YANG
YANG
YANG
YANG MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN PESTISIDA
PESTISIDA
PESTISIDA
PESTISIDA
(Studi
(Studi
(Studi Kasus
(Studi
Kasus
Kasus
Kasus di
di
di
di Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan Sunggal
Sunggal Kabupaten
Sunggal
Sunggal
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten Deli
Deli
Deli
Deli Serdang)
Serdang)
Serdang)
Serdang)
TESIS
TESIS
TESIS
TESIS
Oleh
Oleh
Oleh
Oleh
SIMON
SIMON
SIMON
SIMON TARIGAN
TARIGAN
TARIGAN
TARIGAN
107004016
107004016
107004016
107004016
SEKOLAH
SEKOLAH
SEKOLAH
SEKOLAH PASCASARJANA
PASCASARJANA
PASCASARJANA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS SUMATERA
SUMATERA
SUMATERA
SUMATERA UTARA
UTARA
UTARA
UTARA
MEDAN
MEDAN
MEDAN
MEDAN
2012
2012
2012
2012
SEK O L A H
P A
YANG
YANG
YANG
YANG MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN PESTISIDA
PESTISIDA
PESTISIDA
PESTISIDA
(Studi
(Studi
(Studi Kasus
(Studi
Kasus
Kasus
Kasus Di
Di
Di
Di Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan Sunggal
Sunggal Kabupaten
Sunggal
Sunggal
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten Del
Del
Del
Deliiii Serdang)
Serdang)
Serdang)
Serdang)
TESIS
TESIS
TESIS
TESIS
Diajukan Diajukan Diajukan
Diajukan SebagaiSebagaiSebagaiSebagai SalahSalahSalahSalah SatuSatuSatuSatu SyaratSyaratSyaratSyarat untukuntukuntukuntuk MemperolehMemperolehMemperolehMemperoleh GelarGelarGelarGelar MagisterMagisterMagisterMagister SainsSainsSainsSains dalam
dalam dalam
dalam ProgramProgramProgramProgram StudiStudiStudiStudi PengelolaanPengelolaanPengelolaanPengelolaan SumberdayaSumberdaya AlamSumberdayaSumberdayaAlamAlamAlam dandandandan LingkunganLingkunganLingkunganLingkungan pada
padapada SekolahpadaSekolahSekolahSekolah PascasarjanaPascasarjanaPascasarjanaPascasarjana UniversitasUniversitas SumateraUniversitasUniversitasSumateraSumateraSumatera UtaraUtaraUtaraUtara
Oleh
Oleh
Oleh
Oleh
SIMON
SIMON
SIMON
SIMON TARIGAN
TARIGAN
TARIGAN
TARIGAN
107004016
107004016
107004016
107004016/PSL
/PSL
/PSL
/PSL
SEKOLAH
SEKOLAH
SEKOLAH
SEKOLAH PASCASARJANA
PASCASARJANA
PASCASARJANA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS SUMATERA
SUMATERA
SUMATERA
SUMATERA UTARA
UTARA
UTARA
UTARA
MEDAN
PANITIA PANITIA
PANITIAPANITIA PENGUJIPENGUJIPENGUJIPENGUJI TESISTESISTESISTESIS Ketua
Ketua
KetuaKetua :::: Prof.Prof.Prof.Prof. Dr.Dr.Dr.Dr. Ir.Ir. Sumono,Ir.Ir.Sumono,Sumono,Sumono, MSMSMSMS Anggota
Anggota
AnggotaAnggota :::: 1.1.1.1. Dr.Dr.Dr.Dr. R.R. HamdaniR.R.HamdaniHamdaniHamdani Harahap,Harahap,Harahap,Harahap, MSiMSiMSiMSi 2.
2.
2.2. Drs.Drs.Drs.Drs. Chairuddin,Chairuddin,Chairuddin,Chairuddin, MScMScMScMSc 3.
3.
3.3. Prof.Prof.Prof.Prof. Dr.Dr.Dr.Dr. Ir.Ir.Ir.Ir. B.B. SengliB.B.SengliSengliSengli J.J.J.J. Damanik,Damanik,Damanik,Damanik, MScMScMScMSc 4.
4.
Judul Tesis
PENGARUH JARAK SUMUR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DAERAH SAWAH IRIGASI YANG
MENGGUNAKAN PESTISIDA
(Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Juli 2012
Penulis,
(Studi (Studi (Studi
(Studi KasusKasusKasusKasus didididi KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan SunggalSunggal KabupatenSunggalSunggalKabupatenKabupatenKabupaten DeliDeliDeliDeli Serdang)Serdang)Serdang)Serdang)
ABSTRAK ABSTRAKABSTRAKABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Tujuannya, untuk mengetahui kualitas air sumur penduduk yang berdekatan dengan lahan pertanian ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, mengetahui pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian terhadap kualitas air sumur penduduk ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, dan mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida di areal pertaniannya. Data kualitas air sumur diketahui melalui analisis laboratorium, sedangkan data sikap dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden yang sumurnya berdekatan dengan sawah irigasi. Data kualitas air sumur diolah dan dilakukan analisis Sidik Ragam serta analisis Regresi dan analisis Korelasi. Untuk mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida, data hasil wawancara dengan responden dianalisis dengan metode deskriftif. Pengelompokan jarak sumur ke sawah irigasi dibuat menjadi tiga kelompok dengan rata-rata jarak adalah; kelompok I rata-rata 2 m, kelompok II rata-rata 6 m dan kelompok III rata-rata 14 m. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat residu pestisida dengan bahan aktif Deltametrin golongan Piretroid dalam air sumur jarak 2 m ke sawah irigasi yakni sebesar 0,024 mg/kg dan sebesar 0,023 mg/kg dalam air sumur jarak 6 m ke sawah irigasi. Jarak sumur ke sawah irigasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Korelasi antara jarak titik sumur ke sawah irigasi dengan kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut dalam air sumur, tinggi. Sikap responden terhadap air sumur yang letaknya berdekatan dengan sawah irigasi, seluruh responden (50 responden atau 100 %) khawatir air sumur mengandung residu pestisida.
(A
(A(A(A CaseCaseCaseCase StudyStudyStudyStudy inininin SunggalSunggalSunggalSunggal SubdistrictSubdistrictSubdistrictSubdistrict DeliDeliDeliDeli SerdangSerdangSerdangSerdang District)District)District)District)
ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT
The research of this study was conducted in Dusun Bandar Meriah, Sukamaju Village, Sunggal Subdistrict, Deli Serdang District. It’s aimed to observe water quality or resident’s well which are located closely by the agricultural land in terms of the presence of pesticide residue in accordance with it’s group or the active materials contained in it; to find out the influence of the well distance from the agricultural land on the well water quality in terms of the pesticide residue presence in accordance with It’s group or the active materials contained in it; and to find out the recident’s attitude and perception for pesticide use in their agricultural lands. The data on the well water quality was obtained through laboratory analysis while the data on the resident’s attitude and perception were obtained through questionnaire-based interviews conducted on 50 respondents whose wells are located very close to the irrigated rice fields. The data on the well water quality were processed and analyzed through ANOVA, Regression and Correlation tests. To find out the resident’s attitude and perception on the use of pesticide, the data found through interviewing the respondents were analyzed through descriptive method. The distance from the wells to the irrigated rice fields was divided into 3 (three) groups with the average distance for Group I was 2 m, Group II was 6 m, and Group III was 14 m. The result of this study showed that 0.024 mg/kg pesticide residue with active material of Deltametrine of Piretroid group was found in the water of the wells located 2 m from the irrigated rice fields and 0.023 mg/kg in the water of the well located 6 m from the irrigated rice fields. The distance from the wells to the irrigated rice fields did not have significant influence on the level of pesticide residue in accordance with its group or active materials contained in the pesticide residue. The correlation between the starting point of the distance between the wells and the irrigated rice fields with the level of pesticide residue which is in accordance with its group or active materials it contained found in the well water was high. The attitude of all of the 50 respondents (100%) towards the water of the wells which are very close to the irrigated rice fields was that they are worried that their well water contains the pesticide residue.
