• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI GAMBARAN PENDERITA KARSINOMA LARING DI DEPARTEMEN THT-KL RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2014 HINGGA DESEMBER 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI GAMBARAN PENDERITA KARSINOMA LARING DI DEPARTEMEN THT-KL RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2014 HINGGA DESEMBER 2015."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

GAMBARAN PENDERITA KARSINOMA LARING DI DEPARTEMEN THT-KL RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2014 HINGGA DESEMBER 2015

Oleh :

RABIN KAUR A/P JASWANT SINGH 130100443

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

ABSTRAK

Pendahuluan: Karsinoma laring adalah suatu keganasan yang terdapat pada kotak suara, pita suara ataupun daerah lain yang terdapat pada tenggorokan.

Paparan karsinogenik berulang-ulang menyebabkan struktur sel normal terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal.Terdapat sebanyak 45 juta hingga 70 juta orang yang menderita Karsinoma laring. Di Indonesia, Karsinoma laring menempati urutan ke-empat dari setiap tahun di bidang THT. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui gambaran penderita Karsinoma laring di RSUP Haji Adam Malik, Medan periode Januari 2014 hingga Desember 2015.

Metode:Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik. Subjek penelitian berjumlah 65 orang dengan sampel yang diperoleh dengan caratotal sampling, yaitu seluruh populasi merupakan sampel.

Hasil :Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan mayoritas penderita Karsinoma Laring adalah laki-laki (81,5%), dalam kelompok usia 30 hingga 60 tahun (58,5%), dan bekerja sebagai petani (30,8%). Selain itu, mayoritas penderita Karsinoma Laring tidak mengkonsumsi alkohol dan mempunyai kebiasaan merokok (50,3%), serta dengan keluhan utama dan gejala klinis serak (53,8%).

Lokasi tumor yang tersering didapati adalah pada glotis (61,5%), stadium yang tersering dijumpai adalah Stadium I (46,2%) dan mayoritas pasien Karsinoma Laring menerima terapi pembedahan (50,8%).

Diskusi : Hasil analisis data menyimpulkan bahwa pasien Karsinoma laring terbanyak adalah pada laki-laki dan yang berusia 30 hingga 60 tahun. Pekerjaan tersering penderita karsinoma laring adalah petani.Faktor resiko tertinggi adalah merokok dan keluhan tersering adalah suara serak.Lokasi terjadinya tumor terbanyak di daerah glotis dan stadium terbanyak adalah Stadium I. Penderita karsinoma laring lebih banyak mendapat jenis pengobatan secara pembedahan.

Kata kunci : Gambaran, Karsinoma Laring, RSUP Haji Adam Malik Medan.

(3)

ABSTRACT

Introduction : Laryngeal carcinoma is a malignancy that is contained in the

ballot box, the voice cords or the other areas in the throat. Exposure to carcinogens repeatedly cause disruption in a normal cell structure resulting in abnormal differentiation and proliferation. There are as many as 45 to 70 million people who suffer from laryngeal carcinoma. In Indonesia, laryngeal carcinoma ranks fourth out of every year in the field of ENT. This study is aimed to know thepatients’ description of laryngeal carcinoma in RSUP Haji Adam Malik Medan from January 2014 to December 2015.

Method : This study was a descriptive study and was conducted in RSUP Haji Adam Malik Medan. The population in this research is all of the laryngeal carcinoma patients which are 65 patients. The sampling technique used in this research is total sampling, which has the entire population as sample.

Results :The result of the study showed the majority of patients with laryngeal carcinoma were male (81,5%), in the age group of 30 to 60 years (58,5%) and worked as farmers (30,8%). In addition, the majority of patients laryngeal carcinoma do not consume alcohol and are smokers (50,3%) as well as hoarseness as their main clinical symptom (53,8%). The most common tumor site was found in the glottis (61,5%). The most common encountered stage is stage I (46,2%) and majority of the patients received surgical treatment (50,8%).

Discussion: The results of data analysis concluded that patients with laryngeal

carcinoma most is male aged 30 to 60 years. The most common job of laryngeal carcinoma patients are farmers. The highest risk factor is smoking and the most complained of hoarseness. The most common site of tumor is the glottis and the highest stage is Stage 1. Surgery is the treatment that majority of laryngeal carcinoma patients get.

Keywords : Characteristics, Laryngeal carcinoma, RSUP Haji Adam Malik Medan.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas nikmat dan kehendak-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan.Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kadokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama melakukan penelitiam dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Ashri Yudhistira, Sp THT-KL, selaku Dosen Pembimbing I dan dr. Doddy Prabisma, SpB.TKV selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan Bantuan, bimbingan dan dorongan untuk menyiapkan skripsi ini.

3. dr. Tri Widyawati, M.Si selaku Ketua Penguji dan dr. RA Dwi Pujiastuti M.Ked (Neu), Sp.S ,selaku Anggota Penguji yang telah banyak memberikan komenter bermanfaat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lebih lengkap.

4. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman saya yang ikut membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

(5)

Akhirnya, saya berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi pihak RSUP Haji Adam Malik, pada penelitian akan datang dan dapat memberikan manfaat buat semua.

Medan, 6 Desember 2016

Nama : Rabin Kaur a/p Jaswant Singh NIM : 130100443

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Anatomi ... 3

2.1.1 Laring ... 3

2.1.2.CartilagoLaring ... 3

2.1.2.1. Cartilago Thyroidea ... 4

2.1.2.2. Epiglottis ... 4

2.1.2.3. Lipatan Memanjang dari Epiglottis ... 5

2.1.2.4. Cartilago Cricoidea ... 5

2.1.2.5. Cartilago Arytenoidea ... 5

2.1.2.6. Cartilago Corniculata ... 5

2.1.2.7. Cartilago Cuneiformis ... 6

2.1.3. Otot-otot Laring... 6

2.1.3.1. Otot Laring Instrinsik ... 6

2.1.3.2. Otot Laring Ekstrinsik ... 6

2.1.4. Sistem Limfatik ... 7

2.2. Fisiologi Laring ... 7

2.3. Histologi Laring ... 10

2.4. Karsinoma Laring... 11

2.4.1. Definisi ... 11

2.4.2. Etiologi ... 11

2.4.3. Epidemiologi ... 11

2.4.4. Patofisiologi ... 12

2.4.5. Faktor Resiko ... 13

2.4.6. Gejala. ... 15

2.4.7. Diagnosis ... 16

2.4.8. Klasifikasi letak tumor ... 17

2.4.9. Klasifikasi... 17

(7)

