• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Fleksor Tendon 1.Anatomi dari Fleksor Tendon dan Struktur di Sekitarnya - Gambaran Penderita Cedera Tendon Zona Fleksor dan Ekstensor di RSUP H. Adam Malik Periode 1 Januari 2012 -31 Desember 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Fleksor Tendon 1.Anatomi dari Fleksor Tendon dan Struktur di Sekitarnya - Gambaran Penderita Cedera Tendon Zona Fleksor dan Ekstensor di RSUP H. Adam Malik Periode 1 Januari 2012 -31 Desember 2013"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Fleksor Tendon

1.Anatomi dari Fleksor Tendon dan Struktur di Sekitarnya Carpal tunnel

Merupakan ruang yang terletak antara tulang carpalia dan transverse carpal ligament.3,7

Selubung tendon fleksor

Gambar 2.1. Struktur dari selubung tendon pada FDS dan FDP,selubung berjalan

melalui pulley yang melekat pada volar plate.

Selubung yang tersusun dari jaringan fibroosseus terbentuk pada awal dari

neck metacarpal, selubung ini terdiri dari 5 annular pulley. A2 dan A4 merupakan

pulley yang paling penting untuk mencegah efek bowstring pada tendon. Pulley

berfungsi untuk menjaga agar tendon dapat bergerak dengan leluasa pada

jalurnya, arteri digiti ataupun vincula, merupakan pemberi nutrisi pada tendon.3,7

Karakteristik Tendon FDS

Apabila tendon FDS sudah berada dalam selubungnya, maka tendon ini akan

terbelah dan terbagi menjadi dua bagian dengan rongga pada sisi tengahnya

(champer chiasm) dan kemudian tendon FDP akan berjalan melalui rongga

(2)

Gambar 2.2. Persilangan pada FDP membentuk suatu champer’s chiasm, FDP dan

FDS menerima aliran darah dari vinculum longus dan brevis.

1. Zona pada Flexor Tendon

Zona I : Zona dari Flexor Digitorum Profundus. Regio di antara sisi tengah dari jari hingga ujung jari.6

- Zona ini hanya mengandung satu tendon saja, yaitu tendon FDP6

- Laserasi pada tendon ini cenderung terjadi berdekatan dengan insersinya.6

Zona II

Regio yang di mulai dari distal tulang metacarpal hingga ke sisi tengah dari

middle phalanx. Bunnel menetapkan area ini dengan istilah no mans land oleh karena kerusakan yang terjadi pada area ini sangat parah dan penjahitan primer

mutlak harus dilakukan. 6

Karakteristik dari Zona II :

Pada area ini terdapat 2 tendon fleksor yang berjalan dalam satu selubung.3,7

Zona III

Regio di antara garis telapak tangan proksimal dan sisi proksimal dari tendon

yang memiliki selubung. 3,7

Zona IV

(3)

Zona V

Regio yang berada pada sisi proksimal dari transvers carpal ligament, pada

area ini tendon mulai melakukan penyatuan dengan otot dan membentuk

musculotendinous junction.3,7

2. Vaskularisasi dan Nutrisi pada Tendon

Nutrisi dapat berasal dari dua sumber yaitu pembuluh darah dan cairan

synovial. Pembuluh darah berjalan longitudinal memasuki area palmar dan

bercabang luas di antara tendon. Proses penyaluran nutrisi dari cairan synovial berjalan melalui pompa kapiler yang disebut dengan “imbibitions”, gerakan fleksi

pada jari dapat mengaktifkan pompa kapiler yang mana dapat mengalirkan cairan

dari jaringan fibrosseus menuju celah celah dari tendon melalui saluran yang

sangat kecil. 3,7

(4)

2.1.2. Extensor Tendon

Gambar 2.5. Anatomi dari mekanisme ekstensor tampak dorsal. Terlihat pemisahan dari central tendon untuk membentuk lateral band pada PIP dan central

slip yang melekat pada middle phalanx.

