• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Sebagai Konsumen Kartu Kredit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Sebagai Konsumen Kartu Kredit"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH SEBAGAI

KONSUMEN KARTU KREDIT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dalam Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

ESTERIA MAYA RITA LINGGA 080200054

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH SEBAGAI

KONSUMEN KARTU KREDIT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dalam Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

ESTERIA MAYA RITA LINGGA 080200054

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Perdata

NIP. 196603031985081001 Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Malem Ginting, S.H., M.Hum.

NIP. 195707151983031002 NIP. 197308042002121001 Mulhadi, S.H., M.Hum.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Tiada kata seindah ucapan Syukur dan Terima Kasih penulis ucapkan kepada Sahabat Setia penulis Tuhan Yesus Kristus yang telah bersedia mendengar curahan hati penulis. Begitu banyak yang penulis alami selama proses pengerjaan skripsi ini baik suka dan duka. Namun, oleh karena kebaikan, pertolongan, penyertaan-Nya, akhirnya penulis bisa menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sampai pada tahap penulisan akhir skripsi pada Jurusan Perdata BW ini.

Penulisan skripsi ini berjudul Perlindungan Hukum terhadap Nasabah sebagai Konsumen Kartu Kredit yang dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara secara khusus dan dunia pendidikan Fakultas Hukum seluruh Indonesia secara umum untuk dipergunakan seperlunya dalam kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan hukum. Skripsi ini berisi uraian tentang kedudukan nasabah sebagai konsumen kartu kredit, hubungan hukum antara bank, nasabah dan merchant, perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai kosumen kartu kredit.

(4)

dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu sebelum, selama, dan setelah penulis mengerjakan skripsi. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang istimewa yang sangat istimewa. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orangtua terkasih dan sekaligus menjadi orangtua kebanggaan penulis yakni Bapak Josni Wanson Lingga dan Ibu Sehat br. Sinuraya yang selama ini telah membantu dan membawa penulis dalam Doa, memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis dan memberikan semangat sehingga penulis dapat melewati berbagai tantangan dan rintangan selama pengerjaan skripsi ini hingga selesai. Bibi’ Tua penulis Ibu Rebeka br. Sinuraya yang sangat baik hati yang telah menjaga penulis sejak penulis berumur 9 tahun hingga saat ini dan telah penulis anggap sebagai orangtua kandung penulis sendiri. Saudara-saudara penulis yaitu Abang Tua Benny Zulfenry Lingga, Abang Handy Pradana Lingga dan Kak Fitri Any Lingga, S. H., serta keponakan-keponakan penulis yaitu Dhanil Yoza Pratama Lingga, Vioni Zefanya br. Lingga, Prayogi Yehezkiel Lingga dan Jestin Ibastanta Lingga yang telah mengisi hari-hari penulis ketika berada di kampung dengan keceriaan.

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, S.H, M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M. Husni, S.H, M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Malem Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini;

8. Bapak Mulhadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah memberikan bimbingan, mengarahkan serta memberi saran kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini;

9. Bapak Syaiful Azam, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik selama penulis mengenyam bangku pendidikan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(6)

menjalankan tugas membimbing kami dalam mengikuti Piala Tjokorda Raka Dherana Udayana Moot Court Competition (MCC) Fakultas Hukum Universitas Udayana 6-9 Agustus 2010 di Bali. Bagi penulis, Bapak dan Ibu tidak hanya sekedar menjadi Dosen sekaligus Dosen Pembimbing, namun sudah seperti keluarga selama penulis menjalani pendidikan di kampus tercinta.

11.Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik yang masih mengabdikan diri maupun yang telah pensiun.

12.Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 13.Kelompok Belajar Gemar Belajar (GEMBEL). Bagi penulis, kelompok

belajar GEMBEL tidak hanya sekedar kelompok belajar tetapi juga telah menjadi rumah kedua penulis karena kelompok belajar GEMBEL telah memperkenalkan dan mengajarkan penulis tentang arti dari sebuah persahabatan yang sesungguhnya dan menjadi mahasiswa yang berintegritas. Sungguh Bangga bisa menjadi bagian dari kelompok belajar GEMBEL. GEMBEL tetap ada dan akan terus ada untuk mengajarkan anggota GEMBEL dan lingkungan sekitar untuk menjadi seseorang yang membawa perubahan positif.

(7)

ini kalian telah menjadi seseorang yang berarti buatku, terima kasih atas waktu dan kebersamaan yang bisa kita lalui, terima kasih untuk pujian dan saran yang telah kalian berikan. Empat tahun untuk selamanya.

15.Sahabat GEMBEL khususnya Stambuk 2008 yang selama ini telah bekerja keras dan bekerja sama dengan penulis selama bernaung dalam suatu perkumpulan kelompok belajar GEMBEL yakni Hendrika Sinaga, S.H., Wanelfi Mangunsong, S.H., Novaria D.Y Silaban, S.H., Fransiska Purba, S.H., Dorothy F. Rumapea, S.H., Dedy Ronald Gultom, S.H., Immanuel Rumapea, S. H., Fernandes Silaban, S. H., Yuyun Kartika Sari., S.H. 16. Seluruh anggota GEMBEL, Erikson, Joice, Santi, Esra, Sahat, Marupa,

Sherly, Revany, Rahman, Vero, Febri, Witiya, Sastro, Castro, Kristina, Giovany, Desi, Nia, Harytama, Poltak, Sapta, Eko, Tulus, Jhon, Samuel, Jaka, Jeremy, Firman, Alex, Juanda, Adhy, Maslon, Erick, Maruli, Gabeta, Mama Frans, Dian, Theresia, Emy dan rekan GEMBEL yang secara tidak langsung telah menjadi bagian dari keluarga GEMBEL yakni Melky S. Pardede, S.H., dan adek Nathan.

(8)

18.Abang-abang penulis yaitu Alboin Fransius Aditra Roga Pasaribu, S. H., Gading Satria Nainggolan, S. H., Johannes Tare Pangaribuan, S. H., Uda’ angkat penulis yaitu Satra Lumbantoruan, S. H., Sera Ricky Swanri Siallagan, S.H., dan Tulang angkat penulis Suhardi Fonger, S. H. Terima kasih Abang-abang, Uda’ dan Tulang atas waktu, kasih sayang dan didikan yang kalian berikan. Kalian telah menjadi inspirasi bagiku karena banyak hal yang tidak pernah kuketahui telah kalian ajarkan kepadaku. Terima kasih atas bimbingan kalian selama ini.

