• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penderita Karsinoma Laring di Departemen THT-KL RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Penderita Karsinoma Laring di Departemen THT-KL RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENDERITA KARSINOMA LARING DI DEPARTMEN THT-KL

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

110100428

GRISHA DEVI SUNARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

ABSTRACT

Carcinoma of the larynx is a malignancy that is contained in the vocal cords, voice box (larynx), or other areas contained in the throat. Laryngeal function for protection, cough, respiration, circulation, swallowing, emotion, phonation and chest fixation in severe muscular effort. The etiology of laryngeal carcinoma is not known with certainty. High risk factors are often in patients with laryngeal carcinoma are smokers. Thisresearch is a descriptive study with retrospective sampling technique using total sampling. There are 94 samples, 82 samples were male and 12 samples of female. 40 samples (42.6% ) of them are with age range of 51 – 60 years old. The frequent symptom in patients with laryngeal carcinoma is hoarseness.

(4)

ABSTRAK

Karsinoma laring adalah keganasan yang terdapat pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi, fonasi dan fiksasi dada dalam upaya otot yang parah.Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Faktor risiko tertinggi sering pada pasien karsinoma laring adalah perokok.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan teknik pengambilan totol sampel.Ada 94 sampel, 82 sampel adalah laki-laki dan 12 sampel dari perempuan. 40 sampel (42,6%) dari mereka adalah dengan rentang usia 51 - 60 tahun. Gejala tersering pada pasien dengan karsinoma laring adalah suara serak.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan atas kasihnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “ Gambaran Penderita Karsinoma Laring di Departemen THT-KL RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, MPd. Ked sebagai Ketua Medical Educational Unit yang memberikan saran tentang penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

3. Dr. Rizalina A. Asnir, Sp THT-KL (K) selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S (K) selaku dosen penguji 1 5. Dr. Nelly Rosdiana, Sp.A (K) selaku dosen penguji 2

6. Seluruh staff Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya peneliti memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan selama penulisan skripsi.

Medan, 11 December 2014,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK………..ii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI………..v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1Latar Belakang……… 1

1.2Rumusan Masalah……… 2

1.3Tujuan Penelitian………. 2

1.4Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 4

2.1Anatomi………... 4

2.1.1 Laring……… 4

2.1.2 Kartilago laring………. 4

2.1.2.1 Kartilago tiroid... 6

2.1.2.2 Epiglottis……….. 7

2.1.2.3 Lipatan memperluas dari epiglottis………..… 7

2.1.2.4 Kartilagokrikoidea……….. 7

2.1.2.5 Kartilago arytenoid……….. 7

2.1.3 Otot-otot laring……… 8

2.2 Fisiologi laring………... 11

2.3 Karsinoma Laring……….. 12

2.3.1 Definisi……… 12

2.3.2 Etiologi……… 12

2.3.3 Epidemiologi……… 13

2.3.4 Faktor resiko……….. 13

2.3.5 Klasifikasi letak tumor……… 14

2.3.6 Gejala………14

2.3.7 Diagnosis……….. 16

2.3.8 Klasifikasi……… 16

(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……… 20

3.1Kerangka Konsep Penelitian……….20

3.2Definisi Operasional……….20

BAB 4 METODE PENELITIAN………23

4.1Rancangan Penelitian……… 23

4.2Waktu dan Tempat Penelitian……… 23

4.3Populasi dan Sampel Penelitian……… 23

4.4Teknik Pengumpulan Data……… 23

4.5Pengolahan dan Analisis Data……… 24

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………26

5.1Hasil Penelitian………... 26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……… 26

5.1.2 Karakteristik Individu……… 26

5.1.3 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Usia……… 27

5.1.4 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Kelamin……… 28

5.1.5 DistribusiPenderita Karsinoma Laring menurut Pekerjaan…. 28 5.1.6 DistribusiPenderita Karsinoma Laring menurut Pendidikan.. 29

5.1.7 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Merokok….. 30

5.1.8 DistribusiPenderita Karsinoma Laring menurut Alkohol …... 30

5.1.9 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gejala Klinis………. 31

5.1.10 DistribusiPenderita Karsinoma Laring menurut Lokasi Tumor……… 31

5.1.11 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi… 32 5.1.12 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Pengobatan……… 32

5.2 Pembahasan………... 34

5.2.1 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Usia……….. 34

5.2.2 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Jenis Kelamin ……….... 35

5.2.3 Distribusi ProporsiPenderita menurut Pekerjaan ……… 36

5.2.4 Distribusi ProporsiPenderita menurut Pendidikan……….37

5.2.5 Distribusi Proporsi Penderita menurut Merokok………. 38

(8)

5.2.7 Distribusi Proporsi Penderita menurut Gejala Klinis……... 40

5.2.8 Distribusi ProporsiPenderita menurut Lokasi Tumor………… 41

5.2.9 Distribusi Proporsi Penderita menurut Klasifikasi……….. 42

5.2.10 Distribusi Proporsi Penderita menurut Jenis Pengobatan... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 45

6.1 Kesimpulan………... 45

6.2 Saran……… 45

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tumor ganas laring (1960s)……….. 19