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, MSi dan Bapak Drs. Chairuddin, MSc, selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc dan Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
7. Seluruh dosen pengajar dan staf di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 8. Rekan-rekan di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Abimanyu Tarigan SE, AK, dr. Novrida Pratiwi Tarigan dan Mhd. Tommy Umaro’ Tarigan yang telah banyak memberikan doa dan semangat kepada penulis. Kepada teman-teman yang tetap setia menemani penulis dalam menyelesaikan tesis ini, Ir. Sutrisno Tarigan, Cinta Ginting dan Pengarapen Ginting, terimakasih atas perhatiannya.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.
Medan, Juli 2012 Penulis,
1. Nama : Simon Tarigan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Pancurbatu / 12 - 10 - 1962
3. Nama Orangtua
a. Ayah : Tambat Tarigan
b. Ibu : Linggem Br Surbakti
4. Anak Ke : 4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara
5. Alamat : Jln. Bunga Cempaka, Gg. Bunga Cempaka I-A
No. 4 Pasar III Padang Bulan Medan
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Pendidikan Formal
a. Tahun 1970-1976 : SD Budi Bersubsidi Purwojoyo Deli Serdang
b. Tahun 1977-1979 : SMP Rakyat Sei Gelugur Deli Serdang
c. Tahun 1980-1982 : SMA Negeri Pancurbatu Deli Serdang
d. Tahun 1982-1988 : Fakultas Teknik Manajemen Indutri USU Medan
e. Tahun 2010-2012 : Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, USU
8. Riwayat Pekerjaan : a. Tahun 1988 - 2000, karyawan swasta
b. Tahun 2001 - sekarang, wiraswasta pada jasa
ABSTRAK ………... i
ABSTRACT……… ii
KATA PENGANTAR……….. iii
RIWAYAT HIDUP………... v
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR TABEL………. viii
DAFTAR GAMBAR……… ix
DAFTAR LAMPIRAN………. x
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1. Latar Belakang………. 1
1.2. Perumusan Masalah………. 8
1.3. Tujuan Penelitian………. 9
1.4. Hipotesis……….. 10
1.5. Manfaat Penelitian………... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11
2.1. Air Tanah………. 11
2.2. Pestisida………... 13
2.2.1. Sejarah Pestisida……… 2.2.2. Pengertian Pestisida………... 2.2.3. Pengertian Residu Pestisida………... 2.2.4. Jenis-Jenis Pestisida………... 2.2.5. Formulasi Pestisida……… 2.2.6. Penggolongan Pestisida………. 2.2.7. Proses Masuknya Pestisida Ke Lingkungan…….. 13 15 17 17 20 27 31 2.3. Toksisitas Pestisida……….. 35
2.4. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup……… 36
1. Bagi Lingkungan Umum………... 36
2. Bagi Lingkungan Pertanian………... 37
2.5. Gejala Keracunan Pestisida……….. 37
2.6. Peraturan-peraturan yang Berkaitan Dengan Pestisida… 39 BAB III METODE PENELITIAN……… 40
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 40
3.2. Alat dan Bahan………. 41
3.3. Pengumpulan Data………... 41
3.4. Pengambilan Sampel Air Sumur……….. 47
3.5. Metode Pengujian Residu Pestisida Dalam Air………... 47
3.6. Analisis Data……… 48
4.2. Kualitas Air Sumur……….. 52
4.3. Kualitas Air Sumur Pada Tiga Rata-Rata Jarak………. 53
4.4. Gambaran Umum Responden……….. 4.4.1. Cara Responden Membasmi Hama Tanaman…... 4.4.2. Sumber Air Bersih Untuk Air Minum dan MCK. 4.4.3. Kesehatan Keluarga……….. 4.4.4. Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pestisida……… 58 58 61 64 68 4.5. Data Penyakit Dominan Di Puskesmas Sukaraya……… 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 72
5.1. Kesimpulan……….. 72
5.2. Saran……… 73
No. Judul Halaman
2.1. Perilaku Pestisida Selama di Tanah Sawah yang Disederhanakan………... 34
3.1. Lokasi Penelitian………..………. 40
No. Judul Halaman
1. Angket (Kuesioner)………. 77
2. Laporan Hasil Pengujian (Test Report)……….. 81
3. Analisis Sidik Ragam………. 90
4. Analisis Regresi……….. 92
No. Judul Halaman
2.1. Jenis-jenis Bahan Aktif yang Dilarang Untuk Semua Bidang
Penggunaan Pestisida……….. 21
2.2. Klasifikasi Insektisida Organokhlorin………... 29
2.3. Kriteria Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Bentuk Fisik, Jalan Masuk Ke Dalam Tubuh dan Daya Racunnya……... 36
3.1. Karaketeristik Sumur Lokasi Pengambilan Sampel………… 45
3.2. Pengelompokan Sumur Lokasi Sampel………... 46
4.1. Kualitas Air Sumur……….. 52
4.2. Kualitas Air Sumur Pada Tiga Rata-Rata Jarak………... 54
4.3. Hasil Transformasi Data……….. 54
4.4. Pestisida Yang Sering Digunakan Responden………. 58
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Dosis……… 60
4.6. Distribusi Waktu (Lamanya) Responden Telah Menggunakan Pestisida ……….. 60
4.7. Distribusi Sumber Air Bersih Responden Untuk Bahan Baku Air Minum………... 61
4.8. Distribusi Jarak Sumur Responden Ke Sawah Irigasi………. 62
4.9. Distribusi Usia Sumur Responden………... 63
4.10. Distribusi Jarak Sumur Responden KeSeptic Tank………… 64
4.11. Sakit Yang Sering Diderita Oleh Anggota Keluarga Responden……… 65
4.12. Jawaban Responden Terhadap Parameter Bau……… 66
4.15. Jenis Penyakit Dominan di Puskesmas Sukaraya
(Studi (Studi (Studi
(Studi KasusKasusKasusKasus didididi KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan SunggalSunggal KabupatenSunggalSunggalKabupatenKabupatenKabupaten DeliDeliDeliDeli Serdang)Serdang)Serdang)Serdang)
ABSTRAK ABSTRAKABSTRAKABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Tujuannya, untuk mengetahui kualitas air sumur penduduk yang berdekatan dengan lahan pertanian ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, mengetahui pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian terhadap kualitas air sumur penduduk ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, dan mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida di areal pertaniannya. Data kualitas air sumur diketahui melalui analisis laboratorium, sedangkan data sikap dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden yang sumurnya berdekatan dengan sawah irigasi. Data kualitas air sumur diolah dan dilakukan analisis Sidik Ragam serta analisis Regresi dan analisis Korelasi. Untuk mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida, data hasil wawancara dengan responden dianalisis dengan metode deskriftif. Pengelompokan jarak sumur ke sawah irigasi dibuat menjadi tiga kelompok dengan rata-rata jarak adalah; kelompok I rata-rata 2 m, kelompok II rata-rata 6 m dan kelompok III rata-rata 14 m. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat residu pestisida dengan bahan aktif Deltametrin golongan Piretroid dalam air sumur jarak 2 m ke sawah irigasi yakni sebesar 0,024 mg/kg dan sebesar 0,023 mg/kg dalam air sumur jarak 6 m ke sawah irigasi. Jarak sumur ke sawah irigasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Korelasi antara jarak titik sumur ke sawah irigasi dengan kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut dalam air sumur, tinggi. Sikap responden terhadap air sumur yang letaknya berdekatan dengan sawah irigasi, seluruh responden (50 responden atau 100 %) khawatir air sumur mengandung residu pestisida.