19.Kobakum/ Komunitas Basket Hukum (Putra dan Putri) khususnya Tim Basket Putri yaitu Megawati, Hanna, kak Medo, kak Yuni, kak Vania, kak Vina, kak Sion, kak Sondang, kak Claudya, Sari, Agnes, Haruko, Heike, Tari, Anggi, Chintami, Dinda, Tata, Dani, Grace, para Coach yaitu bang Hansen Siahaan, S. H., bang Tema Laoly, S. H., M.Hum dan bang Lincoln Sirait, S.H., serta seluruh alumni Tim Basket Putra/i yang masih bersedia mendampingi Tim Basket Putra dan Putri.

20.Seluruh keluarga Stopat’z khususnya Indah Sari Novita Simamora, S.H., Sylvia S. Lumban Tobing, S.S., Vivi, S.T., Marini Pratiwi, S. S., Darlia Yap, S.E., dan rekan-rekan seperjuangan.

(9)

Suhardi Fonger, Dermawanty Lumbantoruan, Whenny Maranatha Siregar, Ristama Situmorang, Yusty Riana Purba, Riswendang Purba, Melda Lumbantoruan, Dedi Ronald Gultom, Fika Habbina, Paruhum Purba, Fransisca Purba, Wanelfi Simangunsong, Dorothy Rumapea;

22.Seluruh teman-teman Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga telah memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis untuk mengerjakan skripsi ini;

23.Para penulis buku-buku dan artikel-artikel yang penulis jadikan referensi data guna pengerjaan skripsi ini.

Medan, Juli 2012 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ………. viii

ABSTRAKSI ………. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penulisan ……… 7

D. Manfaat Penulisan ………... 8

E. Metode Penelitian ………... 9

F. Keaslian Penulisan ………... 12

G. Sistematika Penulisan ………... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perlindungan Konsumen …………... 15

B. Hak dan Kewajiban Konsumen ……… 22

C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ……….. 29

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KARTU KREDIT A. Sejarah dan Pengertian Kartu Kredit ……… 32

B. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kartu Kredit …………... 39

C. Dasar Hukum Penerbitan Kartu Kredit ………... 45

(11)

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH SEBAGAI KONSUMEN KARTU KREDIT

A. Kedudukan Hukum Nasabah sebagai Konsumen

Kartu Kredit ………. 61 B. Hubungan Hukum antara Nasabah, bank dan merchant ……….. 64 C. Perlindungan Hukum terhadap Nasabah sebagai

Konsumen Kartu Kredit ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen ……….. 70 D. Faktor-faktor Penghambat dalam Memberikan

Perlindungan Hukum terhadap Nasabah sebagai Konsumen

Kartu Kredit ………. 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………... 95 B. Saran ………... 98 DAFTAR PUSTAKA

(12)

ABSTRAK Esteria Maya Rita Lingga∗

Malem Ginting** Mulhadi***

Kartu kredit adalah salah satu alat bayar dalam transaksi perdagangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Masyarakat tertarik untuk menggunakan kartu kredit karena memberikan banyak fasilitas dengan iming-iming hadiah menarik, utang pada kartu kredit lama dari bank lain bisa ditutup dengan cicilan, aplikasi yang sederhana dan persyaratan yang gampang dalam pengajuan permohonan kartu kredit. Penggunaan kartu kredit ini tidak hanya memberikan keuntungan tetapi pada akhirnya dapat menimbulkan masalah dan menyebabkan adanya keluhan dari nasabah. Untuk itu diperlukan adanya perlindungan hukum terhadap nasabah dalam penggunaan kartu kredit. Dalam skripsi ini, permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana hubungan hukum antara nasabah, bank, dan merchant, bagaimana perlindungan hukum yang diberikan terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit dan faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data secara studi kepustakaan (library research) yakni penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku, berbagai literatur, peraturan perundang-undangan serta melalui media elektronik (internet).

Dalam dunia perbankan, nasabah yang menggunakan kartu kredit digolongkan sebagai konsumen jasa perbankan karena nasabah yang menggunakan kartu kredit adalah konsumen akhir dari barang dan/ atau jasa perbankan yang dipergunakan baik untuk kepentingan diri sendiri, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Penggunaan kartu kredit menimbulkan hubungan hukum yang berbeda antara bank, nasabah dan merchant. Nasabah sebagai konsumen kartu kredit ditempatkan dalam posisi tawar-menawar yang lemah. Perlindungan hukum terhadap nasabah diberikan melalui tiga tahap yakni tahap sebelum transaksi, pada saat transaksi dan setelah transaksi. Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan perlindungan hukum yang akan diberikan kepada nasabah pengguna kartu kredit yakni adanya human error yang dilakukan oleh pegawai bank, kelalaian nasabah yang kurang teliti dan kurang memperhatikan informasi dengan jelas dan lengkap mengenai suatu produk perbankan, penggunaan teknologi informasi yang dapat menyebabkan timbulnya tindak pidana seperti pemalsuan kartu, penipuan bahkan pembobolan rekening.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menjalankan usahanya terutama dari dana masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat. Selain itu, bank juga memberikan jasa-jasa keuangan dan pembayaran lainnya. Dengan demikian ada dua peranan penting yang dimainkan oleh bank yaitu sebagai lembaga penyimpan dana masyarakat dan sebagai lembaga penyedia dana bagi masyarakat dan/ atau dunia usaha. Dengan demikian, bank dikenal sebagai lembaga intermediasi.1

1

Lukman Santoso AZ, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hlm. 3

Dikatakan sebagai lembaga intermediasi bahwa bank adalah badan usaha untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan untuk menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya. Hal ini sesuai dengan pengertian Bank yang tercantum dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang merumuskan pengertian bank ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

(14)

merasa aman untuk menyimpan uang atau dananya di bank. Oleh karena itu bank menanggung risiko reputasi atau reputation risk yang besar.2 Risiko Reputasi atau reputation risk adalah risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan yang dihasilkan dari opini atau pendapat publik yang negatif.3

Sehubungan dengan hal diatas, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individual, melainkan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh, terutama dalam melindungi hak-hak konsumen. Upaya penyehatan perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, bank dan masyarakat sebagai konsumen pengguna jasa perbankan. Adanya tanggungjawab bersama tersebut diharapkan mampu membantu memelihara tingkat kesehatan perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan meningkatkan prinsip perlindungan nasabah.

Guna menghindari adanya opini negatif dari masyarakat, bank harus selalu menjaga tingkat kepercayaan dari nasabah atau masyarakat agar mereka menyimpan dana di bank sehingga bank dapat menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat untuk menggerakkan perekonomian bangsa.

