PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS
AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA
DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
T E S I S
Oleh
SIGIT GUNAWAN
107004017/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS
AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA
DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SIGIT GUNAWAN
107004017/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
Nama Mahasiswa : Sigit Gunawan
Nomor Pokok : 107004017
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc)
(Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc., M.Phill) (
Anggota Anggota
Prof. Dr. Badaruddin M.Si)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada Tanggal : 18 Juni 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Anggota : 1. Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phill
PERNYATAAN
Judul Tesis
“PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP
KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK
DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Juni 2012 Penulis,
PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI
SERDANG
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk dan untuk mengetahui pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur dengan lokasi septitank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan Desember 2011 sampai bulan Pebruari 2012. Data dianalisis secata deskriptif dan membandingkan hasil uji laboratorium dengan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/XI/1990. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Kegiatan industri berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang di mana: pada sumur sederhana nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (27,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L), pada sumur sederhana dengan beton nilai TSS (70 mg/L), tingkat kekeruhan (13,20 NTU) dan besi total (0,85 mg/L) dan pada sumur bor/pantek nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (9,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L). Hal tersebut di atas lebih tinggi dari baku mutu kualitas air bersih sebagaimana dimaksud dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI/1990. 2) Bentuk bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk, semakin sederhana bentuk bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur, begitu juga dengan jarak lokasi industri dan septic tank/WC terhadap bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur, di mana semakin dekat lokasi indsutri dan septic tank terhadap bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bila penduduk menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sebaiknya bangunan sumur dibeton untuk menjaga kualitas air sumur dan bila penduduk ingin membuat sumur sebaiknya jarak sumur dengan septic tank adalah di atas 10 meter
INFLUENCE OF INDUSTRIAL ACTIVITIES ON WATER QUALITY IN DAGANG KLAMBIR VILLAGE TANJUNG MORAWA SUBDISTRICT
DELI
SERDANG DISTRICT
ABSTRACT
The purpose of this study conducted from December 2011 to February 2012 was to analyze the influence of industrial activity on the quality of well water and to find out the influence of the shape of the building and the distance between the well and the location of septic tank on the quality of well water in the residental area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District. The data obtained were analyzed through descriptive analysis by comparing the results of laboratory lab to the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesian Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990. The result of this study showed that: 1) the industrial activity had influenced on the quality of well water in the residential area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District in which: for simple well, the TSS value was 80 mg/L, the level of turbidity was 27.20 NTU, and the total of iron was 0.79 mg/L; for simple well with concrete, the TSS value was 70 mg/L, the level of turbidity was 13.20 NTU, and the total of iron was 0.85 mg/L; and for drilled well, the TSS value was 80 mg/L, the evel of tubidity was 9.20 NTU, and the total on iron was 0.79 mg/L. This result was higher than the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesia Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990, 2) The shape of the wellhand influence on the quality of well water, the more simple the shape of the well is, the lower the quality of well water will be. The distance of industrial activity and sptic tank also had influence on the quality of well water, the closer the location of industrial actiivty and septic tank to the well, the lower the quality of well water will be. Besed on the result of this study, to maintain the quality of well water, the residents using the well as the source of clean water are suggested to reinforce the wall of their well with concrete and the distance between their well and their septic tank should be greater tha 10 meters.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya keapda penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., MSc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc selaku ketua komisi pembimbing yang selalu sabar dan pengertian dalam memberikan masukan, pemikiran dan membimbing penyusun dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Harry Agusmar, MSc, M.Phil selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan yang sangat banyak sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
7. Bapak Prof. Dr. Harlem Marpaung dan Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS selaku penguji.
8. Istriku Niken Hapsari Dyah Sulistyorini, SH, MKn yang selalu sabar, penuh pengertian, mendukung, mendoakan penyusun dalam setiap langkah penelitian dan penyusunan tesis ini.
10.Teman-teman sesama angkatan 2010 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) atas solidaritas dan kekompakannya selama menempuh pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
11.Dan berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu penyususn yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.
Amin.
Medan, Juni 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penyusun dilahirkandi Jakarta pada tanggal 20 Mei 1971 dari pasangan
Bapak Toegiman Koesdi dan Ibu Asmani. Penyusun menamatkan pendidikan
dasar di SD Negeri 03 Pagi Cengkareng Jakarta Barat dan lulus pada tahun 1984,
melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 108 Jakarta Barat dan lulus pada tahun
1987, pendidikan ke SMA Negeri 33 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 1990,
selanjutnya melanjutkan ke Universitas Jember pada Fakultas Hukum, Program
Studi Ilmu Hukum dan lulus pada tahun 1995.
Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana di Universitas
Sumatera Utara, Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
(PSL). Pada tahun 1998 penyusun menikah dengan Niken Hapsari Dyah
Sulistyorini, SH, MKn dan saat ini telah dikaruniai 2 (dua) orang anak. Sejak
tahun 2003 sampai sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
DAFTAR ISI
1.6 Hipotesis Penelitian……….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Tanah ……….... 8
2.2 Sumur ... 9
2.1.1. Syarat Lokasi atau Jarak Sumur...……… 10
2.1.2. Dinding Sumur……….. 11
2.1.3. Lantai Sumur... 12
2.1.4. Saluran pembuangan Air Limbah ... 12
2.3 Pencemaran Air ... 13
2.4 Sumber Polutan... 14
2.5 Kebutuhan Air Bersih... 15
2.6 Kebijakan Pemerintah dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bawah Tanah ... 17 2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Air Bawah Tanah... 18 2.8 Penelitian Terdahulu... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ...……….. 21
3.4 Pelaksanaan Penelitian... 25
3.5 Cara Pengambilan Sampel... 26
3.5.2. Metode Pengambilan Sampel... 26
3.6 Populasi dan Sampel... 27
3.7 Metode Analisa Data... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian... 32
4.1.1. Kondisi Geografis... 32
4.1.2. Topografi... 32
4.1.3. Tipe Iklim... 33
4.1.4. Kependudukan... 33
4.2 Gambaran Umum Responden... 34
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1. Kriteria nilai dari jawaban koesioner ... 31
4.1. Luas wilayah Desa Dagang Kelambir ... 33
4.2. Data jumlah rumah tangga / penduduk di setiap Dusun di Desa Dagang Kelambir ... 33 4.3. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Dagang Kelambir ... 34 4.4. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim ... 36
4.5. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan ... 37
4.6. Komposisi responden berdasarkan pendapatan ... 39
4.7. Jenis industri besar di Desa Dagang Kelambir ... 41
4.8. Kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir ... 41
4.9. Tanggapan responden terhadap penurunan kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ... 52 4.10 Tanggapan responden terhadap pemanfaatan air sumur yang telah tercemar di Desa Dagang Kelambir ... 57 4.11 Tabel pemakaian oralit oleh masyarakat di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2011 ... 61 4.12 Statistik analisa korelasi faktor kependudukan dengan penurunan kualitas air sumur dan pemanfaatannya ... 65 4.13. Hasil uji regresi pemanfaatan air sumur ... 66
4.14. Hasil uji t penurunan kualitas air sumur ... 66
4.15 Hasil uji T penurunan kualitas air sumur ... 67
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1.1. Kerangka Berfikir ... 7 3.1. Peta Satelit Lokasi Penelitian ... 22 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 25
4.1. Sumur dengan tingkat kekeruhan yang tinggi 49
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Daftar Kuisioner... 74
2 Data Masyarakat... 77
3 Skoring Kuisioner... 79
4 Cara Kerja di Laboraturium... 83
5 Data SPSS Uji Korelasi... 87
PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI
SERDANG
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk dan untuk mengetahui pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur dengan lokasi septitank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan Desember 2011 sampai bulan Pebruari 2012. Data dianalisis secata deskriptif dan membandingkan hasil uji laboratorium dengan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/XI/1990. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Kegiatan industri berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang di mana: pada sumur sederhana nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (27,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L), pada sumur sederhana dengan beton nilai TSS (70 mg/L), tingkat kekeruhan (13,20 NTU) dan besi total (0,85 mg/L) dan pada sumur bor/pantek nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (9,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L). Hal tersebut di atas lebih tinggi dari baku mutu kualitas air bersih sebagaimana dimaksud dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI/1990. 2) Bentuk bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk, semakin sederhana bentuk bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur, begitu juga dengan jarak lokasi industri dan septic tank/WC terhadap bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur, di mana semakin dekat lokasi indsutri dan septic tank terhadap bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bila penduduk menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sebaiknya bangunan sumur dibeton untuk menjaga kualitas air sumur dan bila penduduk ingin membuat sumur sebaiknya jarak sumur dengan septic tank adalah di atas 10 meter
INFLUENCE OF INDUSTRIAL ACTIVITIES ON WATER QUALITY IN DAGANG KLAMBIR VILLAGE TANJUNG MORAWA SUBDISTRICT
DELI
SERDANG DISTRICT
ABSTRACT
The purpose of this study conducted from December 2011 to February 2012 was to analyze the influence of industrial activity on the quality of well water and to find out the influence of the shape of the building and the distance between the well and the location of septic tank on the quality of well water in the residental area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District. The data obtained were analyzed through descriptive analysis by comparing the results of laboratory lab to the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesian Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990. The result of this study showed that: 1) the industrial activity had influenced on the quality of well water in the residential area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District in which: for simple well, the TSS value was 80 mg/L, the level of turbidity was 27.20 NTU, and the total of iron was 0.79 mg/L; for simple well with concrete, the TSS value was 70 mg/L, the level of turbidity was 13.20 NTU, and the total of iron was 0.85 mg/L; and for drilled well, the TSS value was 80 mg/L, the evel of tubidity was 9.20 NTU, and the total on iron was 0.79 mg/L. This result was higher than the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesia Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990, 2) The shape of the wellhand influence on the quality of well water, the more simple the shape of the well is, the lower the quality of well water will be. The distance of industrial activity and sptic tank also had influence on the quality of well water, the closer the location of industrial actiivty and septic tank to the well, the lower the quality of well water will be. Besed on the result of this study, to maintain the quality of well water, the residents using the well as the source of clean water are suggested to reinforce the wall of their well with concrete and the distance between their well and their septic tank should be greater tha 10 meters.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan air semakin lama semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik di daerah perkotaan maupun daerah
perdesaan. Peningkatan tersebut dilihat dari dua hal yang saling tergantung satu
sama lain yaitu sisi kualitas dan kuantitas. Di sisi lain, jumlah air relatif tidak
berubah dari waktu ke waktu. Pertambahan penduduk yang cepat banyak
membawa dampak negatif terhadap sumberdaya air, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Sementara itu, ada sebagian penduduk kurang mendapatkan
pelayanan air, tetapi di sisi lain terdapat aktivitas dan kegiatan penduduk yang
menggunakan air secara berlebihan dan cenderung memerlukan pemborosan air.
Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup temasuk air tanah
(Rohcili, 2006).
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama adalah sebagai air minum. Kebutuhan sehari-hari
terhadap air berbeda-beda untuk tiap tempat dan tingkatan kehidupan. Semakin
tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah kebutuhan akan air bersih.
Pemenuhan kebutuhan akan air tersebut salah satunya diambil dari air tanah yang
berupa sumur gali maupun sumur bor. Pemakaian yang meningkat juga
berpengaruh terhadap kualitas air tersebut, karena tingkat ketersediaan air tidak
seimbang dengan tingkat pemakaian air.
Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk
melakukan segala kegiatan. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan
bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam
kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan
yang harus dipenuhi, diantaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan
rasa, kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta kualitas
biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar
kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia
dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu
dan kurun waktu tertentu (Gabriel, 2001).
Pencemaran dan penurunan kualitas air tanah berhubungan erat dengan
tingkat kepadatan penduduk, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka
limbah yang dibuang ke lingkungan akan semakin besar. Selain itu kegiatan
industri juga memberi andil yang cukup besar terhadap penurunan kualitas air.
(Trisnawulan et.al, 2007).
Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air (Sitepoe, 1997).
