• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sindrom Depresif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sindrom Depresif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyerta termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,

kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri (Kaplan & Sadock,

1998).

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius.

World Health Organization (WHO) menyatakan depresi berada pada urutan

keempat penyakit di dunia. Risiko selama masa hidup terkena penyakit depresi

berkisar antara 10-20%, dengan angka kejadian hampir dua kali lipat pada wanita.

Onset pertama biasanya terjadi pada dekade ketiga (lebih muda pada gangguan

bipolar), dengan prevalensi titik lebih tinggi pada usia menengah dan tua. Depresi

lebih sering ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan pedesaan dan

terutama terjadi pada wanita dari sosio-ekonomi yang rendah (Katona et al, 2008).

Berdasarkan data yang dihimpun CDC pada tahun 2007-2010, prevalensi

depresi paling tinggi diderita oleh kelompok usia 40-59 tahun, yakni sebesar

9,45%. Angka tertinggi kedua diperoleh oleh kelompok usia 18-39 tahun, yakni

sebesar 8%, disusul dengan kelompok usia 12-17 tahun sebesar 6,3% (Larastiti,

2014).

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolic yang ditandai

dengan hiperglikemi, gangguan sekresi insulin, gangguan toleransi insulin atau

keduanya (Ndraha, 2014). Penyakit Diabetes Melitus adalah satu penyakit kronis

yang cukup banyak dijumpai dewasa ini. Di Indonesia sendiri diperkirakan bahwa

pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus (DM) mencapai 21,3 juta orang

(Diabetes Care, 2004). Menurut penelitian epidemiologi yang dilaksanakan di

Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 sampai 1,6%

kecuali di dua tempat yaitu di Pekajangan, suatu desa dekat Semarang, sebesar

2,3% dan di Manado sebesar 6% (Suyono, 2009). Sedangkan hasil Riset

kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun (2007), diperoleh bahwa proporsi penyebab

(2)

2

kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan

menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki

ranking ke-6 yaitu 5,8% (KemenKes, 2015).

Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan prevalensi

DM sebesar 1,5% - 2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan pada

suatu penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi DM 6,1%.

Berdasarkan pola pertumbuhan penduduk, diperkirakan pada tahun 2020 nanti

akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan asumsi

prevalensi DM sebesar 4% akan didapatkan 7 juta pasien DM (Shabab, 2006).

Penyakit Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kepada 4 jenis menurut

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yaitu diabetes melitus tipe

1,diabetes melitus melitus tipe 2, diabetes tipe lain dan diabetes gestational.

Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini

berarti gaya hidup (life style) yang tidak sehat menjadi pemicu utama

meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obesitas

mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obesitas

(KemenKes, 2015).

Faktor risiko munculnya depresi pada penderita diabetes melitus adalah

termasuk umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi yang

rendah, status pernikahan, lamanya menderita diabetes melitus dan terdapatnya

komplikasi pada penderita (Andreoulakis et al., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Palizgir (2013) dari 184 orang penderita

diabetes melitus tipe 2, didapat 70,7 % penderita mengalami depresi atau sekitar

130 orang. Dengan prevalensi berdasarkan jenis kelamin yaitu lebih besar pada

wanita (78%) dibandingkan pada pria (56,1%), sedangkan berdasarkan umur

didapat lebih besar pada pasien dengan kategori umur 22-45 (80,3%)

dibandingkan pada kategori umur 46-78 (64,8%). Berdasarkan penelitian

Nurhayati (2013), didapati bahwa sindrom depresi lebih banyak pada pasien yang

sudah lama menderita DM (depresi ringan 34,6%, depresi sedang 65,4%, depresi

berat 0%). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

(3)

3

penelitian tentang sindrom depresif pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umun

Untuk mengetahui gambaran sindrom depresif pada penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2

berdasarkan kelompok umur

2.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita dibetes melitus tipe 2

berdasarkan jenis kelamin

3.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2

berdasarkan pekerjaan

4.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2

berdasarkan status pernikahan

5.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita dibetes melitus tipe 2

berdasarkan lama menderita penyakit diabetes melitusnya

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

terdapatnya sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUP Haji

Adam Malik.

2. Pasien penderita diabetes melitus yang memiliki sindrom deprsif mendapat

perawatan yang lebih baik dan adekuat tidak hanya untuk penyakit diabetes

melitus tipe 2 nya, tapi juga untuk pengobatan sindrom depresifnya.

2. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini juga dapat memberitahu kelurga pasien mengenai sindrom

depresif yang diderita oleh pasien.

(4)

4

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang

sejenis atau penelitian lain yang akan memakai penelitian ini sebagai sumber

acuan.

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ini membahas tentang penggunaan Router sebagai alat yang igunakan untuk menghubungkan dan mengatur komunikasi antar jaringan dalam satu kesatuan jaringan yang berskala

[r]

1) Perencanaan, yaitu persiapan yang bertolak dari ide awal, hasil pra survey, dan hasil diagnosis yang terkait dengan pemecahan masalah atau fokus tindakan

berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,. sekolah, dan

Achmad Kemal Harzif, SpOG

Pada tahap ini dirumuskan upaya penyelesaian atau penanganan terhadap masalah utama yang teridentifikasi. Rumusan lebih difokuskan kepada memilih

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH

l developing a transparent view of a market system and of the functions (core transactions, rules and supporting functions) and players within it (Figure 1