4

Komitmen yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi nasabah sebagai konsumen, karena kebutuhan konsumen akan barang dan jasa

2

Ema Priliasari,

mediasi-perbankan-sebagai-wujud-perlindungan-terhadap-nasabah-bank diakses dari

3

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hlm. 23

4

(15)

yang diinginkan dapat terpenuhi, serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memiliki aneka jenis kualitas barang dan jasa sesuai keinginan, kebutuhan dan kemampuan konsumen. Namun, kondisi tersebut terkadang berimbas pada kedudukan nasabah yang tidak seimbang dan lemah. Hal ini dikarenakan nasabah yang terlalu dimanjakan dengan beragam produk barang dan/ atau jasa tanpa melihat dampak di balik itu, misalnya dampak kartu kredit.5

Kartu kredit (credit card) adalah salah satu alat bayar dalam transaksi perdagangan yang sudah dikenal luas oleh mayarakat di seluruh dunia. Kartu kredit dapat berfungsi sebagai alat pembayaran dan alat pembiayaan.6

5

Ibid., hlm. 4

6

R. Serfianto D.P., Iswi Hariyani, Cita Yustisia Serfiani, Untung dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit & Uang Elektronik, Visimedia, Jakarta, 2012, hlm. 111

(16)

14/2/PBI/2012 yang berbunyi “kartu kredit dilarang digunakan di luar peruntukan sebagai alat pembayaran”.

Sekarang ini mendapatkan kartu kredit bukanlah hal yang sulit. Hampir semua bank sangat gencar mempromosikan dan menawarkan kartu kredit dengan iming-iming hadiah menarik, bebas iuran tahunan, utang pada kartu kredit lama dari bank lain bisa ditutup dengan cicilan, aplikasi yang sederhana dan persyaratan yang gampang dalam pengajuan permohonan kartu kredit.7 Aneka ragam fasilitas kartu kredit ditawarkan kepada konsumen seperti program “beli satu gratis satu” (buy one get one), program diskon belanja barang di pasar swalayan, program undian berhadiah, dan program diskon pembelian tiket pesawat terbang. Bahkan, Bank Danamon menawarkan pengguna kartu kredit Manchester United untuk dapat berkunjung ke markas klub tersebut di Old Trafford, Inggris. Dengan berbagai kemudahan yang diperoleh dengan menggunakan kartu kredit, orang-orang seakan berlomba memiliki kartu kredit. Buktinya, jumlah pemakai kartu kredit di Indonesia meningkat pesat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2007 (sesuai data BI) ada 9,1 juta kartu kredit yang beredar di masyarakat. Sampai pada Februari 2011, jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 13,8 juta kartu yang berasal dari 21 bank penerbit. Lima Bank yang tergolong besar sebagai bank penerbit kartu kredit adalah Bank BCA (2,2 juta kartu), Bank Mandiri (2 juta kartu), Bank BNI (1,6 juta kartu), Citibank (1,5 juta kartu) dan Bank CIMB Niaga (1 juta kartu).8

7

Benny Sindhunata dan Enny A. Hardjanto, How to be a Wise and Smart Card Holder ? Bijak, Pintar, Hemat Gunakan Kartu Kredit, Elex Media Komputindo KOMPAS GRAMEDIA, Jakarta, 2011, hlm. vii

8

(17)

Hasil survei Kompas, 75,6% nasabah kartu kredit menggunakan kartu kredit untuk keperluan makan dan belanja kebutuhan sehari-hari. Hampir separuhnya menggunakan kartu kredit untuk keperluan membeli barang elektronik atau keperluan yang berhubungan dengan kenyamanan hidup dan hanya sebagian kecil yang memanfaatkan kartu kredit untuk keperluan dana tunai, yakni 29%.9

9

Ibid., hlm. 115

Bagi kalangan kelas menengah-atas, kartu kredit sudah menjadi bagian dari gaya hidup (lifestyle).

(18)

Beranekaragamnya jasa yang ditawarkan oleh dunia perbankan, khususnya jasa bank melalui fasilitas sistem elektronik dalam hal ini penggunaan kartu kredit, pada kenyataannya sangat rentan akan terjadinya kejahatan, kurang terjaminnya keamanan serta perlindungan hak-hak hukum nasabah belum memadai terhadap transaksi yang dilakukan oleh pihak bank bagi nasabahnya. Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa nasabah sebagai konsumen selalu berada pada posisi dan memiliki kedudukan yang lemah.10

Saat ini posisi dan kepentingan nasabah belum terlindungi dengan baik, di lain pihak posisi bank sangatlah dominan yang tentunya akan mengutamakan kepentingan bank itu sendiri. Hal ini jelas terlihat dalam perjanjian antara bank dan nasabah ataupun ketentuan tentang pemakaian jasa atau produk bank yang ditetapkan secara sepihak oleh bank, sehingga dalam kondisi demikian jika timbul suatu permasalahan nantinya maka tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat dengan tanggung jawab yang jelas. Selama ini jika terjadi suatu permasalahan antara nasabah dengan pihak bank dapat diselesaikan dengan mengacu pada perjanjian antara kedua belah pihak dan ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.11

Banyaknya permasalahan dan keluhan yang terjadi atas penggunaan kartu kredit yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak bank tanpa adanya tanggung jawab yang jelas mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam bagaimana sebenarnya perlindungan hukum yang harus diberikan kepada pengguna kartu kredit. Hal

10

Lukman Santoso AZ, Op. Cit., hlm. 18

11

(19)

inilah yang akan diangkat oleh penulis sebagai pokok pembahasan dan topik penulisan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Nasabah sebagai Konsumen Kartu Kredit”.

B. Rumusan Permasalahan

Ada beberapa masalah pokok yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini, yaitu :

a. Bagaimana hubungan hukum antara nasabah, bank dan merchant ?

b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ?

c. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit ?

C. Tujuan Penulisan

(20)

a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan hukum antara nasabah, bank dan merchant.

b. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit ?

Tentu saja salah satu dari tujuan dari pembuatan dan pembahasan materi dalam skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, adapun beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu hukum serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi ilmiah terhadap perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit.

2. Manfaat Praktis

(21)

bergerak di bidang perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah selaku konsumen kartu kredit.

E. Metode Penulisan 1. Jenis Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum dapat dibagi dalam dua kelompok12

Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang digunakan dalam penelitian normatif. Sedangkan bagi penelitian empiris (sosiologis), studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang dipergunakan bersama-sama metode lain seperti wawancara, pengamatan (observasi) dan kuesioner.

yaitu penelitian hukum normatif yang terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian hukum terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, penelitian perbandingan hukum. Sedangkan jenis penelitian hukum kedua adalah penelitian hukum sosiologis (empiris) yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian terhadap efektivitas hukum.

