• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potassium chloride 0,2

Di sodium hydrogen phosphate 1,15 Potassium dihydrogen phosphate 0,2 Cara Pembuatan Media

Sebanyak 1 tablet PBS dicampur ke dalam 100 ml akuadestilata, diaduk sampai larut, kemudian larutan PBS dikondisikan pada pH yang diinginkan, lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 115 C selama 10 menit. Media PBS dapat langsung digunakan atau dapat disimpan dalam refrigerator (4-7 C) bila tidak segera digunakan.

KARAKTERISTIK KETAHANAN BAKTERI ASAM LAKTAT

INDIGENOUS DADIAH SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK

PADA KONDISI SALURAN PENCERNAAN in vitro

SKRIPSI DEWI SUNARYO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN

Dewi Sunaryo. D14061004. 2011. Karakteristik Ketahanan Bakteri Asam Laktat Indigenous Dadiah sebagai Kandidat Probiotik pada Kondisi Saluran Pencernaan in vitro. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA. Pembimbing Anggota : Irma Isnafia Arief, S.Pt., MSi.

Dadiah merupakan makanan tradisional khas Sumatra Barat yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional, bila ditunjang dengan adanya kandungan bakteri probiotik. Dadiah diperoleh dengan cara memfermentasi- kan susu kerbau secara tradisional dalam bambu dan ditutup dengan daun pisang. Isolasi bakteri asam laktat (BAL) indigenous dadiah dari susu kerbau mendapatkan Lactobacillus plantarum D-01 dan Lactococcus lactis D-01 (Maheswari, 2008) yang berpotensi sebagai bakteri probiotik, sehingga dapat digunakan dalam pembuatan dadiah untuk menghasilkan pangan fungsional. Bakteri probiotik harus memiliki sifat non patogen, menghasilkan asam dengan cepat, tahan terhadap garam empedu, tahan terhadap antibiotik, mampu menempel pada epitel dinding saluran pencernaan, serta mampu memproduksi substansi antimikroba termasuk asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin. Apabila kedua kultur starter dadiah tersebut tidak terbukti sebagai bakteri probiotik, maka Bifidobacterium longum Y-01 dan Lactobacillus acidophilus Y-01 yang merupakan hasil isolasi dari produk olahan susu sapi (Maheswari, 2008) dapat ditambahkan untuk menghasilkan kultur starter campuran, sehingga sangat menarik untuk diteliti juga peluangnya sebagai bakteri probiotik.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi L. plantarum D-01, L. lactis D-01, B. longum Y-01 dan L. acidophilus Y-01 sebagai bakteri probiotik melalui kemampuannya untuk dapat bertahan pada kondisi keasaman lambung yang berbeda (pH 2; 2,5; 3,2 dan 7,2), toleransi pada garam empedu di usus halus, bertahan terhadap antibiotik serta menghasilkan antimikroba yang menankan pertumbuhan bakteri patogen (Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Salmonella Typhimurium ATCC 14028). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak dan Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor serta Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010.

Penelitian ini didahului dengan persiapan kultur starter yang terdiri atas pengujian morfologi melalui pewarnaan Gram, uji katalase dan standardisasi populasi bakteri asam laktat. Penelitian utama melaksanakan pengujian ketahanan BAL indigenous dadiah dan produk olahan susu sapi terhadap berbagai kondisi keasaman lambung, keberadaan garam empedu atau antibiotik berbeda dan pengujian aktivitas antagonistik BAL terhadap bakteri patogen. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji-t dan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa L. plantarum D-01, L. lactis D-01, B. longum Y-01 dan L. acidophilus Y-01 memiliki ketahanan dan toleransi bertahan

ii hidup pada kondisi keasaman lambung yang berbeda, adanya garam empedu dan antibiotik ditunjukkan oleh jumlah bakteri yang hidup adalah lebih dari 75%. Bakteri B. longum Y-01 dan L. acidophilus Y-01 selain mampu bertahan, juga mampu mengalami peningkatan jumlah populasi pada kondisi keasaman lambung yang berbeda, adanya garam empedu dan antibiotik. Keempat BAL yang diujikan lebih tahan terhadap antibiotik kloramfenikol daripada amoksisilin.