Kegiatan industri memberi andil besar terhadap penurunan kualitas air.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
terhadap air berbeda-beda untuk tiap tempat dan tingkatan kehidupan. Semakin
tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah kebutuhan akan air bersih.
Pemenuhan kebutuhan akan air tersebut salah satunya diambil dari air tanah yang
berupa sumur gali maupun sumur bor. Pemanfaatan air bawah tanah yang
meningkat, lambat laun akan menyebabkan penurunan muka air tanah, penurunan
mutu air tanah dan terjadinya amblasan tanah. Pencemaran dan penurunan kualitas
air tanah berhubungan erat dengan tingkat kepadatan penduduk, sebab semakin
banyak jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke lingkungan akan semakin
besar (Trisnawulan et.al, 2007).
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas
menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air
bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala
kegiatan. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi
kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan
sehari-hari manusia (Gabriel, 2001).
Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi,
di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia
yang terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta kualitas biologi dimana air
terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup
manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang
memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu
Penurunan kualitas air ini menimbulkan banyak pengaruh bagi
masyarakat, namun banyak masyarakat yang tetap menggunakannya walau sudah
mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dari mengkonsumsi air yang sudah
menurun kualitasnya. Pada umumnya sumber air bersih yang digunakan penduduk
di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
adalah air tanah berupa sumur-sumur gali dan sumur bor yang dimanfaatkan
untuk mandi, mencuci dan minum. Penggunaan air sumur gali yang meningkat
dari tahun ke tahun dan dekatnya posisi sumur dengan lokasi industri
dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan kualitas air bawah tanah. Hal ini
akan sangat membahayakan bagi kesehatan penduduk pengguna sumur tersebut.
Melihat kenyataan tersebut mendorong peneliti untuk melihat Pengaruh Kegiatan
Industri terhadap Kualitas Air Sumur pada Permukiman Penduduk di Desa
Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Korawa Kabupaten Deli Serdang. Pada
penelitian ini akan difokuskan pada sumur gali yang terdapat pada rumah-rumah
1.2. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang akan dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air sumur pada
permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang.
2. Bagaimana pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur dengan lokasi
septic tank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di
Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli
Serdang.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisa pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air
sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir
Kecamatan Tanjung Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk menganalisa pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur
dengan lokasi septic tank terhadap kualitas air sumur pada
permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat diketahui pengaruh kegiatan
industry, pengaruh bentuk bangunan sumur serta mengetahui pengaruh jarak
sumur dengan lokasi septic tank terhadap kualitas air sumur pada permukiman
penduduk di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten
Deli Serdang agar dapat dilakukan pengendalian dan pencegahan sehingga dapat
meminimalkan pengaruh negatif yang diakibatkan. Selain itu juga diharapkan
hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, khususnya Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam penentuan
kebijakan pemanfaatan air tanah.
1.5. Kerangka Berfikir
Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan air
bersih. Adanya aktifitas industri di sekitar permukiman penduduk berpengaruh
terhadap penurunan kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Kerangka berfikir tersebut dapat
Gambar 1.1. Kerangka Berfikir
1.6. Hipotesis Penelitian
Kegiatan industri akan berdampak pada penurunan kualitas air sumur pada
permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa,
Kabupaten Deli Serdang.
Bentuk bangunan sumur yang sederhana dan jarak jarak sumur dengan
lokasi septic tank yang dekat akan menyebabkan penurunan kualitas air sumur di
Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Rumah Tangga
Jarak Sumur dari Lokasi Industri
Kualitas Air Sumur Kebutuhan Air Bersih
Sumur
Bentuk Bangunan Sumur
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Tanah
Air tanah sering disebut air tawar karena tidak berasa asin. Berdasarkan
lokasi air, maka air tanah dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu air permukaan
tanah dan air jauh dari permukaan tanah.
a. Air permukaan tanah
Air permukaan tanah sangat tergantung pada air hujan. Yang termasuk air
permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, waduk (buatan). Air
permukaan tanah sering dicemari oleh sampah keluarga, kotoran hewan, limbah
industri dan limbah domestik. Berdasarkan hasil penelitian/analisis,
elemen/mineral yang terkandung di dalam air permukaan adalah : Hardness
(120mg/l sebagai CaCO3), Calsium (80 Mg/L sebagai CaCO3), magnesium (40
Mg/L sebagai CaCO3), Sodium dan Potasium (19 Mg/L sebagai Na), Bicarbonat
(106 Mg/L sebagai CaCO3), Chlorida (23 Mg/L sebagai Cl), Sulfat (38 Mg/L
sebagai SO4), Nitrate (0,44 Mg/L sebagai N), Besi (0,3 Mg/L sebagai Fe), Silica
(13 Mg/L sebagai SiO2) Karbon dioksid (4 Mg/L sebagai CaCO3
b. Air bawah tanah
) dan pH 7,8
(Gabriel, 2001).
Air bawah tanah sering disebut dengan air tekanan yaitu air yang
tersimpan dalam lapisan tanah. Air bawah tanah adalah air sumur gali dan air
c. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah,
keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng
gunung atau sepanjang tepi sungai. Berdasarkan munculnya kepermukaan air
tanah terbagi atas 2 (dua) yaitu :
1. Mata air mengalir (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat
sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah
tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.
2. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis
berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu
memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan
untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya, yang berasal dari air
angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi
yang berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat
terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin
membahayakan kesehatan (Gabriel, 2001).
2.2. Sumur
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah
perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan
tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif
dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi
merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan
pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan
sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air
di dalam sumur. Sumur gali ada yang memakai dinding sumur dan ada yang tidak
memiliki dinding sumur. Syarat konstruksi pada sumur gali meliputi dinding
sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar (Gabriel,
2001).
Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah
yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat
dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari
pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air
minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin
(Depkes RI, 1985).
2.1.1. Syarat Lokasi atau Jarak Sumur
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage
pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada
keadaan serta kemiringan tanah. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir
sehingga tidak ada genangan air. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi
2.1.2. Dinding Sumur
Menurut Gabriel (2001) ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi
dalam standart mutu dinding sumur gali, diantaranya adalah:
1. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus
terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan
agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan
karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada
kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata
tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.
2. Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus
dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan
yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena
bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut.
Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok
yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah
3. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen.
Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur
gali bertujuan untukn menahan longsornya tanah dan mencegah
pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur
sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari
permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air
sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton.
4. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang
5. Bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa
pendapat antara lain : di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi
minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta
untuk aspek keselamatan dan dinding sumur di atas permukaan tanah
kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah
tersebut adalah daerah banjir.
2.1.3. Lantai Sumur
Menurut Gabriel (2001) lantai sumur gali memiliki syarat kelayakan
tertentu beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
1. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari
dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan
tanah, bentuknya bulat atau segi empat.
2. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring
dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5
meter, agar air permukaan tidak masuk.
3. Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan.
2.1.4. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur menurut Achmad
(2004), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya
10 m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya
pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil
untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu
tertutup.
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam
tanah 3 meter/hari.
2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sedalam 3
meter.
3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1
meter.
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun
sedang tidak digunakan.
5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
2.3. Pencemaran Air
Pencemaran air umumnya terjadi oleh tingkah-laku manusia seperti oleh
zat-zat detergen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan
pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran air juga disebabkan oleh pestisida,
herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan sehingga mutu air
berkurang (Supardi, 2003).
Pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan
Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan berubahnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1).
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau
kondisi (panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan,
sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air
dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan
tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu. Sebagai contoh
suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri
penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai
pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Supardi,
2003).
2.4. Sumber Polutan
Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai jenis
polutan. Jika di perairan terdapat lebih dari dua jenis polutan maka kombinasi
pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga (Effendi, 2003) :
1. Additive : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan merupakan
penjumlahan dari pengaruh masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh
kombinasi zinc dan kadmium terhadap ikan.
2. Synergism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan lebih
besar daripada penjumlahan pengaruh dari masing-masing polutan. Misalnya,
pengaruh kombinasi copper dan klorin atau pengaruh kombinasi copper dan
3. Antagonism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan
saling mengganggu sehingga pengaruh secara kumulatif lebih kecil atau
kemungkinan hilang. Misalnya, pengaruh kombinasi kalsium dan timbal
atau zinc atau aluminium.
Rao (1992) mengelompokkan bahan pencemar di peraiarn menjadi
beberapa kelompok, yaitu : (1) limbah yang mengakibatkan penurunan kadar
oksigen terlarut (oxygen demanding waste), (2) limbah yang mengakibatkan
munculnya penyakit (disease causing agents), (3) senyawa organik sintetis, (4)
nutrient tumbuhan, (5) senyawa anorganik dan mineral, (6) sedimen, (7)
radioaktif, (8) panas (thermal discharge), dan (9) minyak. Bahan pencemar
(polutan) yang masuk ke dalam air biasanya merupakan kombinasi dari beberapa
jenis pencemar yang saling berinteraksi.
2.5. Kebutuhan Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu hal yang paling penting dan mendapat
prioritas dalam perencanaan kota. Kebutuhan air suatu kota menurut Catanese dan
Snyder (1996) dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Penggunaan rumah tangga, dipakai di tempat hunian pribadi, rumah,
apertemen dan sebagainya untuk minum, masak, mandi, cuci dan
penyiraman tanaman dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
2. Penggunaan komersil dan industri, digunakan oleh kegiatan komersil seperti
toko, rumah makan, salon dan sebagainya serta kegiatan pabrik dan industri.
3. Penggunaan umum, digunakan pada fasilitas umum seperti taman, sekolah,
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang mendasar bagi
kehidupan manusia dan mendapatkan prioritas yang utama untuk pemenuhannya.
Kebutuhan air tidak hanya menyangkut kuantitas atau jumlah, tetapi juga
kualitas atau mutunya. Kualitas air yang baik merupakan salah satu alasan
sebagian penduduk kota membeli air kemasan untuk konsumsi (minum dan
masak) (Soemarwoto, 2001).
Jumlah kebutuhan air bersih meningkat seiring dengan meningkatnya
status sosial ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Semakin meningkat
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kualitas hidup seseorang, maka semakin
meningkat pula aktivitasnya sehingga kebutuhan air bersih yang diperlukan untuk
kehidupannya juga meningkat.
Kualitas atau mutu yang disyaratkan untuk air bersih adalah berdasarkan
syarat fisik, kimia dan bakteriologik sesuai standart atau baku mutu yang berlaku
(Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI/1990). Untuk mengetahui kualitas air
dapat dilakukan dengan uji laboraturium, sedangkan syarat fisik dapat dilakukan
pengamatan langsung yang meliputi:
- Tidak berwarna
- Tidak berasa
- Tidak berbau
2.6. Kebijakan Pemerintah dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bawah Tanah
Kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan air bawah tanah pada dasarnya
bertujuan untuk melakukan konservasi air bawah tanah. Menurut Keputusan
menteri Nomor 1451 K/10/MEM/2000, yang dimaksud dengan konservasi air
bawah tanah adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan menjaminketersediaannya dengan tetap
memelihara serta meningkatkan mutunya tanpa menimbulkan dampak negatif
terhadap kondisi dan lingkungan sumberdaya air bawah tanah tersebut.
Dalam batas-batas tertentu pengambilan air bawah tanah untuk keperluan
air minum dan rumah tangga tidak diperlukan ijin, dengan ketentuan:
1. Pengambilan air bawah tanah dengan menggunakan tenanga manusia dari
sumur gali.
2. Pengambilan air bawah tanah dari sumur bor pipa (sumur pasang) bergaris
tengah kurang dari 2 (dua) inci atau 5 cm.
3. Pengambilan air bawah tanah untuk rumah tangga bagi kebutuhan kurang
dari 100 (seratus meter kubik sebulan) dengan tidak menggunakan sistem
distribusi terpusat.
