• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Gambaran Umum Responden

4.2.1. Komposisi Responden Berdasarkan

Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Dagang Kelambir

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persen (%)

1 SD 19 20,87

2 SMP 21 23,07

3 SMA 50 54,91

4 Strata Satu 1 1,15

Jumlah 91 100

Berdasarkan Tabel 4, tingkat pendidikan responden di daerah penelitian adalah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 19 orang (20,87%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 21 orang (23,07%), Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 50 orang (54,91%) dan Strata Satu (S1) sebanyak 1 orang (1,15%) (Lampiran 2).

Pengetahuan memiliki peranan penting dalam menentukan sikap. Pengetahuan adalah bagian dari perilaku yang merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan akan berdampak lurus terhadap tingkatan pendidikan. Dapat dikatakan majunya pendidikan masyarakat menandakan tingkat pengetahuan yang baik pada masyarakat tersebut. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa persentasi tingkat pendidikan terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 50 orang (54,91%).

Masyarakat di Desa Dagang Kelambir, memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pentingnya pendidikan. Keadaan ekonomi yang tidak mencukupi, mendorong mereka untuk bekerja setelah SMA. Hal ini karena sebagian besar daerah Kecamatan Tanjung Morawa merupakan sentral perindustrian Kota Medan, sehingga dengan bekal izasah SMA mereka sudah mendapatkan pekerjaan, sehingga motivasi yang mendorong untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak ada. Pemenuhan perekonomian keluarga dinilai lebih penting dari pada melanjutkan pendidikan. Hal ini akan berdampak pada ketidak tahuan sebagian masyarakat terhadap pentingnya air bersih, serta penurunan kualitas air sumur akibat dekatnya lokasi industri terhadap perumahan mereka. Sikap seperti ini akan mengacu pada pemanfaatan air sumur yang telah tercemar karena beberapa alasan yaitu ketidak tahuan masyarakat terhadap dampak yang diakibatkan oleh pemakaian air tercemar, dan hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.

4.2.2. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang terdiri dari lama bermukim kurang dari 2 tahun sampai lebih dari 11 tahun, data komposisi responden berdasarkan lama bermukim dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

No Lama Bermukim (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)

1 < 2 4 4,39 2 3 – 5 3 3,29 3 6 – 8 7 7,69 4 9 – 11 8 8,79 5 > 11 64 75,84 Jumlah 91 100

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa masyarakat dengan persentase lama bermukim adalah > 11 tahun sebanyak 64 orang (75,84%). Selanjutnya 9-11 tahun sebanyak 8 orang (8,79%), 6-8 tahun sebanyak 7 orang (7,69%), <2 tahun sebanyak 4 orang (4,39%), yang paling sedikit adalah 3-5 tahun sebanyak 3 orang (3,29%).

4.2.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tenaga kerja atau penduduk usia kerja adalah jumlah seluruh penduduk yang secara potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Setiap orang yang telah memasuki usia angkatan kerja akan memilih jenis pekerjaan, sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, kesempatan yang tersedia dan sumberdaya yang ada disekitarnya. Tenaga kerja harus memenuhi persyaratan peraturan pemerintah, seperti batas usia tertentu. Pengertian tenaga kerja lebih luas dari pada pengertian karyawan, karena tenaga kerja orang yang bekerja didalam maupun diluar

hubungan kerja. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persen (%)

1 PNS (Pegawai Negeri Sipil) 2 6.62

2 Pensiunan 5 5,49

3 Buruh 1 1,09

4 Petani 16 17,58

5 Pedagang 12 13,18

6 Lain-Lain (tidak memiliki kerjaan tetap) 51 56,04

Jumlah 91 100

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner secara keseluruhan di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang diketahui bahwa pekerjaan dominan adalah lain-lain (tidak memiliki pekerjaan tetap) sebanyak 51 orang (56,04%). Selanjutnya petani sebanyak 16 orang (17,58%), pedagang sebanyak 12 orang (13,18%), pensiunan PNS sebanyak 5 orang (5,49%), pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 2 orang (6,62%) dan buruh sebanyak 1 orang (1,09%).