Pengujian aktivitas antagonistik BAL indigenous dadiah dan olahan susu sapi menunjukkan kemampuannya dalam menghambat bakteri patogen indikator. Diameter zona penghambatan yang dihasilkan nyata dipengaruhi oleh filtrat bebas sel dari spesies BAL yang dikonfrontasikan terhadap Escherichia coli ATCC 25922 dan Salmonella Typhimurium ATCC 14028 (P<0,01) atau Staphylococcus aureus ATCC 25923 (P<0,05). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa L. plantarum D-01, L. lactis D-01, B. longum Y-01 dan L. acidophilus Y-01 memenuhi kriteria sebagai bakteri probiotik yaitu mampu bertahan (>75% bakteri yang hidup) di dalam kondisi keasaman lambung yang berbeda, toleransi terhadap garam empedu atau antibiotik dan menghasilkan senyawa antimikroba yang bersifat antagonistik terhadap bakteri patogen indikator.

ABSTRACT

Resistency of Lactic Acid Bacteria Indigenous Dadiah as Probiotics Candidate at in vitro Gastrointestinal Tract Conditions

Sunaryo, D., R.R.A. Maheswari and I.I. Arief

Probiotic bacteria defined as living microorganisms which will confer health benefit to the host when administered in adequate amounts. The aims of this research were to study the potential of Lactobacillus plantarum D-01, Lactococcus lactis D-01, Bifidobacterium longum Y-01, and Lactobacillus acidophilius Y-01 as probiotic bacteria through its ability to survive in gastrointestinal conditions (acid conditions of stomach and the presence of bile salts in the small intestine), its resistance to antibiotics, and its antimicrobial properties against pathogen bacterias. This study initiated with assays of four tested Lactic Acid Bacterias for its ability to grow and survive in acid conditions and the presence of bile salts or antibiotics, also its antagonistic activities against indicator strains of pathogen bacterias (Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Salmonella Thypimurium ATCC 14028). Result showed the ability of L. plantarum D-01, L. lactis D-01, B. longum Y-01 and L. acidophilus Y-01 to grow in acid conditions and tolerance at the presence of bile salts and antibiotics (t-test). Research found that difference species LABs tested influenced diameter of the inhibition zone against pathogen indicator bacterias (P<0.01). L. acidophilus Y-01 had the largest inhibition

zone against S. Thypimurium ATCC 14028 and E. coli ATCC 25922, while B. longum Y-01 was able to produce the largest inhibition zone against S. aureus

ATCC 25923 (P<0,05). Based on the characterization of four species LAB, it could

be concluded that L. plantarum D-01, L. lactis D-01, B. longum Y-01, and L. acidophilius Y-01 can be used as probiotic.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penekanan untuk hidup sehat telah banyak dipromosikan oleh industri pangan melalui produk-produk pangan fungsional yang dihasilkan, salah satunya adalah produk yang mengandung bakteri probiotik. Penambahan bakteri probiotik bertujuan untuk mengimbangi komposisi antara bakteri patogen dan bakteri yang menguntungkan dalam usus manusia. Salah satu pangan fungsional yang sedang berkembang dan cukup diminati oleh masyarakat adalah produk fermentasi yang mengandung bakteri probiotik.

Di Indonesia khususnya di Sumatra Barat, terdapat satu produk hasil fermentasi yang disebut dengan dadih (dadiah dalam bahasa Minangkabau). Dadiah merupakan pangan tradisional masyarakat Sumatra Barat yang diperoleh dengan cara memfermentasi susu kerbau secara tradisional dalam bambu dan ditutup dengan daun pisang. Isolasi bakteri asam laktat indigenous dadiah susu kerbau mendapatkan Lactobacillus plantarum D-01 dan Lactococcus lactis D-01 (Maheswari, 2008), sehingga dapat digunakan dalam pembuatan dadiah secara terkontrol. Pembuatan dadiah secara terkontrol dilakukan dengan tujuan khusus agar masyarakat merasa aman untuk mengkonsumsinya serta mendapatkan produk dadiah dengan kualitas yang seragam.

Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme non patogen yang jika dikonsumsi akan memberikan pengaruh yang positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya. Suatu bakteri dapat dikatakan bakteri probiotik apabila bersifat non patogen, menghasilkan asam dengan cepat, tahan terhadap garam empedu, mampu menempel pada epitel dinding saluran pencernaan, serta mampu memproduksi substansi antimikroba termasuk asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin. Bakteri asam laktat dari jenis Lactobacillus banyak yang termasuk sebagai bakteri probiotik sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut potensi isolat asal dadiah yaitu L. plantarum D-01 dan L. lactis D-01 sebagai probiotik. Kelompok bakteri lain yang sering digunakan sebagai probiotik adalah Bifidobacterium spp, sehingga menarik pula untuk diteliti lebih lanjut kemungkinannya Lactobacillus acidophilus Y-01 dan Bifidobacterium longum Y-01 yang merupakan isolat asal produk olahan susu sapi (Maheswari, 2008)

2 digunakan sebagai kultur campuran bila isolat asal dadiah susu kerbau tidak terbukti sebagai probiotik. Apabila bakteri B. longum Y-01 dan L. acidophilus Y-01 terbukti memenuhi kriteria sebagai bakteri probiotik, maka penggunaannya dalam kultur campuran akan dihasilkan dadiah probiotik sebagai salah satu pangan fungsional. Oleh karena itu, keempat BAL tersebut sangat menarik dipelajari karakteristiknya sebagai bakteri probiotik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara in vitro potensi L. plantarum D-01 dan L. lactis D-01 yang merupakan isolat asal dadiah susu

kerbau serta B. longum Y-01 dan L. acidophilius Y-01 yang merupakan isolat asal produk olahan susu sapi sebagai bakteri probiotik melalui kemampuannya untuk tumbuh pada saluran pencernaan, khususnya pada kondisi keasaman lambung yang berbeda (pH 2; 2,5; 3,2 dan 7,2) dan keberadaan garam empedu di usus halus, ketahanannya terhadap antibiotik dengan spektrum luas yaitu amoksisilin dan kloramfenikol yang sering digunakan untuk pengobatan masyarakat serta sifat antimikroba terhadap bakteri patogen (Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Salmonella TyphimuriumATCC 14028).

TINJAUAN PUSTAKA Dadih

Dadih (dadiah dalam bahasa Minangkabau) merupakan salah satu makanan tradisional Sumatra Barat. Suku Minangkabau memproses susu kerbau yang baru diperah tanpa dimasak, kemudian dimasukkan susu kerbau tersebut ke dalam potongan tabung bambu kira-kira sebanyak 150 ml, ditutup dengan daun pisang atau plastik dan didiamkan semalam hingga dua malam pada suhu ruang hingga menjadi kental menyerupai yogurt (Surono, 2004). Produk dadiah berbentuk semi padat seperti tahu atau gel yang dapat dengan mudah dipotong atau diiris, berwarna putih sampai krem, dengan rasa asam dan aroma yang khas (Winarno dan Fernandez, 2007).

Surono (2004) juga menjelaskan bahwa susu kerbau tersebut bisa menjadi kental menyerupai yogurt dikarenakan bakteri asam laktat indigenous dalam susu kerbau berperan dalam fermentasi dadiah dan mengalahkan bakteri kontaminan yang terkandung dalam susu kerbau mentah tersebut, mengingat bahwa proses pembuatannya dilakukan secara tradisional, sederhana dan tidak memperhatikan faktor higienis. Spesies bakteri yang mendominasi fermentasi dadiah diantaranya adalah Lactobacillus casei subsp. casei, Leuconostoc paramesenteroides, Leuconostoc mesenteroides, Lactobacillus brevis dan Lactococcus lactis subsp. lactis biovar diacetylactis.

Bakteri Asam Laktat

Gibson dan Angus (2000) mengatakan bahwa Bakteri Asam Laktat (BAL) didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri Gram positif yang disatukan oleh berbagai morfologi. BAL secara umum tidak berspora, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi karbohidrat. BAL biasa digunakan di dalam industri makanan. Karthikeyan dan Santosh (2009) mengatakan bahwa bakteri asam laktat mampu menurunkan pH makanan, sehingga pada pH rendah pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme yang terdapat di dalam makanan termasuk bakteri patogen dapat terhambat dan mampu memperpanjang umur simpan makanan.

