperlukan saling pengertian sesama mereka.

Relokasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kotamadya Medan melalui PD Pasar Kota Medan mengakibatkan beberapa perubahan. Perubahan-perubahan yang timbul juga dapat mempengaruhi kebudayaan pelaku pasar dibanding sebelum direlokasi. Perubahan mendasar

yang dapat mempengaruhi budaya pelaku pasar setelah relokasi adalah meningkatnya jumlah pedagang. Jumlah pedagang yang meningkat mengakibatkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi budaya pasar diantaranya persaingan antar pedagang, menurunnya jumlah pendapatan pedagang dan meningkatnya interaksi antar pedagang.

Meningkatnya jumlah pedagang akan mengakibatkan meningkatnya juga persaingan antar pedagang. Meningkatnya persaingan mengakibatkan para pedagang berusaha melakukan usaha-usaha untuk mendapatkan simpati pembeli untuk meningkatkan hasil penjualan mereka. Tingginya usaha-usaha untuk meningkatkan hasil penjualan oleh para pedaganag secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar para pedagang meningkakan budaya etos kerja. Persaingan yang tidak terlalu tinggi sebelum relokasi membuat etos kerja pedagang juga tidak terlalu tinggi. Dengan adanya peningkatan persaingan setelah relokasi maka para pedagang harus meningkatkan etos kerja mereka demi hasil penjualan yang tinggi. Secra sadar atau tidak sadar para pedaganag di pasar pasca relokasi itu meningkatkan budaya etos kerja.

Selain budaya etos kerja yang meningkat akibat persaingan yang meningkat juga menimbulkan budaya-budaya yang lain. Untuk meningkatkan hasil penjualan para pedagang berusaha semaksimal mungkin menarik hati para pembeli dengan melakukan inovasi-inovasi baru. Inovasi-inovasi itu diantaranya berusaha memakai pakaian yang sopan, ramah tamah serta pelayanan terpadu kepada calon pembeli atau bahkan berusaha selalu tersenyum kepada pembeli ketika melayani pembeli di tempat mereka berdagang. Secara sadar atau tidak sadar dengan adanya relokasi pasar menimbulakan atau meningkatkan budaya ramah tamah dan pelayanan terpau terhadap pembeli.

Pelayanan terpadu para pedagang dapat dilihat ketika para pedagang memberikan semua yang diperlukan demi menarik perhatian pembeli meskipun pedagang tidak memiliki karakter

seperti yang ditunjukannya dalam aktivitas berdagang. Karena nilai-nilai itu diyakini dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan usaha mereka sehingga mereka mengikuti apa yang telah mereka yakini dan memperaktekannya langsung meskipun karakter pedagang sangat berbeda dengan nilai-nilai tersebut. Perlakuan lain yang dapat terlihat adalah pada pedagang ikan, dimana pedagang ikan meluangkan waktunya untuk membersihkan/menyiangin ikan-ikan yang dibeli oleh para pembeli walaupun keadaan kios sedang ramai, mereka sepenuhnya memanjakan pembeli yang datang ke kios mereka dengan kemudahan-kemudahan yang mereka tawarkan, sehinga timbul minat pembeli untuk mendatangi kios mereka karena melihat pelayanan yang diberikan sangat menguntungkan bagi pembeli.

Hubungan antara pedagang dan pembeli yang ada di Pasar Titipapan sudah terjalin cukup baik, apalagi pembeli tersebut sudah menjadi pelanggan yang tetap. Pedagang akan memberikan kemudahan dalam menjual barang dagangannya kepada pelanggan tersebut, misalnya seperti pelanggan berbelanja di kios mereka tetapi jumlah barang yang diinginkan tidak mencukupi. Sesungguhnya disini pedagang sangat mengambil resiko besar terhadap keberlangsungan aktivitas berdagangnya, tetapi mereka mengambil resiko itu untuk mempermudah pelanggan-pelanggannya dalam mendapatkan barang yang mereka inginkan karena terjalinnya hubungan yang baik diantara kedua belah pihak dan menimbulkan rasa percaya diantara mereka, sehingga pedagang berani mengambil resiko ini. Resiko yang diambil seperti memberikan kepercayaan kepada pelanggan untuk berhutang pada mereka.

Munculnya rasa saling percaya diantara mereka membuahkan hubungan baik di antara pedagang dan pelanggan. Rasa malu dan segan menjadi kontrol mereka untuk tidak melakukan kesalahan yang dapat merusak kepercayaan yang telah diberikan pedagang kepada pelanggan, jadi mereka akan tepat waktu melunasi hutang-hutang mereka kepada pedagang, sehingga

menimbulkan rasa kekeluargaan yang kuat diantara mereka. Dalam melayani pembeli yang bukan pelanggan para pedagang dipasar tradisional ini menjalankan tradisi turun temurun yang diwariskan dari keluarga-keluarga mereka terdahulu, pelayanan itu berupa penggunaan kata-kata yang sopan dan memperlakukan pembeli sebagai seorang raja. Atas semua tindakan yang diambil oleh para pedagang dan pembeli memperlihatkan meningkatnya budaya rasa percaya antara pembeli dan pedagang baik disadari ataupun tidak oleh mereka sendiri. Hal ini pada dasarnya muncul juga sebagai akibat relokasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah kotamadya Medan melalui PD Pasar Kota Medan.