13

12

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 42

13

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal.50

(22)

2. Data dan Sumber Data

Penyusunan skripsi ini menggunakan data dan sumber data berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat dan berkaitan erat dengan masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit.

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya di kalangan hukum yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang akan diteliti berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/ atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedi, majalah, media massa, internet dan sebagainya.

(23)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan, buku-buku, berbagai literatur, dan juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah selaku konsumen kartu kredit. Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang akan dibahas.

Analisis data dilakukan dengan :14

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.

d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

F. Keaslian Penulisan

14

(24)

Untuk mengetahui keaslian penulisan skripsi, sebelum melakukan penulisan “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Sebagai Konsumen Kartu Kredit”, penulis telah melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan penelusuran dan pemeriksaan arsip hasil-hasil penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap Nasabah sebagai Konsumen Kartu Kredit”

belum pernah dilakukan.

Adapun beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan di Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum FH USU antara lain :

1. Tinjauan Yuridis terhadap Perlindungan Hukum atas data pribadi Nasabah Bank dalam Penyelenggaraan Layanan Kartu Kredit (disusun oleh Obbie Afri/ 070200228)

2. Peranan YLKI dalam Perlindungan Konsumen terhadap Penggunaan Jasa Kartu Kredit di Kota Medan (riset YLKI kota Medan) (disusun oleh Bambang Feriyadi/ 020200095)

3. Tinjauan Yuridis terhadap Perlindungan Nasabah mengenai ATM dikaitkan dengan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (studi kasus pada BRI Cabang Binjai) (disusun oleh Natal Ria A. Br. Surbakti/ 030200224)

(25)

pembahasan yang diangkat dalam penulisan ini merupakan hasil pemikirin penulis sendiri dan juga karena referensi dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perbankan, perlindungan konsumen, transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah, penyelesaian pengaduan nasabah, mediasi perbankan, penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK), serta informasi yang diperoleh dari media cetak dan elektronik.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Bab I Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen, memberikan penjelasan tentang pengertian konsumen dan perlindungan konsumen, Hak dan Kewajiban Konsumen serta Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen.

(26)

Bab IV Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Sebagai Konsumen Kartu Kredit, menguraikan tentang bagaimana kedudukan hukum nasabah sebagai konsumen kartu kredit, bagaimana hubungan hukum antara bank dengan nasabah, bank dengan merchant, nasabah dengan merchant, bagaimana perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit.

Bab V Kesimpulan dan Saran, merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini dimana penulis akan membuat kesimpulan dari keseluruhan uraian skripsi sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini dan memberikan beberapa saran yang diajukan penulis sehubungan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai konsumen kartu kredit.

BAB II

(27)

A. Pengertian konsumen dan perlindungan konsumen 1. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda).15 Pengertian tersebut secara harfiah diartikan sebagai ”orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu” atau ”sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”.16 Amerika Serikat mengemukakan pengertian ”konsumen” yang berasal dari consumer berarti ”pemakai”, namun dapat juga diartikan lebih luas lagi sebagai ”korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula oleh korban yang bukan pemakai.17 Perancis berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang mengartikan konsumen sebagai ”the person who obtains goods or services for personal or family purposes”. Dari definisi diatas terkandung dua unsur, yaitu (1) konsumen hanya orang dan (2) barang atau jasa yang digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarganya.18

15

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 22

16

Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen (Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media, Bandung, 2008, hlm. 7

17

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hlm. 23

18

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia edisi Revisi 2006, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 3

(28)

pembayarannya, tetapi tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk dijual kembali atau lain-lain keperluan komersial.19

Az. Nasution menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni :20 a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang

digunakan untuk tujuan tertentu;

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/ atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang dan/ atau jasa lain untuk diperdagangkan (tujuan komersil); bagi konsumen antara, barang atau jasa itu adalah barang atau jasa kapital yang berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk lain yang akan diproduksinya (produsen). Konsumen antara ini mendapatkan barang atau jasa di pasar industri atau pasar produsen.

c. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapat dan menggunakan barang dan/ atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/ atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (non komersial).

Istilah konsumen juga dapat kita temukan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Secara yuridis formal pengertian konsumen dimuat dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, ”konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Dari pengertian konsumen diatas, maka dapat kita kemukakan unsur-unsur definisi konsumen :21

a. Setiap orang

19

Ibid., hlm. 4

20

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta, 2001, hlm. 13 dalamCelina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hlm. 25

21

(29)

Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/ atau jasa. Istilah ”orang” disini tidak dibedakan apakah orang individual yang lazim disebut natuurlijke persoon atau termasuk juga badan hukum (rechtspersoon). Oleh karena itu, yang paling tepat adalah tidak membatasi pengertian konsumen sebatas pada orang perseorangan, tetapi konsumen harus mencakup juga badan usaha dengan makna lebih luas daripada badan hukum.

b. Pemakai

Kata ”pemakai” dalam bunyi Penjelasan Pasal 1 angka (2) UU Perlindungan Konsumen diartikan sebagai konsumen akhir (ultimate consumer).

c. Barang dan/ atau jasa

UU Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai sebagai benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, benda yang dapat dihabiskan maupun yang tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

d. Yang tersedia dalam masyarakat

(30)

pengembang (developer) perumahan telah biasa mengadakan transaksi konsumen tertentu seperti futures trading dimana keberadaan barang yang diperjualbelikan bukan sesuatu yang diutamakan.

e. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.

f. Barang dan/ atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan

Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya, keluarganya, atau pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggana (keperluan non-komersial).

Definisi ini sesuai dengan pengertian bahwa konsumen adalah pengguna terakhir, tanpa melihat apakah si konsumen adalah pembeli dari barang dan/ atau jasa tersebut.22 Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius yang menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa (pengertian konsumen dalam arti sempit).23

2. Pengertian Perlindungan Konsumen

Az. Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen,

22

Abdul Halim Barkatulah, Op. Cit., hlm. 8

23

(31)

sedangkan hukum konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.24 Namun, ada pula yang berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen. Hal ini dapat kita lihat bahwa hukum konsumen memiliki skala yang lebih luas karena hukum konsumen meliputi berbagai aspek hukum yang didalamnya terdapat kepentingan pihak konsumen dan salah satu bagian dari hukum konsumen ini adalah aspek perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan hak-hak konsumen terhadap gangguan pihak-hak lain.25

Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Pengaturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen. Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berupa perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen.26

Adapun tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen yang direncanakan adalah untuk meningkatkan martabat

24

Ibid., hlm. 11

25

Ibid., hlm. 12

26

(32)

dan kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab.27 Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan :28

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum;

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha pada umumnya;

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yangmenipu dan menyesatkan;

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lainnya.