(A
(A(A(A CaseCaseCaseCase StudyStudyStudyStudy inininin SunggalSunggalSunggalSunggal SubdistrictSubdistrictSubdistrictSubdistrict DeliDeliDeliDeli SerdangSerdangSerdangSerdang District)District)District)District)
ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT
The research of this study was conducted in Dusun Bandar Meriah, Sukamaju Village, Sunggal Subdistrict, Deli Serdang District. It’s aimed to observe water quality or resident’s well which are located closely by the agricultural land in terms of the presence of pesticide residue in accordance with it’s group or the active materials contained in it; to find out the influence of the well distance from the agricultural land on the well water quality in terms of the pesticide residue presence in accordance with It’s group or the active materials contained in it; and to find out the recident’s attitude and perception for pesticide use in their agricultural lands. The data on the well water quality was obtained through laboratory analysis while the data on the resident’s attitude and perception were obtained through questionnaire-based interviews conducted on 50 respondents whose wells are located very close to the irrigated rice fields. The data on the well water quality were processed and analyzed through ANOVA, Regression and Correlation tests. To find out the resident’s attitude and perception on the use of pesticide, the data found through interviewing the respondents were analyzed through descriptive method. The distance from the wells to the irrigated rice fields was divided into 3 (three) groups with the average distance for Group I was 2 m, Group II was 6 m, and Group III was 14 m. The result of this study showed that 0.024 mg/kg pesticide residue with active material of Deltametrine of Piretroid group was found in the water of the wells located 2 m from the irrigated rice fields and 0.023 mg/kg in the water of the well located 6 m from the irrigated rice fields. The distance from the wells to the irrigated rice fields did not have significant influence on the level of pesticide residue in accordance with its group or active materials contained in the pesticide residue. The correlation between the starting point of the distance between the wells and the irrigated rice fields with the level of pesticide residue which is in accordance with its group or active materials it contained found in the well water was high. The attitude of all of the 50 respondents (100%) towards the water of the wells which are very close to the irrigated rice fields was that they are worried that their well water contains the pesticide residue.
BAB BAB BAB
BAB I.I.I.I. PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
1.1. 1.1.
1.1.1.1. LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang
Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses
penguapan dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di
atmosfer, dan kemudian menjadi hujan. Siklus yang demikian ini disebut dengan
siklus meteorik. Air hujan yang turun ke permukaan bumi, ada yang langsung
mengalir di permukaan bumi (runn off) dan ada yang meresap ke bawah
permukaan bumi (infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan bumi
ada yang mengalir ke sungai, ke danau, dan akhirnya sampai kembali ke laut. Air
yang meresap ke bawah permukaan bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air
tidak jenuh (vadous zone) dan sistem air jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah
tanah yang terdapat pada suatu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan air
tanah. Sistem ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, hidrogelogi, dan gaya tektonik,
serta struktur bumi yang membentuk cekungan air tanah tersebut. Air ini dapat
tersimpan dan mengalir pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer
(aquiefer). Air yang telah mejalani siklus meteorik inilah yang kita gunakan
sehari-hari (Hadianet al. 2006).
Wahyudi (2009) mengemukakan bahwa air kalau dilihat dari letaknya
dapat dibagi menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air tanah adalah air
yang bergerak di dalam ruang - ruang antar butir-butir tanah yang membentuk itu
dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang terkekang dan air tanah
bebas.
Dewasa ini untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar
tertentu, menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia. Pencemaran air adalah
suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih
tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air
(Harmayani dan Konsukartha, 2007). Beberapa teori mengemukakan bahwa
unsur kimia air tanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah aktivitas
manusia. Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer.
Bentuk aktivitas manusia dapat berupa industri, bengkel pertokoan, transportasi,
kegiatan rumah tangga (mandi, cuci, kakus) ; kesemua itu akan menghasilkan
limbah yang sebagian besar bercampur dengan air tanah, sehingga air tanah akan
terpengaruh sifat-sifat fisika, kimia dan biologinya (Suharjoet al. 2006).
Penggunaan pestisida selain menopang peningkatan produk pertanian
maupun perkebunan, juga memberikan dampak negatif, baik terhadap manusia,
biota maupun lingkungan. Terjadinya pencemaran pestisida terhadap lingkungan
disebabkan oleh beberapa hal seperti cara aplikasi, wujud pestisida saat
diaplikasikan, sifat tanah dan tanaman, volatilitas dan solubilitas pestisida, serta
iklim (Manuaba, 2009).
Air hujan yang jatuh di lahan pertanian segera memasuki profil tanah
melalui proses infiltrasi, kemudian mengalir di dalam tanah sebagai air perkolasi
permukaan. Air perkolasi bersama bahan padatan terlarut, tersuspensi dari
partikel tanah dan residu pestisida mengalir menuju “ground water” atau sumur.
Hasil penelitian yang ada membuktikan, bahwa paparan residu pestisida
fenetrotion dari golongan organofosfat secara akut menghambat aktivitas enzim
AchE plasma darah pada kelompok petani dibandingkan dengan kelompok bukan
petani (Kusuma, 2009).
Pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan pertanian adalah karena
penggunaan pestisida yang tidak menurut aturan pemakainnya. Diperkirakan
insektisida yang berasal dari atmosfer masuk ke dalam samudera sebesar 2,4 x 107
ton. Diantara penyebabnya adalah penggunaan pestisida jenis organoklorin yang
banyak digunakan untuk pembasmi insektisida. Pestisida organoklorin yaitu
pestisida jenis organoklorin yang berkaitan dengan klorin. Jenis senyawa yang
terbentuk memiliki sifat sukar diurai di alam (persisten) dibandingkan pestisida
jenis organofosfat dan karbamat. Pestisida organoklorin bersifat lipofilik yaitu
senyawa ini mudah terikat dalam lemak dan cenderung meningkat dalam protein
plasma begitu pula senyawa ini dapat mengalami bioakumulasi dalam mahluk
hidup dan mengalami biomagnifikasi melalui rantai makanan (Connel et al. 1995,
dalamRazak 2006).
Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat
terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima,
merupakan sungai dan sumur. Beberapa penelitian yang mengenai kualitas air
yang menekankan pada aspek pestisida ditemukan residu pestisida di irigasi
golongan organoklorin yaitu alpha-BHC. Hal ini tentunya berbahaya karena
residu pestisida tersebut dapat masuk ke dalam tanaman pertanian misalnya padi
yang menggunakan air irigasi tersebut. Disamping itu, juga dapat merusak
ekosistem perairan. Dalam air baku air minum juga ditemukan residu organofosfat
jenis klorpirifos di Surabaya Intake Kali Surabaya : 3,15 ppm, dibandung Intake
Cikapundung: 0,29 ppm, di Jakarta Intake Ciliwung: 0,73 ppm dan di Tanggerang
Intake Cisadane: 0,36 ppm. Air dari Intake PDAM ini tentunya akan diolah
kemudian didistribusikan kepada masyarakat, yang dikhawatirkan adalah apabila
unit pengolahan di PDAM tidak dapat mendegradasi insektisida, dan air tersebut
akan digunakan sebagai air minum, tentunya akan berbahaya bagi kesehatan
manusia (Soemirat, 2005).
Dari banyak hasil monitoring residu yang dilaksanakan oleh
laboratorium-laboratorium universitas, lembaga-lembaga penelitian, dan dinas-dinas pemerintah
ditunjukkan bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat di
lingkungan sekitar kita. Residu pestisida telah ada di dalam tanah, di air minum,
air sungai, air sumur, udara dan yang berbahaya adalah di dalam buah-buahan.
Meskipun kadar residu pestisida yang ditemukan masih belum membahayakan
bagi kesehatan menurut ukuran baku WHO namun temuan-temuan tersebut
merupakan indikasi bahwa penggunaan pestisida bagaimanapun perlu
dikendalikan ( Untung, 2001). Dari 46 jenis pestisida yang digunakan di
lahan-lahan pertanian di Amerika, ternyata semuanya terdeteksi dalam air tanah di 26
Umumnya penduduk suatu desa memanfaatkan air tanah sebagai sumber
air bersih untuk kebutuhan bahan baku air minum serta kebutuhan sehari-hari
lainnya, melalui sumur gali. Hal ini disebabkan, selain belum adannya
sambungan pipa distribusi air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
ke desa tersebut, juga karena pengeksplotasian air tanah mudah dilakukan dan
biayanya relatif murah. Selain bersumber dari air tanah, untuk sumur gali yang
letaknya di lahan terbuka, sumber airnya juga dari air hujan yang langsung jatuh
ke dalam sumur tersebut.
Pengertian air bersih dalam hal ini disamakan dengan yang diuraikan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ MEN.KES/
PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengamatan Kualitas Air, yaitu ; air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Dari
pengertian ini, dapat juga diartikan bahwa air bersih itu adalah air yang digunakan
sebagai bahan baku air minum. Untuk pengertian air minum, pengertiannya
disamakan dengan yang diuraikan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Kualitas Air Minum, yaitu ; air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
Letak perumahan penduduk dan sumur di beberapa desa di wilayah irigasi
Kabupaten Deli Serdang sebagian besar berdekatan dengan sawah atau ladang
Penggunaan pestisida yang terus menerus dapat menimbulkan akumulasi residu di
dalam tanah dan kemudian bersama air hujan akan memasuki profil tanah melalui
proses infiltrasi dan perkolasi, kemudian mengalir ke sumur penduduk. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi kualitas air sumur ditinjau dari keberadaan residu
pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam
residu pestisida tersebut. Untuk mengetahui apakah kadar residu pestisida yang
dimaksud, telah mempengaruhi kualitas air sumur, maka nilainya akan
dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperbolehkan untuk
kehidupan ikan, hewan, atau manusia.
Penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal,
Kabupaten Deli Serdang seluruhnya memanfaatkan air tanah yang sebagian besar
melalui sumur gali sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, khusus
untuk air minum, ada beberapa penduduk yang menggunakan air bersih
berkemasan galon yang mereka beli di pasar atau di warung. Letak perumahan
penduduk maupun sumur galinya sebagian berdekatan dengan sawah irigasi
ataupun ladang dan sebagian kecil ada yang rumahnya dibangun di atas tanah
ladang tersebut.
Untuk menekan populasi hama pada tanaman, petani di dusun tersebut
menggunakan pestisida dengan frekuensi tergantung intensitas serangan hama.
Selama ini untuk tanaman padi di sawah irigasi, penduduk melakukan
penyemprotan pestisida sebanyak 8 - 9 kali mulai dari umur 1 minggu padi telah
ditanam sampai dengan panen ( selama 95 - 100 hari). Sebelum padi di tanam
dilakukan penyemprotan lahan dengan pestisida untuk membasmi keong mas
(satu) minggu telah ditanam, padi disemprot dengan menggunakan pestisida untuk
membasmi hama wereng dan hama penggerek batang lainnya. Demikian
seterusnya, dengan periode tertentu per minggu atau per 2 minggu tetap dilakukan
penyemprotan untuk membasmi hama daun, batang maupun buah.
Selain untuk tanaman padi, penyemprotan pestisida juga dilakukan untuk
tanaman palawija yang ada di tanah darat di sekitar sawah irigasi, seperti tanaman
kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, cabai, dan lainnya, dengan frekuensi
penyemprotan lebih kecil dari frekuensi penyemprotan terhadap tanaman padi.
Untuk kacang panjang dan cabai frekuensi penyemprotan lebih kurang 5 (lima)
kali sampai dengan habis masa panennya, sedangkan untuk kacang tanah dan
kacang hijau rata-rata sekali saja sampai dengan panen, terkecuali jika intensitas
serangan hama daun tinggi, maka penyemprotan dilakukan 2 (dua) kali.
Sewaktu dilakukan pengamatan di lapangan secara visualisasi, suatu petak
sawah irigasi yang masukan airnya dihentikan sementara, maka terlihat
permukaan tanahnya mudah kering, hal ini dapat diartikan di daerah ini
kemampuan tanah meloloskan air ke dalam tanah tinggi atau laju infiltrasi dan
perkolasinya tanah tinggi, dengan kata lain tanah tersebut memiliki permeabilitas
tinggi. Dari data yang ada dalam Peta Tanah Tinjau Sumatera Utara (Balai
Penelitian Perkebunan - RISPA Medan 1979), jenis macam/tanah di Desa Suka
Maju adalah Aluvial, Regosol, dan Organosol. Bahan induk adalah endapan
sungai, bahan organik, bentuk wilayah/fisiografi datar/dataran aluvial.
Pada saat dilakukan wawancara terhadap beberapa penduduk terkait
kualitas air sumur yang ada di sekitar sawah irigasi, umumnya mereka kurang
mengetahuinya secara mendalam, terutama bila dikaitkan dengan jarak sumur ke
sawah irigasi. Akan tetapi, penduduk yang sumurnya relatif dekat ke sawah
irigasi, menyatakan khawatir kalau suatu saat air sumur tersebut dapat
mengandung residu pestisida. Untuk memastikan apakah air sumur mengandung
residu pestisida, mereka tahu kalau air sumur tersebut harus diperiksakan atau
dianalisis ke laboratorium. Bila dikaitkan dengan bahaya langsung pestisida
terhadap mahluk hidup, semua penduduk yang diwawancarai menyatakan
berbahaya.