Menurut Pratowo (2001) keberhasilan pengelolaan air tanah sangat
tergantung pada fungsi pengawasan dan pengendalian termasuk fungsi
pembinaan. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin
tegaknya peraturan perundang-undangan pengelolaan air bawah tanah, meliputi
pemantauan terhadap air bawah tanah agar dalam pemanfaatannya tidak berakibat
Adanya kunjungan petugas untuk melaksanakan pengawasan dan
pengendalian. Semakin sering dilakukan kunjungan semakin baik karena
masyarakat menjadi lebih sering diperingatkan dan dibina agar memanfaatkan air
bawah tanah sesuai dengan kaidah yang berlaku.
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Air Bawah Tanah
Secara teoritis, meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk akan
meningkatkan jumlah kebutuhan air bersih (demand). Kebutuhan air bersih
tersebut harus diimbangi dengan persediaan (supplai) yang cukup. Ditinjau dari
sisi kualitas, kuantitas dan biaya air bawah tanah merupakan alternatif yang
banyak dipilih. Mengingat air bawah tanah memiliki karakteristik yang baik serta
mudah diperoleh dan murah biaya memanfaatkannya, maka masyarakat lebih
cenderung memanfaatkan air bawah tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
(Soemarwoto, 2001).
Menurut Pratowo (2001) pemakaian air tanah yang melebihi potensi
akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang berakibat pada
berkurangnya cadangan bagi generasi mendatang serta terjadinya kerusakan
lingkungan yang akan sangat berpengaruh pada perkembangan kota dan penduduk
kota itu sendiri. Untuk itu diperlukan peran pemerintah di dalam pemanfaatan air
bawah tanah, khususnya untuk keperluan rumah tangga, utamanya dalam
melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan air bawah tanah adalah:
1. Pemanfaatan air bersih.
2. Ketersediaan air bawah tanah yang meliputi kuantitas, kualitas, biaya
3. Kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan air bawah tanah.
2.8. Penelitian Terdahulu
Menurut Mawardi (2012) sumur gali menyediakan air yang berasal dari
lapisan air tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, yang mudah
terkontaminasi oleh rembesan, sehingga berpotensi mengalami penurunan kualitas
air. Kontaminasi paling umum adalah karena limpasan air dari sarana
pembuangan kotoran manusia atau hewan, yang berasal dari sepsitank WC yang
kurang permanen. Pada Wilayah Puskesmas I Denpasar Selatan menunjukkan
bahwa pada bulan pebruari BOD, Fe dan total Coliform melampaui baku mutu,
dan bulan April 2008 DO, BOD, Fe dan total Coliform melampaui baku mutu air
kelas I juga baku mutu air minum. Hal ini disebabkan karena kondisi sumur yang
tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Untuk memperbaiki kualitas
air sumur masyarakat diharapkan memperbaiki kondisi lingkungan fisik sumur
seperti menutup kembali sumur setelah mengambil air, menghindarkan air
tergenang disekitar sumur, menjaga lantai dan dinding sumur tetap kedap air dan
meningkatkan perilaku hidup sehat, agar kualitas air sumur aman untuk air bersih
dan air baku air minum. Mawardi (2012) menyatakan kualitas air sumur di
Wilayah Kartasura secara fisik hasilnya baik, tetapi kualitas unsur Mangan (Mn)
dan Besi (Fe) melebihi ambang batas. Kualitas air yang sehat harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan yang meliputi syarat fisik, kimia dan mikrobiologis.
Berdasarkan penelitian warna air sumur berwarna jernih biru kehitaman. Warna
dalam air ini disebabkan oleh adanya zat-zat yang terkandung di dalamnya, seperti
pembuangan limbah industri, material, humus. Selain warna bau pada air sumur
tinggi. Temperatur air yang tinggi juga menyebabkan meningkatnya daya atau
tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan pencemar dalam air dan pertumbuhan
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada empat lokasi yaitu Dusun I, Dusun II,
Dusun III dan Dusun IV Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa,
Kabupaten Deli Serdang dan dianalisis pada Laboraturium Kimia Analitik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera
Utara.
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah selama 3 (tiga) bulan yang dimulai dari bulan
Desember 2011 sampai bulan Pebruari 2012 yang didasarkan pada survey
pendahuluan pada bulan Oktober 2011. gambar lokasi penelitian dapat dilihat
Keterangan Gambar :
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air sumur
(sumur gali). Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisis adalah larutan
standar pH 4, 7 dan 9, air destilat; metil oranye, n-heksana, Na2SO4; BOD nurient
buffer pillow, Litium hidroksida; H2SO4, KMnO4, Na2C2O4
Peralatan yang digunakan untuk analisis kualitas air, yaitu Termometer,
pH meter, Peralatan titrasi, Spektrofotometer, Tabel MPN dan filter. Alat yang
digunakan untuk menggambil citra satelit peta lokasi penelitian adalah GPS
Garmin 60 CSx Black-Gray. Alat yang digunakan untuk mengetahui persepsi
masyarakat yaitu kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat di Desa Dagang
Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang sebanyak n = ; ammonium
91 kk (kepala keluarga). Metode pengambilan sampel adalah dengan cara
Purposive Sampling yaitu pengambilan titik samping secara acak yang dianggap
dapat mewakili seluruh lokasi penelitian karena akan dilihat faktor apa saja yang
mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan kualitas air sumur gali dan
sumur bor yang menurun di sekitar lokasi permukiman penduduk di Desa Dagang
Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
3.3. Sumber Data
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan pengambilan
sample air sumur yang dianalisis di laboraturium. Data mengenai pemanfaatan air
oleh masyarakat diperoleh melalui isian kuisioner kuisioner.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder (data tambahan) yang diperoleh dari instansi terkait yaitu
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, buku-buku literatur, studi pustaka, jurnal
ilmiah, data puskesmas maupun hasil laporan penelitian. Teknik kuisioner ini
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi yang ditentukan oleh beberapa
faktor, antara lain: narasumber, masalah (topik) penelitian yang tertulis dalam
daftar pertanyaan dan dilakukan pengisian secara langsung oleh responden
3.4. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
berikut ini :
Gambar 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Mulai
Observasi Awal
Indentifikasi Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Data Primer :
- Observasi di lapangan - Hasil analisis sampel air
sumur gali dan sumur bor
- Hasil anailsa kuisioner
Data Sekunder :
- Data kependudukan
- Parameter baku mutu
kualitas air bersih menurut Permenkes RI No.