A. Zen Umar Purba mengemukakan kerangka umum tentang sendi-sendi pokok pengaturan perlindungan konsumen yaitu sebagai berikut :29

a. Kesederajatan antara konsumen dan pelaku usaha b. Konsumen mempunyai hak

c. Pelaku usaha mempunyai kewajiban

d. Pengaturan tentang perlindungan konsumen berkontribusi pada pembangunan nasional

e. Perlindungan konsumen dalam iklim bisnis yang sehat f. Keterbukaan dalam promosi barang atau jasa

g. Pemerintah perlu berperan aktif h. Masyarakat juga perlu berperan serta

i. Perlindungan konsumen memerlukan terobosan hukum dalam berbagai bidang

j. Konsep perlindungan konsumen memerlukan pembinaan sikap

Dengan adanya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang dan mereka dapat menggugat atau menuntut jika ternyata

(33)

haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.30 Purba menguraikan konsep perlindungan konsumen sebagai berikut :31

Disamping UUPK, terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan lainnya yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum yaitu sebagai berikut :

Kunci Pokok Perlindungan Konsumen adalah bahwa konsumen dan pengusaha (produsen atau pengedar produk) saling membutuhkan. Produksi tidak ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan produk yang dikonsumsi secara aman dan memuaskan, pada gilirannya akan merupakan promosi gratis bagi pengusaha”

32

a. PP No. 57 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.

b. PP No. 58 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.

c. PP No. 59 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.

d. Keppres No. 90 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang. Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.

e. Kepmenperindag No. 301/MPP/KEP/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

f. Kepmenperindag No. 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.

g. Kepmenperindag No. 605/MPP/Kep/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan Kota Medan.

h. Kepmenperindag No. 480/MPP/Kep/6/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Perubahan Atas Kepmenperindag No. 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.

(34)

i. Kepmenperindag No. 418/MPP/Kep/4/2002 tanggal 30 April 2002 tentang Pembentukan Tim Penyeleksi Calon Anggota Badan Perlindungan Konsumen.

B. Hak dan kewajiban konsumen

Sebagai pemakai barang dan/ atau jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan akan hak-hak konsumen adalah hal yang sangat penting agar masyarakat dapat bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri sehingga ia dapat bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya ketika ia menyadari hak-hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.

Secara umum dikenal 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu :33 1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety)

Konsumen berhak mendapatkan keamanan dan barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani atau rohani terlebih terhadap barang dan/ atau jasa yang dihasilkan dan dipasarkan oleh pelaku usaha yang berisiko sangat tinggi .34

2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right tobe informed)

Untuk itu diperlukan adanya pengawasan secara ketat yang harus dilakukan oleh pemerintah.

Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai informasi yang benar baik secara lisan, melalui iklan di berbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan produk (barang). Hal ini bertujuan agar

33

Shidarta, Op. Cit., hlm. 19

34

(35)

konsumen tidak mendapat pandangan dan gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa

3. Hak untuk memilih (the right to choose)

Konsumen berhak untuk menentukan pilihannya dalam mengkonsumsi suatu produk. Ia juga tidak boleh mendapat tekanan dan paksaan dari pihak luar sehingga ia tidak mempunyai kebebasan untuk membeli atau tidak membeli.35

4. Hak untuk didengar (the right to be heard)

Hak ini berkaitan erat dengan hak untuk mendapatkan informasi. Ini disebabkan informasi yang diberikan oleh pihak yang berkepentingan sering tidak cukup memuaskan konsumen.36 Untuk itu konsumen harus mendapatkan haknya bahwa kebutuhan dan klaimya bisa didengarkan, baik oleh pelaku usaha yang bersangkutan maupun oleh lemabaga-lembaga perlindungan konsumen yang memperjuangkan hak-hak konsumen.37

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;

Selain keempat Hak diatas, Hak-hak Konsumen juga diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu sebagai berikut :

2. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai dengannilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannyaa atas barang dan/ atau jasa yang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

(36)

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Hak-hak konsumen yang telah disebutkan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :38

1. Hak atas keamanan dan keselamatan

Hak ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila memakai suatu produk.

2. Hak untuk memilih

Hak ini dimaksudkan untuk memberikann kebebasan kepada konsumen untuk memilih produk-produk tertentu sesuai dengan kebutuhannya tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak ini, konsumen berhak memutuskan untuk membeli atau tidak suatu produk termasuk jugas untuk memilih baik kualitas maupun kuantitas jenis produk yang dipilihnya.

Hak ini dimiliki oleh konsumenn hanya jika ada alternatif pilihan dari jenis produk tertentu, karena jika suatu produk dikuasai secara monopoli oleh suatu produsen/ pelaku usaha atau dengan kata lain tidak

38

(37)

ada pilihan lain (barang maupun jasa), maka dengan sendirinya hak untuk memilih tidak berfungsi.

3. Hak untuk memperoleh informasi

Hak atas informasi yang benar dan jelas dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk karena dengan informasi tersebut, konsumen dapat memilih produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Informasi tersebut diantaranya adalah mengenai manfaat kegunaan produk, efek samping atas penggunaan produk, tanggal kadaluwarsa, serta identitas produsen dari produk tersebut. Informasi tersebut dapat disampaikan secara lisan maupun secara tertulis, baik yang dilakukan dengan mencantumkan pada label yang melekat pada produk maupun melalui iklan-iklan yang disampaikan oleh produsen/ pelaku usaha, baik melalui media cetak maupun media elektronik.

(38)

4. Hak untuk didengar

Hak ini adalah hak untuk menghindarkan diri dari kerugian. Hak ni dapat berupa pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan produk-produk tertentu apabila informasi yang diperoleh tentang produk-produk tersebut kurang memadai, atau berupa pengaduan atas kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu produk atau berupa pernyataan/ pendapat tentang suatu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan konsumen. Hak ini disampaikan baik secara perorangan maupun kolektif, baik yang disampaikan secara langsung maupun diwakili oleh suatu lembaga tertentu, misalnya YLKI.

5. Hak untuk mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut

Hak ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan konsumen yang telah dirugikan akibat penggunaan suatu produk melalui jalur hukum.

6. Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen

Hak ini dimaksudkan agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan produk. Dengan adanya pendidikan bagi konsumen diharapkan konsumen dapat lebih kritis dan teliti dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.

(39)

8. Hak untuk memperoleh ganti kerugian

Hak ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak (tidak seimbang) akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang tidak memenuhi harapan konsumen. Hak ini terkait dengan penggunaan produk yang telah merugikan konsumen baik yang berupa kerugian materi maupun kerugian yang menyangkut diri konsumen. Hak ini dapat diselesaikan secara damai (di luar pengadilan) maupun yang diselesaikan melalui pengadilan.