Berdasarkan letak sumur penduduk yang jaraknya relatif dekat ke sawah,
frekuensi penggunaan pestisida yang relatif tinggi terutama padi sawah
irigasi serta laju infiltrasi dan perkolasi tanah yang tinggi, maka diduga
penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman di Dusun Bandar Meriah
mempengaruhi kualitas air sumur penduduk dari ditinjau dari keberadaan residu
pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam
residu pestisida tersebut.
1.2. 1.2.
1.2.1.2. PerumusanPerumusanPerumusanPerumusan MasalahMasalahMasalahMasalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti, yaitu :
a. Bagaimana kualitas air sumur penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa
Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang berdekatan
dengan lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari keberadaan residu pestisida
sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu
b. Sejauh mana pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian (sawah irigasi)
terhadap kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa
Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari
keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang
terkandung dalam residu pestisida tersebut.
c. Bagaimana sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida
untuk menekan populasi hama tanaman padi di sawah irigasi.
1.3. 1.3.
1.3.1.3. TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kualitas air sumur penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa
Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang berdekatan
dengan lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari keberadaan residu pestisida
sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu
pestisida tersebut.
b. Mengetahui pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian (sawah irigasi )
terhadap kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa
Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari
keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang
terkandung dalam residu pestisida tersebut.
c. Untuk mengetahui sikap dan persepsi masyarakat Dusun Bandar Meriah, Desa
Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang terhadap penggunaan
pestisida di areal pertaniannya (sawah irigasi).
1.4. 1.4.
Jarak sumur penduduk ke areal lahan pertanian (sawah irigasi)
mempengaruhi kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa Suka
Maju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari keberadaan
residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung
dalam residu pestisida tersebut.
1.5. 1.5.
1.5.1.5. ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat terhadap berbagai
pihak, yaitu:
a. Untuk memperoleh hasil analisis kandungan residu pestisida dalam sumur
penduduk di Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan golongannya atau bahan
aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.
b. Untuk menambah pengetahuan masyarakat Kabupaten Deli Serdang tentang
pengaruh jarak sumur ke sawah irigasi terhadap kualitas air sumur, ditinjau dari
keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang
terkandung dalam residu pestisida tersebut. Diharapkan hasil penelitian ini,
berguna sebagai bahan pertimbangan bagi penduduk untuk membuat sumur di
sekitar lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari segi jaraknya dari lahan
pertanian (sawah irigasi) tersebut.
c. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, terkait dengan penelitian
BAB
BABBABBAB II.II.II.II. TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
2.1. 2.1.
2.1.2.1. AirAirAirAir TanahTanahTanahTanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam ruang - ruang antar butir-butir
tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam
retakan-retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang
terkekang dan air tanah bebas. Jika air tanah itu bebas maka permukaannya akan
membentuk gradient yang dikenal dengan gradien hidrolik sehingga pergerakan
air tanahnya akan membentuk sebuah kontur (Wahyudi, 2009).
Kumalasari dan Satoto (2011) mengemukakan bahwa air tanah adalah air
yang berada di dalam tanah, air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air
hujan yang diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak tidak jauh dari
permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah
dalam adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui
proses adsorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga
berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal. Air
tanah ini bisa didapatkan dengan cara membuat sumur.
Air di dunia 97,2 % berupa lautan dan 2,8 % terdiri dari lembaran es dan
gletser (2,15%), air artesis (0,62 %) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini
meliputi danau air tawar 0,009%, danau air asin 0,008%, air tanah 0,005%, air
atmosfer (hujan dan kabut) 0,001% dan air sungai 0,0001% (Strahler dan Strahler
cit. Foth, 1984dalamHanafiah 2005).
Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup
baik untuk sumber air bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur
tabung, spring, atau sumur horisontal. Cara pengambilan air tanah yang paling tua
dan sederhana adalah dengan membuat sumur gali (dug wells)dengan kedalaman
lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari
sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah air tanah dangkal.
Untuk pengambilan yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang
lebih besar. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5 - 8
meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana air
tawar berada di atas air asin (Suripin, 2001).
Air hujan yang jatuh di lahan pertanian segera memasuki profil tanah
melalui proses infiltrasi, kemudian mengalir di dalam tanah sebagai air perkolasi
dan sebagian dari air hujan mengalir di permukaan tanah sebagai air limpasan
permukaan (Kusuma, 2009). Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal
dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan
aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah
aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah
lateral) dan gravitasi (gerakan air kearah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian
atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai
akibat gaya gravitasi bumi dan di kenal sebagai proses perkolasi (Asdak, 2001).
Menurut hukum Darcy kecepatan aliran air tanah dapat dirumuskan sebagai
berikut (Wahyudi, 2009) :
Dimana :
V= kecepatan aliran (cm/dt)
k= koefisien permeabilitas
i= gradien hidrolik
Kodoatie (2010) mengemukakan bahwa di daerah tangkapan/imbuhan
(recharge area) air tanah, air dari permukaan tanah meresap ke dalam tanah
mengisi akuifer baik akuifer bebas (unconfined aquifer) maupun akuifer tertekan
(confined aquifer). Di daerah pelepasan/luahan (discharge area) air tanah keluar
dengan berbagai cara, misalnya menjadi mata air, air di dalam sumur dangkal
maupun air di dalam sumur bor (sumur dalam) atau menjadi aliran dasar (base
flow).
2.2. 2.2.
2.2.2.2. PestisidaPestisidaPestisidaPestisida
2.2.1. 2.2.1.
2.2.1.2.2.1. SejarahSejarahSejarahSejarah pestisidapestisidapestisidapestisida
Pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh bangsa Cina pada tahun
900 M, dengan memakai senyawa arsenat. Sudah dipakainya pestisida ultra
tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah maju dibidang pertanian,
terbukti dengan kenyataan pengenalan pestisida yang pertama sekali oleh manusia di
negara ini. Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan
cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada
akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun
tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 di Eropah.
Metodenya masih sederhana, pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu
belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam
atau disiramkan. Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus
racun pembasmi hama. Berbeda di daratan Eropah, di Malaysia dan sekitarnya lebih
mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat
pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan Anerin I
dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium (Ekha, 1988).
Tahun 1942 merupakan awal dari gerakan revolusi kimia dalam bidang
pertanian, dimana pada tahun itu telah berhasil diciptakan suatu pestisida buatan
(sentetis) yang merupakan suatu bentuk persenyawaan yang memiliki gugus aktif.