A. Introduksi dan Anatomi

Mekanisme ekstensor pada tangan dan jari - jari adalah suatu struktur yang

sangat bergantung pada keseimbangan otot ekstrinsik dan intrinsik. Dua per tiga

dari seluruh cedera akut pada laserasi ekstensor tendon sangat berhubungan

dengan cedera pada kulit, tulang dan sendi. Semua tendon ekstrinsik di pergelangan tangan, sisi dorsal dari jari kesatu hingga jari kelima dipersarafi oleh

nervus radialis. Tendon ekstensor berada dalam enam kompartemen yang Gambar 2.4. Struktur pembuluh darah tendon fleksor pada jari.,VBP, vinculum

(5)

tersusun dalam suatu ruang yang di bentuk oleh jaringan fibroosseus, yang

berfungsi untuk mencegah terjadinya efek bowstring pada saat gerakan ekstensi

dari pergelangan tangan. 3,7

B. Karakteristik dari Tendon Ekstensor yaitu :

- Terdapat dua tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking.

- Memiliki struktur Juncturae tendineum yang menghubungkan ekstensor

digitorum dan ekstensor digiti minimi.

Juncturae ini sangat penting dalam proses distribusi kekuatan dari tendon, laserasi

pada junturae akan menyebabkan subluksasi dari tendon pada area persendian

metacarpophalangeal ke arah sisi radial dan ulnar.  Sagital Band

Struktur yang terletak pada level metacarpophalangeal joint yang berfungsi

memberikan efek sentralisasi pada ekstensor tendon dan struktur ini melekat pada

volar plate dan periosteum dari tulang phalanx proksimal.3,7

Lateral Band

Merupakan tempat bertemunya otot - otot intrinsik pada setiap sisi dari jari ,sisi

terminal dari lateral band di stabilkan oleh triangular ligament yang berinsersi

pada area phalanx distal dari jari. 3,7

(6)

Gambar 2.6. Zona Cedera dari Tendon ekstensor

Pembagian zona dari tendon ekstensor

 Zona I : pada area DIPJ termasuk insersi dari struktur mekanisme ekstensor.3,7  Zona II : terletak pada area middle phalanx dan insersi dari lateral band,

khusus pada ibu jari zona ini juga meliputi proksimal phalanx. 3,7

 Zona III : meliputi PIPJ, di area ini terdapat central slip yang berinsersi pada

middle phalanx dan pada ibu jari, area zona III meliputi MCPJ dan insersi dari

otot ekstensor pollicis brevis. 3,7

 Zona IV : meliputi proksimal phalanx dan struktur eksensor mekanisme yang

berada distal dari selubungnya (ekstensor hood). Pada zona I hingga zona IV, nutrisi dari tendon berlangsung dengan cara perfusi melalui paratenon. 3,7  Zona V: meliputi sendi MCPJ yang termasuk juga struktur dari selubung

ekstensor (ekstensor hood). 3,7

 Zona VI : meliputi metacarpal, juncturae, EDC, EIP, EDM. 3,7

 Zona VII : meliputi retinaculum dari pergelangan tangan beserta 6

kompartemen tendon ekstensor.3,7 Pada Zona V hingga VII, nutrisi di

fasilitasi oleh tenosynovium.

 Zona VIII : berada pada posisi proksimal dari retinaculum dan distal dari

musculotendinous junction. Pada zona ini, nutrisi di fasilitasi oleh arteri kecil yang berasal dari fascia di sekitarnya.

2.1.3. Mekanisme Cedera

Untuk tendon fleksor, ketika mekanisme cedera dimana tendon terpotong

dalam keadaan fleksi, maka sisi distal dari tendon akan berada pada sisi distal

dari kulit dan selubung tendon, apabila tendon terpotong dalam keadaaan ekstensi

maka posisi tendon berada pada sisi yang satu level dengan laserasi pada kulit,

untuk tendon ekstensor yang memiliki juncturae, tendon tidak mengalami

(7)