9. Hak untuk mendapatkan barang ataujasa sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya

Hak ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari akibat permainan harga secara tidak wajar oleh pelaku usaha. Karena dalam keadaan tertentu konsumen dapat saja membayar harga suatu barang atau jasa yang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang diperolehnya.

Selain memperoleh hak tersebut, konsumen juga mempunyai kewajiban. Ketentuan kewajiban konsumen dapat kita lihat dalam Pasal 5 UUPK, yaitu :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/ atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; 2. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ atau

jasa;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

(40)

kewajiban-kewajiban pelaku usaha. Pasal 1 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan pengertian ”pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri amupun

bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam

berbagai bidang ekonomi”. Pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, kepada pelaku usaha diberikan hak sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 UUPK.

Hak Pelaku Usaha adalah :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang tidak beriktikad tidak baik;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

(41)

1. beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/ atau jasa yang berlaku;

5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/ atau mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/ atau garansi atas barang yang dibuat dan/ atau diperdagangkan;

6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan.

7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

C. Asas dan tujuan perlindungan konsumen 1. Asas Perlindungan Konsumen

Beberapa asas perlindungan konsumen dapat kita lihat dalam Pasal 2 UUPK sebagai berikut :39

a. Asas Manfaat

Asas ini mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara bersamaan.

Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak lain atau sebaliknya, tetapi untuk memberikan

39

(42)

perlindungan kepada masing-masing pihak yaitu kepada produsen dan konsumen apa yang menjadi haknya dan berada pada posisi sejajar.

b. Asas Keadilan

Maksud daripada asas ini agar partisipasi seluruh masyarakat dapat diwujudkan secara maksimal dan dapat memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk mendapatkan haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

Asas ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen, pelaku usaha dan konsumen dapat berlaku adil dalam memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya.

c. Asas Keseimbangan

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah baik materil atau spiritual.

Asas ini menghendaki agar kepentingan konsumen, produsen dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.

d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

(43)

e. Asas Kepastian Hukum

Asas ini dimaksudkan agar konsumen dan pelaku usaha menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara yang menjamin kepastian hukum.

2. Tujuan Perlindungan Konsumen

Pasal 2 UUPK menyebutkan tujuan perlindungan konsumen sebagai berikut :

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang/ jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

(44)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KARTU KREDIT

A. Sejarah dan Pengertian Kartu Kredit 1. Sejarah Kartu Kredit

Bila kita mengulas lebih jauh tentang kartu kredit alangkah lebih baik jika kita melihat jauh ke belakang tentang sejarah kartu kredit. Telah kita ketahui bahwa bentuk transaksi yang paling tua adalah bentuk tukar menukar atau dikenal dengan barter. Model transaksi dengan bentuk ini adalah bentuk transaksi yang paling sederhana yang pernah dilakukan karena dengan tukar menukar tidak diperlukan adanya suatu alat bayar apapun.40 Namun, model transaksi ini mempunyai kelemahan tersendiri karena seseorang yang akan melakukan pembayaran harus secara nyata dan langsung membawa barang lain miliknya sendiri untuk ditukarkan dengan barang milik orang lain guna mendapatkan barang yang diinginkan atau diperlukan. Hal inilah yang kemudian mendorong manusia untuk melakukan transaksi dalam bentuk lain yang selanjutnya dikenal dengan uang dalam transaksi jual beli.41

Akan tetapi, uang sebagai alat pembayaran tidak cukup aman bagi pemegangnya karena dirasa tidak praktis juga dirasa tidak aman yang disebabkan karena sering terjadi perampokan atau kehilangan tanpa sebab.42

40

Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek (Leasing, Factoring, Modal Ventura, Pembiayaan Konsumen, Kartu Kredit), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 216

41 Ibid. 42

Ibid.

(45)

selain uang tunai sebagai alat pembayaran dipergunakan pula bentuk alat pembayaran lain, yaitu cek dengan alasan penggunaan cek lebih praktis dan aman.43 Penggunaan alat pembayaran dengan cek berkembang dengan pesat sehingga mengakibatkan timbulnya bermacam manipulasi termasuk cek kosong.44 Selain itu penggunaan cek ternyata tidak cukup comfortable bagi pemegang ataupun penerimanya.45

Pada Tahun 1887 seorang pengacara Amerika bernama Edward Bellamy dari Massachusetts menulis sebuah buku yang berjudul Looking Backward yang kemudian menjadi salah satu buku terlaris pada masanya.46 Inilah yang menjadi inspirasi atau pendorong untuk mewujudkan khayalan seperti ini menjadi kenyataan di bumi. Di USA, kartu kredit pertama sekali dipergunakan dalam dekade 1920-an yang diberikan oleh department-department store besar kepada para pelanggannya. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi pelanggannya yang ingin berbelanja tetapi dengan pembayaran bulanan sehingga kartu kredit seperti ini berbentuk kartu pembayaran lunas (charge card) tanpa kewajiban membayar bunga.47

Perkembangan berikutnya ialah dengan munculnya Dinners Club Card. Bermula di tahun 1949 secara tidak sengaja ketika seorang business man bernama Dengan bentuk kartu seperti ini, dapat dikatakan para pihak yang terlibat adalah toko sebagai pihak pertama dan pelanggan pemegang kartu kredit sebagai pihak kedua.

43

Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Surat Berharga (Alat Pembayaran dalam Masyarakat Modern), Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 336

44 Ibid. 45

Munir Fuady, Loc. Cit. 46

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 399

47

(46)
(47)

kredit berkembang sedemikian rupa di Amerika Serikat dan akhirnya menular ke negara-negara Eropa, Arab, Asia dan termasuk Indonesia.48

Peredaran kartu plastik di Indonesia sudah sejak tahun 1964 yaitu dimulai ketika Hotel Indonesia menerima pembayaran dengan credit. Meski sudah sangat menonjol, pada tahun tujuh puluh credit card ini berlaku hanya di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya.49 Pada dekade 1980-an tepatnya setelah deregulasi 20 Desember 1988, bisnis kartu kredit ini digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988. Saat ini, jenis kartu plastik yang telah beredar dan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembayaran di Indonesia disamping Visa dan Master Card adalah Amex Card, International Diners, BCA Card, Procard, Exim Smart, Duta Card, Kassa Card dan beberapa kartu lainnya yang diterbitkan oleh bank-bank umum dan perusahaan pembiayaan. Penerbitan kartu plastik oleh bank harus melalui prosedur yang diatur oleh Bank Indonesia. Sedangkan, izin penerbitan kartu plastik oleh perusahaan pembiayaan diberikan oleh Departemen Keuangan, misalnya Dinners Card oleh PT Diners Jaya Indonesia Internasional dan Kassa Card oleh PT Kassa Multi Finance.50

2. Pengertian Kartu Kredit

Istilah kartu kredit dalam bahasa Inggris disebut credit card yang di dalamnya mencantumkan identitas pemegang kartu kredit dan penerbit, yaitu bank/ perusahaan pembiayaan. Selain menunjukkan identitas pemegang dan

48

diakses pada tanggal 09 Maret 2012

49

Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Op. Cit., hlm. 337

50

(48)

penerbit, istilah kartu kredit juga menunjukkan cara pembayaran yang dilakukan dengan tidak menggunakan uang tunai meskipun transaksinya dilakukan secara tunai.