Pestisida pertama yang dibuat adalah dengan menggunakan senyawa kimia aktif DDT
(Dikhloro Difenil Trikhloroetana), dan kemudian diikuti oleh bermacam-macam jenis
lainnya. Ternyata kemudian, senyawa aktif yang merupakan senyawa kimia
majemuk dan memiliki daya racun sangat tinggi yang dimiliki oleh Pestisida DDT
dan DDE (yang merupakan produksi pecahan pertama dari DDT) tidak dapat terurai
dalam beberapa tahun. Secara relatif, dari pestisida tersebut tidak larut dalam air,
akan tetapi larut pada lemak dan senyawa lipid lainnya serta menempel kuat pada
partikel-partikel, sehingga perlakuan-perlakuan pertanian dengan menggunakan DDT
dan DDE sebagai pestisida di kemudian hari mengakibatkan keracunan terhadap
manusia yang mengkonsumsi hasilnya (Palar, 1994). DDT bersifat toksik terhadap
mamalia, dan mungkin bersifat karisinogen. Insektisida ini sangat bersifat presisten
dan terakumulasi dalam rantai makanan, sehingga tidak boleh digunakan lagi
(Achmad, 2004).
Penggunaan pestisida di Indonesia telah dilakukan sejak sebelum PD II untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Penggunaan di sub sektor
tanaman pangan dan hortikultura meningkat sangat pesat sejak dilakukan program
Bimas sebagai upaya untuk meningkatkan produksi pertanian merupakan teknologi
berprpduksi yang dikenal sebagai Pancausaha, yaitu (1) penanaman varietas unggul,
(2) pengolahan tanah yang baik, (3) pemupukan berimbang, (4) pengairan dan (5)
pengendalian hama. Pada awal dilaksanakannya program Bimas, usaha pengendalian
hama terutama dilakukan dengan menggunakan pestisida. Hal ini antara lain
disebabkan terbatasnya teknologi pengendalian OPT pada waktu itu. Teknologi
pengendalian OPT yang dianggap peling menjanjikan harapan adalah penggunaan
pestisida (Rahayuningsih, 2009).
2.2.2. 2.2.2.
2.2.2.2.2.2.PengertianPengertianPengertianPengertian pestisidapestisidapestisidapestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berari hama dan sida berasal dari kata
caido yang berarti pembunuh. Dengan demikian pestisida merupakan substansi
kimia yang digunakan membunuh ataupun mengendalikan berbagai hama.
Menurut pengertian secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai
suatu bahan yang digunakan untuk pengendalian populasi jasad hidup yang
dianggap sebagai hama dalam arti yang merugikan kepentingan manusia
(Hanindipto,1989,dalamRahayuningsih 2009 ).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
258/MENKES/PER/III/1992, tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan
Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagaian-bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian;
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tenaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk golongan pupuk;
4. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan
dan ternak.
6. Memberantas hama-hama air.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang
dapat menyebabkan penyakit manusia atau binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Djojosumarto (2008) mengemukaan bahwa sebagai produk perlindungan
tanaman, pestisida pertanian meliputi semua zat kimia, atau bahan-bahan lain
(ekstrak tumbuhan, mikroorganisme, dan hasil fermentasi) yang digunakan untuk
keperluan berikut :
1. Mengendalikan atau membunuh organisme pengganggu tanaman (OPT).
Sebagai contoh insektisida, akarisida, fungisida, nematisida, moluskisida,
dan herbisida.
2. Mengatur pertumbuhan tanaman, dalam arti merangsang atau menghambat
pertumbuhan dan mengeringkan tanaman. Sebagai contoh zat pengatur
tumbuh,deofoliant(senyawa kimia untuk mengontrol daun), dandessicant
(senyawa untuk mengeringkan daun).
Dalam pengertian sehari-hari OPT dibagi menjadi tiga kelompok berikut.
2. Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematode).
3. Gulma atau tumbuhan pengganggu.
2.2.3. 2.2.3.
2.2.3.2.2.3. PengertianPengertianPengertianPengertian residuresiduresiduresidu pestisidapestisidapestisidapestisida
Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian,
bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tak
langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan
pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat
pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologis (Komisi Pestisida, 1997).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 24/ Permentan/ SR.140/
4/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, pengertian residu
pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada
atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah.
2.2.4. 2.2.4.
2.2.4.2.2.4. Jenis-jenisJenis-jenisJenis-jenisJenis-jenis pestisidapestisidapestisidapestisida
Wudianto (2011) mengemukakan dari banyaknya jasad pengganggu yang
bisa mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida diklasifikasikan menjadi
beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, yaitu :
1. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga adalah binatang yang
26 % spesiesnya merugikan manusia karena herbivor atau fitofak,
sedang sebagian lainnya merugikan manusia karena menyebarkan
serangga yang sangat penting misalnya serangga penyerbuk (pollinator),
pengurai (decomposer),predator dan parasitosid pada serangga lain,
penghasil bahan berguna (lebah madu), dan sebagainya.
2. Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Pada
umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benang halus ini
yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas.
3. Bakterisida
Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif
beracun yang bisa membunuh bakteri. Serangan bakteri pada tanaman
cukup merugikan petani. Tumbuhan tingkat rendah yang sangat kecil ini
dilihat dari bentuknya ada yang bulat, berbentuk batang, dan spiral.
Panjangnya 0,15-6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri.
4. Nematisida
Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil ini ada yang panjangnya
lebih dari 1 cm walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200
sampai 1000 milimikron. Racun yang dapat mengendalikan nematoda ini
disebut dengan nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran
yang penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenamkan
dalam tanah. Walaupun demikian ada pula yang berbentuk larutan dalam
5. Akarisida
Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungu, caplak, dan laba-laba. Tungu adalah binatang kecil yang
besarnya kurang dari 0,5 mm, berkaki 8, dan berkulit lunak dengan
kerangka khitin. Warnanya bermacam-macam, ada yang merah, kuning,
ada pula yang hijau.
6. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat,
misalnya tikus.
7. Moluskisida
Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput
telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang
banyak terdapat di tambak.
8. Herbisida
Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran
gulma dalam areal pertanaman sangat tidak dikehendaki karena
menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperoleh unsur hara, air dan
matahari.
Selain beberapa jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain.
yang menjual, sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pisisida, adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan
ikan mujair yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam.
b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang.
c. Avisida, merupakan pestisida pembunuh burung.
d. Larvisida, adalah pestisida pembunuh ulat.
e. Pedukulisida, merupakan pestisida pembunuh kutu.
f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa
pohon.
g. Ovisida, merupakan pestisida perusak telur.
h. Piscisida, merupakan pestisida pembunuh predator.
i. Termisida, merupakan pestisida pembunuh rayap.
j. Arborisida, merupakan pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar.
k. Predasida, merupakan pestisida pembunuh hama vertebrata.
2.2.5. 2.2.5.
2.2.5.2.2.5. FormulasiFormulasiFormulasiFormulasi pestisidapestisidapestisidapestisida
Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan tambahan dengan
kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai pestisida sesuai
dengan tujuan yang direncanakan. Bahan aktif adalah bahan kimia sintetik atau
bahan alami yang terkandung dalam bahan teknis atau formulasi pestisida yang
memiliki daya racun atau pengaruh biologis lain terhadap organisme sasaran
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut
bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh
organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). Jika dilihat dari
strukturnya kimianya, bahan aktif bisa digolongkan menjadi kelompok organik
sintetik, organik alamiah, dan inorganik. Bahan aktif ini jenisnya sangat banyak
sekali. Tahun 1986 Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat mencatat ada
2.600 bahan aktif yang sudah dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35.000
formulasi atau merek dagang (Wudianto, 2011).