4.2.4. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan

Pengaruh adanya pabrik-pabrik dapat dilihat dari perekonomian masyarakat yaitu tidak adanya peningkatan pendapatan yang signifikan hal ini disebabkan karena tidak adanya penduduk yang bekerja sebagai buruh pabrik tetap, adapun beberapa masyarakat yang bekerja sebagai buruh yaitu buruh lepas sehingga dapat di kategorikan memiliki pekerjaan tidak tetap. Pendapatan masyarakat di Desa Dagang Kelambir , Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel. 4.6. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan

No Pendapatan (Rupiah) Jumlah (KK) Persen (%)

1 < 500.000 17 18,68 2 501.000-750.000 17 18,68 3 751.000-999.000 14 15,38 4 1.000.000-1.499.000 25 27,47 5 > 1.500.000 18 19,79 Jumlah 91 100

Dari Tabel 7 dapat dilihat pendapatan tertinggi adalah Rp 1.000.000- 1.499.000 sebanyak 25 KK (27,47), selanjutnya > Rp. 1.500.000 sebanyak 18 KK (19,79), < Rp. 500.000 dan Rp. 501.000-750.000 sebanyak 17 KK (18,68) dan Rp 751.000-Rp. 999.000 sebanyak 14 KK (15,38%).

4.3. Gambaran Umum Kegiatan Pabrik di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

Kegiatan industri di Desa Dagang Kelambir sudah di laksanakan berpuluh- puluh tahun dengan menggunakan alat-alat sederhana sampai alat-alat modren. Semula kegiatan industri hanya berada di satu tempat, namun sekarang sudah meluas dan mulai ramai pada hampir seluruh Kecamatan Tanjung Morawa. Keberadaan pabrik-pabrik industri di Desa Dagang dapat dilihat pada Tabel. 4.7.

Tabel 4.7. Jenis Industri Besar di Desa Dagang Kelambir

No Nama Pabrik Lokasi

1 PT. Asia Raya Foundry ( Pengelolaan Biji Besi) Dusun I 2 PT. Charoen Pokphand Jayafarm (Pabrik

Peternakan dan Penetasan Ayam) Dusun I

3 PT. Timberindo Industri ( Pengelolaan Kayu) Dusun III

4 PT. Palm (Pengepokan Sawit) Dusun III

5 PT. Indocafe (Gudang Penyimpanan Kopi) Dusun III

Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa pada Lokasi I terdapat dua pabrik yaitu PT. Asia Raya Fondy (Pengelolaan Biji Besi), PT. Charoen Pokphand Jayafarm (Pabrik Peternakan dan Penetasan Ayam). Pada Lokasi III terdapat tiga pabrik yaitu PT. Timberindo Industri ( Pengelolaan Kayu), PT. Palm (Pengepokan Sawit) dan PT. Indocafe (Gudang Penyimpanan Kopi).

Pabrik-pabrik di sekitar pemukiman penduduk akan mempengaruhi kualitas air tanah khususnya sumur-sumur penduduk. Hal ini disebabkan karena setiap pabrik akan menghasilkan limbah industri baik cair maupun padat. Limbah- limbah ini akan meresap ke tanah dan akan merembes ke sumur-sumur penduduk. Namun sangat disayangkan masyarakat tidak peka terhadap bahaya limbah industri. Masyarakat hanya menilai keberadaan pabrik-pabrik di sekitar pemukiman mereka sebagai suatu ketersediaan akan lapangan pekerjaan, namun tidak melihat pada aspek kesehatan lingkungan. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan pentingnya kesehatan serta minimnya pengetahuan tentang bahaya polutan dari zat-zat kimia pabrik yang meresap ke dalam sumur-sumur mereka.

Menurut Mulyanto (2007) polusi air berasal dari sumber-sumber terpusat yang membawa pencemar dari lokasi-lokasi khusus seperti pabrik-pabrik, instalasi pengelolaan limbah, peternakan, dan tanker minyak, seta sumber tidak terpusat yang dapat ditimbulkan saat hujan.

Menurut Palar (2008) aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi ternyata telah menimbulkan banyak efek buruk bagi manusia dan tatanan lingkungan hidupnya. Aktivitas yang pada prinsipnya adalah suatu upaya manusia untuk dapat hidup dengan layak dan berketurunan yang baik, telah mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan yang merusak tatanan lingkungan hidupnya. Akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cendrung lebih buruk.