416/Menkes/PER/XI/1990
Analisis data
3.5. Cara Pengambilan Sampel
3.5.1. Perlakuan
Dalam penelitian ini kualitas air sumur diteliti berdasarkan 3 (tiga) faktor, yaitu;
1. Faktor Kondisi Sumur Penduduk
a. Sumur sederhana
b. Sumur sederhana dengan beton
c. Sumur bor/pantek
2. Faktor Jarak sumur dengan lokasi industri
a. Jarak < 100 meter
b. Jarak antara 100 – 200 meter
c. Jarak antara 200 – 300 meter
d. Jarak > 300 meter
3. Faktor Jarak sumur dengan setpitank/WC
a. Jarak < 5 meter
b. Jarak antara 5 - 10 meter
c. Jarak > 10 meter
3.5.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel kualitas air sumur gali dan sumur bor
menggunakan metode area sampling dengan cara pengambilan sampel yang
didasarkan pada titik area dengan wilayah yang sempit dan yang luas keduanya
dapat terwakili. Penelitian ini menggunakan hasil uji laboratorium. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan membandingkan
hasil uji laboratorium dan baku mutu air bersih menurut Permenkes RI No.
mendapatkan gambaran tentang sifat fisik, kimia dan biologi air sumur. Parameter
yang diteliti adalah parameter sifat fisik, kimia dan biologi, bebereapa parameter
dianalisa di laboratorium. Sampel akan dilakukan tiga kali. Parameter yang diukur
terutama didasarkan pada parameter kualitas air kelas II sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990
tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Untuk mengambil sampel air sumur dari
sumur gali pada rumah penduduk yang dilakukan dengan menggunakan timba.
Sampel air yang telah diambil masing-masing dimasukkan ke dalam jerigen untuk
dilakukan analisis di laboratorium. Pada penelitian ini lebih dititik beratkan
kepada pH, TSS, TDS, Tingkat kekeruhan, Sulfat, Ca, Mg dan besi total.
3.6. Populasi dan Sampel
Jumlah penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang berjumlah 3.108 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 905. Sampel penelitian digunakan dengan memakai
formulasi Taro Yamare, seperti pada persamaan di bawah ini :
Rumus :
n = N
Nd2+ 1
Keterangan :
n : Sampel
N : Populasi (Jumlah Penduduk) d : Persentasi (10%)
maka diperoleh sample sebesar :
n = 905 905 (0.1)2
n = 90,5
+ 1
3.7. Metode Analisa Data
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengungkap berbagai informasi
kualitatif mengenai kualitas air bawah tanah melalui uji laboraturium,
karakteristik penduduk serta informasi kualitatif lain yang terkait yang
dikumpulkan dilapangan.
Analisis kuanitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel yang
nilainya diperoleh dari pengolahan jawaban kuesioner, yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan air bawah tanah di Desa Dagang Klambir,
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Teknik analisa kuantitatif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi berganda,
dengan bantuan komputer melalui program software SPSS (Statistical Product
and Service Solutions).
Hubungan antara variabel pengaruh (X) dengan variabel terpengaruh yaitu
pemanfaatan air bawah tanah oleh penduduk di Desa Dagang Klambir, Kecamatan
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang (Y) dibuktikan derajat kaitannya
dengan menghitung besarnya korelasi yang dinyatakan sebagai koefisien korelasi
(r) dengan rumus :
r = b∑ Xi Yi - ∑ Xi ∑ Yi
√[b∑Xi2- (∑Xi)2] [b∑Yi2- (∑Yi)2]
Nilai r bervariasi dari - 1 sampai dengan + 1. Bila r = ) atau mendekati )
maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau bahkan tidak ada
hubungannya sama sekali. Bila r = 1 atau mendekati 1 maka berarti hubungan
positif atau erat sekali dan bila r = -1 atau mendekati -1 berarti korelasinya sangat
kuat dan negatif.
Bila r positif, korelasi antara dua perubah searah, artinya kenaikan atau
penurunan nilai variabel pengaruh terjadi bersama sama kenaikan dan penurunan
variabel terpengaruh. Sebliknya bila r negatif maka kenaikan variabel pengaruh
bersamaan dengan penurunan variabel terpengaruh atau sebaliknya.
Kemudian dari uji korelasi dilakukan uji regresi untuk mengetahui variabel
yang paling berpengaruh terhadap pilihan masyarakat untuk menggunakan air
bawah tanah. Semua variabel memiliki kesempatan yang sama untuk dilakukan
regresi berganda dengan menggunakan metode enter, untuk mengetahui variabel
mana yang paling kuat pengaruhnya terhadap variabel terpengaruh.
Sebelum dilakukan uji regresi berganda antara variabel pengaruh yang
berkorelasi dengan variabel terpengaruh, dilakukan Uji Kolinearitas untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel pengaruh (variabel X) karena
regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel pengaruh. Untuk
mendeteksi adanya korelasi diantara variabel pengaruh dengan menggunakan :
Besaran VIF (Variance Inflation Facktor) dan Tolerance Model regresi
yang bebas multikolinearitas adalah :
- Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1
- Mempunyai angka tolerance mendekati 1
Besaran korelasi antar variabel pengaruh harus lemah, yaitu di bawah 0,05.
Jika terjadi korelasi antar variabel pengaruh, maka dilakukan regresi sederhana
untuk masing-masing variabel pengaruh yang berkorelasi, sedang variabel
pengaruh lain yang tidak berkorelasi dilakukan regresi berganda. Regresi
penduduk di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten
Deli Serdang (Y) dapat dicari dengan rumus:
Y = a +b1 Xl1 +b2X21
a : Konstanta
+...+ bp Xpi ...(1.3)
b1, b2...bp : Koefisien parameter dari masing-masing variabel
X1i, X2i ...X bp
Langkah berikutnya adalah pengujian terhadap hipotesis dengan
melakukan :
: Variabel pengaruh
1. Uji t (t tes) untuk mengetahui apakah variabel pengaruh secara individual
berhubungan dengan variabel terpengaruh, dengan rumus:
t = bi
Se br
t = t hitung
bi = koefisien regresi berganda Se bi = standar error pada bi
2. Uji F atau uji Signifikansi persamaan, untuk mengetahui besarnya
hubungan variabel pengaruh (X) secara bersamaan terhadap variabel
terpengaruh (Y).