Di Indonesia ada bahan aktif pestisida yang dilarang dan ada bahan aktif
pestisida terbatas, yang diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
01/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang
Dilarang Dan Pestisida Terbatas. Bahan aktif pestisida yang dilarang
sebagaimana yang dimaksud dalam lampiran I Peraturan Menteri Pertanian
[image:40.595.114.510.512.756.2]tersebut adalah seperti yang dicantumkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang penggunaan pestisida
No. Bahan Aktif CAS No
1. 2, 4, 5 - Triklorofenol 93-76-5
2. 2, 4, 5 - Triklorofenol 95-95-4
3. Natrium 4 - Brom - 2, 5 - diklorofenol 4824-78-6
4. Aldikarb 116-06-03
5. Aldrin 309-00-2
6. 1,2-Dibromo-3-kloropropan (DBCP) 96-12-8
7. Cyhexatin 13121-70-5
8. Dikloro difenil trikloroetan (DDT) 50-29-3
9. Dieldrin 60-57-1
10. 2, 3 - Diklorofenol 11. 2, 4 - Diklorofenol 12. 2, 5 - Diklorofenol
13. Dinoseb 88-85-7
14. Ethyl p-nitrophenyl
Benzenethiophosnate (EPN) 2104-64-5
15. Endrin 106-93-4
16. Etilen dibromida (EDB) 72-20-8
17. Fosfor kuning (Yellow Phosphorus)
Tabel 2.1. Lanjutan
No. Bahan Aktif CAS No
19. Kaptafol 2425-06-1
20. Klordan 57-74-9
21. Klordimefon 19750-95-9
22. Leptopos 21609-90-5
23. Lindan 608-73-1
24. Metoksiklor 72-43-5
25. Mevinfos 26718-65-0
26. Monosodium metan arsonat (MSMA) 2163-80-6
27. Natrium klorat 7775-09-9
28. Natrium tribromofenol
29. Metil parathion 298-00-0
30. Pentaklorofenol (PCP) dan garamnya 87-86-5
31. Senyawa arsen 1327-53-3
32. Senyawa merkuri 10112-91-1, 7546-30-7, 7487-94-7,
21908-53-2 33. Strikhnin
34. Telodrin 297-78-9
35. Toxaphene 8001-35-2
36. Mireks 2385-85-5
Sumber : Lampiran I Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 01/Permentan/OT.140/1/2007
Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk pestisida rumah tangga,
hygiene dan sanitasi yang digunakan untuk pengendalian serangga rumah tangga
adalah diklorvos dan klorpirifos.
Bahan aktif pestisida yang ditetapkan sebagai pestisida terbatas, sesuai isi
Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 01/Permentan/OT.140/1/2007
tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang Dan Pestisida Terbatas
tersebut, adalah :
1. Alumunium Fosfida
2. Parakuat Diklorida
3. Seng Fosfida
4. Magnesium Fosfida
5. Metil Bromida
Bentuk pestisida yang merupakan formulasi ini ada berbagai macam.
untuk disesuaikan dengan kesediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta
efektifitasnya. Berikut beberapa formulasi atau bentuk pestisida yang beredar di
Indonesaia (Wudianto, 2011) :
1. Tepung hembus, debu (dust= D)
Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya
belerang, atau dicampur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai
karier, atau dicampur bahan-bahan organik seperti tepung tempurung
tanaman, walnut, mineral profit, bentoit, atau talk. Kandungan bahan
aktifnya rendah, sekitar 2 - 10%. Dalam penggunaannya pestisida ini
harus dihembuskan menggunakan alat khusus yang disebutduster.
2. Butiran (granula = G)
Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan
aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan aktif.
Bagian luarnya ditutup dengan suatu lapisan. Penggunaannya cukup
ditaburkan atau dibenamkan di sekitar perakaran tanaman atau
dicampur dengan media tanaman. Butiran ini akan larut dalam air
secara pelan-pelan. Dengan sifatnya ini, pestisida jenis ini tidak mudah
tercuci oleh air siraman sehingga residunya tahan lama di dalam tanah.
Walau demikian, dalam air sawah atau saat hujan lebat, granula sangat
tidak sesuai untuk digunakan. Contoh pestisida yang berbentuk granula
adalah; insektisida dan nematisida Furadan 3G, insektisida, nematisida,
3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wattable powder= WP)
Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara
langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih
dahulu dibasahi air. Kandungan bahan aktifnya 50-85 %. Pestisida
berbentuk WP ini cukup banyak diperdagangkan. Misalnya insektisida ;
Confidor 5 WP, Garavox 20 WP, dan Dimilin 25 WP; fungsida;
Antracol 70 WP, Fodicur 25 WP, dan Dithane M-45 80 WP; herbisida;
Gesapax 80 WP, Gesaprim 80 WP, dan Hyvar 80 WP; akarisida;
Morestan 25 WP; dan bakterisida; Agrept 20 WP dan Agrimycin 15/1,5
WP.
4. Tepung yang larut dalam air (water-solube powder= SP)
Pestisida berbentukm SP ini sepintas mirip WP. Penggunaannya pun
ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP
tidak bisa terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Kandungan bahan
aktifnya biasanya tinggi. Insektisida Dicarazol 25 SP dan herbisida
Target 25/38 SP merupakan contoh formulasi ini.
5. Suspensi (flowable concentrate= F)
Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut
serbuk yang dicampur dengan sedikit air. Campuran ini dapat
tercampur air dengan baik dan mempunyai sifat yang serupa dengan
formulasi WP yang ditambah sedikit air. Contoh herbisida Gesapax
6. Cairan (emulsifitable concentrate= EC)
Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran
bahan aktif dengan perantara emulsi (emulsifier). Dalam
penggunaannya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air.
Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya disebut emulsi. Bentuk
EC ini paling banyak dijumpai di pasaran. Sebagai contoh insektisida
Agrimec 18 EC dan Decis 2,5 EC; fungisida Afugan 300 EC; dan
akrasida Meothrin 50 EC.
7. Ultra Low Volume(ULV)
Pestisida bentuk ini merupakan jenis khusus dari formulasi S (solution).
Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam
solven minimum. Biasanya digunakan pada areal yang sulit
memperoleh air. Sebagai contoh insektisida Sumialpha 10 ULV.
8. Solution(S)
Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida
ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian
jasad pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan
lain. Formula ini hampir tidak ditemui. Satu-satunya adalah Gramoxon
S yang merupakan herbisida kontak purna tumbuh.
9. Aerosol (A)
Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif
berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak)
propelan. Formulasi jenis ini banyak digunakan di ruma tangga, rumah
kaca, atau pekarangan. Contohnya insektisida Baygon dan Raid.
10. Umpan beracun (poisonus bait= B)
Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif
pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad
pengganggu. Contohnya Rodentisida Klerat dan Ramortal 12B.
11.Powder concentrate(PC)
Formulasi berbentuk tepung ini biasanya tergolong Rodentisida yaitu
untuk membrantas tikus. Penggunaannya dicampur dengan umpan dan
dipasang di luar rumah. Contoh formulasi ini yaitu Racumin, Diphacin,
dan Silmurin.