Pedagang Pasar Titipapan memiliki strategi tersendiri dalam menjalankan aktifitas perdagangan, adapun strategi yang mereka jalankan adalah semata-mata untuk memajukan usaha mereka untuk meningkatkan penghasilan perekonomian dalam keluarga mereka masing-masing. Ada berbagai macam reaksi yang ditunjukan oleh masing-masing pedagang di pasar tradisional ini, ada pedagang yang menunjukan kesabaran dalam menghadapi pembeli atau dengan mempergunakan mimik wajah yang ramah dan perkataan yang sopan untuk mendapatkan pelanggan yang semakin banyak. Strategi yang mereka jalankan merupakan strategi yang telah diturunkan turun temurun sejak mereka membantu ibunya terdahulu dalam berdagang, sehingga dengan lamanya pedagang berkecimpung dalam dunia perdagangan ini memudahkan mereka meneruskan usaha sebagai pedagang yang diturunkan kepada mereka, sekarang kegiatan itu telah berlangsung dengan memanfaatkan bantuan-bantuan dari anggota keluarga mereka ataupun anak-anak mereka untuk kemudian usaha yang mereka jalani sekarang akan diturunkan juga untuk anak-anak mereka. Sedangkan strategi yang lain adalah penekanan pengeluaran ekonomi terhadap kebutuhan para pedagang, bagaimana pedagang dapat melakukan penekanan pengeluaran ekonomi mereka untuk menghindari resiko yang akan timbul apabila pengeluaran

itu tidak diminimalkan, contohnya disini adalah penekanan biaya transportasi dalam mendapatkan barang dagangan, mendekorasi bangunan kios agar terlihat menarik serta kebutuhan para pedagang setiap harinya. Penekanan pengeluaran ini juga membantu mereka untuk hidup hemat, tidak menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting, disini mereka belajar untuk lebih menghargai uang dan berusaha hidup hemat, dengan demikian strategi seperti ini memberikan pengaruh positif bagi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan tidak berpoya-poya. Meningkatnya budaya hidup hemat disebabkan oleh meningkkatnya jumlah pedagang dan meningkatnya persaingan antar pedaganag yang pada dasarnya disebabkan oleh relokasi pasar. Jadi, relokasi Pasar Titipapan juga mengakibatkan meningkatnya budaya hidup hemat oleh para pelaku pasar.

Pada umumnya, di Pasar Titipapan terdapat pedagang menengah dan pedagang kecil. Pedagang menengah yaitu pedagang yang menjual barang dagangannya secara eceran dan persediaan bararangnya cukup banyak dan tempat mereka berjualan dikios-kios. Barang yang diperdagangkan terutama barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari. Pedagang kecil menjual dagangannya secara eceran dengan persediaan barang yang sedikit. Kerjasama selalu terjalin diantara sesama pedagang atau masyarakat pasar karena mereka telah sama-sama menyadari akan pentingnya keberadaan mereka sebagai seorang pedagang yang dibutuhkan oleh banyak orang. Jika ada kegiatan diantara mereka, seperti acara pernikahan didalam keluarga pedagang , maka mereka akan mengundang sesama para pedagang maupun orang-orang yang dianggap dekat didalam lingkungan Pasar Titipapan tersebut. Begitu halnya juga dengan jika diantara mereka ada yang terkena musibah, mereka akan “ringan tangan” untuk membantunya. Selain memberi bantuan dalam bentuk uang, mereka juga membantunya dalam bentuk tenaga.

Hubungan yang nampak lebih akrab diantara para pedagang di Pasar Titipapan tersebut yaitu mereka mengadakan kerjasama yang baik terutama dalam menitipkan barang dagangan mereka jika ada kepentingan yang mendadak, misalnya jika seorang pedagang pulang sebentar kerumahnya dikarenakan ada sesuatu yang tertinggal, maka pedagang tersebut tidak segan untuk menitipkan barang dagangannya dengan pedagang lainnya yang tempat berjualannya saling berdekatan. Hubungan ini berkembang menjadi hubungan yang didasarkan saling percaya mempercayai dan tidak memperhitungkan latar belakang kesukuan, agama, dan daerah asal mereka. Hubungan antara pedagang dengan pegawai pasar juga terjalin dengan baik. Pegawai pasar memungut bayaran tiap bulannya kepada para pedagang untuk biaya retribusi pengelolaan lingkungan pasar tersebut. Hubungan antara pegawai pasar dan pedagang pada umumnya hanya sebatas pada kegiatan yang berhubungan dengan urusan administrasi pasar. Namun, pada waktu ada kegiatan undangan kekeluargaan, diantara merekapun akan saling mengunjungi satu dengan yang lainnya.

Di Pasar Titipapan, rasa kebersamaan bagi setiap individu di dalam pasar tersebut sangat cukup tinggi. Hal ini jelas sangat mempengaruhi ikatan emosional diantara mereka dan juga dalam jalinan kerja sama yang semakin baik. Dengan adanya kesatuan yang tumbuh diantara komunitas pasar tersebut, khususnya diantara para pedagang, maka mereka tidak lagi saling membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Mereka bersatu sebagai masyarakat yang mata pencahariannya tergantung di Pasar Titipapan tersebut.

Jika ditelusuri secara berurutan budaya kekeluargaan muncul antar para pedagang atau antar pedagang dengan pegawai pasar disebabkan oleh lokasi mereka yang berada pada satu tempat. Keberadaan satu tempat adalah implementasi dari relokasi Pasar Titipapan. Jadi, secara tidak langsung, relokasi Pasar Titipapan memunculkan atau minimal meningkkatkan

budaya-budaya pelaku pasar diantaranya budaya-budaya etos kerja yang baik, budaya-budaya hidup hemat, budaya-budaya saling percaya antar sesama dan budaya kekeluargaan.

Dokumen terkait