Tabel 5.1 Distribusi penderita karsinoma laring menurut usia untuk

periode Januari 2011-Desember 2013………. 27 Tabel 5.2 Distribusi penderita karsinoma laring menurut jenis kelamin

untuk periode Januari 2011-Desember 2013……… 28 Tabel 5.3 Distribusi penderita karsinoma laring menurut pekerjaan

untuk periode Januari 2011-Desember 2013……… 28 Tabel 5.4 Distribusi penderita karsinoma laring menurut

pedidikan untuk periode Januari 2011-Desember 2013……… 29 Tabel 5.5 Distribusi penderita karsinoma laring menurut

merokok untuk periode Januari 2011-Desember 2013……….. 30 Tabel 5.6 Distribusi penderita karsinoma laring menurut

alkohol untuk periode Januari 2011-Desember 2013…………. 30 Tabel 5.7 Distribusi penderita karsinoma laring menurut

gejala klinis untuk periode Januari 2011-Desember 2013…….. 31 Tabel 5.8 Distribusi penderita karsinoma laring menurut

lokasi tumor untuk periode Januari 2011-Desember 2013…….. 31 Tabel 5.9 Distribusi penderita karsinoma laring menurut

klasifikasi untuk periode Januari 2011-Desember 2013………..32 Tabel 5.10 Distribusi penderita karsinoma laring menurut

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.2aKerangka laring: Anterior view and Postrerior view………… 5

Gambar 2.1.2b Kerangka laring : Posterior view………. 6

Gambar 2.1.2.5Kartilago arytenoid: pandangan axial……….. 8

Gambar 2.1.3.a Otot-otot laring………10

Gambar 5.2.1 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Usia di RSUP Haji Adam Malik Medan

tahun 2011-2013……….. 34

Gambar 5.2.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Jenis Kelamin di RSUP Haji Adam Malik

Medan tahun 2011-2013……… 35 Gambar 5.2.3 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring

Menurut Pekerjaan di RSUP Haji Adam Malik

Medan tahun 2011-2013……… 36 Gambar 5.2.4 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring

Menurut Pendidikan di RSUP Haji Adam Malik

Medan tahun 2011-2013………37 Gambar 5.2.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring

Menurut Merokok di RSUP Haji Adam Malik

Medan tahun 2011-2013………..38 Gambar 5.2.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring

Menurut Alkohol di RSUP Haji Adam Malik

(11)

Gambar 5.2.7 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Gejala Klinis di RSUP Haji Adam Malik

Medan tahun 2011-2013……….. 40 Gambar 5.2.8 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring

Menurut Lokasi Tumor di RSUP Haji Adam Malik

Medan tahun 2011-2013………. 41

Gambar 5.2.9 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Klasifikasi di RSUP Haji Adam Malik

Medan tahun 2011-2013……… 42 Gambar 5.2.10 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring

Menurut Jenis Pengobatan di RSUP Haji Adam Malik

(12)

ABSTRACT

Carcinoma of the larynx is a malignancy that is contained in the vocal cords, voice box (larynx), or other areas contained in the throat. Laryngeal function for protection, cough, respiration, circulation, swallowing, emotion, phonation and chest fixation in severe muscular effort. The etiology of laryngeal carcinoma is not known with certainty. High risk factors are often in patients with laryngeal carcinoma are smokers. Thisresearch is a descriptive study with retrospective sampling technique using total sampling. There are 94 samples, 82 samples were male and 12 samples of female. 40 samples (42.6% ) of them are with age range of 51 – 60 years old. The frequent symptom in patients with laryngeal carcinoma is hoarseness.

(13)

ABSTRAK

Karsinoma laring adalah keganasan yang terdapat pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi, fonasi dan fiksasi dada dalam upaya otot yang parah.Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Faktor risiko tertinggi sering pada pasien karsinoma laring adalah perokok.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan teknik pengambilan totol sampel.Ada 94 sampel, 82 sampel adalah laki-laki dan 12 sampel dari perempuan. 40 sampel (42,6%) dari mereka adalah dengan rentang usia 51 - 60 tahun. Gejala tersering pada pasien dengan karsinoma laring adalah suara serak.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Karsinoma laring juga dapat dikenali sebagai kanker laring.Kebanyakan karsinoma laring, asal-usulnya dari sel skuamosa yang membentuk mayoritas epital laring. Karsinoma laring dapat berproliferasi ke struktur berdekatan, dengan cara metastasis ke kelenjar getah bening daerah leher atau yang lebih jauh melalui aliran darah (Toyibah, 2012). Karsinoma sel skuamosa adalah keganasan laring yang paling sering terjadi yaitu 94%.Gejala awal merupakan suara serak, nyeri, dyspnea dan akhirnya disfagia.(Boies, 2012).

Karsinoma laring adalah keganasan yang terdapat pada pita suara,kotak suara (laring) atau daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring terbagi atas tiga bagian anatomi yaitu supraglotis, glotis dan subglotis.Kurang lebih 60 persen keganasan laring ditemukan pada daerah glotis sedangkan 35 persen berasal dari daerah supraglotis dan hanya 5 persen berasal dari daerah subglotis.(The American Cancer Society, 2014).

(15)

Selain itu, penelitian yang diterbitkan pada bulan Desember 2011 di UK tercatat lebih dari 90% karsinoma laring berhubungan dengan gaya hidup dan faktor lingkungan. Penelitian di UK pada tahun 2010 memperkirakan 79% kasus karsinoma laring disebabkan oleh rokok, 25% disebabkan oleh alkohol dan 89% efek kombinasi merokok dan konsumsi alkohol (Cancer Research UK, 2012).