Palar (2008) melanjutkan suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah baik itu limbah pabrik, industri pengolahan, limbah domestik, pertanian dan peternakan.

4.4. Kualitas Air Sumur di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan hasil analisis kualitas air yang dilakukan dari empat lokasi yaitu Lokasi I (Dusun I), Lokasi II (Dusun II), Lokasi III (Dusun III) dan Lokasi IV (Dusun IV) didapatkan hasil sebagaimana dijelaskan berikut (Tabel 4.8) :

Tabel 4.8. Kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir No Bentuk Bangunan Sumur Parameter Baku Mutu

Jarak Sumur dengan Lokasi Industri (m) Jarak Sumur dengan Sepsitank/WC (m) < 100 100-200 200-300 >300 <5 5-10 >10 1 Sumur Sederhana pH 6,5-8,5 7,75 7,30 7,20 7,12 7,24 7,16 7,10 TSS (mg/L) 40 80 60 60 40 80 70 65 TDS (mg/L) 1000 640 520 520 380 630 520 430 Kekeruhan (ntu) 5 27,20 9,06 4,96 3,28 28,20 19,06 6,28 Sulfat (mg/L) 250 14,98 0,90 0,64 0,38 11,38 0,89 0,86 Ca (mg/L) 200 49,20 46,72 38,93 36,99 35,21 29,45 27,89 Mg (mg/L) 150 16,55 16,55 8,27 7,09 16,55 8,27 8,21 Besi Total (mg/L) 0,3 0,79 0,70 0,49 0,18 0,82 0,73 0,13 2 Sumur Sederhana Dengan Beton pH 6,5-8,5 7,60 7,10 7,10 7,10 7,60 7,25 7,15 TSS (mg/L) 40 70 62 60 40 80 60 60 TDS (mg/L) 1000 610 540 520 380 640 520 520 Kekeruhan (ntu) 5 13,20 9,06 4,96 3,28 27,20 9,06 3,28 Sulfat (mg/L) 250 14,98 0,90 0,64 0,38 13,42 0,90 0,85 Ca (mg/L) 200 37,20 36,99 35,93 34,72 46,70 39,70 38,93 Mg (mg/L) 150 16,55 9,45 8,27 7,09 13,13 9,27 6,23 Besi Total (mg/L) 0,3 0,85 0,70 0,49 0,14 0,69 0,56 0,14 3 Sumur Bor/Pantek pH 6,5-8,5 7,40 7,20 7,11 7,00 7,60 7,12 7,00 TSS (mg/L) 40 80 60 40 40 70 50 50 TDS (mg/L) 1000 630 520 520 380 640 520 520 Kekeruhan (ntu) 5 9,20 9,06 4,96 3,28 27,20 9,06 3,28 Sulfat (mg/L) 250 3,90 1,98 0,64 0,38 14,98 0,90 0,64 Ca (mg/L) 200 29,21 29,13 26,73 26,59 46,72 44,72 44,56 Mg (mg/L) 150 14,55 8,17 7,09 6,27 16,55 8,27 8,27 Besi Total (mg/L) 0,3 0,79 0,70 0,49 0,19 0,79 0,48 0,18

4.4.1. Jarak Sumur dengan Lokasi Industri

Perkembangan masyarakat di bidang industri memberikan efek yang buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Bentuk lain dari pencemaran industri adalah perubahan sifat fisik maupun kimia suatu air. Dari Tabel 4.8 pada lokasi penelitian dapat dilihat peningkatan beberapa komponen kimia perairan diantaranya pH, TSS, TDS, Sulfat, Calsium,Magnesium dan Besi total, serta peningkatan sifat fisik perairan yaitu kekeruhan.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek pH tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 7,75, 7.60 dan 7,40, sedangkan pH terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 7,12, 7,10 dan 7,00. Tingginya nilai pH pada lokasi penelitian disebabkan karena tingginya tingkat pencemaran. Pencemaran akibat industri sangat berpengaruh pada penurunan kualitas air sumur, hal ini karena air limbah akan merembes ke dalam tanah dan akan mencemari air sumur.