2.1.4. Proses Penyembuhan Tendon

Pada saat terjadi cedera, tendon mulai membentuk jaringan ikat yang

berpengaruh pada 3 fase yang berkesinambungan dan dapat dibedakan

berdasarkan dari bentuk sel dan reaksi biokimia yang terjadi. Proses

penyembuhan ini menghidupkan kembali serabut tendon dan memulihkan

mekanisme gerakan dari tendon, daya rentang akan mengalami perubahan dan

kemajuan dari waktu ke waktu, namun tidak akan dapat kembali kepada kekuatan

yang normal seperti saat sebelum terjadinya cedera.4,7

1. Fase Inflamasi

Pada pembuluh darah yang cedera, terjadilah pembentukan hematom yang

mengakibatkan pembebasan molekul proinflamatori dan vasodilator.3

Sel-sel inflamasi yang terdapat disekitar jaringan yaitu : monosit, makrofag,

dan netrofil bermigrasi pada sisi yang cedera, kemudian sel sel ini akan melebur

membentuk clot dan jaringan nekrotik melalui proses fagositosis.4,8

Makrofag juga membantu dalam merekrut fibroblas yang baru dan

melepaskan faktor faktor proangiogenesis untuk membentuk struktur pembuluh

darah baru pada luka Fase ini di tandai dengan meningkatnya kolagen tipe 3,

DNA, fibronektin, glycosaminoglycan dan air. Semua molekul ini berfungsi untuk

mempertahankan keseimbangan dari matriks ekstraselular.4,8

2. Fase Proliferasi

Proliferasi fibroblas adalah pertanda bahwa fase ini telah di mulai, pada saat

ini jumlah dari kolagen tipe 3 yang dihasilkan akan mencapai puncaknya.4

3. Fase Remodeling

Jaringan mulai melakukan remodeling kira kira pada 6 minggu setelah cedera

awal, pada fase ini terjadi penurunan dari kolagen tipe 3 dan sintesis dari matriks.

Pada saat bersamaan sintesis dari kolagen tipe 1 juga mengalami peningkatan,

serat kolagen terorganisir menjadi bentuk yang pararel yang sesuai dengan aksis

dari tendon, struktur yang pararel menghasilkan kekuatan mekanik dan daya

(8)

Gambar 2.7. Ilustrasi proses penyembuhan tendon setelah mengalami cedera, Ecm

: Ekstracellular Matriks, Gag = Glycosaminoglycans (J Hand Surg

Am2008;33[1]:102-112).

2.1.5 Penanganan cedera pada tendon fleksor 1. Pada cedera tendon yang < 50 persen

Debridement + Immobilisasi tanpa reparasi

2. Pada cedera tendon yang > 50 persen

Debridement +Reparasi+Immobilisasi, teknik reparasi tendon menurut zona

yaitu:

Zona 1 : teknik Penjahitan inti dan teknik Penjahitan pull out suture

Zona 2,3,4 : teknik penjahitan modifikasi strickland pada teknik kessler

Zona 5 : teknik Penjahitan figure of eight dan teknik Penjahitan Matrass

2.1.6 Penanganan cedera pada tendon Ekstensor 1. Pada cedera tendon yang < 60 persen

Debridemen + Immobilisasi tanpa reparasi.

2. Pada cedera tendon yang > 60 persen

(9)

 Zona 2 : Penjahitan dengan teknik running suture pada tepi tendon

yang robek dipadukan dengan penjahitan silang (cross stitch) pada

sisi dorsal dari tendon.

 Zona 3,4,5 : teknik penjahitan kessler Modified.

Zona 6,7 : teknik penjahitan kessler Modified + circumferential

suture.

Zona 8,9 : teknik Penjahitan figure of eight di kombinasikan dengan

(10)

2.2. Kerangka Konsepsional

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Definisi Operasional

Penderita ruptur tendon akut pada pergelangan hingga jari tangan adalah

semua pasien yang berobat di departemen/SMF Orthopaedi dan Traumatologi

RSUP Haji Adam Malik, baik di poliklinik maupun rawat inap, pada periode 1

Januari 2012 – 31 Desember 2013 yang didiagnosis mengalami cedera tendon

pada ekstremitas atas. Karakteristik yang akan ditinjau yaitu :

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin dikelompokkan berdasarkan skala nominal, yaitu pria atau

wanita.