Di samping itu, menurutDrastyawan et al, 2001, udara juga merupakan salah satu penyebab karsinoma laring. Udara yang kita hirup mempunyai beberapa komponen seperti oksigen, nitrogen, dan uap air. Udara juga bercampuran dengan bahan lain berupa gas dan partikel yang berbahaya. Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi akibat kontaminasi udara adalah pengaruh asap merokok (Pardede, 2013).

Seterusnya, menurut The Tobacco Atlas 2002, jumlah konsumsi rokok per tahun di Indonesia menempati tempat kelima tertinggi di dunia, yaitu sebesar 215 miliar batang. China sebesar 1,634 triliun batang, Amerika Serikat sebesar 451 miliar batang, Jepang sebesar 328 miliar batang serta Rusia sebesar 258 miliar batang. Ditemukan, rokok mengandung lebih dari 4000 zat kimia beracun.Zat tersebut terdiri dari komponen gas dan partikel.Racun yang paling utama pada rokok adalah tar, nikotin, serta karbon monoksida. Tar merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat karsinogen. Nikotin adalah zat adiktif yang bersifat karsinogen yang mana mempengaruhi saraf dan peredaran darah. Karbon monoksida merupakan zat yang mengikat terhadap hemoglobin dalam darah dan membuat darah tidak mengikat dengan oksigen (Jaya, 2009)

Berdasarkan keterangan diatas, peneliti (saya) ingin mengetahui gambaran penderita karsinoma laring di RSUP Haji Adam Malik, Medan dari bulan Januari 2011- Desember 2013.

1.2 Rumusan Masalah

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian umum

Untuk mengetahui gambaran penderita karsinoma laring di RSUP Haji Adam Malik. 1.3.2 Tujuan penelitian khusus

a) Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita karsinoma laring yang berobat di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

b) Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan.

c) Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut kebiasaan merokok dan meminum alkohol.

d) Untuk mengetahui distribusi proposi jumlahpenderita menurut gejala klinis.

e)Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut klasifikasi karsinoma laring.

f) Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut jenis pengobatan.

1.3Manfaat penelitian

a) Agar peneliti dapat lebih memahami dengan mendalam lagi mengenai kasus-kasus karsinoma laring.

b) Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan pengetahuan yang mendalam kepada masyarakat.

c) Dapat dipakai sebagai referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

d) Sebagai tambahan informasi bagi pihak RSUP Haji Adam Malik tentang gambaran penderita karsinoma laring sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi penanganan karsinoma laring.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi 2.1.1 Laring

Laring adalah organ untuk produksi suara atau fonasi.Laring juga merupakan saluran udara, dan bertindak sebagai sfingter di bagian dalam dari saluran pernapasan bagian bawah.Laring atau kotak suara dikembangkan dengan baik pada manusia.Kemampuannya sangat ditingkatkan oleh besar "daerah vokalisasi" di bagian bawah motor korteks.Pembicaraan kita dipandu dan dikendalikan oleh korteks serebral.Laring merupakan bagian dari sistem pernapasan yang memungkinkan aliran dua arah gas.Laring terletak pada garis tengah anterior dari leher, memanjang dari akar lidah dengan trakea.Pada laki-laki dewasa, terletak dari vertebra servikalis ketiga sampai keenam, namun pada anak-anak dan wanita dewasa itu terletak pada tingkat sedikit lebih tinggi.Panjang laring adalah kira-kira 44 mm pada pria dan 36 mm pada wanita.Pada masa pubertas, laring laki-laki tumbuh dengan cepat dan menjadi lebih besar dari laring perempuan.Pertumbuhan pubertas laring perempuan diabaikan.Laring terdiri dari kerangka-kerangka tulang rawan. Kartilago dihubungkan oleh sendi, ligamen dan membran.Rongga laring dilapisi oleh selaput lender ( Chaurasia,2007).

2.1.2 Kartilago laring

Laring mempunyai sembilan tulang rawan, yaitu tiga yang tidak berpasangan dan tiga berpasangan.

Tidak berpasangan :1) Tiroidea

(18)

3) Epiglotika ( Gambar 2.1.2 a)

Berpasangan : 1) Aritenoidea (Gambar 2.1.2 b) 2) Kornikulata

3) Kuneiformis

Gambar 2.1.2a:Kerangka laring : Anterior view and Postrerior view

(19)

Gambar 2.1.2b :Kerangka laring : Posterior view

Sumber:http://oralmaxillo-facialsurgery.blogspot.com/2010/05/laryngeal-fractures.html

2.1.2.1 Kartilago tiroid

(20)

2.1.2.2 Epiglottis

Ini adalah daun seperti tulang rawan pipih, melekat pada sudut antara lamina tiroid oleh ligamentum tiroepiglotik.Ini proyek ke atas di belakang tulang hyoid dan marjin superior bebas.

2.1.2.3 Lipatan memperluas dari epiglottis

Lipatan aryepiglotik membentang dari margin lateral pada tulang rawan arytenoid. Glossoepiglotik lipat ekstensi dari lidah untuk aspek lingual dari epiglotis, menghasilkan dua cekungan di kedua sisi disebut valecullae. Faringoepiglotik lipatan ekstensi dari margin lateral epiglotis ke dinding faring.Ruang Pra-epiglotik: Ini adalah ruang potensial di depan epiglotis yang berisi saluran limfatik. Hal ini terikat di depan tulang rawan tiroid, posterior epiglotis dan atas ligamentum hyoepiglotik. Ruang adalah penting dalam pembedahan karena sel-sel tumor mungkin melibatkan pembuluh getah bening ruang ini dan ruang ini harus dipotong bersama dengan tempat pertumbuhan.