2.4.10.Penatalaksanaan ... 19

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ... 21

3.1. Kerangka Teori... 21

3.2. Kerangka Konsep ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL .. 23

4.1. Rancangan Penelitian ... 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 23

4.5. Metode Analisis Data ... 24

4.6.Definisi Operasional... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan ... 27

5.1.2. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Konsumsi Alkohol dan Merokok ... 28

5.1.3. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gejala Klinis ... 29

5.1.4. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Lokasi ... 29

5.1.5.Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi ... 30

5.1.6.Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Pengobatan ... 30

5.2. Pembahasan ... 31

5.2.1. Pola Distribusi Penderita menurut Jenis Kelamin ... 31

5.2.2. Pola Distribusi Penderita menurut Usia ... 31

5.2.3. Pola Distribusi Penderita menurut Pekerjaan ... 32

5.2.4. Pola Distribusi Penderita menurut Alkohol dan Merokok ... 33

5.2.6. Pola Distribusi Penderita menurut Gejala Klinis ... 34

5.2.7. Pola Distribusi Penderita menurut Lokasi Tumor ... 35

5.2.8. Pola Distribusi Penderita menurut Klasifikasi ... 36

5.2.9. Pola Distribusi Penderita menurut Jenis Pengobatan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan ... 38

6.2. Saran ... 39

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Laring: Anterior view and Posterior view ... 4

Gambar 2.2 Sistem Limfatik Laring ... 7

Gambar 2.3Mukosa Laring ... 10

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian ... 21

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 2.1.Insidensi Kanker Laring Berdasarkan Ras ... 13 Tabel 4.1. Daftar Definisi Operasional……….. 24 Tabel 5.1. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Kelamin Usia, dan Pekerjaan ... 27 Tabel 5.2. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Alkohol

dan Merokok ... ... 28 Tabel 5.3. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gelaja Klinis 29 Tabel 5.4. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Lokasi ... 29 Tabel 5.5. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi ... 30 Tabel 5.6. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis

Pengobatan ... 30

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Ethical Clearance Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Hasil Penelitian

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karsinoma laring adalah suatu keganasan yang terdapat pada kotak suara, pita suara ataupun daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring terbagi atas tiga bagian anatomi yaitu supraglotis, glotis dan subglotis. Kurang lebih 60%

kanker laring ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% berasal dari daerah supraglotis dan hanya 5% berasal dari daerah subglotis. Menurut perkiraan terbaru di America Serikat, terdapat sebanyak 13,430 kasus baru karsinoma laring.10,550 daripada penderita karsinoma laring pada laki-laki dan 2,880 adalah pada wanita. Angka kematian dapat mencapai 3,620 kasus yaitu 2890 pada kasus laki-laki sedangkan 730 kasus pada wanita.1

Di negara-negara maju rata-rata satu banding empat kematian (1:4) disebabkan oleh karsinoma. Di Eropah dan Amerika karsinoma laring merupakan penyakit kanker nomor satu, sedangkan di Indonesia yang terbanyak merupakan karsinoma nasofaring dan karsinoma laring menempati urutan ke-2 atau ke-3 dari setiap tahun di bidang THT.2

Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT.

Karsinoma laring lebih sering diderita oleh pasien pada usia 56 -69 tahun.

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring, yaitu rokok, alkohol, sinar radioaktif dan polusi udara.3

Setiap penderita Karsinoma Laring memiliki gambaran tersendiri.Atas dasar itu, peneliti ingin mengetahui gambaran penderita Karsinoma Laring. Penelitian ini akan dilakukan di Departemen THT-KL di RSUP Haji Adam Malik Medan karena memiliki ketersediaan data tentang karsinoma laring.

(13)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik penderita Karsinoma Laring di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Januari 2014 hingga Desember 2015.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan penelitian umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita Karsinoma Laring di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Januari 2014 hingga Desember 2015.

1.3.2. Tujuan Penelitian Khusus

a) Untuk mengetahui jumlah penderita Karsinoma Laring yang berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

b) Untuk mengetahui distribusi penderita berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.

c) Untuk mengetahui distribusi penderita berdasarkan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

d) Untuk mengetahui distribusi penderita berdasarkan gejala klinis.

e) Untuk mengetahui distribusi penderita berdasarkan stadium Karsinoma Laring.

f) Untuk mengetahui distribusi jumlah penderita berdasarkan jenis pengobatan.

1.4. Manfaat Penelitian

a) Peneliti : Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti yang akan membuat penelitian ini.

b) Institusi : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai tambahan informasi bagi pihak RSUP Haji Adam Malik Medan tentang gambaran penderita karsinoma laring sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi penanganan karsinoma laring.

c) Masyarakat : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi yang dapat memberikan pengetahuan yang mendalam kepada masyarakat.

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi

2.1.1. Laring

Laring adalah organ untuk produksi suara atau fonasi.Laring juga merupakan saluran udara dan bertindak sebagai sfingter di bagian dalam dari saluran pernapasan bagian bawah.Ia merupakan bagian dari sistem pernapasan yang memungkinkan aliran dua arah gas. Laring terletak di bagian atas saluran udara.

Laring terletak di antara trakea dan akar lidah, di bagian atas dan depan leher, di mana proyeksi di lini tengah. Ia membentuk bagian bawah anterior dinding faring dan tertutupi oleh lapisan mukosa rongga. Laring terdapat sepanjang vertebra IV- VI tetapi laring terletak lebih tinggi pada wanita dan selama masa kanak- kanak.Sampai pubertas, ukuran laring pada laki- laki berbeda sedikit dari wanita.Bagi wanita, pembesaran laring selepas pubertas hanya sedikit.Bagi laki- laki pula terdapat perubahan ukuran laring yang cukup besar.Semua cartilago membesar dan cartilago thyroidea menonjol di lini tengah leher, sementara panjang rima glottidis hampir dua kali ganda.Laring adalah luas di bagian atas dalam bentuk kotak segi tiga yang diratakan di belakang dan di sisi serta dibatasi di hadapan oleh vertikal ridge yang menonjol.Pada bagian bawah, laring ini sempit dan berbentuk silinder.Laring terdiri dari cartilago, yang terhubung oleh ligamentum dan digerakkan oleh otot. Laring dilapisi oleh membran mukosa yang menyambung dari faring hingga ke trakea.7

2.1.2. Cartilago Laring

Terdapat sembilan tulang rawan di laring, yaitu tiga yang tidak berpasangan dan tiga yang berpasangan.8

Tidak berpasangan : 1) Cartilago thyroidea 2) Cartilago cricoidea

3) Epiglottis( Gambar 2.1.2 a)

Berpasangan : 1) Cartilago arytenoidea

(15)