Pengertian kartu kredit, baik dalam Keppres No. 61 Tahun 1988 maupun Kepmenkeu No. 1251 tahun 1988 tidak mencantumkan secara eksplisit. Kedua peraturan di atas hanya memberikan definisi tentang perusahaan karu kredit. Menurut Pasal 1 angka (7) Keppres No. 61 Tahun 1988 jo. Pasal 1 huruf (n) Kepmenkeu No. 1251 tahun 1988 yang dimaksud dengan perusahaan kartu kredit (credit card company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.

(49)

Black’s Law Dictionary memberikan rumusan tentang “credit card”sebagai berikut :51

A. F. Elly Erawaty dan J. S. Badudu juga menjelaskan pengertian credit card yaitu kartu yang dikeluarkan oleh Bank atau lembaga lain yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan uang, barang atau jasa secara kredit.

“any card, plate, or other like credit divise existing for the purpose of

obtaining money, property, labor or services on credit. The term does not include

a note, check, draft, money, order or other like negotiable instrument.”

Terjemahan bebas :

“apapun kartu, plate atau sejenis kartu yang digunakan untuk upaya memperoleh uang, property/ kebendaan, tenaga kerja atau jasa secara kredit. Istilah ini tidak meliputi note, cek, draft, poswesel atau instrumen lainnya yang dapat dicairkan.”

52

Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, kartu kredit adalah alat pembayaran melalui jasa bank/ perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli barang/ jasa atau alat untuk menarik uang tunai dari bank/ perusahaan pembiayaan. Kartu kredit tersebut diterbitkan berdasarkan perjanjian penerbitan kartu kredit.53 Adapun unsur-unsur dari pengertian kartu kredit menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati adalah sebagai berikut :54

51

Johannes Ibrahim, Kartu Kredit - Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Refika Aditama, Jakarta, 2004 , hlm. 9

52

Ibid., hlm. 10

53

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 115

54

(50)

a. Subjek kartu kredit

Subjek kartu kredit adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi penggunaan kartu kredit yang terdiri atas pemegang kartu kredit (cardholder) sebagai pembeli, pengusaha dagang (merchant) sebagai penjual, dan bank sebagai penerbit (issuer).

b. Objek kartu kredit

Objek kartu kredit adalah barang/ jasa yang diperdagangkan (merchandise) oleh pengusaha dagang sebagai penjual, harga yang dibayar oleh pemegang kartu kredit, dan dokumen jual beli yang terbit dari transaksi jual beli.

c. Peristiwa kartu kredit

Peristiwa kartu kredit adalah perbuatan hukum (legal act) yang menciptakan penerbitan kartu kredit antara pemegang kartu kredit dan bank penerbit.

d. Hubungan kartu kredit

(51)

barang/ jasa kepada pemegang kartu kredit sebagai pembeli. Penerbit wajib membayar sejumlah harga yang tertera pada bukti tanda lunas pembayaran kepada penjual yang menyerahkan tanda lunas pembayaran yang ditandatangani oleh pemegang kartu kredit.

e. Jaminan kartu kredit

Jaminan bagi penerbit didasarkan pada perjanjian penerbitan kartu kredit. Pemegang kartu kredit adalah orang yang dapat dipercaya oleh penerbit dan wajib mematuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh bank penerbit. Maka dari itu, kepercayaan dan pembayaran tagihan adalah jaminan bagi bank penerbit.

B. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Kartu Kredit

Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan dan penggunaan kartu kredit adalah :55

1. Penerbit (Issuer)

Penerbit kartu kredit merupakan pihak yang mengeluarkan dan mengelola suatu kartu kredit. Dalam PBI No. 14/2/PBI/2012 disebutkan bahwa Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK). Lembaga Selain Bank adalah badan usaha bukan Bank yang berbadan hukum dan didirikan berdasarkan hukum Indonesia. Lembaga Selain Bank yang dimaksud disini adalah perusahaan pembiayaan. Apabila penerbit kartu kredit adalah bank, maka bank tersebut harus mengikuti

55

(52)

ketentuan-ketentuan yang ada dalam Bank Indonesia. Apabila penerbit kartu kredit itu adalah perusahaan pembiayaan, maka perusahaan pembiayaan tersebut harus terlebih dahulu memperoleh ijin dari Departemen Keuangan.

Bank penerbit kartu kredit (issuer Bank) adalah Bank yang menerbitkan kartu kredit, memiliki hak untuk menagih pembayaran dari pemegang kartu (cardholder) serta mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada merchant.

Bank penerbit kartu kredit (issuer bank) dalam menyalurkan kredit senantiasa berpedoman pada prinsip-prinsip atau asas-asas pemberian kredit bank secara sehat yang terdiri atas prinsip 5C, prinsip 5P dan prinsip 3R, sebagai berikut:56

1.Prinsip-prinsip 5C

a. Character (watak/kepribadian)

Character” atau watak dari para calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan terpenting dalam memutuskan pemberian kredit. Dalam hal ini Bank meyakini benar bahwa calon peminjam memiliki reputasi yang baik, artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas.

b. Capital (modal)

Menyangkut beberapa banyak dan bagaimana struktur modal yang telah dimiliki oleh calon peminjam.

56

(53)

c. Capacity (kemampuan)

Pihak pemberi kredit/ bank harus mengetahui dengan pasti atas kemampuan calon peminjam/ debitur dalam menjalankan usahanya. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali atas kreditnya.

d. Condition of Economy (kondisi perekonomian)

Asas kondisi dan situasi ekonomi perlu juga diperhatikan dalam pertimbangan pemberian kredit terutama hubungannya dengan sektor usaha calon peminjam. Bank harus mengetahui keadaan ekonomi pada saat tersebut yang berpengaruh dan berkaitan langsung dengan usaha calon debitur dan bagaimana prospeknya dimasa mendatang.

e. Collateral (jaminan/agunan)

Collateral adalah jaminan atau agunan yaitu harta benda milik debitur atau pihak ke-3 yang diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidak mampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan utangnya sesuai dengan perjanjian kredit.