2.1.2.4 Kartilago krikoidea

Ini adalah tulang rawan cincin yang memiliki lengkungan anterior sempit dan lamina posterior luas.Lengkungan anterior terhubung dengan batas inferior kartilago tiroid oleh membran krikotiroid.Posterior lamina memberikan lampiran ke otot dan artikular dengan kartilago arytenoid pada sendi krikoarytenoid.

2.1.2.5 Kartilago arytenoid

Ini adalah kartilago berbentuk piramida terletak di lamina piramida krikoid.Dasar piramida berartikulasi dengan segi krikoid untuk membentuk sendi krikoarytenoid.Sudut anterior piramida, yang dikenal sebagai proses vokal, memberikan lampiran ke pita suara. Proses lateral yang memberikan lampiran ke otot. Apeks memberikan lampiran ke lipatan aryepiglotik

(21)

Gambar 2.1.2.5: Kartilago arytenoid: pandangan axial

Sumber: http://www.intelihealth.com/article/basic-anatomy-and-physiology 2.1.3 Otot-otot laring

Otot-otot laring dibagi dalam dua kelompok.Otot ekstrinsik yang terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sementera otot intrinsik menyebabkan gerakan antara berbagai struktur-struktur laring sendiri.Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya.Otot depresor atau otot-otot leher (omohioideus, sternotiroideus, sternohioideus) berasal dari bagian inferior.Otot elevator (milohioideus, geniohiodeus, genioglosus, hioglosus, digastrikus dan stilohioideus) meluas dari os hioideum ke mandibula, lidah dan prosesus stiloideus pada kranium.Otot tirohioideus walaupun digolongkan sebagai otot-otot leher, terutama berfungsi sebagai elevator.Melekat pada os hioideum dan ujung posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior yang melingkari faring di sebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan.Serat-serat paling bawah dari otot konstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagai sfingter esofagus superior.

(22)
(23)

Gambar 2.1.3.a : Otot-otot laring

(24)

2.2 Fisiologi laring

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi, fonasi (Hutauruk, 2007) danfiksasi dada dalam upaya otot yang parah (Colman, 1987).Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi m. tiroaritenoid dan m. aritenoid. Selanjutnya m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.Penutupan rima glotis terjadi karena aduksi plika vokalis.Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.

Selain itu, dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar.Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mangatur besar kecilnya rima glotis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka (abduksi). Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.

(25)

Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh ketegangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan , sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada (Hutauruk, 2007).

2.3 Karsinoma Laring 2.3.1 Definisi

Karsinoma laring juga dapat dikenali sebagai kanker laring.Karsinoma laring adalah keganasan yang terdapat pada pita suara,kotak suara (laring) atau daerah lain yang terdapat pada tenggorokan (The American Cancer Society, 2014). Kebanyakan karsinoma laring, asal-usulnya dari sel skuamosa yang membentuk mayoritas epital laring. Kanker laring dapat berproliferasi dengan lanjutan lansung ke struktur yang berdekatan, dengan cara metastasis ke kelenjar getah bening daerah leher rahim atau yang lebih jauh melewati aliran darah (Romlah, 2012). Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi (94 persen) (Boies, 2002).

2.3.2 Etiologi

Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan risiko tinggi terhadap karsinoma laring.Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkanterjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif.

(26)

tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap (Abdurrachman,2007). 2.3.3 Epidemiologi

Karsinoma laring menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.Di Departemen THT FKUI-RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo antara tahun 1980-1985 didapatkan 144 kasus karsinoma laring dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebanyak 7:1. Insiden karsinoma laring meningkat sesuai dengan meningkatnya usia, dengan rata-rata usia penderita antara 50-60 tahun (Munir, 2007).

Selain itu, laporan dari WHO (1961)yang merahap 35 negara, seperti yang dikutip oleh Batsakis (1979), menganggarkan 1.2 orang per 100.000 penduduk yang meninggal disebabkan oleh penyakit karsinoma laring (Hermani, 2007). Penelitian yang diterbitkan pada bulan Desember 2011 di UK tercatat lebih dari 90% karsinoma laring berhubungan dengan gaya hidup dan faktor linkungan. Penelitian di UK pada tahun 2010 memperkirakan 79% kasus karsinoma laring disebabkan oleh rokok, 25% disebabkan oleh alkohol dan 89% efek kombinasi merokok dan konsumsi alkohol (Cancer Research UK, 2012).

2.3.4 Faktor resiko • Alkohol • Merokok

• Nutrisi yang kurang

• Infeksi Virus Human Papilloma (HPV) • Sindrom genetik

• Lingkungan pekerjaan • Jenis kelamin

(27)

• Suku

• Gastroesophageal reflux disease (GERD) (American Cancer

Society, 2014). 2.3.5 Klasifikasi letak tumor

Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glotis termasuk piat suara palsu dan ventrikel laring.

Tumor glotik mengenai pita suara asli.Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita suara.Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago aritenoid.

Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid.

Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm (Abdurrachman,2007)

2.3.6 Gejala

(28)

nadanya lebih rendah dari biasa.Kadang-kadang bias afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok.Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif.Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam

(hot potato voice).

Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien.Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.

Nyeri tenggorok.Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas postkrikoid.Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

(29)

Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.

Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium (Hermani,2007).

2.3.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau langsung dengan menggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomik.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama, misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa (Hermani,2007).