Menurut Effendi (2003) salah satu penyebab utama peningkatan nilai pH dari baku mutu adalah adanya zat pencemar yang terlarut dalam air. Zat pencemar seperti limbah industri akan menyebabkan peningkatan nilai pH sehingga air akan bersifat lebih basa dan pada konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan air tersebut tidak layak konsumsi karena akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/patek TSS tertinggi adalah pada jarak <100 m yaitu sebesar 80 mg/l, 70 mg/l

dan 80 mg/l, sedangkan TSS terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 40 mg/l. Nilai TDS tertinggi pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan

mg/l dan 630 mg/l, sedangkan TDS terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 380 Mg/L. TSS adalah Total Suspended Solid dan TDS adalah Total Dissolved Solid. Tingginya nilai TSS dan TDS pada jarak <100 meter disebabkan karena tingginya padatan yang tersuspensi didalam air sumur. Padatan tersuspensi berasal dari limbah industri yang dalam jumlah banyak akan menyebabkan tingginya tingkat padatan didalam air sumur, hal ini berpengaruh pada peningkatan jumlah TSS dan TDS pada lokasi penelitian < 100 meter.

Menurut Sunu (2001) air buangan limbah selain mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah yang bervariasi, juga sering mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, seperti protein. Air buangan industri mengandung padatan tersuspensi yang relatif tinggi. Padatan terendap dan padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai kekeruhan tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 27,20 NTU, 13,20 NTU dan 9,20 NTU, sedangkan kekeruhan terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 3,28 NTU. Tingginya tingkat kekeruhan pada lokasi penelitian dengan jarak <100 meter disebabkan karena tingginya tingkat pencemaran yang menyebabkan tingginya nilai TSS dan TDS, dimana tingginya nilai TDS dan TSS tersebut akan menyebabkan meningkatnya padatan tersuspensi di dalam sumur sehingga akan menyebabkan kekeruhan air yang tinggi sehingga akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk.

Menurut Mahida (1993) kekeruhan air dapat dipengaruhi oleh bahan- bahan yang melayang di dalam air. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan

oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, pasir dan bahan- bahan organik terlarut maupun limbah.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai Sulfat tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 14,98 mg/l, 14,98 mg/l dan 3,90 mg/l, sedangkan Sulfat terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 0,38 mg/l. Tingginya nilai Sulfat pada lokasi penelitian dengan jarak < 100 meter menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.

Menurut Effendi (2003) Tingginya nilai pH akan menyebabkan tingginya nilai sulfat yang terbentuk. Sulfat yang terbentuk melalui oksidasi mineral sulfida, menyebabkan air bersifat basa.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/patek nilai Kalsium (Ca) tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 49,20 mg/l, 37,20 mg/l dan 29,21 mg/l, sedangkan Kalsium (Ca) terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 26,59 mg/l. Tingginya nilai Kalsium (Ca) pada lokasi penelitian dengan jarak > 300 meter merupakan gambaran bahwa pada lokasi penelitian tersebut memiliki kualitas air yang masih bagus, hal ini karena nilai Kalsium (Ca) sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan tulang dan gigi. Selain itu tingginya nilai Kalsium (Ca) pada lokasi penelitian dengan jarak > 300 meter karena banyaknya bebatuan yang terdapat didasar sumur.

Menurut Cole (1988) mengemukakan bahwa perairan yang miskin akan kalsium biasanya juga miskin akan kandungan ion-ion lain. Sumber utama Kalsium (Ca) di perairan adalah batuan tanah. Kalsium pada batuan terdapat dalam bentuk mineral batu kapur. Selanjutnya Sutrisno (2006) menambahkan

adanya Ca dalam air adalah sangat diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan unsur hara tersebut, yang khususnya diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai Magnesium (mg) tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 16,55 mg/l, 16,55 mg/l dan 14,55 mg/l, sedangkan Magnesium (mg) terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 7,09 mg/l, 7,09 mg/l dan 6,27 mg/l.