2. Usia

Usia adalah usia responden penelitian saat pertama kali didiagnosis dengan

penderita ruptur tendon. Menurut Depkes RI pada tahun 2009, Usia

(11)

 Masa dewasa awal : 26-35

Pendidikan pasien yang mengalami cedera tendon dikelompokkan

berdasarkan ketetapan pembagian Pendidikan dari depdiknas pada tahun 2003

yaitu :

1. Dasar, setara dengan sekolah dasar.

2. Menengah, setara dengan sekolah menengah pertama dan sekolah

menengah atas.

3. Tinggi, setara dengan perguruan tinggi.

4. Pekerjaan

Pekerjaan pasien dengan cedera tendon pada saat datang untuk berobat ke

Rumah Sakit Adam Malik, di klasifikasikan berdasarkan Sakernas

(Notoadmodjo 2012) yaitu:

Berdasarkan tempat tinggal pasien di bagi menjadi dua kategori, yaitu :

1. Medan

2. Di luar medan

6. Keterlibatan struktur anatomisnya

Berdasarkan keterlibatan struktur anatomis, cedera tendon di bagi menurut

(12)

1. Komplit

2. Inkomplit

7. Sisi tangan

Berdasarkan skala nominal, sisi tangan di bagi menjadi dua, yaitu:

1. Tangan kiri

2. Tangan kanan

8. Lokasi terjadinya cedera

Lokasi cedera dikelompokkan ke dalam skala ordinal, yaitu:

1. Zona 1 hingga 5 pada sisi fleksor.

2. Zona 1 hingga 8 pada sisi ekstensor.

9. Tendon yang terlibat secara spesifik, dikelompokkan berdasarkan skala

nominal, yaitu:

1. Semua tendon yang terdapat pada zona fleksor.

2. Semua tendon yang terdapat pada zona ekstensor.

10. Cedera tendon yang disertai dengan cedera jaringan lain disekitarnya.

1. Cedera tendon di sertai fraktur.

2. Cedera tendon tanpa disertai fraktur.

3. Cedera tendon yang disertai dengan traumatik amputasi.

4. Cedera tendon yang tidak di sertai dengan amputasi.

11. Tatalaksana

Tatalaksana adalah jenis penanganan yang diberikan pada pasien, baik berupa

operatif (apapun metode operasinya), ataupun konservatif.

Tatalaksana dikelompokkan ke dalam skala nominal, yaitu:

a. Tatalaksana operatif.

Gambar

Gambar 2.1. Struktur dari selubung tendon pada FDS dan FDP,selubung berjalan
Gambar 2.2. Persilangan pada FDP membentuk suatu champer’s chiasm, FDP dan
Gambar 2.3 Lima zona cedera dari fleksor tendon. ( Trumble TE, Sailer SM: Flexor tendon injuries
Gambar 2.4. Struktur pembuluh darah tendon fleksor pada jari.,VBP, vinculum breve profundus; VLP, vinculum longum profundus; VLS, vinculum longum superficialis; VBS, vinculum breve superficialis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Proses coating dengan menggunakan larutan phosphating atau chromating merupakan suatu proses atau reaksi kimia pelapisan zinc phosphate terhadap logam

Persalinan pervaginam tidak dilakukan bila terdapat kontra indikasi persalinan bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi &gt; 3600

(1) Pajak terutang dihitung secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) adalah penetapan besarnya pajak terutang dilakukan oleh Kepala Badan atau Pejabat

berwirausaha yang banyak dipilih oleh mahasiswa yaitu pada item nomor 21 dengan prosentase 89,1% bahwa mahasiswa mempunyai self efficacy yang tinggi terhadap

Orang-orang yang mempengaruhi tingkah laku saya akan berfikir bahwa saya harus melakukan pembayaran melalui Virtual Account dengan perangkat elektronik (misal ATM /

Dengan menggunakan sensor hall effect ini alat magnetic levitation yang dapat melayangkan benda.. dengan melawan

Berdasarkan hasil dari pengujian jumlah kendaraan pengangkut sampah tersebut, bahwa nilai rata-rata fitness paling besar adalah 0.569 yang terjadi pada saat jumlah

KEWENANGAN PASARMODAL Pasar Modal atau Bursa Efek merupakan lembaga yang diberi kewenangan untuk mengatur pelaksanaan kegiatannya.Oleh karena itu, ketentuan yang