2.3.8 Klasifikasi

Klasifikasi tumor ganas laring menurut AJCC (American Joint Committee on Cancer) dan UICC 1988, sebagai berikut:

(30)

• Supraglotis

Tis Karsinoma insitu

T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/ pita suara (gerakan masih baik).

T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glotis masih bias bergerak (tidak terfiksir).

T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian belakang, dinding medial dari sinus

piriformis, dan ke arah rongga pre-epiglottis.

T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid • Glotis

Tis Karsinoma insitu

T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura

anterior atau posterior.

T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi (impaired mobility). T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi.

T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.

• Subglotis

Tis Karsinoma insitu

T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.

T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi.

(31)

T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau kedua-duanya.

• Penjalaran ke kelenjar limfa (N)

Nx Kelenjar limfa tidak teraba

N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba

N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.

N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6 cm.

N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.

N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm. N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.

N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm. • Metastasis Jauh (M)

Mx Tidak terdapat/terdeteksi M0 Tidak ada metastasis jauh M1 Terdapat metastasis jauh. • Staging (= Stadium)

ST1 T1 N0 M0 STII T2 N0 M0

STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0 STIV T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3

(32)

2.3.9 Penatalaksanaan

Terapi tumor ganas laring sebelum tahun 1960 adalah hanya dengan penyinaran.Pada awal tahun 1960 mulai dilakukan tindakan pengangkatan laring ( laringektomi) di Bagian THT FKUI-RSCM Jakarta.

Tindakan laringektomi ini dilakukan pada penderita tumor ganas laring stadium III dan IV.Pada penderita dengan pembesaran kelenjar leher (sebagai metastasis) dilakukan tindakan diseksi leher radikal.

[image:32.612.142.534.344.499.2]

Pada penderita dengan metastasis jauh hanya diberikan terapi penyinaran dan sitostatika. Penderita yang telah dilakukan laringektomi total akan kehilangan suara dan diperlukan rehabilitasi suara (Tabel 1).

Tabel 1. Tumor ganas laring (1960s)

Tumor N0 M0 N+ M0 N+ M+ T1 Sinar RND+Laringektomi Sinar+Sitostatika T2 Laringektomi

saja/Sinar saja

RND+Laringektomi Sinar+Sitostatika

T3 Laringektomi+Sinar RND+Laringektomi Sinar+Sitostatika T4 Laringektomi+Sinar

(+ Rekonstruksi)

RND+Laringektomi (+ Rekonstruksi)

Sinar+Sitostatika

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Karsinoma Laring

• Usia

• Jenis kelamin • Pekerjaan • Pendidikan • Merokok • Alkohol • Gejala klinis • Klasifikasi • Jenis pengobatan

3.2 Definisi Operasional

a) Usia adalah jumlah tahun hidup pasien penderita karsinoma laring sejak lahir sampai ulang tahun terakhir yang sesuai dengan rekam medis.

b) Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien penderita karsinoma laring baik laki-laki ataupun perempuan yang sesuai dengan rekam medis.

(34)

d) Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal pasien sesuai yang tercatat pada rekam medis.

e) Status merokok adalah riwayat mengenai perilaku merokok pada pasien sesuai yang tercatat pada rekam medis, yang dikategorikan atas:

1. Bekas Perokok (selama 1 bulan)

2. Perokok (minimal satu batang atau lebih secara rutin dalam sehari) 3. Bukan Perokok

Penentuan derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokokdalam tahun, sesuai yang tercatat pada rekam medis, yang dikategorikan atas:

1. Derajat ringan : 0-200 batang 2. Derajat sedang: 200-600 batang 3. Derajat berat :> 600 batang

f) Alkohol adalah kebiasaan pasien mengkonsumsi minuman yang mengandung etanol, peminum ringan adalah pasien yang mengkonsumsi 1 atau kurang dari 1 botol per hari, peminum sedang adalah pasien yang mengkonsumsi 1-4 botol per hari dan peminum berat adalah pasien yang mengkonsumsi lebih dari 4 botol per hari.

g) Gejala klinis adalah tanda-tanda atau simptom yang didapatkan dari keluhan yang diutarakan pasien karsinoma laring sesuai dengan data rekam medis. h) Klasifikasi adalah stadium pasien sesuai dengan datarekam medis.

(35)

Cara menilai:

Dilakukan dengan melihat rekam medis pasien karsinoma laring di bagian THT-KL RSUP HAM Medan.

Alat Ukur:

Observasi dengan lembar isian

Hasil Pengukuran:

Hasil disajikan dalam bentuk tabel.

a. Usia: < 31, 31-40, 41-50, 51-60, 61-70, 71-80, > 80 b. Jenis kelamin: laki-laki atau perempuan

c. Pekerjaan: petani, pegawai swasta, pegawai negeri, wiraswasta, buruh, IRT, pensiun dan belum bekerja.

d. Pendidikan : Tidak Sekolah, SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi

e. Merokok:Bekas Perokok, perokok, bukan perokok. Derajat ringan batang: 0-200, Derajat sedang: 200-600 batang, Derajat berat :> 600 batang.

f. Minum alkohol: minum alkohol atau tidak minum

g. Keluhan: serak (ya/tidak), dispneu (ya/tidak), batuk (ya/tidak) dan benjolan di leher (ya/tidak)

h. Lokasi: supraglotis, glotis, dan subglotis i. Stadium: stadium I, II, III dan IV

j. Terapi: bedah, radioterapi dan kemoterapi

Skala Pengukuran

a. Usia diukur dengan menggunakan skala interval.

b. Jenis kelamin, merokok, minum alkohol, keluhan, lokasi karsinoma laring, stadium berdasarkan TNM serta pengobatan diukur dengan menggunakan skala nominal.

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif retrospektif, bertujuan untuk mengetahui gambaran karsinoma laring pada penderita kanker laring di RSUP. H. Adam Malik dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis di Departemen THT-KL di RSUP. H. Adam Malik.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulanSeptember sampai Oktober2014 dengan melakukan observasi data rekam medis pada pasien yang menderita karsinoma laring dalam kurun waktu Januari 2011-Desember 2013. Penelitian ini dilakukan di Departemen THT-KL di RSUP HAM Medan karena memiliki ketersediaan data tentang karsinoma laring.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan dalam kurun waktu Januari 2011-Desember 2013.

Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan cara total sampling, bahwa semua penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan periode Januari 2011-Desember 2013, dipilih sebagai sampel penelitian.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

(37)

merokok, minum alkohol, keluhan, lokasi tumor, stadium dan terapi yang diterima pasien. Data mengenai hal tersebut merupakan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.Data yang tidak lengkap dikeluarkan dari penelitian.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan kemudian dianalisis dengan bantuan

SPSS for Windows.Analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan yang dibangunkan di Jalan Bungalau No. 17 Medan, di atas tanah seluas lebih kurang 10 ha, Provinsi Sumatera Utara.Rumah Sakit H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

5.1.2 Karakteristik Individu

Berdasarkan data yang diperoleh pada rekam medis, penderita karsinoma laring yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan untuk periode Januari 2011- Desember 2013 berjumlah 87 orang. Karakteristik yang akan dinilai pada penderita karsinoma laring adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, merokok, alkohol, gejala klinis, klasifikasi dan jenis pengobatan.

5.1.3 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Usia

(39)
[image:39.612.196.404.156.367.2]

Tabel 5.1 Distribusi penderita karsinoma laring menurut usia untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Usia Frekuensi(n) Persentase(%)

<31 2 2.3

31-40 5 5.7

41-50 12 13.8

51-60 38 43.7

61-70 21 24.1

71-80 5 5.7

>80 4 4.6

Total 87 100.0

(40)
[image:40.612.170.470.434.654.2]

5.1.4 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi penderita karsinoma laring menurut jenis kelamin untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 76 orang (87.4%), sedangkan perempuan yaitu 11 orang (12.6%).

5.1.5 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi penderita karsinoma laring menurut pekerjaan untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada pekerjaan petani yaitu sebanyak 28 orang (32.2%),

Jenis kelamin Frekuensi(n) Persentase(%)

laki-laki 76 87.4

perempuan 11 12.6

Total 87 100.0

Pekerjaan Frekuensi(n) Persentase(%)

Petani 28 32.2

Pegawai swasta 11 12.6

Pegawai negeri 3 3.4

Wiraswasta 24 27.6

IRT 8 9.2

Pensiun 8 9.2

Tidak bekerja 5 5.7

[image:40.612.169.470.438.653.2]
(41)

diikuti wiraswasta sebanyak 24 orang (27.6%), pegawai swasta sebanyak 11 orang (12.6%), pensiun dan IRT masing-masing sebanyak 8 orang (9.2%), tidak bekerja sebanyak 5 orang (5.7%) dan pegawai negeri sebanyak 3 orang ( 3.4%).

[image:41.612.214.471.263.439.2]

5.1.6 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Pendidikan

Tabel 5.4 Distribusi penderita karsinoma laring menurut pedidikan untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada pendidikan SD dan SLTA yaitu masing-masing sebanyak 30 orang (34.5%), SLTP sebanyak 19 orang (21.8%), perguruan tinggi sebanyak 6 orang (6.9%) dan tidak sekolah sebanyak 2 orang (2.3%).

Pendidikan Frekuensi(n) Persentase(%)

Tidak Sekolah 2 2.3

SD 30 34.5

SLTP 19 21.8

SLTA 30 34.5

Perguruan Tinggi 6 6.9

(42)
[image:42.612.226.454.182.300.2]

5.1.7 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Merokok

Tabel 5.5 Distribusi penderita karsinoma laring menurut merokok untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada perokok yaitu sebanyak 59 orang (67.8%), bebas perokok sebanyak 19 orang (21.8%) dan bukan perokok sebanyak 9 orang (10.3%).

5.1.8 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Alkohol

Tabel 5.6 Distribusi penderita karsinoma laring menurut alkohol untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah penderita yang tidak minum alkohol sebanyak 74 orang (85.1%) dan peminum alkohol sebanyak 13 orang (14.9%).

Merokok Frekuensi(n) Persentase(%)

Bekas perokok 19 21.8

Perokok 59 67.8

Bukan perokok 9 10.3

Total 87 100.0

Alkohol Frekuensi(n) Persentase(%)

minum alkohol 13 14.9

tidak minum 74 85.1

(43)
[image:43.612.175.462.185.328.2]

5.1.9 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gejala Klinis

Tabel 5.7 Distribusi penderita karsinoma laring menurut gejala klinis untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah keluhan serak yaitu sebanyak 48 orang (55.2%), dispneu sebanyak 15 orang (17.2%) dan batuk dan benjolan di leher masing-masing sebanyak 12 orang (13.8%).