Menurut Cole (1988) kadar Magnesium (mg) maksimum yang diperbolehkan untuk konsumsi (kepentingan air minum) adalah 50 mg/l. Magnesium (mg) tidak bersifat toksik, bahkan baik bagi fungsi hati dan sistem saraf. Nilai magnesium (mg) yang tinggi adalah gambaran dari tingginya kandungan sulfur dan klorida di suatu perairan.

Nilai Besi Total pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton

dan sumur bor/pantek nilai adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 0,79 mg/l, 0,85 mg/l dan 0,79 mg/l, sedangkan nilai Besi Total terendah adalah pada jarak

>300 meter yaitu sebesar 0,18 mg/l, 0,14 mg/l dan 0,18 mg/l. Tingginya nilai Besi total pada lokasi penelitian dengan jarak <100 meter disebabkan karena tingginya tingkat pencemaran sehingga menurunkan tingkat aerasi. Penurunan tingkat aerasi akan menyebabkan peningkatan akumulasi Besi total di dalam air. Tinginya nilai Besi total sangat membahayakan kesehatan sehingga tidak layak pakai untuk dikonsumsi.

Menurut Tebbut (1992) pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/l. Kadar Besi total pada perairan alami

0,05-0,2 mg/l. Kadar besi > 1,0 mg/l dapat membahayakan kesehatan air yang diperuntukkan untuk minum sebaiknya memiliki nilai Besi total > 0,3 mg/l

4.4.2. Jarak Sumur dengan Septic Tank/WC

Sumur adalah sumber air tanah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang karena mudah pembuatannya serta biaya yang murah. Sebagian besar masyarakat tidak memperhatikan jarak ideal antara sumur dengan limbah septic tank/WC sehingga zat-zat organik yang berasal dari septic tank/WC dapat meresap kedalam air sumur. Dari Tabel 4.8 pada lokasi penelitian dapat dilihat peningkatan beberapa komponen kimia peraran diantaranya pH, TSS, TDS, Sulfat, Calsium,Magnesium dan Besi total, serta peningkatan sifat fisik perairan yaitu kekeruhan.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek pH tertinggi adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 7,24, 7,60 dan 7,60, sedang pH terendah adalah pada jarak >10 meter yaitu sebesar 7,10, 7,15 dan 7,00. Tingginya nilai pH pada lokasi penelitian disebabkan karena dekatnya jarak antara septic tank/WC dengan sumur sehingga menyebabkan pencemaran. Pencemaran yang berasal dari zat-zat organik yang berasal dari septic tank/WC dapat meresap kedalam air sumur sehingga akan merubah kualitas air sehingga pH air menjadi lebih basa. pH yang tidak sesuai dengan baku mutu kesehatan akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, pada tingkat yang tinggi akan menyebabkan kematian.

Menurut Sutrisno (2006) dalam penyediaan air bersih pH merupakan satu faktor yang harus diperhatikan. pH merupakan suatu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perumbuhan mikroorganisme dalam air. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh dengan baik padapH 6,0 – 8,0. pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih tinggi dari 8,5 akan menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang menganggu kesehatan.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek TSS tertinggi adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 80 mg/l, 80 mg/l dan 70 mg/l, sedangkan TSS terendah adalah pada jarak >10 meter yaitu sebesar 65 mg/l, 60 mg/l dan 50 mg/l. Nilai TDS tertinggi pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek adalah pada jarak <5 meter dengan nilai 630 mg/l, 640 mg/l dan 640 mg/l, sedangkan TDS terendah adalah pada jarak >10 meter yaitu sebesar 430 mg/l, 520 mg/l dan 520 mg/l.TSS adalah Total Suspended Solid dan TDS adalah Total Dissolved Solid. Tingginya nilai TSS dan TDS pada jarak <5 meter disebabkan karena tingginya padatan yang tersuspensi didalam air sumur. Padatan tersuspensi berasal dari limbah organik yang menyerap dari sumber septic tank/WC atau karena dekatnya jarak septic tank/WC terhadap sumur.