2.Prinsip-prinsip 5 P

a. Party (penggolongan peminjam)

(54)

b. Purpose (tujuan)

Tujuan penggunaan kredit yang diajukan, apa tujuan yang sebenarnya (real purpose) dari kredit tersebut, apakah mempunyai sisi ekonomi dan sosial yang positif dan luas atau tidak.

c. Payment (sumber pembayaran)

Setelah mengetahui real purpose dari kredit tersebut maka hendaknya diperkirakan dan dihitung kemungkinan-kemungkinan besarnya pendapatan yang akan dicapai/dihasilkan. Dengan demikian bank dapat pula menghitung kemampuan dan kekuatan debitur untuk membayar kembali kreditnya, sekaligus juga dapat ditentukan cara pembayaran dan jangka waktu pengembalian kreditnya.

d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)

Merupakan kemampuan calon debitur untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Kemampuan diukur dari jumlah kewajiban, baik angsuran, bunga dan biaya-biaya kredit yang harus dibayar calon peminjam.

e. Protection (perlindungan)

(55)

3.Prinsip –prinsip 3 R

a. Return (hasil yang dicapai)

Hasil yang akan dicapai oleh calon debitur memperoleh pendapatan yang cukup untuk mengembalikan kredit beserta kewajibannya.

b. Repayment (pembayaran kembali)

Dalam hal ini bank harus menilai kemampuan calon debitur untuk dapat membayar kembali pinjamannya sesuai dengan kemampuan membayar kembali (repayment capacity), dan apakah kredit harus diangsur atau dilunasi sekaligus diakhir periode.

c. Risk bearing ability (kemampuan untuk menanggung risiko)

Bank harus mengetahui dan menilai kemampuan calon debitur untuk menanggung risiko, dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan atas usaha debitur.

2. Pemegang Kartu (Card Holder)

Pemegang kartu adalah pihak atau orang perseorangan yang namanya tercantum dalam perjanjian penerbitan kartu kredit dan telah memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh penerbit sehingga ia berhak untuk menggunakan kartu dalam transaksi perdagangan dan/ atau menarik uang tunai dari penerbit. Adapun persyaratan pokok untuk menjadi calon pemegang kartu adalah jumlah minimum penghasilan setiap tahun.57

57

(56)

Pemegang kartu dibedakan atas pemegang kartu utama (basic card holder) dan pemegang kartu suplemen (supplementary card holder). Pemegang kartu suplemen adalah pihak-pihak yang biasanya merupakan anggota keluarga yang akan ditanggung oleh pemegang kartu utama dan semua beban tagihan pemegang kartu suplemen menjadi tanggungan pemegang kartu utama. Pemegang kartu wajib mematuhi segala ketentuan dan kewajiban yang telah ditetapkan oleh penerbit, serta bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkannya.58

3. Penjual (merchant)

Penjual adalah pihak yang menerima pembayaran dari transaksi perdagangan barang atau jasa yang dilakukan dengan menggunakan kartu kredit. pihak yang dimaksud adalah pengusaha dagang (merchant) yang berdasarkan perjanjian penggunaan kartu kredit ditunjuk oleh penerbit seperti pengusaha supermarket, restoran, hotel, travel biro dan perusahaan pengangkutan.59

4. Acquirer

Acquirer adalah pihak perantara dalam pengelolaan penggunaan kartu kredit terutama dalam hal penagihan dan pembayaran yang terjadi antara penjual dan penerbit. Dalam hal ini, penerbit dapat juga sekaligus berfungsi sebagai acquirer atau tetap hanya menjalankan pada salah satu fungsi saja. Acquirer melakukan penagihan kepada penerbit berdasarkan catatan penjual yang diberikan kepada acquirer. Hasil penagihan dari penerbit tersebut diserahkan kepada penjual dan atas jasa yang dilakukan tersebut acquirer memperoleh komisi (fee).60

58

Sunaryo, Op.cit., hal. 130

59 Ibid. 60

(57)

C. Dasar Hukum Penerbitan Kartu Kredit

Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan menjadi titik awal perkembangan pengaturan kartu kredit sebagai lembaga bisnis pembiayaan di Indonesia.

Sumber hukum utama kartu kredit dapat ditinjau dari segi hukum perdata. Dari segi hukum perdata, sumber hukum utama kartu kredit adalah perjanjian. Penerbitan kartu kredit antara pihak bank dan nasabah tidak dapat dilepaskan dari perikatan yang dibuat di antara kedua belah pihak, yaitu bersumber dari perjanjian. Perjanjian dalam KUHPerdata diatur dalam Buku III tentang Perikatan, Bab Kedua, Bagian Kesatu sampai dengan Bagian Keempat.61 Pasal 1313 KUHPerdata merumuskan pengertian perjanjian yaitu “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Rumusan tentang perjanjian dalam pasal 1313 KUHPerdata tersebut tidak lengkap juga sangat luas. Dikatakan tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja, sedangkan dikatakan sangat luas karena digunakannya kata “perbuatan” tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Oleh karenanya, rumusan tersebut perlu adanya perbaikan yakni :62

1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum;

2. Menambahkan kata “atau saling mengikatkan dirinya”.

61

Ibid.., hlm. 29

Gambar

Gambar 1 : Kartu Kredit Tampak dari Depan

Referensi

Dokumen terkait

Panalitèn mênikå ngêwrat gangsal ancas panalitèn. Ancasipun inggih mênikå 1) ngandharakên kawontênanipun naskah utawi deskripsi naskah Sêrat Purwåkarånå, 2)

(tree) Harvest (ku) Kabupaten/Kota Regency/Municipality Produksi Snakefruit Tanaman Produksi Tanaman Produksi Kabupaten/ Regency Jawa Tengah Kota/ Municipality Cilacap

Salah satu untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari penerimaan dalam negeri yang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang berjudul “Peningkatan Hasil

kemampuan yang dimiliki karyawan diiringi dengan pemberian motivasi kerja yang cukup dari pimpinan perusahaan, maka karyawan tersebut diharapkan dapat menggerakkan

Frekuensi dukungan penilaian suami pada pemeriksaan inspeksi visual asam asetat lebih banyak adalah kategori baik yakni 18 responden (51,4%).. Frekuensi dukungan instrumental

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Operasional

Observasi yang dilakukan adalah observasi tidak terstruktur; dalam hal ini belum ditentukan mana buku cerita bergambar yang akan diobservasi, namun segala temuan