5.1.10 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Lokasi Tumor

Tabel 5.8 Distribusi penderita karsinoma laring menurut lokasi tumor untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Gejala klinis Frekuensi(n) Persentase(%)

serak 48 55.2

dispneu 15 17.2

batuk 12 13.8

benjolan di leher 12 13.8

Total 87 100.0

Lokasi Frekuensi(n) Persentase(%)

Supraglotis 22 25.3

glotis 58 66.7

subglotis 7 8.0

[image:43.612.196.444.510.628.2]
(44)

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak pada lokasi tumor di glotis yaitu sebanyak 58 orang (66.7%), supraglotis sebanyak 22 orang (25.3%), dan subglotis sebanyak 7 orang (8.0%).

[image:44.612.199.442.261.405.2]

5.1.11 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi

Tabel 5.9 Distribusi penderita karsinoma laring menurut klasifikasi untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada stadium I yaitu sebanyak 37 orang (42.5%), stadium II sebanyak 23 orang (26.4%), stadium III sebanyak 15 orang (17.4%), dan stadium IV sebanyak 12 orang (13.8%).

5.1.12 Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Pengobatan

Tabel 5.10 Distribusi penderita karsinoma laring menurut jenis pengobatan untuk periode Januari 2011-Desember 2013

Stadium Frekuensi(n) Persentase(%)

I 37 42.5

II 23 26.4

III 15 17.4

IV 12 13.8

Total 87 100.0

Jenis Pengobatan Frekuensi(n) Persentase(%)

bedah 42 48.3

radioterapi 23 26.4

kemoterapi 22 25.3

[image:44.612.194.474.584.704.2]
(45)
(46)

5.2 Pembahasan

[image:46.612.126.524.153.502.2]

5.2.1 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Usia

Gambar 5.2.1 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Usia di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(47)

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh R. Rekha, dkk di Govt. ENT Hospital, Hyderabad, Andhra Pradesh dari tahun 2010-2011 yang menemukan bahwa angka kejadian karsinoma laring tertinggi pada kelompok usia antara 51-60 tahun.

5.2.2 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Jenis Kelamin

Gambar 5.2.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Jenis Kelamin di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(48)

Hal ini sesuai dengan American Cancer Society (2014) yang menemukan bahwa angka kejadiaan karsinoma laring masih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibanding dengan perempuan.

[image:48.612.126.521.207.561.2]

5.2.3 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Pekerjaan

Gambar 5.2.3 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Pekerjaan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(49)

pensiun dan IRT masing-masing sebanyak 8 orang (9.2%), tidak bekerja sebanyak 5 orang (5.7%) dan pegawai negeri sebanyak 3 orang ( 3.4%).

Hal ini sesuai dengan Cancer Research UK (2012) menemukan bahwa angka kejadiaan karsinoma laring tertinggi pada linkungan kerja yang paparan terhadap substansi berbahaya.

[image:49.612.126.522.247.581.2]

5.2.4 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Pendidikan

Gambar 5.2.4 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Pendidikan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(50)

30 orang (34.5%), SLTP sebanyak 19 orang (21.8%), perguruan tinggi sebanyak 6 orang (6.9%) dan tidak sekolah sebanyak 2 orang (2.3%)

Hal ini sesuai menurut Muzakkir (2012) menemukan bahwa angka kejadiaan karsinoma laring tertinggi pada penderita dengan pendidikan SD dan paling rendah pada penderita tidak berpendidikan.

[image:50.612.124.441.266.568.2]

5.2.5 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Merokok

Gambar 5.2.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Merokok di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(51)

Hal ini sesuai menurut Ridge(2014), dkk menyatakan bahwa penderita karsinoma laring paling tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Bagi perokok paling berat, kematian akibat kanker laring adalah 20 kali lebih banyak dibandingkan orang yang tidak merokok.

[image:51.612.120.432.242.548.2]

5.2.6 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Alkohol

Gambar 5.2.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Alkohol di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(52)

Hal ini sesuai menurut American Cancer Society (2014) menyatakan bahwa penggunaan alkohol sedang atau berat lebih dari 1 gelas sehari, juga meningkatkan risiko karsinoma laring, meskipun tidak merokok.

[image:52.612.129.522.209.542.2]

5.2.7 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Gejala Klinis

Gambar 5.2.7 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Gejala Klinis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(53)

Hal ini sesuai menurut Hermani dan Abdurrachman (2007) bahwa serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Dispneu adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan.Gejala batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik.

[image:53.612.128.520.246.582.2]

5.2.8 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Lokasi Tumor

(54)

Hal ini sesuai dengan American Cancer Society (2014) bahwa kurang lebih 60 % keganasan laring ditemukan pada daerah glotis sedangkan 35% berasal dari daerah supraglotis dan hanya 5% berasal dari daerah subglotis

[image:54.612.127.521.205.529.2]

5.2.9 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Klasifikasi

Gambar 5.2.9 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita Karsinoma Laring Menurut Klasifikasi di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013

(55)

Hal ini berbeda menurut Abdoerrachman et al, 1989, bahwa pemeriksaan histopatologi yang dilakukan terhadap 188 pasien dengan karsinoma laring di departemen THT FKUI/ RSCM (1980-1987) berdasarkan stadium, stadium kanker laring yang paling banyak merupakan stadium IV yaitu sebanyak 57 kasus (30,32%), stadium III sebanyak 53 kasus (28,19%), stadium II sebanyak 45 kasus (23,94%) dan stadium I sebanyak 23 kasus (12,23%).