2) Cartilago corniculata

3) Cartilago cuneiformis( Gambar 2.1.2 b)

Gambar 2.1: Kerangka laring :Anterior view dan Posterior view8 2.1.2.1. Cartilago thyroidea

Cartilago thyroidea merupakan tulang rawan terbesar menonjol di leher.Kedua lamina lateralis sekering di garis tengah secara berbentuk V dan ujung atas dan bawah yang berlanjut ke tanduk disebut tanduk superior dan inferior.Tulang rawan ini berhubung ke os hyoideum oleh membrana thyroidea dan cartilago cricoidea oleh membrana cricothyroidea.8

2.1.2.2. Epiglottis

Ini adalah seperti tulang rawan dalam bentuk daun yang diratakan, melekat pada sudut antara lamina tiroid oleh ligamentum tiroepiglotika. Epiglottis proyek ke atas, di belakang os hyoideum dan margin superior adalah bebas.8

(16)

2.1.2.3. Lipatan memanjang dari epiglottis

Lipatan aryepiglotik memperpanjang dari margin lateral hingga ke cartilago arytenoid. Lipatan glossoepiglotik meluas dari lidah hingga ke aspek lingual dari epiglottis, menghasilkan dua cekungan di kedua sisi disebut valecullae. Lipatan faringoepiglotik ekstensi dari margin lateral epiglottis ke dinding faring. Ruang Pra-epiglotik : Ini adalah ruang potensial di depan epiglottis yang berisi saluran limfatik. Ruang pra-epiglotik ini terikat di depan oleh cartilago thyroidea, posterior epiglotis dan di atas terikat oleh ligamentum hyoepiglotik. Ruang ini penting dalam pembedahan karena sel-sel tumor mungkin melibatkan pembuluh getah bening dalam ruang ini serta harus dipotong bersama dengan tempat pertumbuhan.8

2.1.2.4. Cartilago Cricoidea

Cartilago Cricoidea adalah lengkungan anterior sempit dan lamina posterior luas. Lengkungan anterior terhubung dengan batas inferior cartilago thyroid oleh membran cricothyroid. Posterior lamina memberikan lampiran ke otot dan artikular dengan cartilago arytenoidea pada sendi cricoarytenoid.8

2.1.2.5. Cartilago Arytenoidea

Cartilago Arytenoidea berbentuk piramida dan terletak di lamina cricoidea.Dasar piramida berartikulasi dengan segi cricoidea untuk membentuk sendi cricoarytenoidea. Sudut anterior piramida, dikenal sebagai proses vokal, memberikan lampiran ke pita suara. Processus lateral yang dikenal sebagai processus musculus memberikan lampiran kepada musculus. Apeks memberikan lampiran ke lipatan aryepiglotik.8

2.1.2.6. Cartilago corniculata

Cartilago corniculata terletak di puncak cartilago arytenoidea di sisi lain membran mukosa lipatan aryepiglotik. Cartilago ini berbentuk kerucut.8

(17)

2.1.2.7. Cartilago cuneiformis

Cartilago cuneiformis terletak di setiap lipatan aryepiglotik di depancartilago corniculata. Cartilago ini berbentuk club.8

2.1.3. Otot-otot Laring

2.1.3.1. Otot Laring Instrinsik

Otot instrinsik laring bertanggungjawab mengubah panjang, ketegangan, bentuk dan posisi spasial lipatan vokal dengan mengubah orientasi dari otot dan vokal proses dari arytenoid dengan komisura anterior tetap. Otot dikategorikan ke dalam skema berikut : tiga lipatan utama adduktor, satu abduktor, dan satu musculus tensor.

Musculus adduktor terdiri dari:7

a. Musculus Cricoarytenoideus lateralis b. Musculus thyroarytenoideus

c. Musculus Interarytenoidea Musculus abduktor terdiri dari:

a. Musculus Cricoarytenoideus posterior Musculus tensor terdiri dari :

a. Musculus Cricothyroideus 2.1.3.2. Otot Laring Ekstrinsik

Otot-otot strap infrahyoid bekerjasama untuk memberikan laring stabilisasi dan secara tidak langsung mempengaruhi posisi lipatan vokal.7

2.1.4. Sistem limfatik

Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu :9

i. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk saluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar limfe cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan middle jugular node.

ii. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea, middle jugular node, dan inferior jugular node.

(18)

iii. Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase karsinoma laring dan menentukan terapinya.9

Gambar 2.2: Sistem limfatik laring9 2.2. Fisiologi Laring

Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut:10

a. Fungsi Fonasi.

Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung- ujung bebas dan tegangan pita suara sejati.1

b. Fungsi Proteksi.

Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup.Pada waktu menelan,

(19)

pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut afferent Nervus Laringeus Superior.Sebagai hasilnya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.10 c. Fungsi Respirasi.

Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan musculus cricoaritenoideus posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.10

d. Fungsi Sirkulasi.

Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return.Perangsangan dinding laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring.10

e. Fungsi Fiksasi.

Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan.10

f. Fungsi Menelan.

Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat terlangsungnya proses menelan. Pada waktu menelan faring bagian bawah mengalami kontraksi sepanjang cartilago cricoidea dan cartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan

(20)

menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus.10

g. Fungsi Batuk.

Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup, sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring.10

h. Fungsi Ekspektorasi.

Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan benda asing tersebut.10

i. Fungsi Emosi

Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.10

(21)

2.3. Histologi Laring

Gambar 2.3: Mukosa Laring9

Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semua bersilia kecuali pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk. Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet.9

Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara.Pada daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea.Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai lapisan submukosa.Cartilago corniculata, cuneiforme dan epiglotis merupakan cartilago hialin.Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah muda sedangkan pita suara berwarna keputihan.9

(22)

2.4. Karsinoma Laring 2.4.1. Definisi

Karsinoma laring juga dapat dikenali sebagai kanker laring. Karsinoma laring adalah keganasan yang terdapat pada pita suara, kotak suara atau daerah lain yang terdapat pada tenggorokan.1

Kebanyakan karsinoma laring, asal-usulnya dari sel skuamosa yang membentuk mayoritas epital laring. Kanker laring dapat berproliferasi dengan lanjutan lansung ke struktur yang berdekatan, dengan cara metastasis ke kelenjar getah bening daerah leher rahim atau yang lebih jauh melewati aliran darah. Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi 94 persen.3,10

2.4.2. Etiologi

Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkanterjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif.5

Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap.5

2.4.3. Epidemiologi

Kekerapan tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbeda-beda. Di Amerika Serikat, sekitar tahun 1995-2004 dilaporkan 8,5 kasus karsinoma laring per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3 kasus karsinoma laring per 100.000 penduduk perempuan. Pada akhir-akhir ini tercatat insiden tumor ganas laring pada wanita meningkat. Ini berhubungan dengan meningkatnya jumlah wanita yang merokok.1

Di RSUP Haji Adam Malik Medan, Februari 2002 - Juni 2005 dijumpai 97 kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 8:1. Usia

(23)

penderita berkisar antara 30-79 tahun. Operasi laringektomi total telah dilakukan oleh 28 orang pasien.5

2.4.4. Patofisiologi

Paparan terdahap karsinogen berulang-ulang akan menyebabkan struktur DNA sel normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel berakibat padaburuknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gen menurun, keadaan ini mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga penderitaakan mengalami penurunan berat badan. Selain itu akan terjadi penurunan serta destruksi komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan, penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid.Massa tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas.Iritasi pada nervus laringeus menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutase yang terjadi sangat progresif, kanker dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening.5

2.4.5. Faktor Resiko

Faktor resiko diantaranya adalah:

(24)

a. Usia

Kanker laring merupakan kanker yang sering terjadi pada usia pertengahan dan usia tua dengan puncak insidensi terjadi pada dekade ke enam sampai dekade ke delapan.11

Insidensi penderita tumor ganas laring terbanyak pada dekade 70. Lebih dari setengah kasus kanker laring terjadi pada usia 65 tahun.1

b. Jenis Kelamin

Angka kejadian masih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita adalah karena masih tingginya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol pada laki-laki.1

Insidensi tertinggi kanker laring ini lebih banyak terjadi pada laki- laki dibandingkan dengan wanita yaitu sekitar 5:1. 1 Januari 2008, di United States diperkirakan jumlah tumor ganas laring 88.941 kasus, yang terdiri dari 71.273 laki-laki dan 17.668 wanita.12,13

c. Ras

Tumor ganas laring lebih sering pada ras African American dan kulit putih dibandingkan dengan ras asia dan latin.12 Insidensi terjadinya kanker laring berdasarkan ras yang telah didiagnosis pada 18 area SEER (San Francisco, Connecticut, Detroit, Hawaii, Iowa, New Mexico, Seattle, Utah, Atlanta, San Jose-Monterey, Los Angeles, Alaska Native Registry, Rural Georgia, California excluding SF/SJM/LA, Kentucky, Louisiana, New Jersey and Georgia excluding ATL/RG) terdapat pada tabel 2.1.12

Tabel 2.1.(Insidensi kanker laring berdasarkan ras.)12

d. Merokok

Race/Ethnicity Male Female

All Races 6.2 per 100,000 men 1.3 per 100,000 women White 6.1 per 100,000 men 1.3 per 100,000 women Black 9.9 per 100,000 men 1.8 per 100,000 women Asian/Pacific

Islander

2.3 per 100,000 men 0.3 per 100,000 women

(25)

Sebagian besar (88-89%) penderita tumor ganas laring adalah perokok.Kebiasaan merokok merupakan hal penting yang dapat meningkatnya resiko terjadinya tumor ganas laring. Peningkatan itu juga tergantung dari lama dan intensitas seseorang itu merokok.13

Merokok dengan >22 mg tar memiliki insidensi 2 kali lebih tinggi menderita kanker laring dibandingkan dengan orang yang tidak merokok atau perokok dengan tar yan rendah. Kandungan yang terdapat dalam rokok merupakan bahan karsinogenik.10

Kandungan lain yang terdapat dalam rokok diantaranya adalah benzene, arsenik, dan hidrokarbon. Selain dari kandungan rokok tersebut, bahan karsinogenik juga dihasilkan dari pembakaran rokok (tembakau) oleh para perokok aktif diantaranya adalah nikotin, karbon monoksida, hydrogen sianida dan ammonia. Pemaparan bahan-bahan tersebut baik untuk perokok aktif maupun pasif dapat menyebabkan kerusakan dari mukosa laring.13

e. Alkohol

Alkohol bukan merupakan faktor resiko tunggal yang menyebabkan terjadinya kanker laring, namun kombinasi antara penggunaan rokok dan konsumsi alkohol serta faktor lain yang memicu terjadinya karsinogenik memiliki resiko tinggi terjadinya kanker laring.14

f. Paparan terhadap substansi (bahan) berbahaya di lingkungan kerja.

Bahan karsinogen yang berhubungan dengan terjadinya kanker laring dapat berupa asbestos, komponen nikel, dan beberapa minyak mineral, dan radiasi.

Penelitian di Italia disebutkan bahwa, serbuk kaca juga dapat meningkatkan angka kematian pada penderita kanker laring.10

2.4.6. Gejala

(26)

a.Serak

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau peyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen cricoarytenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.

Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.5

b. Dispnea dan stridor

Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.5

c. Nyeri tenggorok.

Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.5 d. Disfagia

Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.5

e. Batuk dan hemoptisis

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.5

(27)

Gejala lain berupa batuk, hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.5

f. Nyeri tekan laring

Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang cartilago thyroidea dan perikondrium.5

2.4.7. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

a. Anamnesis

Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan bertendens makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat, peminum alkohol atau seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi didaerah lain.5

b. Pemeriksaan Fisik

Untuk melihat ke dalam laring dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat field of cancerisation. Kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patalogi anatomi. Selain itu, dapat juga menggunakan fiber- optic laryngoscope dan flexible endoscope.5

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologi. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama, misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.5

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.5

(28)

2.4.8. Klasifikasi letak Tumor

Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glotis termasuk piat suara palsu dan ventrikel laring.5

Tumor glotik mengenai pita suara asli.Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita suara.Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis cartilago arytenoid.5

Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara sampai batas inferior krikoid.

Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara , atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.5

2.4.9. Klasifikasi

Klasifikasi tumor ganas laring sebagai berikut:13 2.4.9.1. Tumor Primer (T)

a. Supraglotis

a.1 Tis Karsinoma insitu

a.2 T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/ pita suara (gerakan masih baik).

a.3 T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glotis masih bisa bergerak (tidak terfiksir).

a.4 T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah

krikoid bagian belakang, dinding medial dari sinus piriformis dan ke arah rongga pre-epiglottis.

a.5 T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid. .

b. Glotis

b.1 Tis Karsinoma insitu

b.2 T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada

(29)

komisura anterior atau posterior.

b.3 T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi (impaired mobility).

b.4 T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi.

b.5 T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.

c. Subglotis

c.1 T is Karsinoma insitu

c.2 T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.

c.3 T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi.

c.4 T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi.

c.5 T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau kedua-duanya.