F = R2/k (1 – r2) (n-k-1)
R2
n = jumlah responden
= koefisien determinasi berganda
k = jumlah variabel bebas
Ho diterima apabila uji F menghasilkan F hitung kurang dari 0,05 yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel pengaruh (X) secara
bersama-sama terhadap variabel Y (pemanfaatan air bawah tanah oleh penduduk
di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang). ...(1.4)
Adapun kriteria penilaian untuk menentukan kategori jawaban dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel. 3.1. Kriteria nilai dari jawaban koesioner (Bungin, 2003)
No Kriteria Penilaian Skor Nilai
1 Ya 13 – 16 3
2 Tidak 09 – 12 2
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis
Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
Serdang terdiri atas empat dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III dan Dusun
IV. Jarak yang bisa ditempuh dari kecamatan ke desa adalah 3 kilometer, jarak
dari Pemerintah Kabupaten Tk – II Deli Serdang adalah 12 kilometer dan jarak
dari Pemerintah Propinsi Tk – I Sumatera Utara adalah 15 kilometer.
Adapun batas wilayah Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dalu Sepuluh
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Morawa
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Morawa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Telaga Sari atau Sungai Belumai
4.1.2. Topografi
Keadaan topografi di Kecamatan Tanjung Morawa pada umumnya datar,
sebagian bergelombang sedang dan ringan, dengan ketinggian antara 0 - 25 mdpl.
Keadaan geologi dan tanah terdiri dari bahan induk batuan beku dan vulkanik
dengan jenis tanah podsolik coklat-kecoklatan kelabu (BKSDA 1 SUMUT, 2003).
Luas wilayah Desa Dagang Kelambir adalah 200 Ha. Rincian luas wilayah
Tabel 4.1. Luas wilayah Desa Dagang Kelambir
No Tata Guna Lahan Luas
(Ha)
1 Permukiman Masyarakat 70
2 Persawahan 30
Berdasarkan Schmidt-Ferguson, tipe iklim Kecamatan Tanjung Morawa
adalah tipe B dengan kelembapan rata-rata 81%. Curah hujan berkisar 2 - 3
mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan Desember .
Jumlah hari hujan adalah 7 – 28 hari dengan temperatur minimum 22 – 30°C dan
maximum 32,1°C.
4.1.4. Kependudukan
Desa Dagang Kelambir memiliki jumlah penduduk 3.108 Jiwa dan 905
KK. Jumlah rumah tangga penduduk di setiap Dusun dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
4.2. Gambaran Umum Responden
Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah sejumlah orang yang tinggal di Desa Dagang Kelambir Kecamatan
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Responden adalah masyakat,
pedagang, petani, buruh, pensiunan, pegawai negeri sipil (PNS) dan lain-lain
(tidak memiliki pekerjaan tetap). Keberadaan dan aktivitas dari seluruh
masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari
berbagai aspek seperti berikut.
4.2.1. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendidikan
di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Dagang Kelambir
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persen (%)
1 SD 19 20,87
2 SMP 21 23,07
3 SMA 50 54,91
4 Strata Satu 1 1,15
Jumlah 91 100
Berdasarkan Tabel 4, tingkat pendidikan responden di daerah penelitian
adalah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 19 orang (20,87%), Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 21 orang (23,07%), Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebanyak 50 orang (54,91%) dan Strata Satu (S1) sebanyak 1 orang (1,15%)
Pengetahuan memiliki peranan penting dalam menentukan sikap.
Pengetahuan adalah bagian dari perilaku yang merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan akan berdampak lurus
terhadap tingkatan pendidikan. Dapat dikatakan majunya pendidikan masyarakat
menandakan tingkat pengetahuan yang baik pada masyarakat tersebut.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa persentasi tingkat pendidikan terbanyak
adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebanyak 50 orang (54,91%).
Masyarakat di Desa Dagang Kelambir, memiliki pemahaman yang berbeda
terhadap pentingnya pendidikan. Keadaan ekonomi yang tidak mencukupi,
mendorong mereka untuk bekerja setelah SMA. Hal ini karena sebagian besar
daerah Kecamatan Tanjung Morawa merupakan sentral perindustrian Kota
Medan, sehingga dengan bekal izasah SMA mereka sudah mendapatkan
pekerjaan, sehingga motivasi yang mendorong untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi tidak ada. Pemenuhan perekonomian keluarga dinilai lebih
penting dari pada melanjutkan pendidikan. Hal ini akan berdampak pada ketidak
tahuan sebagian masyarakat terhadap pentingnya air bersih, serta penurunan
kualitas air sumur akibat dekatnya lokasi industri terhadap perumahan mereka.
Sikap seperti ini akan mengacu pada pemanfaatan air sumur yang telah tercemar
karena beberapa alasan yaitu ketidak tahuan masyarakat terhadap dampak yang
diakibatkan oleh pemakaian air tercemar, dan hal ini disebabkan oleh rendahnya
4.2.2. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim di
Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
terdiri dari lama bermukim kurang dari 2 tahun sampai lebih dari 11 tahun, data
komposisi responden berdasarkan lama bermukim dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
No Lama Bermukim (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)
1 < 2 4 4,39
2 3 – 5 3 3,29
3 6 – 8 7 7,69
4 9 – 11 8 8,79
5 > 11 64 75,84
Jumlah 91 100
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa masyarakat dengan persentase lama
bermukim adalah > 11 tahun sebanyak 64 orang (75,84%). Selanjutnya 9-11 tahun
sebanyak 8 orang (8,79%), 6-8 tahun sebanyak 7 orang (7,69%), <2 tahun
sebanyak 4 orang (4,39%), yang paling sedikit adalah 3-5 tahun sebanyak 3 orang
(3,29%).