12.Ready Mix Bait(RMB)
Formulasi ini berbentuk segi empat (blok) besar dengan bobot 300 gram
dan blok kecil dengan bobot 10-20 gram serta pelet. Bahan aktifnya
rendah, antara 0,003-0,005 %. Contoh Klerat RMB.
13. Pekatan yang dapat larut dalam air (Water Soluble Concentrate= WSC)
Merupakan formulasi berbentuk cairan yang larut dalam air. Hasil
pengencerannya dengan air disebut dengan larutan. Contoh formulasi
ini ialah Defence 200/130 WSC yang merupakan bahan pengawet kayu
untuk mengendalikan jamur biru pada kayu gergajian.
14. Seed Treatment (ST)
Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaannya dicampur dengan
sedikit air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih
mengendalikan hama lalat bibit Agromyza sp. pada bibit kedelai.
Contoh lain adalah Marshal 25 ST yang berfungsi untuk mengendalikan
lalat bibit.
2.2.6. 2.2.6.
2.2.6.2.2.6. PenggolonganPenggolonganPenggolonganPenggolongan pestisidapestisidapestisidapestisida
Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi
menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka
pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup
lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan (Darmono, 2008), yaitu :
a. Organophosphat
Lebih dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji
untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500
jenis saja dewasa ini. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik bila
tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh
serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya
fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas
kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk
pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga
digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi
antikholinergik (misalnya; trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya).
Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk
mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis
pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila
termakan, meskipun dalam jumlah sedikit saja, dapat menyebabkan kematian.
Wudianto (2011) mengemukakan bahwa sebagian besar bahan aktif
golongan organofosfat sudah dilarang beredar di Indonesia, misalnya diazinon,
fention, fenitroteion, fentoat, klorpirifos, kuinalfos, dan malation, sedangkan
bahan aktif lainnya masih diijinkan. Bahan aktif dari golongan ini cukup banyak
digunakan beberapa jenis pestisida. Contoh nama formulasi yang menggunakan
bahan aktif golongan organofosfat adalah:
• herbisida : Scout 180/22 AS, Polaris 240 AS, Roundup 75 WSG.
• fungisida : Kasumiron 25/l WP, Afugan 300 EC, Rizolex 50 WP.
• insektisida : Curacron 500 EC, Voltage 560 EC, Tokuthion 500 E.
b. Karbamat
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini
biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan
organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Mekanisme toksisitas
dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim achE dihambat
dan mengalam karbamilasi.
Wudianto (2011) mengemukakan bahwa bahan aktif yang termasuk
golongan karbamat antara lain karbaril dan metomil yang telah dilarang
penggunaannya. Namun, masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif lain
dari golongan karbamat. Sebagai contoh fungsida Previcur-N, Topsin 500F, dan
masuk dalam tubuh akan menghambat enzim kholinesterase, seperti halnya
golongan organophosphat.
c. Organoklorin
Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan
pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut
DDT. Klasifikasi insektisida organokhlorin, seperti yang dicantumkan dalam
[image:48.595.146.511.325.424.2]Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2. Klasifikasi insektisida organokhlorin
Kelompok Komponen
Cyclodienes Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor,
endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.
Hexachlorocyclohexan Lindane
Derivat Chlorinated-ethan DDT Sumber : Darmono, 2008
Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun
komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya
pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan
serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas
tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya
tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat
menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam.
Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.
DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya
masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang
Wudianto (2011) mengemukakan bahwa sebagian beberapa bahan aktif
golongan organoklorin juga dilarang penggunaannya di Indonesia, misalnya
dieldrin, endosulfan, dan klordan. Nama formulasi dari golongan organoklorin
yang beredar di Indonesia adalah herbisida Garlon 480 EC dan fungisida Akofol
50 WP. Cara kerja racun ini dengan mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Direktorat Sarana Produksi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian (2010) mengemukakan bahwa untuk jenis pestisida
insektisida dapat dibagi menjadi bermacam golongan sesuai dengan bahan
aktifnya, antara lain ; Amidin, Avermectin, Benzoyl, Urea, Diasil hidrazin, Difenil,
Fenil-pirazol, Juvenile harmonic, Karbamat, Neonicotinoid, Neristoksin,
Organofosfat, Piretroid dan Pirol.
Untung (2001) mengemukakan bahwa insektisida dapat dikelompokkan
dalam beberapa cara menurut cara masuknya dalam tubuh serangga, dan menurut
sifat kimianya. Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, insektisida
dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu racun perut, racun kontak, dan fumigan.
Menurut sifat dasar senyawa kimianya, insektisida dapat dibagi menjadi
insektisida anorganik yang tidak mengandung unsur karbon dan insektisida
organik yang mengandung unsur karbon. Insektisida organik masih dapat dibagi
menjadi insektisida organik alami dan insektisida organik sintetik.
Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif
(senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu
organoklorin, organofosfat, karbamat, dan piretroid sintetik. Piretroid merupakan
kelompok insektisida organik sintetik konvensional yang paling baru, digunakan
Keunggulan piretroid sintetik karena memiliki pengaruh knock down atau
menjatuhkan serangga dengan cepat, tingkat toksisitas rendah bagi manusia.
Beberapa piretroid yang termasuk generasi keempat yang saat ini juga ada yang
sudah diijinkan di Indonesia antara lain sipermetrin, flusitrinit, fluvalinat,
deltametrin (Untung, 2001).
2.2.7. 2.2.7.
2.2.7.2.2.7. ProsesProsesProsesProses masuknyamasuknyamasuknyamasuknya pestisidapestisidapestisidapestisida kekekeke lingkunganlingkunganlingkunganlingkungan
Manuaba (2009) mengemukaan bahwa transfer pestisida ke lingkungan
dapat terjadi melalui cara:
1. Adsorpsi, adalah terikatnya pestisida dengan partikel-partikel tanah.
Jumlah pestisida yang dapat terikat dalam tanah bergantung pada jenis
pestisida, kelembaban, pH, dan tekstur tanah. Pestisida dapat teradsorpsi
dengan kuat pada tanah berlempung ataupun tanah yang kaya
bahan-bahan organik, sebaliknya pestisida tidak dapat teradsorpsi dengan kuat
pada tanah berpasir. Adsorpsi pestisida yang kuat di dalam tanah
mengakibatkan tidak terjadi penguapan sehingga tidak menimbulkan
perncemaran terhadap air tanah maupun air danau.
2. Penguapan, adalah suatu proses perubahan bentuk padat atau cair ke
bentuk gas, sehingga dalam bentuk gas bahan tersebut dapat bergerak
dengan bebas ke udara sesuai dengan pergerakan arah angin. Kehilangan
akibat pengupan ini dapat menghancurkan tanaman yang jauh dari tempat
dimana pestisida tersebut digunakan. Pestisida dapat menguap dengan
sebagai akibat dari tanahnya yang berpasir dan basah. Cuaca yang panas,
kering dan berangin juga mempercepat terjadinya penguapan pestisida.
3. Kehilangan pestisida saat aplikasi adalah kehilangan yang disebabkan