2.4.9.2. Penjalaran ke kelenjar limfa (N) a. Nx Kelenjar limfa tidak teraba

b. N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba

c. N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.

d. N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6 cm.

e. N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih 6 cm.

f. N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.

g. N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6cm . h. N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

2.4.9.3. Metastasis Jauh (M) a. Mx Tidak terdapat/terdeteksi b. M0 Tidak ada metastasis jauh c. M1 Terdapat metastasis jauh.

(30)

2.4.9.4. Staging (Stadium) a. Stadium 0 : Tis N0 M0 b. Stadium I : T1 N0 M0 c. Stadium II : T2 N0 M0 d. Stadium III : T1, T2 N1 M0

T3 N0, N1 M0 e. Stadium IVA : T4 N0, N1 M0

T apa pun N2 M0 f. Stadium IVB : T apa pun N3 M0

g. Stadium IVC : T apa pun N apa pun M1

2.4.10. Penatalaksanaan 1) Stadium 0

Hampir selalu dapat disembuhkan dengan vocal cord stripping atau operasi laser.Pasien kemudian diawasi dengan ketat untuk melihat apakah ada pengembalian kanker. Jika ada pengembalian kanker setelah dilakukan vocal cord stripping dan operasi laser, radiasi dapat digunakan.1

2) Stadium I dan II

Radiasi dan laringektomi parsial digunakan pada kebanyakan orang.Hasil suara cenderung lebih baik dengan terapi radiasi dibandingkan dengan laringektomi parsial dan tingkat komplikasi cenderung lebih rendah dengan pengobatan radiasi.Untuk kanker yang kecil, terapi radiasi lebih banyak digunakan. Operasi hanya digunakan untuk kanker yang kambuh.1

3) Stadium III dan IV

Kanker laring tahap III dan IV sering memerlukan perawatan dengan beberapa kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan / atau kemoterapi.

Pilihan utama untuk pengobatan awal adalah operasi atau kemoterapi dengan radiasi. Laringektomi total hampir selalulu dilakukan. Kanker ini memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menyebar ke kelenjar getahbening di leher jika dibandingkan dengan kanker stadium sebelumnya, sehingga kelenjar getah bening ini sering diangkat bersama dengan tumor jika operasi sedang dilakukan.1

(31)

Terapi radiasisering diberikan dengan kemoterapi dan diperlukan setelah operasi, terutama jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau memiliki ciri lain yang membuatnya lebih mungkin untuk kembali.1

Jika kerangka laring telah dihancurkan oleh kanker, laring mungkin tidak boleh bekerja normal kembali, tidak kira pengobatan yang dipilih.Dalam kasus ini, pendekatan pengobatan terbaik mungkin laringektomi total untuk mengangkat laring.1

Kanker yang telah menyebar terlalu jauh untuk benar-benar dihilangkan dengan operasi sering diperlakukan dengan radiasi, biasanya dikombinasikan dengan kemoterapi atau obat yang ditargetkan,Cetuximab (Ertibux).1

Bagi kanker stadium lanjut, tujuan pengobatan adalah untuk menghentikan atau memperlambat pertumbuhan kanker.1

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.

Rehabilitasi mencakup Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation and Social Rehabilitation.2

(32)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian Karsinoma

Laring Faktor Resiko

• Usia

• Jenis Kelamin

• Merokok

• Alkohol

• Paparan terhadap substansi berbahaya

Penatalaksanaan

• Bedah

• Radioterapi

• Kemoterapi Gejala

• Serak

• Dispnea

• Batuk

• Benjolan di leher

Klasifikasi

• Tumor Primer (T)

• Penjalaran ke kelenjar limfa (N)

• Metastatis jauh (M)

(33)

3.2. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

Karsinoma Laring • Jenis Kelamin

• Usia

• Pekerjaan

• Konsumsi alkohol

• Merokok

• Klasifikasi

• Gejala Klinis

• Jenis Pengobatan

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karsinoma laring pada penderita kanker laring di RSUP. H. Adam Malik dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis di Departemen THT-KL di RSUP.

H. Adam Malik Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sehingga Oktober 2016 dengan melakukan observasi data rekam medis pada pasien yang menderita karsinoma laring dalam kurun waktu Januari 2014 hingga Desember 2015. Penelitian ini dilakukan di Departemen THT-KL di RSUP HAM Medan karena memiliki ketersediaan data tentang karsinoma laring.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan dalam kurun waktu Januari 2014 hingga Desember 2015.

Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan cara total sampling, bahwa semua penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan periode Januari 2014 hingga Desember 2015, dipilih sebagai sampel penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapat dari rekam medis penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan periode Januari 2014 hingga Desember 2015. Seluruh subjek dalam populasi dimasukkan sebagai sampel dalam penelitian ini dengan teknik total sampling. Kriteria inklusi adalah seluruh penderita karsinoma laring di RSUP Haji

(35)

Adam Malik, Medan.Kriteria ekslusi adalah data yang tidak lengkap dalam rekam medis.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dan kemudian dianalisis dengan bantuan SPSS for Windows. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.

4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan dan memastikan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variable penelitian.

Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut :

Table 4.1. Daftar Definisi Operasional beserta Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur

Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur Jenis kelamin adalah

jenis kelamin pasien baik laki-laki atau perempuan.

Observasi Rekam medis

Laki-laki, Perempuan

Nominal

Usia adalah jumlah tahun hidup pasien sejak lahir sampai ulang tahun terakhir sesuai dengan rekam medis.

Observasi Rekam medis

<30 tahun, 30- 60 tahun, >60 tahun

Ratio

Pekerjaan adalah kegiatan pasien sesuai denganrekam

medis.Pekerjaan yang dimaksudkan adalah pekerjaan yang berhubungan dengan paparan bahan berbahaya di lingkungan kerja.

Observasi Rekam medis

Petani, Pegawai swasta, Pegawai negeri, Wiraswasta, Buruh, Pensiun, Tidak bekerja

Nominal

(36)

Alkohol adalah kebiasaan pasien konsumsi minuman beralkohol yang sesuai denagn data rekam medis.

Observasi Rekam medis

Konsumsi alkohol, Tidak konsumsi alkohol

Nominal

Status merokok adalah mengenai perilaku morokok pada pasien sesuai yang tercatat pada rekam medis.

Observasi Rekam medis

Merokok, Tidak merokok

Nominal

Klasifikasi adalah stadium pasien sesuai tercatat pada rekam medis

Observasi Rekam medis

I,II, III, IV Ordinal

Lokasi adalah tempat letaknya tumor sesuai dengan data rekam medis

Observasi Rekam medis

Supraglotis, Glotis, Subglotis

Nominal

Gejala klinis adalah tanda-tanda atau simptom yang

didapatkan dari keluhan yang diutarakan pasien sesuai dengan data rekam medis.