4 Buckle et al. (2007) menyatakan bahwa BAL merupakan sebutan umum untuk bakteri yang memfermentasikan gula seperti laktosa atau glukosa untuk menghasilkan sejumlah besar asam laktat. Bakteri asam laktat dibagi menjadi dua kelompok kecil yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. Produk akhir dari proses metabolisme homofermentatif sebagian besar berupa asam laktat sedangkan produk akhir dari proses metabolisme heterofermentatif adalah asam laktat, etanol, asam asetat dan CO2. Goldin (1998) menambahkan, bahwa BAL diklasifikasikan

ke dalam beberapa genus antara lain Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Lactobacillus. Diantara genus dan spesies, ada beberapa BAL yang berpotensi sebagai bakteri probiotik. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies BAL yang berpotensi sebagai bakteri probiotik cukup banyak, diantaranya bakteri Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, Lactococcus lactis subsp. lactis, Lactobacillus fermentum, Steptococcus lactis, Streptococcus cremoris, Streptococcus salivarious subsp. thermophilus dan Streptococcus intermedius. Beberapa bakteri yang diidentifikasikan sebagai bakteri probiotik selain BAL adalah Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium breve, Enterococcus faecalis, Enterococcus faecium dan Saccharomyces boulardii (Tamime, 2005).

Bifidobacterium longum

B. longum ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada usus besar. B. longum membantu mencegah kolonisasi bakteri patogen dengan cara menempel pada dinding usus dan mendesak bakteri jahat keluar. Bakteri ini menghasilkan asam laktat, asam asetat sehingga menurunkan pH usus dan menghalangi bakteri yang tidak diinginkan. B. longum termasuk ke dalam bakteri Gram positif, katalase negatif, non motil, non spora, bersifat anaerobik dan berbentuk batang (Wahyudi dan Samsundari, 2008). Bifidobacterium hidup pada lapisan lumen kolon dan lebih spesifik lagi nenbentuk koloni dalam jumlah banyak, meneyerap nutrisi, mensekresikan asam laktat, asam asetat dan senyawa antimikroba (Tamime dan Robinson, 1999).

5 Lactobacillus acidophilus

Wahyudi dan Samsundari (2008) menjelaskan, bahwa L. acidophilus umumnya ditemukan di dalam usus halus. L. acidophilus termasuk ke dalam famili Lactobacillaceae. Bakteri ini tergolong ke dalam bakteri Gram positif, berbentuk batang tunggal maupun rantai pendek, bersifat anaerob fakultatif, tidak berspora dan katalase negatif (Ray, 2004). L. acidophilus merupakan bakteri paling umum dikenal sebagai bakteri probiotik. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Surono (2004) yang menyatakan bahwa L. acidophilus merupakan BAL yang resisten terhadap asam lambung dan masih dapat mempertahankan jumlah bakteri hidup sampai 107 koloni/ml.

Lactobacillus plantarum

L. plantarum merupakan salah satu BAL yang penting dalam fermentasi daging, susu maupun sayuran. L. plantarum merupakan BAL dari famili Lactobaciliceae, genus Lactobacillus dan subgenus Streptobacterium (Pelczar dan Chan, 2007). L. plantarum tergolong ke dalam bakteri Gram positif, berbentuk batang tunggal maupun rantai pendek, tidak berspora, katalase negatif dan bersifat anaerob fakultatif (Ray, 2004).

Lactococcus lactis

L. lactis dahulu dikenal sebagai Streptococcus lactis yang mempunyai kemampuan mensintesis folat dan riboflavin. L. lactis merupakan salah satu jasad renik yang paling utama digunakan pada industri pengolahan susu karena L. lactis mampu menghasilkan sejumlah laktat berlimpah (Wahyudi dan Samsundari, 2008). Bakteri ini termasuk ke dalamfamili Streptococcaceae yang memiliki bentuk bulat berantai pendek, katalase negatif, tidak berspora, tergolong ke dalam bakteri Gram postif dan memiliki suhu pertumbuhan optimum 28-310C (Surono, 2004).

Mikroflora Usus Manusia

Mikroflora bakteri pertama kali terbentuk pada saluran pencernaan setelah beberapa hari bayi lahir. Lebih dari 400 spesies bakteri ada di dalam usus manusia. Seluruh mikroba tersebut membentuk 100 triliun mikroflora normal saluran pencernaan yang hidup dari hari ke hari. Jumlah bakteri dominan dikendalikan oleh beberapa faktor seperti makanan inang, sistem kekebalan tubuh inang, tingkat daya

6 hidup bakteri, adanya infeksi dan dosis konsumsi makanan suplemen probiotik (Wahyudi dan Samsundari, 2008).