4.2.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tenaga kerja atau penduduk usia kerja adalah jumlah seluruh penduduk
yang secara potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Setiap orang yang
telah memasuki usia angkatan kerja akan memilih jenis pekerjaan, sesuai dengan
pengetahuan, keterampilan, kesempatan yang tersedia dan sumberdaya yang ada
disekitarnya. Tenaga kerja harus memenuhi persyaratan peraturan pemerintah,
seperti batas usia tertentu. Pengertian tenaga kerja lebih luas dari pada pengertian
hubungan kerja. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persen (%)
1 PNS (Pegawai Negeri Sipil) 2 6.62
2 Pensiunan 5 5,49
3 Buruh 1 1,09
4 Petani 16 17,58
5 Pedagang 12 13,18
6 Lain-Lain (tidak memiliki kerjaan tetap) 51 56,04
Jumlah 91 100
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner secara keseluruhan di Desa Dagang
Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang diketahui bahwa
pekerjaan dominan adalah lain-lain (tidak memiliki pekerjaan tetap) sebanyak 51
orang (56,04%). Selanjutnya petani sebanyak 16 orang (17,58%), pedagang
sebanyak 12 orang (13,18%), pensiunan PNS sebanyak 5 orang (5,49%), pegawai
negeri sipil (PNS) sebanyak 2 orang (6,62%) dan buruh sebanyak 1 orang
(1,09%).
4.2.4. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan
Pengaruh adanya pabrik-pabrik dapat dilihat dari perekonomian masyarakat
yaitu tidak adanya peningkatan pendapatan yang signifikan hal ini disebabkan
karena tidak adanya penduduk yang bekerja sebagai buruh pabrik tetap, adapun
beberapa masyarakat yang bekerja sebagai buruh yaitu buruh lepas sehingga dapat
di kategorikan memiliki pekerjaan tidak tetap. Pendapatan masyarakat di Desa
Dagang Kelambir , Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dapat
Tabel. 4.6. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan
No Pendapatan (Rupiah) Jumlah (KK) Persen (%)
1 < 500.000 17 18,68
2 501.000-750.000 17 18,68
3 751.000-999.000 14 15,38
4 1.000.000-1.499.000 25 27,47
5 > 1.500.000 18 19,79
Jumlah 91 100
Dari Tabel 7 dapat dilihat pendapatan tertinggi adalah Rp
1.000.000-1.499.000 sebanyak 25 KK (27,47), selanjutnya > Rp. 1.500.000 sebanyak 18 KK
(19,79), < Rp. 500.000 dan Rp. 501.000-750.000 sebanyak 17 KK (18,68) dan Rp
751.000-Rp. 999.000 sebanyak 14 KK (15,38%).
4.3. Gambaran Umum Kegiatan Pabrik di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
Kegiatan industri di Desa Dagang Kelambir sudah di laksanakan
berpuluh-puluh tahun dengan menggunakan alat-alat sederhana sampai alat-alat modren.
Semula kegiatan industri hanya berada di satu tempat, namun sekarang sudah
meluas dan mulai ramai pada hampir seluruh Kecamatan Tanjung Morawa.
Tabel 4.7. Jenis Industri Besar di Desa Dagang Kelambir
No Nama Pabrik Lokasi
1 PT. Asia Raya Foundry ( Pengelolaan Biji Besi) Dusun I 2 PT. Charoen Pokphand Jayafarm (Pabrik
Peternakan dan Penetasan Ayam) Dusun I
3 PT. Timberindo Industri ( Pengelolaan Kayu) Dusun III
4 PT. Palm (Pengepokan Sawit) Dusun III
5 PT. Indocafe (Gudang Penyimpanan Kopi) Dusun III
Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa pada Lokasi I terdapat dua pabrik
yaitu PT. Asia Raya Fondy (Pengelolaan Biji Besi), PT. Charoen Pokphand
Jayafarm (Pabrik Peternakan dan Penetasan Ayam). Pada Lokasi III terdapat tiga
pabrik yaitu PT. Timberindo Industri ( Pengelolaan Kayu), PT. Palm (Pengepokan
Sawit) dan PT. Indocafe (Gudang Penyimpanan Kopi).
Pabrik-pabrik di sekitar pemukiman penduduk akan mempengaruhi
kualitas air tanah khususnya sumur-sumur penduduk. Hal ini disebabkan karena
setiap pabrik akan menghasilkan limbah industri baik cair maupun padat.
Limbah-limbah ini akan meresap ke tanah dan akan merembes ke sumur-sumur penduduk.
Namun sangat disayangkan masyarakat tidak peka terhadap bahaya limbah
industri. Masyarakat hanya menilai keberadaan pabrik-pabrik di sekitar
pemukiman mereka sebagai suatu ketersediaan akan lapangan pekerjaan, namun
tidak melihat pada aspek kesehatan lingkungan. Rendahnya tingkat pendidikan,
pengetahuan pentingnya kesehatan serta minimnya pengetahuan tentang bahaya
polutan dari zat-zat kimia pabrik yang meresap ke dalam sumur-sumur mereka.
Menurut Mulyanto (2007) polusi air berasal dari sumber-sumber terpusat
yang membawa pencemar dari lokasi-lokasi khusus seperti pabrik-pabrik, instalasi
pengelolaan limbah, peternakan, dan tanker minyak, seta sumber tidak terpusat
Menurut Palar (2008) aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi
ternyata telah menimbulkan banyak efek buruk bagi manusia dan tatanan
lingkungan hidupnya. Aktivitas yang pada prinsipnya adalah suatu upaya manusia
untuk dapat hidup dengan layak dan berketurunan yang baik, telah mendorong
manusia melakukan tindakan-tindakan yang merusak tatanan lingkungan
hidupnya. Akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan
dari bentuk asal ke bentuk baru yang cendrung lebih buruk.
Palar (2008) melanjutkan suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar
atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari
sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah baik
itu limbah pabrik, industri pengolahan, limbah domestik, pertanian dan
peternakan.
4.4. Kualitas Air Sumur di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan hasil analisis kualitas air yang dilakukan dari empat lokasi yaitu
Lokasi I (Dusun I), Lokasi II (Dusun II), Lokasi III (Dusun III) dan Lokasi IV
Tabel 4.8. Kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir