GAMBARAN PENDERITA CEDERA TENDON PADA
ZONA FLEKSOR DAN EKSTENSOR
DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIODE 1 JANUARI 2012
–
31 DESEMBER 2013
TESIS MAGISTER
OLEH
JEFRYAN SOFYAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Gambaran Penderita Cedera Tendon pada Zona
Fleksor dan Ekstensor di RSUP Haji Adam Malik
Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013
Nama Mahasiswa : dr. Jefryan Sofyan
Program : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi
Menyetujui,
Ketua Komisi Pembimbing
dr. Nino Nasution, SpOT(K) NIP. 196810121997021001
Mengetahui / Mengesahkan :
Sekretaris Program Studi Program Magister Kedokteran Klinik
Fakultas Kedokteran USU
Dekan
Fakultas Kedokteran USU
Dr. Murniati Manik, M.Sc., Sp.KK, Sp.GK NIP 19530719 198003 2 001
Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH NIP 19540220 198011 1 001
HASIL PENELITIAN MAGISTER
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU
ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PENDERITA CEDERA TENDON PADA ZONA FLEKSOR
DAN EKSTENSOR
DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JANUARI 2012 – DESEMBER 2013
PENELITI
dr. JEFRYAN SOFYAN
NIM: 107117004
PEMBIMBING
dr. NINO NASUTION, SpOT
NIP: 19681012 199702 1001
DISETUJUI OLEH
KETUA DEPARTEMEN
ORTHOPAEDI DAN
TRAUMATOLOGI FAKULTAS
KEDOKTERAN USU
KETUA PROGRAM STUDI
ORTHOPAEDI DAN
TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
Prof. Dr. Hafas Hanafiah, SpB. SpOT(K)
FICS
NIP.140055625
Dr. Chairiandi Siregar, SpOT (K)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan pembuatan penelitian magister yang berjudul “Gambaran Penderita Cedera Tendon Zona Fleksor dan Ekstensor di RSUP H. Adam Malik Periode 1 Januari
2012 -31 Desember 2013”.
Hasil penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan akademis dalam rangka
menyelesaikan pendidikan jenjang magister di Program Pendidikan Dokter
Spesialis Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi FK USU / RSUP H. Adam Malik
Medan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada pembimbing dr. Nino
Nasution Sp.OT dan juga kepada guru-guru di Departemen Orthopaedi dan
Traumatologi FK USU / RSUPH Adam Malik Medan, yakni Prof. dr. Hafas
Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K) FICS, Prof. dr. Nazar Moesbar, Sp.B, Sp.OT(K), dr.
Chairiandi Siregar, Sp.OT(K), dr. Otman Siregar, Sp.OT(K), dr. Husnul Fuad
Albar, Sp.OT, dr. Pranajaya Dharma Kadar, Sp.OT(K), dr. Aga Shahri Putera
Ketaren, Sp.OT, dan dr. Heru Rahmadhany, Sp.OT, dr. Iman Dwi Winanto,
Sp.OT.
Akhirnya, penulis mengahrapkan kritik, saran dan masukan terhadap
proposal penelitian magister ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Februari 2015
Penulis,
ABSTRACT Background
Tendon injury of the hand and forearm is a common emergency case, it is a concerning medical problem in the world . Until now, there is no study that show a representation about tendon injury in flexor zone and extensor zone in Indonesia, specifically for Adam Malik Hospital in North Sumatera.
Objective
Knowing the prevalence and representation of all pattern regarding tendon injury in flexor zone and extensor zone in Adam malik hospital
Method
This study performed by retrospective descriptive method, based on medical record of the patients that previously diagnosed as tendon injury to the flexor zone and extensor zone in Adam malik hospital between January 1 st 2012- until December 31 st 2013, epidemiologic information including gender, age, education, occupation, domicile, anatomical structure, location of injury, associated injury with another tissue ,and treatment methods
Result
During 2 years study period , there are 52 patient that has a various characteristic, highest incidence of injury occurred in male at 17-25 years of age, has a middle education and occupation as a laborer that live in medan, based on anatomical structure , most patient has a complete tendon injury, right hand is common than left hand, extensor tendon injuries occurring more frequently than flexor tendons , typically extensor tendon injuries involved zone V of the index finger, while flexor tendon injury involved zone II of the index finger. Study also show that a tendon injury often occur together with a hand fractures, and in Adam malik hospital, most patients treated with a primary repair
Conclusion
ABSTRAK
Latar belakang
Cedera tendon pada tangan merupakan suatu kedaruratan medis yang
sering terjadi, oleh karena itu menjadi suatu permasalahan yang harus cermati,
sampai saat ini belum terdapat data mengenai gambaran penderita cedera tendon
pada lengan dan tangan yang mencakup zona fleksor dan ekstensor di RSUP
Haji adam malik medan
Tujuan :
Untuk mengetahui Prevalensi dan gambaran dari berbagai jenis pola
cedera tendon zona fleksor dan zona ekstensor di RSUP. Haji Adam Malik Medan
periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013.
Metode :
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif terhadap
data rekam medik pasien yang mengalami cedera tendon pada zona fleksor dan
ekstensor di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 1 januari 2012 hingga
31 desember 2013. Gambaran penilaian meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, tempat tinggal, penyebab cedera, struktur anatomis, lokasi ,cedera
penyerta, dan jenis penanganan
Hasil :
Pada periode 1 januari 2012 hingga 31 desember 2013, terdapat 52
penderita cedera tendon yang pada umumnya berjenis kelamin laki laki, berusia
17-25 tahun, memiliki tingkat pendidikan menengah dan bekerja sebagai buruh
yang berdomisili di kota medan. Pasien sebahagian besar mengalami cedera
tendon yang komplit , tangan kanan lebih sering mengalami cedera. Angka
fleksor. Cedera tendon ekstensor terbanyak terdapat pada zona V dijari telunjuk,
sedangkan cedera tendon fleksor terbanyak terdapat pada zona II dijari telunjuk.
Data juga menggambarkan bahwa cedera tulang ( fraktur ) juga sering menyertai
cedera tendon pada zona fleksor dan ekstensor, Penanganan cedera di RSUP
HAM pada umumnya dilakukan dengan tindakan reparasi dimeja operasi.
Kesimpulan :
Pada penelitian ini didapatkan angka dan gambaran dari pola cedera,
yang dapat membantu untuk mengoptimalkan pencegahan dan penanganan. Pada
penelitian ini tidak diketahui secara pasti faktor resiko yang berhubungan secara
signifikan dan mempengaruhi terjadinya cedera tendon. Oleh karena itu
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor faktor yang berhubungan
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ABSTRACT ABSTRAK DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Fleksor Tendon
2.1.2 Extensor Tendon
2.1.3 Mekanisme Cedera
2.1.4 Proses Penyembuhan Tendon
2.1.5 Penanganan cedera pada tendon fleksor
2.1.6 Penanganan cedera pada tendon
ekstensor
2.2 Kerangka Konsepsional
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3 Objek Penelitian
3.4 Kriteria Inklusidan Eksklusi
3.5 Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.6 Etika Penelitian
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Jumlah Kasus
4.2. Karakteristik Kasus
4.2.1 Jenis Kelamin
4.2.2 Usia
4.2.3 Pendidikan
4.2.4 Pekerjaan
4.2.5 Tempat Tinggal
4.2.6 Keterlibatan Struktur anatomis
4.2.7 Berdasarkan Sisi Tangan
4.2.8 Lokasi cedera berdasarkan sisi fleksor
dan ekstensor
4.2.9 Lokasi cedera berdasarkan zona fleksor
dan ekstensor
4.2.10 Tendon yang spesifik pada tendon
ekstensor
4.2.11 Tendon yang spesifik pada tendon
fleksor
4.2.12 Cedera tendon yang disertai dengan
traumatik amputasi pada jari
4.2.13 Cedera tendon yang disertai fraktur dan
tidak disertai fraktur
4.2.14 Jenis penanganan cedera
4.3. Pembahasan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan
ekstensor berdasarkan jenis kelamin
Diagram 2. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan
ekstensor berdasarkan usia
Diagram 3. Frekuensi pasien cedera tendon fleksor dan
ekstensor berdasarkan tingkat pendidikan
Diagram 4. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan
ekstensor berdasarkan jenis pekerjaan
Diagram 5. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan
ekstensor berdasarkan tempat tinggal
Diagram 6. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan
ekstensor berdasarkan keterlibatan struktur
anatomis
Diagram 7. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan
ekstensor berdasarkan sisi tangan
Diagram 8. Frekuensi pasien cedera tendon berdasarkan sisi
fleksor dan ekstensor
Diagram 9. Frekuensi pasien cedera tendon berdasarkan
zona fleksor dan ekstensor
Diagram 10. Frekuensi pasien cedera tendon berdasarkan
Tendon yang spesifik pada tendon ekstensor
Diagram 11. Frekuensi pasien cedera tendon berdasarkan
Tendon yang spesifik pada tendon fleksor
Diagram 12. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor
dan ekstensor yang disertai dengan traumatik
amputasi pada jari
Diagram 13. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor
dan ekstensor berdasarkan cedera tendon yang
disertai fraktur dan tidak disertai fraktur
Diagram 14. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor
dan ekstensor berdasarkan jenis penanganan
cedera
ABSTRACT Background
Tendon injury of the hand and forearm is a common emergency case, it is a concerning medical problem in the world . Until now, there is no study that show a representation about tendon injury in flexor zone and extensor zone in Indonesia, specifically for Adam Malik Hospital in North Sumatera.
Objective
Knowing the prevalence and representation of all pattern regarding tendon injury in flexor zone and extensor zone in Adam malik hospital
Method
This study performed by retrospective descriptive method, based on medical record of the patients that previously diagnosed as tendon injury to the flexor zone and extensor zone in Adam malik hospital between January 1 st 2012- until December 31 st 2013, epidemiologic information including gender, age, education, occupation, domicile, anatomical structure, location of injury, associated injury with another tissue ,and treatment methods
Result
During 2 years study period , there are 52 patient that has a various characteristic, highest incidence of injury occurred in male at 17-25 years of age, has a middle education and occupation as a laborer that live in medan, based on anatomical structure , most patient has a complete tendon injury, right hand is common than left hand, extensor tendon injuries occurring more frequently than flexor tendons , typically extensor tendon injuries involved zone V of the index finger, while flexor tendon injury involved zone II of the index finger. Study also show that a tendon injury often occur together with a hand fractures, and in Adam malik hospital, most patients treated with a primary repair
Conclusion
ABSTRAK
Latar belakang
Cedera tendon pada tangan merupakan suatu kedaruratan medis yang
sering terjadi, oleh karena itu menjadi suatu permasalahan yang harus cermati,
sampai saat ini belum terdapat data mengenai gambaran penderita cedera tendon
pada lengan dan tangan yang mencakup zona fleksor dan ekstensor di RSUP
Haji adam malik medan
Tujuan :
Untuk mengetahui Prevalensi dan gambaran dari berbagai jenis pola
cedera tendon zona fleksor dan zona ekstensor di RSUP. Haji Adam Malik Medan
periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013.
Metode :
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif terhadap
data rekam medik pasien yang mengalami cedera tendon pada zona fleksor dan
ekstensor di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 1 januari 2012 hingga
31 desember 2013. Gambaran penilaian meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, tempat tinggal, penyebab cedera, struktur anatomis, lokasi ,cedera
penyerta, dan jenis penanganan
Hasil :
Pada periode 1 januari 2012 hingga 31 desember 2013, terdapat 52
penderita cedera tendon yang pada umumnya berjenis kelamin laki laki, berusia
17-25 tahun, memiliki tingkat pendidikan menengah dan bekerja sebagai buruh
yang berdomisili di kota medan. Pasien sebahagian besar mengalami cedera
tendon yang komplit , tangan kanan lebih sering mengalami cedera. Angka
fleksor. Cedera tendon ekstensor terbanyak terdapat pada zona V dijari telunjuk,
sedangkan cedera tendon fleksor terbanyak terdapat pada zona II dijari telunjuk.
Data juga menggambarkan bahwa cedera tulang ( fraktur ) juga sering menyertai
cedera tendon pada zona fleksor dan ekstensor, Penanganan cedera di RSUP
HAM pada umumnya dilakukan dengan tindakan reparasi dimeja operasi.
Kesimpulan :
Pada penelitian ini didapatkan angka dan gambaran dari pola cedera,
yang dapat membantu untuk mengoptimalkan pencegahan dan penanganan. Pada
penelitian ini tidak diketahui secara pasti faktor resiko yang berhubungan secara
signifikan dan mempengaruhi terjadinya cedera tendon. Oleh karena itu
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor faktor yang berhubungan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Cedera tendon merupakan cedera kedua yang paling sering terjadi pada
tangan dan oleh sebab itu, ini merupakan topik yang penting untuk di bicarakan
dalam kasus trauma. Kebanyakan cedera adalah cedera terbuka pada tendon
fleksor dan tendon ekstensor, lengan dan tangan merupakan organ yang sangat
penting untuk melakukan pekerjaan dikarenakan aktifitas yang beragam. Tendon
merupakan organ yang rentan mengalami trauma, berdasarkan data dari
departemen Sport Orthopaedic dan Sport Medicine Klinikum di Jerman. Kasus
dari cedera tendon semakin meningkat. Dapat disimpulkan oleh pendata bahwa
hal ini disebabkan oleh karena meningkatnya aktivitas sehari-hari. Berdasarkan
50272 pasien trauma secara umum. Anger dan Lohmann menyimpulkan bahwa
28.6 % merupakan pasien cedera pada ekstermitas atas (lengan dan tangan), dari
data ini dapat di temukan lebih jauh bahwa cedera tendon menduduki urutan
kedua (29%) setelah cedera tulang yang masih menduduki peringkat teratas
(42%).
Trauma akut pada tendon merupakan kasus yang banyak di temukan pada
unit gawat darurat, studi di amerika pada tahun 2014 sudah mengemukakan
kasus cedera tendon yang di tinjau segi epidemiologinya, informasi yang dapat di
ambil dari studi ini meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, sisi tangan yang
dominan, lokasi yang di mulai dari zona fleksor dan ekstensor hingga jenis tendon
Tabel 1 dan 2
Tabel 1. Cedera tendon berdasarkan karakteristik populasinya
Tabel 2. Cedera tendon yang ditinjau dari segi pekerjaan
Kedua data ini di ambil dari studi di united states pada tahun 2010
Tabel 4. Cedera tendon di united states yang di lihat dari tendon yang terlibat
secara spesifik
Cedera tendon ekstensor lebih sering terjadi dibandingkan dengan cedera
pada tendon fleksor. Cedera pada mekanisme ekstensor di jari telunjuk dan di
zona 3 memiliki insiden terbanyak, cedera pada flexor digitorum profundus di jari
telunjuk dan zona 2 merupakan kasus terbanyak.
Tabel 5. Epidemiologi cedera tendon di united states pada tahun 2001-2010
Penanganan cedera tendon meliputi penanganan konservatif dan operatif.
Hipokrates adalah ahli yang pertama kali menangani cedera tendon dengan teknik
yang masih kuno. Namun masih belum menemukan keberhasilan oleh karena
masih terbatasnya ilmu dan fasilitas dari asepsis dan antisepsis. Kasus cedera
tendon baru berhasil di tangani pada tahun 1918 oleh Bunnel yang
mengembangkan teknik penjahitan pull out direct suture procedure, Bunnel
menamai suatu area pada telapak lengan dengan nama no mans land, yang
kemudian di populerkan oleh Claude Verdans sebagai zona II, pada tahun 1967
Kleinert dengan teknik mobile suture menjadi pemuka dan panutan dari para ahli
yang mendalami teknik penjahitan tendon.
Pada tahun 1960, laporan klinis mengenai teknik perbaikan tendon primer
merupakan topik yang banyak di perbincangkan oleh para ahli, sehingga sejak
saat itu, banyak kemajuan yang terjadi mengenai pemahaman dari anatomi,
biologi, mekanisme cedera dan metode perbaikan dari intrasynovial tendon. Hal
ini semakin berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi benang yang
digunakan, perbesaran lensa optik yang di gunakan pada saat operasi dan metode
rehabilitasi. Secara umum gejala klinis pada cedera tendon akut yaitu luka
robekan, deformitas dan berkurangnya interval pergerakan dari sendi. Penanganan
pada cedera tendon akut meliputi penanganan secara konservatif dan operatif.
Tindakan konservatif dilakukan sesuai dengan indikasi bahwa cedera bersifat
parsial dan dapat mengalami perbaikan dengan berbagai jenis teknik
immobilisasi.2
Secara klinis, cedera tendon yang tidak tertangani akan menyebabkan
deformitas pada jari dan dapat mengganggu pergerakan sendi, sehingga dapat
mengganggu aktivitas. Untuk kasus trauma terbuka, cedera tendon yang tidak di
berikan penanganan yang tepat akan menyebabkan infeksi jaringan, sehingga pada
kasus yang terlambat di tangani maka proses infeksi akan berakhir pada kematian
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut, “Bagaimanakah karakteristik penderita
Ruptur tendon fleksor dan ekstensor di RSUP Haji Adam Malik Medan?”.
I.3. Tujuan Penelitian
I.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Prevalensi dan gambaran dari berbagai jenis pola
cedera tendon zona fleksor dan zona ekstensor di RSUP Haji Adam Malik
Medan periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan jenis
kelamin di RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31 Desember
2013.
2. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan usia di
RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013.
3. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan pendidikan
4. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan pekerjaan di
RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013.
5. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan tempat
tinggal di RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31 Desember
2013.
6. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan keterlibatan
struktur anatomisnya di RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31
Desember 2013.
7. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan lokasi
cedera di RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31 desember 2013.
8. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan cedera
penyertanya di RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31 Desember
2013.
9. Mengetahui gambaran klinis penderita cedera tendon berdasarkan jenis
penanganannya di RSUP Haji adam malik periode 1 Januari 2012 – 31
Desember 2013.
I.4. Manfaat Penelitian
I.4.1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang kesehatan, terutama mengenai epidemiologi dari
cedera tendon fleksor dan ekstensor, sehingga bisa digunakan sebagai
referensi untuk tata laksana pasien di rumah sakit.
I.4.2. Manfaat Praktis Langsung
Sebagai bahan masukan dalam hal diagnosa, perencanaan dan
penanggulangan faktor - faktor yang ada pada cedera tendon zona fleksor
I.4.3. Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
rangka upaya menurunkan angka terjadinya kasus cedera tendon pada
zona fleksor dan ekstensor di RSUP Haji Adam Malik Medan, sehingga
dapat menentukan strategi penanganan yang paling efektif, Menyediakan
pelayanan dan perawatan jangka panjang, dan juga mempertimbangkan
dampak financial dan sosial pada penderita cedera tendon.
I.4.4. Manfaat Bagi Peneliti
Selain dari suatu proses untuk menyelesaikan program studi,
penelitian ini merupakan pengalaman berharga untuk memperoleh
wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Fleksor Tendon
1.Anatomi dari Fleksor Tendon dan Struktur di Sekitarnya
Carpal tunnel
Merupakan ruang yang terletak antara tulang carpalia dan transverse carpal
ligament.3,7
Selubung tendon fleksor
Gambar 2.1. Struktur dari selubung tendon pada FDS dan FDP,selubung berjalan
melalui pulley yang melekat pada volar plate.
Selubung yang tersusun dari jaringan fibroosseus terbentuk pada awal dari
neck metacarpal, selubung ini terdiri dari 5 annular pulley. A2 dan A4 merupakan
pulley yang paling penting untuk mencegah efek bowstring pada tendon. Pulley
berfungsi untuk menjaga agar tendon dapat bergerak dengan leluasa pada
jalurnya, arteri digiti ataupun vincula, merupakan pemberi nutrisi pada tendon.3,7
Karakteristik Tendon FDS
Apabila tendon FDS sudah berada dalam selubungnya, maka tendon ini akan
terbelah dan terbagi menjadi dua bagian dengan rongga pada sisi tengahnya
(champer chiasm) dan kemudian tendon FDP akan berjalan melalui rongga
tersebut dan berlanjut untuk melekat pada sisi volar dari distal phalanx.3,7 Tendon
FDS dan FDP
Selubung tendon
Gambar 2.2. Persilangan pada FDP membentuk suatu champer’s chiasm, FDP dan
FDS menerima aliran darah dari vinculum longus dan brevis.
1. Zona pada Flexor Tendon
Zona I : Zona dari Flexor Digitorum Profundus.
Regio di antara sisi tengah dari jari hingga ujung jari.6
- Zona ini hanya mengandung satu tendon saja, yaitu tendon FDP6
- Laserasi pada tendon ini cenderung terjadi berdekatan dengan insersinya.6
Zona II
Regio yang di mulai dari distal tulang metacarpal hingga ke sisi tengah dari
middle phalanx. Bunnel menetapkan area ini dengan istilah no mans land oleh
karena kerusakan yang terjadi pada area ini sangat parah dan penjahitan primer
mutlak harus dilakukan. 6
Karakteristik dari Zona II :
Pada area ini terdapat 2 tendon fleksor yang berjalan dalam satu selubung.3,7
Zona III
Regio di antara garis telapak tangan proksimal dan sisi proksimal dari tendon
yang memiliki selubung. 3,7
Zona IV
Pada area ini terdapat struktur transvers carpal ligament, yang sangat kuat
Zona V
Regio yang berada pada sisi proksimal dari transvers carpal ligament, pada
area ini tendon mulai melakukan penyatuan dengan otot dan membentuk
musculotendinous junction.3,7
2. Vaskularisasi dan Nutrisi pada Tendon
Nutrisi dapat berasal dari dua sumber yaitu pembuluh darah dan cairan
synovial. Pembuluh darah berjalan longitudinal memasuki area palmar dan
bercabang luas di antara tendon. Proses penyaluran nutrisi dari cairan synovial berjalan melalui pompa kapiler yang disebut dengan “imbibitions”, gerakan fleksi pada jari dapat mengaktifkan pompa kapiler yang mana dapat mengalirkan cairan
dari jaringan fibrosseus menuju celah celah dari tendon melalui saluran yang
sangat kecil. 3,7
Gambar 2.3 Lima zona cedera dari fleksor tendon. ( Trumble TE, Sailer SM:
Flexor tendon injuries. In Trumble TE, editor: Principles of hand surgery
2.1.2. Extensor Tendon
Gambar 2.5. Anatomi dari mekanisme ekstensor tampak dorsal. Terlihat
pemisahan dari central tendon untuk membentuk lateral band pada PIP dan central
slip yang melekat pada middle phalanx.
A. Introduksi dan Anatomi
Mekanisme ekstensor pada tangan dan jari - jari adalah suatu struktur yang
sangat bergantung pada keseimbangan otot ekstrinsik dan intrinsik. Dua per tiga
dari seluruh cedera akut pada laserasi ekstensor tendon sangat berhubungan
dengan cedera pada kulit, tulang dan sendi. Semua tendon ekstrinsik di
pergelangan tangan, sisi dorsal dari jari kesatu hingga jari kelima dipersarafi oleh
nervus radialis. Tendon ekstensor berada dalam enam kompartemen yang Gambar 2.4. Struktur pembuluh darah tendon fleksor pada jari.,VBP, vinculum
tersusun dalam suatu ruang yang di bentuk oleh jaringan fibroosseus, yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya efek bowstring pada saat gerakan ekstensi
dari pergelangan tangan. 3,7
B. Karakteristik dari Tendon Ekstensor yaitu :
- Terdapat dua tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking.
- Memiliki struktur Juncturae tendineum yang menghubungkan ekstensor
digitorum dan ekstensor digiti minimi.
Juncturae ini sangat penting dalam proses distribusi kekuatan dari tendon, laserasi
pada junturae akan menyebabkan subluksasi dari tendon pada area persendian
metacarpophalangeal ke arah sisi radial dan ulnar. Sagital Band
Struktur yang terletak pada level metacarpophalangeal joint yang berfungsi
memberikan efek sentralisasi pada ekstensor tendon dan struktur ini melekat pada
volar plate dan periosteum dari tulang phalanx proksimal.3,7 Lateral Band
Merupakan tempat bertemunya otot - otot intrinsik pada setiap sisi dari jari ,sisi
terminal dari lateral band di stabilkan oleh triangular ligament yang berinsersi
pada area phalanx distal dari jari. 3,7
Gambar 2.6. Zona Cedera dari Tendon ekstensor
Pembagian zona dari tendon ekstensor
Zona I : pada area DIPJ termasuk insersi dari struktur mekanisme ekstensor.3,7 Zona II : terletak pada area middle phalanx dan insersi dari lateral band,
khusus pada ibu jari zona ini juga meliputi proksimal phalanx. 3,7
Zona III : meliputi PIPJ, di area ini terdapat central slip yang berinsersi pada
middle phalanx dan pada ibu jari, area zona III meliputi MCPJ dan insersi dari
otot ekstensor pollicis brevis. 3,7
Zona IV : meliputi proksimal phalanx dan struktur eksensor mekanisme yang
berada distal dari selubungnya (ekstensor hood). Pada zona I hingga zona IV,
nutrisi dari tendon berlangsung dengan cara perfusi melalui paratenon. 3,7 Zona V: meliputi sendi MCPJ yang termasuk juga struktur dari selubung
ekstensor (ekstensor hood). 3,7
Zona VI : meliputi metacarpal, juncturae, EDC, EIP, EDM. 3,7
Zona VII : meliputi retinaculum dari pergelangan tangan beserta 6
kompartemen tendon ekstensor.3,7 Pada Zona V hingga VII, nutrisi di
fasilitasi oleh tenosynovium.
Zona VIII : berada pada posisi proksimal dari retinaculum dan distal dari
musculotendinous junction. Pada zona ini, nutrisi di fasilitasi oleh arteri kecil
yang berasal dari fascia di sekitarnya.
2.1.3. Mekanisme Cedera
Untuk tendon fleksor, ketika mekanisme cedera dimana tendon terpotong
dalam keadaan fleksi, maka sisi distal dari tendon akan berada pada sisi distal
dari kulit dan selubung tendon, apabila tendon terpotong dalam keadaaan ekstensi
maka posisi tendon berada pada sisi yang satu level dengan laserasi pada kulit,
untuk tendon ekstensor yang memiliki juncturae, tendon tidak mengalami
2.1.4. Proses Penyembuhan Tendon
Pada saat terjadi cedera, tendon mulai membentuk jaringan ikat yang
berpengaruh pada 3 fase yang berkesinambungan dan dapat dibedakan
berdasarkan dari bentuk sel dan reaksi biokimia yang terjadi. Proses
penyembuhan ini menghidupkan kembali serabut tendon dan memulihkan
mekanisme gerakan dari tendon, daya rentang akan mengalami perubahan dan
kemajuan dari waktu ke waktu, namun tidak akan dapat kembali kepada kekuatan
yang normal seperti saat sebelum terjadinya cedera.4,7
1. Fase Inflamasi
Pada pembuluh darah yang cedera, terjadilah pembentukan hematom yang
mengakibatkan pembebasan molekul proinflamatori dan vasodilator.3
Sel-sel inflamasi yang terdapat disekitar jaringan yaitu : monosit, makrofag,
dan netrofil bermigrasi pada sisi yang cedera, kemudian sel sel ini akan melebur
membentuk clot dan jaringan nekrotik melalui proses fagositosis.4,8
Makrofag juga membantu dalam merekrut fibroblas yang baru dan
melepaskan faktor faktor proangiogenesis untuk membentuk struktur pembuluh
darah baru pada luka Fase ini di tandai dengan meningkatnya kolagen tipe 3,
DNA, fibronektin, glycosaminoglycan dan air. Semua molekul ini berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan dari matriks ekstraselular.4,8
2. Fase Proliferasi
Proliferasi fibroblas adalah pertanda bahwa fase ini telah di mulai, pada saat
ini jumlah dari kolagen tipe 3 yang dihasilkan akan mencapai puncaknya.4
3. Fase Remodeling
Jaringan mulai melakukan remodeling kira kira pada 6 minggu setelah cedera
awal, pada fase ini terjadi penurunan dari kolagen tipe 3 dan sintesis dari matriks.
Pada saat bersamaan sintesis dari kolagen tipe 1 juga mengalami peningkatan,
serat kolagen terorganisir menjadi bentuk yang pararel yang sesuai dengan aksis
dari tendon, struktur yang pararel menghasilkan kekuatan mekanik dan daya
Gambar 2.7. Ilustrasi proses penyembuhan tendon setelah mengalami cedera, Ecm
: Ekstracellular Matriks, Gag = Glycosaminoglycans (J Hand Surg
Am2008;33[1]:102-112).
2.1.5 Penanganan cedera pada tendon fleksor
1. Pada cedera tendon yang < 50 persen
Debridement + Immobilisasi tanpa reparasi
2. Pada cedera tendon yang > 50 persen
Debridement +Reparasi+Immobilisasi, teknik reparasi tendon menurut zona
yaitu:
Zona 1 : teknik Penjahitan inti dan teknik Penjahitan pull out suture
Zona 2,3,4 : teknik penjahitan modifikasi strickland pada teknik kessler
Zona 5 : teknik Penjahitan figure of eight dan teknik Penjahitan Matrass
2.1.6 Penanganan cedera pada tendon Ekstensor
1. Pada cedera tendon yang < 60 persen
Debridemen + Immobilisasi tanpa reparasi.
2. Pada cedera tendon yang > 60 persen
Zona 2 : Penjahitan dengan teknik running suture pada tepi tendon
yang robek dipadukan dengan penjahitan silang (cross stitch) pada
sisi dorsal dari tendon.
Zona 3,4,5 : teknik penjahitan kessler Modified.
Zona 6,7 : teknik penjahitan kessler Modified + circumferential
suture.
Zona 8,9 : teknik Penjahitan figure of eight di kombinasikan dengan
2.2. Kerangka Konsepsional
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Definisi Operasional
Penderita ruptur tendon akut pada pergelangan hingga jari tangan adalah
semua pasien yang berobat di departemen/SMF Orthopaedi dan Traumatologi
RSUP Haji Adam Malik, baik di poliklinik maupun rawat inap, pada periode 1
Januari 2012 – 31 Desember 2013 yang didiagnosis mengalami cedera tendon
pada ekstremitas atas. Karakteristik yang akan ditinjau yaitu :
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin dikelompokkan berdasarkan skala nominal, yaitu pria atau
wanita.
2. Usia
Usia adalah usia responden penelitian saat pertama kali didiagnosis dengan
penderita ruptur tendon. Menurut Depkes RI pada tahun 2009, Usia
dikelompokkan dalam skala nominal, yaitu: Masa balita : 0-5 tahun
Masa kanak kanak : 5-11 tahun Masa remaja awal : 12-16 tahun Masa remaja akhir : 17-25 tahun Penderita Ruptur
Tendon
Karakteristik: - Jenis kelamin
Masa dewasa awal : 26-35 Masa dewasa akhir : 36-45 Lansia awal : 46-55 tahun Lansia akhir : 56-65 tahun Masa manula : 65 tahun ke atas
3. Pendidikan
Pendidikan pasien yang mengalami cedera tendon dikelompokkan
berdasarkan ketetapan pembagian Pendidikan dari depdiknas pada tahun 2003
yaitu :
1. Dasar, setara dengan sekolah dasar.
2. Menengah, setara dengan sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas.
3. Tinggi, setara dengan perguruan tinggi.
4. Pekerjaan
Pekerjaan pasien dengan cedera tendon pada saat datang untuk berobat ke
Rumah Sakit Adam Malik, di klasifikasikan berdasarkan Sakernas
(Notoadmodjo 2012) yaitu:
1. Pedagang
2. Buruh/tani
3. PNS
4. TNI/Polri
5. Pensiunan
6. Wiraswasta
7. IRT
5. Tempat tinggal
Berdasarkan tempat tinggal pasien di bagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Medan
2. Di luar medan
6. Keterlibatan struktur anatomisnya
1. Komplit
2. Inkomplit
7. Sisi tangan
Berdasarkan skala nominal, sisi tangan di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Tangan kiri
2. Tangan kanan
8. Lokasi terjadinya cedera
Lokasi cedera dikelompokkan ke dalam skala ordinal, yaitu:
1. Zona 1 hingga 5 pada sisi fleksor.
2. Zona 1 hingga 8 pada sisi ekstensor.
9. Tendon yang terlibat secara spesifik, dikelompokkan berdasarkan skala
nominal, yaitu:
1. Semua tendon yang terdapat pada zona fleksor.
2. Semua tendon yang terdapat pada zona ekstensor.
10. Cedera tendon yang disertai dengan cedera jaringan lain disekitarnya.
1. Cedera tendon di sertai fraktur.
2. Cedera tendon tanpa disertai fraktur.
3. Cedera tendon yang disertai dengan traumatik amputasi.
4. Cedera tendon yang tidak di sertai dengan amputasi.
11. Tatalaksana
Tatalaksana adalah jenis penanganan yang diberikan pada pasien, baik berupa
operatif (apapun metode operasinya), ataupun konservatif.
Tatalaksana dikelompokkan ke dalam skala nominal, yaitu:
a. Tatalaksana operatif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif
retrospektif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan penderita cedera tendon
zona fleksor dan ekstensor berdasarkan fakta – fakta yang telah terjadi dan tercatat
di rekam medis pada pasien rawat inap dan rawat jalan di Dept.Orthopaedi RSUP
Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian : Dept.Orthopaedi RSUP. Haji Adam Malik Medan.
Waktu penelitian : Dilakukan selama 3 bulan, terhitung dari tanggal
November 2013– Januari 2015
3.3. Objek Penelitian
Rekam medik pasien dengan diagnosis cedera tendon zona fleksor dan
ekstensor yang ada di instalasi rawat inap dan rawat jalan Dept.Orthopaedi RSUP
Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi:
1. Rekam medis dari penderita yang didiagnosis dengan cedera tendon pada
ekstremitas atas.
2. Rekam medis yang datanya diisi dengan lengkap.
Kriteria Ekslusi:
Data rekam medik yang tidak lengkap
3.5. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan
pada rekam medis pasien di Dept.Orthopaedi RSUP. Haji Adam Malik Medan
periode Januari 2011 – Desember 2013. Data medis dan demografi dianalisa
secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau diagram dan
persentase untuk data kategori dan rataan dan simpangan baku untuk data kontinu.
3.6. Etika Penelitian
Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari
rekam medis dengan tidak menuliskan nama pasien tetapi hanya berupa inisial
saja.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan meminta izin kepada
beberapa institusi terkait antara lain Direktur RSUP. Haji Adam Malik Medan,
Ketua Departemen dan Kepala Program Studi bagian Orthopaedi dan
Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. Haji
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Jumlah Kasus
Selama kurun waktu satu tahun (Januari 2012 – Desember 2013)
didapatkan jumlah kasus cedera tendon di Departemen Orthopaedi RSUP Haji
Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 52 kasus.
4.2. Karakteristik Kasus
4.2.1. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa pada umumnya cedera tendon dialami
oleh laki laki sebanyak 49 orang (94,2%), dan sisanya berjenis kelamin
perempuan sebanyak 3 orang (5,8%).
Diagram 1. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan ekstensor
berdasarkan jenis kelamin
4.2.2. Usia
Berdasarkan pembagian usia yang merujuk pada pengelompokan umur menurut
depkes RI 2009, penderita cedera tendon zona fleksor dan ekstensor paling
banyak adalah golongan remaja akhir yaitu berusia 17-25 tahun dengan jumlah
penderita sebanyak 23 orang, dan kasus yang paling sedikit di jumpai pada
kelompok lansia awal yang berusia 46-55 tahun yang hanya berjumlah 1 orang.
49
3
Diagram 2. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan ekstensor
berdasarkan usia
4.2.3 Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, pasien penderita cedera tendon yang
paling banyak dijumpai yaitu pada tingkat pendidikan menengah sebanyak 21
orang (40,4%), Pendidikan dasar 16 (30,8%) orang, pendidikan tinggi sebanyak
15 (28,8%) orang.
Diagram 3. Frekuensi pasien cedera tendon fleksor dan ekstensor berdasarkan tingkat pendidikan
4.2.4 Pekerjaan
Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah dibagi oleh sakernas, jenis
pekerjaan yang paling banyak mengalami cedera tendon yaitu pada buruh
sebanyak 33 (59,6%) orang,, kemudian pada wiraswasta sebanyak 14 (26,9%)
orang, PNS sebanyak 3 (5,8%), IRT sebanyak 2 (3,8%) orang
2
6
23
16
4 1
5-11 thn12-16 thn 17-25 thn 26-35 thn 36-45 thn 46-55 thn
15
29
8
Diagram 4. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan ekstensor berdasarkan jenis pekerjaan
4.2.5. Tempat Tinggal
Pasien yang paling banyak mengalami cedera tendon paling banyak
merupakan pasien yang bertempat tinggal didalam kota medan yaitu sebanyak 41
(78,8%) orang,sedangkan pasien yang berdomisili diluar kota medan hanya 11
(21,2%) orang
Diagram 5. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan ekstensor
berdasarkan tempat tinggal
4.2.6 Berdasarkan keterlibatan struktur anatomis
Didapatkan pasien sebanyak 50 (96,2%) orang mengalami cedera tendon
yang komplit dan hanya 2 (3,8%) orang yang mengalami cedera tendon parsial.
3
33
14
2
pns
buruh
wiraswasta
ibu rumah tangga
41
11
medan
Diagram 6. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan ekstensor
berdasarkan keterlibatan struktur anatomis
4.2.7 Berdasarkan sisi tangan
Berdasarkan sisi tangan yang terkena, tangan kanan lebih sering
mengalami cedera yaitu sebanyak 40 (77%) dan tangan kiri sebanyak 12 (23%).
Diagram 7. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan ekstensor
berdasarkan sisi tangan
4.2.8 Frekuensi cedera berdasarkan sisi fleksor dan ekstensor
Dari seluruh sampel pasien yang mengalami cedera tendon ekstensor lebih
banyak di jumpai dibandingkan pada tendon fleksor, yaitu sebanyak 30 kasus,
sedangkan tendon fleksor 18 kasus, dan cedera multiple pada sisi fleksor dan
ekstensor yaitu sebanyak 4 kasus.
50
2
cedera tendon komplit cedera tendon parsial
40
12
Diagram 8. Frekuensi pasien cedera tendon berdasarkan sisi fleksor dan
ekstensor
4.2.9 Frekuensi Cedera tendon berdasarkan zona fleksor dan ekstensor
Berdasarkan zona ekstensor dan fleksor yang terkena, dari 34 kasus cedera
tendon ekstensor, zona V ekstensor yang terbanyak mengalami cedera yaitu
sebanyak 21 (61,7%) pasien, zona II ekstensor 10 (29,4%) pasien, zona IV
ekstensor 3 (8,8%) pasien, sedangkan dari 22 pasien dengan cedera tendon
fleksor, kasus terbanyak yaitu cedera pada Zona II fleksor sebanyak 8 (36,4%)
pasien, Zona III fleksor 4 pasien zona IV fleksor 4 (18,1%) pasien, zona V fleksor
6 (27,3%).
Diagram 9. Frekuensi pasien cedera tendon berdasarkan zona fleksor dan ekstensor
30
18
4
ekstensor
Flexor
multiple fleksor dan ekstensor
4
4
6
8
10
3
21
4.2.10 Frekuensi cedera berdasarkan tendon yang spesifik pada tendon
ekstensor
Berdasarkan jenis tendon yang spesifik pada tendon ekstensor, cedera pada
tendon EDC digiti II sebanyak 17 (32,7%) orang, tendon EDC jari ketiga
sebanyak 8 (19,2 %) orang, EDC jari keempat 2 (3,8%) orang, dan tendon EPL
sebanyak 5 (9,6%) orang.
Diagram 10. Frekuensi pasien cedera tendon berdasarkan Tendon yang
spesifik pada tendon ekstensor
4.2.11 frekuensi cedera berdasarkan tendon yang spesifik pada tendon
fleksor
Tendon yang terbanyak mengalami cedera yaitu tendon FDS pada jari
kedua sebanyak 8 (28,8%) orang, FDP jari kedua sebanyak 6 (19,2%) pasien,
tendon FDS jari ketiga sebanyak 3 (9,6%) orang, FDP jari ketiga sebanyak 2
(7,7%) pasien, tendon FPL 2 (3,8%) orang. FDS jari keempat sebanyak 2 (3,8%)
pasien.
8
17
5
2 2
EDC III
Diagram 11. Frekuensi cedera berdasarkan Tendon yang spesifik pada
tendon fleksor
4.2.12 Cedera tendon yang disertai dengan traumatik amputasi pada jari
Dari 52 orang pasien, kasus cedera tendon pada tangan yang disertai
dengan traumatik amputasi pada jari yang terbanyak dialami adalah pada jari
telunjuk yaitu sebanyak 18 (34,6%) orang, sedangkan jari tengah 14 (26,9%)
orang, ibu jari 10 (19,2%) orang, jari manis 4 (7,6%) orang, jari kelingking 6
(11,5%) orang.
Diagram 12. Frekuensi pasien cedera tendon zona fleksor dan ekstensor yang disertai dengan traumatik amputasi pada jari
4.2.13 Berdasarkan cedera tendon yang disertai fraktur dan tidak disertai
fraktur
Didapatkan pada seluruh sampel, 41 (79%) pasien mengalami fraktur, dan
11 (21,1%) pasien tidak disertai fraktur.
8
6
3
2
2
1
FDS jari keduaFDP jari kedua FDS jari ketiga FDP jari ketiga tendon FPL FDS jari keempat
18
10
14
4
6
jari telunjukDiagram 13. Frekuensi pasien Ruptur tendon zona fleksor dan ekstensor
berdasarkan cedera tendon yang disertai fraktur dan tidak disertai fraktur
4.2.14 Berdasarkan jenis penanganan cedera
Berdasarkan jenis penanganan cedera, pasien yang di lakukan reparasi
yaitu sebanyak 50 (96,2%) orang, dan pasien yang tidak dilakukan reparasi hanya
2 (3,8%) orang.
Diagram 14. Frekuensi pasien Ruptur tendon zona fleksor dan ekstensor berdasarkan jenis penanganan cedera
41
11
fraktur
tidak fraktur
2
49
tidak dilakukan reparasi
4. 3 Pembahasan
Berdasarkan jenis kelamin, dari total 52 pasien, kebanyakan penderita
ruptur tendon berjenis kelamin laki laki sebanyak 49 penderita. Terutama pada
usia remaja akhir yaitu pada umur 17-25 tahun. Dari data yang terkumpul, pria
lebih banyak melakukan aktivitas bila di bandingkan dengan wanita, pasien
sebahagian besar adalah pria usia muda yang umumnya memiliki pekerjaan
dibidang industri sebagai seorang buruh, memiliki mobilitas tinggi sehingga
menjadi korban kecelakaan sepeda motor, dan pada beberapa kasus pasien
merupakan korban yang terlibat perkelahian dengan menggunakan senjata tajam,
sehingga pria usia muda lebih banyak mengalami kejadian cedera tendon.
Ditinjau dari latar belakang pendidikan pada penderita cedera tendon,
dapat dilihat bahwa jumlah penderita dijumpai pada pasien dengan derajat
pendidikan menengah. Ini mungkin dikarenakan pasien dengan level pendidikan
ini memiliki tingkat kecerdasan yang setara dengan sekolah menengah atas,
tingkat emosional masih cukup tinggi, sehingga kurang memikirkan resiko pada
saat melakukan aktivitas yang berpotensi menyebabkan cedera pada ekstremitas
atas.
Dilihat dari segi profesi atau pekerjaan penderita, pasien yang bekerja
sebagai buruh industri paruh waktu memiliki jumlah yang paling banyak yaitu
sebanyak 31 orang. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh kecelakaan kerja
karena kurangnya kewaspadaan dan minimnya fasilitas alat pelindung kerja
seperti sarung tangan dan pelindung jari .
Berdasarkan keterlibatan strukturnya, kasus cedera tendon yang komplit
lebih banyak dijumpai yaitu sebanyak 50 pasien dan cedera parsial hanya 2
pasien, pada pasien yang mengalami cedera akut akibat benda tajam saat
beraktifitas, dasar luka yang terbentuk pada umumnya cukup dalam hingga ke
menyebabkan tendon sangat rentan mengalami ruptur total, sedang cedera tendon
yang bersifat parsial lebih sering dialami pada cedera tertutup, dan terkadang
pasien tidak menyadari dan tidak melakukan pengobatan segera, oleh karena pada
tergolong fungsional. Dilihat dari segi sisi tangan yang terkena, tangan kanan
memiliki urutan terbanyak yaitu sebanyak 40 orang, hal ini kemungkinan
disebabkan dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan ketelitian
pasien dominan menggunakan tangan kanan daripada tangan kiri.
Pada cedera tendon ekstensor yang lebih spesifik, tendon yang memiliki
cedera yang terbanyak adalah Extensor digitorum comunis pada jari kedua, hal ini
kemungkinan berkaitan dengan jaringan lunak yang sangat tipis untuk melindungi
tendon ekstensor serta frekuensi penggunaan jari telunjuk yang cukup dominan
saat beraktivitas, dan pada kasus perkelahian yang menyebabkan trauma senjata
tajam, pasien pada umumnya melindungi tubuhnya dengan tangan terkepal,
sehingga tendon Extensor digitorum comunis sangat sering mengalami cedera.
Tendon fleksor yang mengalami cedera terbanyak yaitu terdapat pada
tendon fleksor digitorum superficialis yaitu sebanyak 15 pasien dan fleksor
digitorum profundus sebanyak 8 pasien. Berdasarkan zona yang dikemukakakan
oleh kleinert dan verdan, tendon yang mengalami cedera terbanyak yaitu tendon
fleksor zona II sebanyak 8 orang, dan tendon ekstensor zona 5 sebanyak 21 orang,
hal ini dikarenakan saat melakukan aktivitas yang membutuhkan ketelitian dan
kekuatan, jari sangat berperan. sedangkan pada pergelangan tangan dan lengan,
penderita pada umumnya merupakan korban akibat kecelakaan sepeda motor dan
korban perkelahian yang melibatkan senjata tajam.
Berdasarkan tata laksana dari cedera tendon, kasus cedera tendon yang
membutuhkan penjahitan memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu sebanyak 50,
disebabkan kasus cedera tendon yang terjadi sebagian besar tergolong ruptur total,
pada literatur dikatakan bahwa pada cedera yang melibatkan lebih dari 50 persen
massa tendon, maka penjahitan mutlak untuk di lakukan, pada sedikit kasus yang
dijumpai di RSUP HAM terdapat juga cedera yang bersifat parsial dimana
immobilisasi dengan pembidaian menjadi pilihan.
Cedera tendon sering berkaitan dengan cedera pada tulang (fraktur) dan
lebih jauh lagi sering menyebabkan traumatik amputasi dimana terdapat
pada umumnya disebabkan oleh oleh mesin industri yang memiliki energi tinggi
untuk dapat menyebabkan kerusakan jaringan tulang, dan pada beberapa kasus
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Penderita cedera tendon kebanyakan berjenis kelamin laki-laki, terutama
yang berusia 17-25 tahun, memiliki latar belakang pendidikan menengah yang
setara dengan sekolah menengah atas, memiliki profesi sehari harinya bekerja
sebagai buruh dimana aktivitas penggunaan tangan dan jari sangat dominan, kasus
cedera tendon umumnya disebabkan oleh kecelakaan kerja karena kurangnya
kewaspadaan dan minimnya fasilitas alat pelindung kerja seperti sarung tangan
dan pelindung jari. dan selain itu kasus cedera juga kebanyakan merupakan
korban kecelakaan sepeda motor dan korban senjata tajam. Cedera tendon
ekstensor lebih sering di jumpai dibandingkan dengan tendon fleksor dikarenakan
oleh struktur anatomi jaringan lunak yang melindunginya sangat tipis, sehingga
cedera yang signifikan akan menyebabkan cedera komplit dari tendon.
5.2 Saran
1. Tingkatkan pemahaman melalui penyuluhan kepada para pasien mengenai
bahayanya cedera, proses penyembuhan dan rehabilitasi yang relatif lama,
dan kegigihan dalam menjalani proses rehabilitasi sangat berpengaruh pada
hasil dari reparasi tendon, untuk para pekerja industri, ingatlah untuk selalu
menggunakan alat pelindung saat bekerja.
2. Fasilitas perlengkapan pengobatan dikamar operasi unit gawat darurat yang
dilengkapi dengan silicon rod yang berfungsi sebagai tendon spacer, sehingga
pada kasus cedera tendon dengan kontaminasi yang signifikan, penundaan
penjahitan dapat dilakukan.
3. Sarana pengobatan pada fase rehabilitasi di RSUP Haji Adam malik sebaiknya
lebih di tingkatkan, penyediaan berbagai macam bentuk splint yang menjadi
DAFTAR PUSTAKA
1 Johanna P de jong, MD; et.al. The incidence of Acute Traumatic Tendon Injuries in
the Hand and Wrist : A 10 year Population-based Study. Clinical Orthopaedic
Surgery, June 2014;6(2):196-202.
2 M griffin,S; Hindocha.D; Jordan, M saleh,W khan. An Overview of The
management of flexor tendon injuries,Open orthopaedic Journal. 2012;6:28-35
3. Jeffrey E buddoff ,Roger Cornwall. Hand Elbow Shoulder Core Knowledge in
Orthopaedic 1st ed.Philadelphia : Elsevier : 2006 p :190-210.
4. Pankaj S., Nicola M., Tendon Injury and Tendinopathy: Healing and Repair
J.Bone Joint Surg. Am 2005. 87:187-202.
5. Macalus V.J, Namory B., Roshan J. Tissue Engginering Solution for Tendon Repair,
J am Acad Othop Surg 2011 ;19 : 134-142.
6. Doyle, James R. Hand and Wrist, 1st Edition Philadelphia :Lippincott
Williams & Wilkins : 2006 p 180-207.
7. David P. II. Wolfe, Scott W. Green’s Operative Hand Surgery 6th ed. .Philadelphia : Elsevier : 2011 P : 159-205.
8. Michael J.F., Kathleen D., Joseph P. New Therapies in Tendon Recostruction, J am
acad Orthop Surg September/October 2004;12: 298-304.
9. Soma I., Terry M. Complication After Treatment Flexor Tendon Injuries, J am Acad
Othop Surg 2006;14 : 387-396.
10. David E.R., et.al. Avulsion Injuries of the Flexor Digitorum Profundus Tendon, J am
Acad Othop Surg March 2011;19 : 152-162.
11. Stanley H. Physical Examination of the Spine and Extremities,1 st edition, Pearson :