Menurut Sunu (2001) terakumulasinya senyawa-senyawa kimia anorgaik yang terdapat di dasar sumur menyebabkan peningkatan nilai TDS dan TSS. Dekatnya septic tank/WC dengan sumur masyarakat akan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi sedimen yang terdapat di perairan tersebut. Nilai TDS dan TSS perairan dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan menurunnya intesitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/patek nilai kekeruhan tertinggi adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 28,20 NTU, 27,20 NTU dan 27,20 NTU, sedangkan kekeruhan terendah adalah pada jarak >10 meter yaitu sebesar 6,28 NTU, 3,28 NTU dan 3,28 NTU. Tingginya tingkat kekeruhan pada lokasi penelitian dengan jarak >10 meter disebabkan karena tingginya tingkat padatan tersuspensi di dalam sumur sehingga akan menyebabkan kekeruhan air yang tinggi yang berdampak pada pengurangan intensitas cahaya matahari yang masuk (Gambar4).

Menurut Sunu (2001) air buangan limbah selain mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah yang bervariasi, juga sering mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, seperti protein. Air buangan industri mengandung padatan tersuspensi yang relatif tinggi. Padatan terendap dan padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis.

Nyibaken (1992) menambahkan penentuan padatan atau kekeruhan air atau banyaknya intensitas cahaya sangat berguna dalam penentuan analisis penentuan kualitas perairan. Banyaknya pembusukan bahan-bahan organik dan tingginya tingkat kekeruhan periran dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan.

Selanjutnya Sutrisno (2006) mengatakan air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan hal ini adalah tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik, limbah dan bahan-bahan kecil yang tersuspensi.

Gambar 4.1. Sumur dengan tingkat kekeruhan yang tinggi

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai Sulfat tertinggi adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 11,38 mg/l, 13,42 mg/l dan 14,98 mg/l. Tingginya nilai pH pada lokasi penelitian dengan jarak < 5 meter menyebabkan tingginya nilai sulfat. Kandungan sulfat pada seluruh lokasi penelitian masih didalam batas ambang minimum atau tidak melebihi baku mutu yaitu 250 mg/l. Hal ini menyebabkan bahwa berdasarkan kandungan sulfat pada seluruh lokasi penelitian masih aman untuk dikonsumsi sebagai sumber air bersih.

Menurut Sutrisno (2006) ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Sulfat merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk minum karena pengaruh sulfat pada jumlah yang banyak akan

menyebabkan pencucian perut (sakit perut). Batas tertinggi kandungan sulfat pada air untuk konsumsi adalah 250 mg/l.

Selanjutnya Sunu (2001) menambahkan nilai sulfat pada suatu perairan di sebabkan oleh peningkatan nilai pH. Nilai Sulfur yang melebihi baku mutu bersifat toksik dan sangat berbahaya bagi kesehatan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai Kalsium (Ca) tertinggi adalah pada jarak < 5 meter yaitu sebesar 35,21 mg/l, 46,72 mg/l dan 46,72 mg/l, sedangkan kalsium (Ca) terendah adalah pada jarak > 10 meter yaitu sebesar 27,89 mg/l, 38,93 mg/l dan 44,75 mg/l. Tingginya nilai Kalsium (Ca) pada lokasi penelitian dengan jarak < 5 meter merupakan gambaran bahwa pada lokasi penelitian tersebut memiliki kualitas air yang masih bagus sehingga dapat digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat. Kalsium (Ca) sangat penting dalam air minum yaitu untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Tingginya nilai/kadar Kalsium (Ca) pada air sumur di lokasi penelitian sangat baik karena Kalsium (Ca) sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan kususnya tulang dan gigi.

Menurut Sutrisno (2006) adanya Ca dalam air adalah sangat diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan unsur hara tersebut, yang khususnya diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Konsentrasi Ca dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa penyaluran air.

Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai Magnesium (mg) tertinggi adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 16,55 mg/l, 13,13 mg/l dan 16,55 mg/l, sedangkan Magnesium (mg) terendah adalah pada jarak > 10 meter sebesar 8,21 mg/l, 6,23 mg/l dan 8,27 mg/l. Nilai Besi Total pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 0,82 mg/l, 0,69 mg/l dan 0,79 mg/l, sedangkan yang terendah adalah pada jarak > 10 meter sebesar 0,13 mg/l, 0,14 mg/l dan 0,18 mg/l. Tingginya nilai Magnesium dan Besi

Dokumen terkait