Observasi Rekam medis

Serak, Dispneu, Batuk, Benjolan di leher.

Nominal

Jenis pengobatan adalah tindakan medis yang diberikan kepada pasien oleh dokter yang

bersangkutan dan sesuai dengan data rekam medis.

Observasi Rekam medis

Bedah, Radioterapi, Kemoterapi

Nominal

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan.

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Kasinoma Laring menurut Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan Periode Januari 2014 hingga Desember 2105.

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 53 orang (81,5%), sedangkan perempuan sebanyak 12 orang (18,5%).

Proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dalam kelompok usia 30 hingga 60 tahun yaitu sebanyak 38 orang (58,5%), diikuti dengan kelompok usia lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 20 orang (30,7%), kemudian kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 7 orang (10,8%).

Usia Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Total

f(n) % f(n) % f(n) %

<30 7 13,2 0 0 7 10,8

30-60 31 58,5 7 58,3 38 58,5

>60 15 28,3 5 41,7 20 30,7

Total 53 100 12 100 65 100

Pekerjaan

P.Swasta 4 7,5 3 25 7 10,8

P.negeri 4 7,5 1 8,3 5 7,7

Wiraswasta 13 24,5 2 16,7 15 23

Buruh 4 7,5 1 8,3 5 7,7

Petani 18 34 2 16,7 20 30,8

Pensiun 6 11,5 1 8,3 7 10,8

Tidak bekerja 4 7,5 2 16,7 6 9,2

Total 53 100 12 100 65 100

(38)

Proporsi pederita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 20 orang (30,8%), diikuti wiraswasta sebanyak 15 orang (23,1%), pegawai swasta dan pension masing-masing sebanyak 7 orang (10,8%), tidak bekerja sebanyak 6 orang (9,2%) dan buruh serta pegawai negeri masing-masing sebanyak 5 orang (7,7%).

5.1.2. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut konsumsi Alkohol dan Merokok.

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Konsumsi Alkohol dan Merokok Periode Januari 2014 hingga

Desember 2015.

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 33 orang (50,3%), diikuti dengan yang merokok dan konsumsi alkohol yaitu sebanyak 14 orang (22%). Seterusnya, penderita yang tidak merokok dan tidak konsumsi alkohol adalah sebanyak 13 orang (20%) sedangkan yang tidak merokok dan konsumsi alkohol adalah sebanyak 5 orang (7,7%).

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Merokok dan Konsumsi Alkohol

Merokok dan Tidak Konsumsi Alkohol

Tidak Merokok dan Konsumsi Alkohol

Tidak Merokok dan Tidak Konsumsi

Alkohol

14

33

5

13

22

50.3

7,7

20

Total 65 100

(39)

5.1.3. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gejala Klinis Tabel 5.3. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gelaja Klinis

Periode Januri 2014 hingga Desember 2015.

Gejala Klinis Frekuensi (n) Persentase (%) Serak

Dispneu Batuk Benjolan di leher

35 10 9 11

53,8 15,4 13,8 16,9

Total 65 100

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan gejala klinis serak yaitu sebanyak 35 orang (53,8%), diikuti benjolan di leher sebanyak 11 orang (16,9%), dispneu sebanyak 10 orang (15,4%), dan batuk sebanyak 9 orang (13,8%).

5.1.4. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Lokasi

Tabel 5.4. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Lokasi Periode Januari 2014 hingga Desember 2015.

Lokasi Frekuensi (n) Persentase (%)

Supraglotis Subglotis

Glotis

16 9 40

24,6 13,8 61,5

Total 65 100

Berdasarkan Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa penderita karsinoma yang terbanyak adalah dengan lokasi di glotis yaitu sebanyak 40 orang (61,5%) diikuti dengan supraglotis yaitu sebanyak 16 orang (24,6%) dan subglotis sebanyak 9 orang (13,8%).

(40)

5.1.5. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi Tabel 5.5. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi

Periode Januari 2014 hingga Desember 2015.

Stadium Frekuensi (n) Persentase (%)

I II III IV

30 14 13 8

46,2 21,5 20 12,3

Total 65 100

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada stadium I yaitu sebanyak 30 orang (46,2%), diikuti dengan stadium II sebanyak 14 orang (21,5%), stadium III sebanyak 13 orang (20%) dan stadium IV sebanyak 8 orang (12,3%).

5.1.6. Distribusi Penderita Karsinoma Laring nemurut Jenis Pengobatan.

Tabel 5.6. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Pengobatan Periode Januari 2014 hingga Desember 2015.

Jenis Pengobatan Frekuensi (n) Persentase (%) Bedah

Radioterapi Kemoterapi

33 14 18

50,8 21,5 27,7

Total 65 100

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah yaitu sebanyak 33 orang (50,8%), diikuti dengan kemoterapi sebanyak 18 orang (27,7%) dan radioterapi sebanyak 14 orang (21,5%).

(41)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pola Distribusi Penderita menurut Jenis Kelamin

Sebagian besar penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan tahun 2014 hingga 2015 adalah laki-laki yaitu sebanyak 53 orang (81,5%) sedangkan perempuan sebanyak 12 orang (18,5%).

Hal ini sesuai dengan American Cancer Societyyang menemukan bahwa angka kejadian karsinoma laring masih tinggi pada laki-laki dibanding perempua karena tingginya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol pada laki-laki.1

Lee pada tahun 2003 juga menyebutkan bahwa insidensi tertinggi kanker laring lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan wanita yaitu 5:1.13 Peneliti juga mendapatkan insidensi yang sama bahwa perbandingan antara penderita karsinoma laring laki-laki dan perempuan adalah 53:12.

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, terdapat 36 orang laki-laki yang menderita karsinoma laring sedangkan hanya 2 orang perempuan yang menderita karsinoma laring.21

Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hingga 2013 yang menemukan bahwa terdapat 76 orang laki-laki dan hanya 11 orang perempuan yang menderita karsinoma laring.22

5.2.2. Pola Distribusi Penderita menurut Usia.

Penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dalam kelompok yang berusia 30 hingga 60 tahun yaitu sebanyak 38 orang (58,5%), diikuti dengan kelompok usia lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 20 orang (30,8%) dan kelompok usia kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 7 orang (10,8%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh R. Rekha di GOVT. ENT Hospital, Hydrebad dari tahun 2010 hingga 2011 yang menemukan bahwa angka kejadian karsinoma tertinggi pada kelompok usia antara 40 hingga 60 tahun.19

(42)

Ratiola H. juga menyebutkan bahwa kanker laring sering terjadi pada usia pertengahan dan usia tua dengan puncak insidensi terjadi pada dekade keenam.11 Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Xavier Leon di Hospital Dela Santa, Barcelona pada tahun 2008 terdapat 83 orang pasien yang didiagnosa dengan karsinoma laring. Dari 83 pasien tersebut, 57 orang pasien berusia lebih dari 50 tahun dan 26 orang pasien adalah kurang dari 50 tahun.20

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring terbanyak pada usia 51-60 tahun dan tidak dijumpai pada pasien yang berumur lebih dari 80 tahun.21

Berdasarkan penelitian oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hingga 2013, penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang berusia 61 hingga 70 tahun.22

5.2.3. Pola Distribusi Penderita menurut Pekerjaan.

Pada penggolongan sampel menurut pekerjaan, dapat dilihat bahwa pederita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 20 orang (30,8%), diikuti wiraswasta sebanyak 15 orang (23,1%), pegawai swasta dan pension masing-masing sebanyak 7 orang (10,8%), tidak bekerja sebanyak 6 orang (9,2%) dan buruh serta pegawai negeri masing-masing sebanyak 5 orang (7,7%).

Hal ini sesuai dengan Cancer Research UK pada tahun 2012 yang menemukan bahwa angka kejadian yang tertinggi adalah pada lingkungan kerja yang terpapar terhadap substansi berbahaya.4

Menurut Adams, pekerjaan pasien dapat mempengaruhi terjadinya tumor ganas laring. Hal ini berhungan dengan paparan terhadap substansi berbahaya di lingkungan kerja.10

(43)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RS Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring terbanyak adalah yang bekerja sebagai wiraswasta dan yang paling sedikit adalah buruh.21

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Gresha di RS Haji Adam Malik periode 2011 hingga 2013 menemukan bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 28 orang dan yang paling sedikit adalah yang bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 3 orang.22

Menurut National Cancer Institute, orang yang terpapar pestisida tertentu memiliki peningkatan resiko menderita kanker. Sebuah studi dari AHS pada tahun 2009 menemukan bahwa orang yang menggunakan pembunuh rumput imazethapyr mempunyai resiko tinggi menderita kanker dibandingkan dengan orang yang tidak meggunakan imazethapyr.Imazethapyr berada dalam kelas bahan kimia yang dikenal sebagai amina aromatik.12

5.2.4. Pola Distribusi Penderita menurut konsumsi Alkohol dan Merokok.

Pada penggologan pasien menurut konsumsi alkohol dan merokok, dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 33 orang (50,3%), diikuti dengan yang merokok dan konsumsi alkohol yaitu sebanyak 14 orang (22%). Seterusnya, penderita yang tidak merokok dan tidak konsumsi alkohol adalah sebanyak 13 orang (20%) sedangkan yang tidak merokok dan konsumsi alkohol adalah sebanyak 5 orang (7,7%).

Pada penelitian ini secara keseluruhan pasien karsinoma laring yang mengkonsumsi alkohol adalah lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol bukan merupakan faktor resiko tunggal yang menyebabkan terjadinya karsinoma laring, tetapi kombinasi antara penggunaan rokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terjadinya karsinoma laring.1

(44)

Menurut Ridge, faktor resiko menderita karsinoma laring lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Bagi perokok, angka kematian akibat kanker laring adalah 20 kali lebih banyak dibandingkan orang yang tidak merokok.16

Lee juga menyebutkan bahwa kebiasaan merokok merupakan hal penting yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker laring. Peningkatan faktor resiko ini juga tergantung pada lama dan intensitas seseorang itu merokok.13

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, frekuensi penderita karsinoma laring terbanyak memiliki riwayat hanya merokok yaitu sebanyak 17 orang (47,2%) dan yang paling sedikit pada penderita yang hanya mengkonsumsi alkohol dengan jumlah 2 orang (5,6%).21 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan periode 2011 hingga 2013, proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah perokok yaitu sebanyak 59 orang (67,8%), diikuti bekas perokok yaitu sebanyak 19 orang (21,8%) dan bukan perokok sebanyak 9 orang (10,3%).

Penderita yang tidak mengkonsumsi alkohol mempunyai frekuensi yang lebih besar daripada penderita yang tidak mengkonsumsi alkohol.22

5.2.6. Pola Distribusi Penderita menurut Gejala Klinis.

Pada penggolongan sampel menurut gejala klinis diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan gejala klinis serak yaitu sebanyak 35 orang (53,8%), diikuti benjolan di leher sebanyak 11 orang (16,9%), dispneu sebanyak 10 orang (15,4%), dan batuk sebanyak 9 orang (13,8%).

Hal ini sesuai menurut Hermani bahwa serak adalah gejala utama karsinoma laring.Keluhan serak ini terjadi karena terdapat gangguan pada fungsi fonasi laring.Dispneu adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan. Gejala batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik.15

Lee menyatakan bahwa sebagian besar penderita kanker laring yang datang ke rumah sakit atau dokter spesialis THT mengeluhkan suara serak atau perubahan

(45)

suara. Menurut Hermani, suara serak ini terjadi jika terdapat keterlibatan pita suara baik karena tumor yang berada pada glotis, supraglotis atau subglotis yang telah meluas.13,15

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RS Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring paling banyak memiliki keluhan serak yaitu sebanyak 33 orang (91,7%) dan keluhan yang paling sedikit adalah massa di leher yaitu sebanyak 12 orang (33,3%).21

Menurut Gresha yang melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hinnga 2013, proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang mempunyai keluhan serak yaitu sebanyak 48 orang (55,2%) dan keluhan yang paling sedikit adalah batuk yang berjumlah 12 orang (13,8%).22

5.2.7. Pola Distribusi Penderita menurut Lokasi Tumor

Pada penggolongan sampel menurut lokasi tumor, dapat diketahui bahwa penderita karsinoma yang terbanyak adalah dengan lokasi di glotis yaitu sebanyak 40 orang (61,5%) diikuti dengan supraglotis yaitu sebanyak 16 orang (24,6%) dan subglotis sebanyak 9 orang (13,8%).