[image:55.612.128.520.266.580.2]

5.2.10 Distribusi Proporsi Penderita Menurut Jenis Pengobatan

(56)

Berdasarkan gambar 5.2.9 dapat dilihat bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah yaitu sebanyak 42 orang (48.3%), radioterapi sebanyak 23 orang (26.4%) dan kemoterapi sebanyak 22 orang (25.3%)

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan mengenai gambaran penderita karsinoma laring di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan untuk periode Januari 2011-Desember 2013 sebagai berikut:

1. Kelompok usia penderita yang paling banyak menderita karsinoma laring adalah pada usia 51-60 tahun.

2. Penderita karsinoma laring sering pada jenis kelamin laki-laki. 3. Pekerjaan yang sering pada penderita karsinoma laring adalah petani. 4. Pendidikan SD yang paling tertinggi menderita karsinoma laring.

5. Faktor resiko yang sering pada penderita karsinoma laring adalah perokok. 6. Gejala yang sering pada penderita karsinoma laring merupakan suara serak. 7. Lokasi yang sering terjadinya tumor ganas laring adalah glottis

8. Stadium yang paling banyak terdapat pada penderita karsinoma laring adalah stadium I.

9. Penderita karsinoma laring lebih banyak mendapatkan jenis pengobatan secara pembedahan/operasi.

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, maka beberapa saran yang dapat dikemukan dari peneliti yaitu:

1. Kepada pihak rumah sakit yang bertugas agar dapat memperlengkap status pasien pada rekam medis, hal ini memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian menggunakan rekam medis.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G. L., Boies, L. R., & Higler, P. A., 2012.Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke 6, Jakarta: EGC

American Cancer Society, 2014.Laryngeal and Hypopharyngeal Cancers.

Cancer Research UK, 2012. Laryngeal Cancer Risk Factors.Available from: http://www.cancerresearchuk.org/cancer-

info/cancerstats/types/larynx/Laryngealcancerriskfactors .[Accessed 22 April 2014].

Chaurasia’s, B. D., 2007. Human Anatomy Regional and Applied Dissection and

Clinical, Volume 3, edisi ke 5, New Delhi.

Ernawati, I., 2013. Karakteristik Penderita Tumor Ganas Laring di RSUP H. Adam

Malik Medan Tahun 2010-2011.Available from:

Hall, I. S., & Colman, B. H., 1987.Diseases of The Nose, Throat and Ear A

Handbook for Students and Practitioners, edisi ke 13, New York.

Hermani, B. Munir., M. & Abdurrahman, B., 2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, edisi ke 6, Jakarta : FKUI.

Intelihealth The Trusted Source, 2011.The Larynx And Voice:Basic Anatomy And

Physiology. Available from

on 13 May 2014].

Jaya, M., 2009.Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok, edisi 1, Yogyakarta: Riz’ma.

(59)

Muzakkir, M. M., 2012. Karakteristik Tumor Ganas Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher di SMF THT-KL RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari

2006- Desember 2010.Available from:

Netter, F. H., 2011, Atlas of Human Anatomy, 5 Edition, USA, Saunders Elsevier, 78.

Respiratory System: Anatomy and Physiology, Available from:

Pardede, T. P., 2013.Gambaran Merokok sebagai Faktor Risiko Pada Penderita

Karsinoma Laring di RSUP. H. Adam Malik Medan. Available

from:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/37431[Acessed 15 April 2014]. [Accessed on: 13 May 2014].

Rekha, R., Reddy, M. V. V., Reddy, P. P., 2013. Epidemiological Studies of Head

and Neck Cancer in South Indian Population.Available from:

http://www.sapub.org/global/showpaperpdf

Ridge, J. A., Mehra, R., Lango, M. N., Feigenberg, S., 2014.Head and Neck

Tumors.Available from

[Acessed 1 Nov 2014].

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2013.Dasar-dasar Metodologi Klinis.Edisi 4. Sagung Seto.

Sau, T., 2010, Oral and Maxillo-Facial Surgery, Available from: http://oralmaxillo-facialsurgery.blogspot.com/2010/05/laryngeal-fractures.html. [Accessed on: 13 May 2014].

Tarigan, A. P., 2011. Karakteristik Umum Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009.Available from:

Toyibah, R., 2012. Sistem Pengenalan Vokal Menggunakan Sinyal Electromyograph

(EMG). Available from

(60)

World Health Organization, 2014.The Tobacco Atlas. Available from:

(61)

Gambar

Gambar 2.1.2a:Kerangka laring : Anterior view and Postrerior view
Gambar 2.1.2b :Kerangka laring : Posterior view
Gambar 2.1.2.5: Kartilago arytenoid: pandangan axial
Gambar 2.1.3.a : Otot-otot laring
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persiapan Kegiatan diawali dari penyusunan Renja yang dibuat pada

Program dan Jenis Kegiatan Hasil yang diharapkan Waktu Pelaksana an Pelaksa na Sumbe r Dana penyelenggaraan Prakerin 2.3 Pencarian obyek. 2.4   Rapat   pembentukan

• Prior to 1988, bank regulators tended to regulate bank capital by setting minimum levels for the ratio of capital to total assets.. • The lack of consistency in

• The simplest approach is the basic indicator approach where operational risk is set equal to 15% of annual gross income (net interest income plus noninterest income) over the

[r]

Untuk membuat title yang bagus, selain mengatur secara manual satu persatu property yang dimiliki text, kita dapat pula memanfaatkan style yang disediakan Adobe Title Designer

Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan suatu sikap kedisiplinan kerja pengawai agar produktivitas kerja dari masing – masing pengawai tersebut dapat

[r]