Wahyudi dan Samsundari (2008) menjelaskan bahwa Lactobacillus merupakan penghuni normal saluran pencernaan dan saluran reproduksi manusia. Lactobacillus sebagai penghasil utama asam laktat di dalam saluran pencernaan. Beberapa jenis BAL yang juga menjadi penghuni saluran pencernaan diantaranya adalah Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium infantis (pada bayi), Bifidobacterium adolescentris yang menempati usus besar manusia, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus gasseri, Lactobacillus crispatus, Lactobacillus johnsonii, Lactobacillus salivarius, Lactobacillus ruminis, Lactobacillus vitulinus dan Lactobacillus reuteri yang hidup dalam usus halus. Surono (2004) menambahkan, bahwa bakteri yang mendominasi saluran pencernaan bayi yang diberi ASI adalah Bifidobacterium, sedangkan bayi yang diberi susu formula adalah L. acidophilus.

Sistem pencernaan manusia diawali dari mulut hingga rektum. Waktu yang dibutuhkan makanan dan panjang saluran pencernaan dari mulut sampai rektum yang harus ditempuh dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Waktu yang Dibutuhkan Makanan dan Panjang Saluran Pencernaan Manusia (Mitsuoka, 1990)

7 Mikrobiota usus berbeda pada tiap individu tergantung dari nutrisi, kesehatan, obat yang dimakan dan kondisi lingkungan hidupnya. Mitsuoka (1990) menjelaskan, bahwa mikrobiota usus lansia yang panjang umur sama dengan pada orang dewasa sehat. Populasi bakteri dan jenis bakteri yang ada pada saluran pencernaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Populasi Bakteri pada Berbagai Saluran Pencernaan Manusia (Surono, 2004)

Probiotik

Bakteri probiotik menurut Food and Agriculture Organization (FAO) yang disitir Burn et al. (2008) adalah mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang cukup akan memberikan manfaat kesehatan bagi penggunanya. Salah satu karakteristik terpenting yang diperlukan untuk pemilihan kandidat probiotik adalah perlawanan terhadap keasaman lambung dan garam empedu. Salminen et al. (2004) menambahkan, bahwa suatu bakteri dapat dikatakan sebagai bakteri probiotik apabila memenuhi beberapa kriteria, yaitu 1) bersifat nonpatogenik dan mewakili mikrobiota normal usus dari inang tertentu serta masih aktif pada kondisi asam lambung dan konsentrasi garam empedu yang tinggi dalam usus halus,

8 2) mampu tumbuh dan melakukan metabolisme dengan cepat dan terdapat dalam jumlah yang banyak dalam usus, 3) dapat mengkolonisasi beberapa bagian dari saluran usus untuk sementara, 4) dapat memproduksi asam-asam organik secara efisien dan memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri merugikan, serta 5) mudah diproduksi, mampu tumbuh dalam sistem produksi skala besar dan hidup selama kondisi penyimpanan. Widodo (2002) juga menambahkan bahwa salah satu syarat BAL yang perlu dimiliki oleh bakteri probiotik adalah memiliki ketahanan terhadap antibiotik.

Bron et al. (2004) menjelaskan bahwa ketika bakteri probiotik ditelan, maka bakteri pertama kali akan menghadapi keasaman lambung. Berrada et al. (1991) menyatakan bahwa waktu yang diperlukan mulai saat bakteri masuk sampai keluar dari lambung sekitar 90 menit. Bakteri asam laktat tidak hanya tumbuh dengan lambat pada pH rendah, tetapi kerusakan akibat asam dan hilangnya viabilitas juga dapat terjadi pada sel bakteri yang terpapar pada pH rendah. Tiap galur memiliki ketahanan yang berbeda terhadap asam atau pH rendah. Contohnya pada penelitian yang dilakukan oleh Susanti et al. (2007), sebanyak 20 isolat yang berasal dari galur yang berbeda-beda memiliki ketahanan yang berbeda-beda pada pH 2,5 selama 90 menit. Keseluruhan isolat yang diteliti ternyata mampu hidup di pH 2,5 namun isolat yang berasal dari galur feses bayi dan air kelapa penurunan populasinya lebih rendah daripada isolat yang berasal dari galur dadiah, keju, tape dan moromi kecap.

Bakteri yang mampu bertahan pada kondisi keasaman lambung akan dialirkan menuju ke usus bagian atas, dimana pada usus bakteri akan menghadapi tekanan yang berhubungan dengan ketersediaan O2 yang rendah, garam empedu dan

persaingan dengan mikrobiota (mikroorganisme lainnya yang terdapat di dalam usus). Garam empedu yang terdapat di dalam usus disintesis di dalam hati dengan cara mengkonjugasi steroid heterosiklik yang berasal dari kolesterol dan disalurkan ke usus melalui usus dua belas jari. Garam empedu kemudian akan diserap kembali dari ileum bagian bawah dan kembali ke hati untuk disekresikan lagi ke empedu (Bron et al., 2004). Lamanya bakteri di dalam usus sekitar 4-6 jam. Bakteri yang telah melewati garam empedu harus mampu mengkolonisasi pada saluran usus bagian bawah agar dapat dikatakan bakteri probiotik (Surono, 2004).

9 Seperti halnya ketahanan terhadap asam, menurut Zavaglia et al. (1998) semua mikroba yang berhasil hidup setelah ditumbuhkan dalam MRSA yang ditambah 0,3% ox gall, dinyatakan bersifat tahan terhadap garam empedu. Konsentrasi garam empedu sebesar 0,3% merupakan konsentrasi yang kritikal, nilai yang cukup tinggi untuk melakukan seleksi terhadap isolat yang resisten terhadap garam empedu.

Antibiotik

Pelczar dan Chan (2008) mengatakan bahwa kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain, sehingga antibiotik merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme lain. Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri, ada antibiotika yang membidik kelompok bakteri Gram negatif, bakteri Gram positif ataupun kedua kelompok bakteri tersebut. Keefektifan suatu antibiotik sangat tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Siswandono (2000) menambahkan, bahwa antibiotik berdasarkan spektrum aktivitasnya dibedakan menjadi 6 yaitu 1) antibiotik dengan spektrum luas yang efektif terhadap bakteri Gram positif dan negatif, contohnya kloramfenikol, turunan tetrasiklin, turunan amfenikol, turunan aminoglikosida, turunan makrolida, rifamfisin, beberapa turunan penisilin, seperti ampisilin, amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, rivampisilin, sulbenisilin dan tikarsilin, dan sebagian besar turunan sefalosporin, 2) antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram positif, contohnya basitrin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, seperti benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenesetin K, metisilin Na, nafsilin Na, oksasilin Na, kloksasilin Na, dikloksasilin Na dan floksasilin Na, turunan linkoksamida, asam fusidat dan beberapa turunan sefalosforin, 3) antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram negatif, contohnya kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin, 4) antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap mycobacteriae (antituberkulosis), contohnya streptomisin, kanamisin, rifampisin, viomisin dan kapreomisin, 5) antibiotik yang aktif terhadap jamur, contohnya gliseofulfin dan antibiotika polien, seperti nistatin, amfoterisin B dan

10 kandisidin, 6) antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker), contohnya aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, doksorubisin, mitomisin dan mitramisin. Selain itu, antibiotik juga dibedakan berdasarkan mekanisme kerja antibakteri yaitu penghambatan sintesis dinding sel, penghambatan sintesis protein, kerusakan membran sel dan penghambatan sintesis DNA atau RNA (Volk dan Wheeler, 1993).

Kloramfenikol

Schunack et al. (1990) menjelaskan bahwa kloramfenikol merupakan antibiotik berspektrum luas yang aktif terhadap banyak bakteri Gram positif dan Gram negatif yang bekerja secara bakteriostatik. Antibiotik kloramfenikol ini bekerja dengan cara bergabung bersama dengan sub unit-sub unit ribosom sehingga mengganggu sintesis protein. Kloramfenikol relatif tidak beracun bagi mamalia bila digunakan secara terapeutik. Namun, apabila pemberiannya berlebihan maka akan menyebabkan beberapa kelainan yang gawat di dalam darah seseorang. Penggunaan antibiotik sangat dianjurkan hanya pada kasus-kasus yang tidak dapat diobati secara efektif dengan antibiotik lain (Pelczar dan Chan, 2008).

Dokumen terkait