Menurut Kumar pada tahun 2007, angka kejadian terbanyak adalah tumor glotis, yaitu 60% hingga 70% kasus, supraglotis 25%-40 dan subglotis kurang dari 15% kasus.17

Hal ini juga sesuai dengan American Cancer Society yang menyatakan kurang lebih 60% keganasan laring ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% dari daerah supraglotis dan hanya 5% dari daerah subglotis.1

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RSUP Haji Adam Malik Medan, lokasi tumor terbanyak adalah di glotis yaitu sebanyak 20 orang (55,6%), diikuti dengan supraglotis yaitu sebanyak 10 orang (27,8%) dan subglotis sebanyak 4 orang (11,1%).21

24,6%

61,5%

(46)

Menurut Gresha yang melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hinnga 2013, lokasi tumor terbanyak adakah di glotis yaitu sebanyak 58 orang (66,7%) dan lokasi tumor yang paling sedikit adalah di subglotis yaitu sebanyak 7 orang (8%).22

5.2.8. Pola Distribusi Penderita menurut Klasifikasi.

Pada penggolongan sampel menurut klasifikasi, diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada stadium I yaitu sebanyak 30 orang (46,2%), diikuti dengan stadium II sebanyak 14 orang (21,5%), stadium III sebanyak 13 orang (20%) dan stadium IV sebanyak 8 orang (12,3%).

Hal ini berbeda menurut Abdoerrachman bahwa pemeriksaan histopatologi yang dilakukan pada tahun 2006 hingga 2007 terhadap 188 pasien dengan karsinoma laring di Departemen THT FKUI / RSCM berdasarkan stadium, stadium kanker laring yang paling banyak merupakan stadium IV, yaitu sebanyak 57 kasus (30,32%) diikuti stadium III sebanyak 53 kasus (28,19%), stadium II sebanyak 45 kasus (23,94%) dan stadium I sebanyak 23 kasus (12,23%).5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RSUP Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring terbanyak adalah pada stadium I, diikuti stadium II, stadium III dan stadium IV.21

Menurut Gresha yang melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hinnga 2013, penderita karsinoma laring yang terbanyak adala pada stadium I yaitu sebanyak 37 orang (42,5%), diikuti dengan stadium II sebanyak 23 orang (26,4%), stadium III sebanyak 15 orang (17,4%) dan stadium IV sebanyak 12 orang (13,8%).22

Peneliti berpendapat perbedaan ini terjadi mungkin berhubungan dengan lamanya paparan atau jumlah paparan yang mempengaruhi terjadinya kanker laring.Selain itu, kemungkinan karena peningkatan kesadaran pasien untuk segera memeriksakan diri segera saat mereka mengalami keluhan sehingga banyak pasien yang terdiagnosis pada stadium awal.

46,2% 21,5% 20%

(47)

5.2.9. Pola Distribusi Penderita menurut Jenis Pengobatan.

Pada penggolongan sampel menurut jenis pengobatan, dapat diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah yaitu sebanyak 33 orang (50,8%), diikuti dengan kemoterapi sebanyak 18 orang (27,7%) dan radioterapi sebanyak 14 orang (21,5%).

Hal ini sesuai menurut Abdoerrachman bahwa pemeriksaan histopatologi yang dilakukan pada tahun 2006 hingga 2007 terhadap 188 pasien dengan karsinoma laring di Departemen THT FKUI / RSCM , bahwa 78 orang (41,50%) sudah dilakukan operasi, 77 orang (40,96%) tanpa operasi dan 33 orang (40,49%) tanpa keterangan jelas.5

Menurut Cancer Research UK, pilihan terapi pilihan utama adalah pembedahan.

Walaubagaimanapun, pasien dengan stadium lanjut tidak dianjurkan untuk melakukan pembedahan.4

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah dan yang paling sedikit adalah dengan jenis pengobatan kemoterapi.21

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan periode 2011 hingga 2013, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dari 36 orang penderita karsinoma laring sebagian besar melalukan operasi yaitu sebanyak 30 orang (83,3%) dan hanya 12 orang (33,3%) yang melakukan terapi radiasi.22

21,5%

50,8%

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian makan dapat disimpulkan mengenai gambaran penderita karsinoma laring di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 hingga Desember 2015 sebagai berikut :

1. Jumlah penderita karsinoma laring adalah 65 orang.

2. Penderita karsinoma laring tersering pada jenis kelamin laki-laki.

3. Usia tersering penderita karsinoma laring adalah pada usia 30 hingga 60 tahun.

4. Pekerjaan tersering penderita karsinoma laring adalah petani.

5. Faktor resiko tertinggi penderita karsinoma laring adalah merokok.

6. Keluhan tersering yang dialami penderita karsinoma laring adalah suara serak.

7. Lokasi terjadinya tumor ganas laring terbanyak adalah di glotis.

8. Stadium yang dialami penderita karsinoma laring terbanyak adalah stadium I.

9. Penderita karsinoma laring lebih banyak mendapat jenis pengobatan secara pembedahan.

(49)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, saran yang dapat ditemukan adalah :

1. Kepada pihak rumah sakit yang bertugas agar dapat memperlengkap status pasien pada rekam medis. Hal ini memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian menggunakan rekam medis.

2. Kepada masyarakat, diharapkan setelah membaca karya tulis ini dapat memeriksakan diri jika memiliki faktor resiko dan gejala klinis karsinoma laring.

Hal ini karena keberhasilan suatu pengobatan tergantung dari diagnosis dini suatu penyakit.

Gambar

Gambar 2.1: Kerangka laring :Anterior view dan Posterior view 8 2.1.2.1. Cartilago thyroidea
Gambar 2.2: Sistem limfatik laring 9 2.2. Fisiologi Laring
Gambar 2.3: Mukosa Laring 9
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian  Karsinoma Laring  Faktor Resiko •  Usia •  Jenis Kelamin •  Merokok •  Alkohol
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Judul yang dipilih adalah “Karakteristik dan Proporsi Penderita Tukak Gaster di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Januari 2010 – Desember 2010”, yang merupakan salah

Berdasarkan Tabel 5.3 juga didapati bahwa lokasi terbanyak pada penderita benda asing pada traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah

Bedah RSUP Haji Adam Malik Medan dari Januari 2015 sehingga Desember 2015 dan mengetahui distribusi frekuensi umur, riwayat tumor payudara sebelumnya,

Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013. Mengetahui angka kejadian pasien retinoblastoma di RSUP

Retinoblastoma in Children in Haji Adam Malik Hospital Medan.. Retinoblastoma Treatment:

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada penderita DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sindrom depresif ringan

Mengetahui karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2016-2018. Mengetahui kecenderungan kunjungan penderita kanker paru rawat inap di RSUP Haji

1 46 - 60 laki-laki LAIN-LAIN Sakit kepala Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi Kemordiasi 3. 2 46 - 60 laki-laki SMP Benjolan leher Karsinoma sel skuamosa