BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Teori
Skema 3.1. Kerangka Teori Karsinoma
Nasofaring Etoilogi :
- Virus Epstein-Barr
- Konsumsi karsinogen
Faktor resiko :
- Jenis kelamin
- Faktor lingkungan
- Faktor ginetik
Gejala Klinis :
- Gejala teliga
- Gejala hidung
- Gejala
Neurologi/Saraf
Stadium :
- Stadium 1
- Stadium 2
- Stadium 3
- Stadium 4
Terapi :
- Radioterapi
- Kemoterapi
3.2. Kerangka Konsep
Skema 3.2. Kerangka Konsep -Usia
-Jenis kelamin
-Tingkat pendidikan
-Stadium
-Keluhan utama
-Tipe histopatologi
-Jenis terapi
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu. Cross Sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat Profil Karsinoma Nasofaring di SMF THT-KL RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulakan dari bulan Maret 2016 sampai bulan Desember 2016.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan .
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita karsinoma
4.3.2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan seluruh pasien karsinoma nasofaring di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
a. Kriteria Inklusi
Semua data rekam medis pasien rawat inap yang menderita karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2015.
b. Kriteria ekslusi
Pasien yang tidak memiliki data lengkap dalam rekam medis di RSUP H. Adam Malik,Medan.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapat
rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data diperoleh melalui data sekunder yaitu rekam medis pasien. Awal pengumpulan data dilakukan di Intalasi Rekam Medis untuk mencatat nomor registrasi, usia, jenis kelamin, dan keterangan seluruh pasien karsinoma nasofaring. Setelah rekam medis didapatkan, dilakukan pencatatan variabel yang dibutuhkan yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, penatalaksanaan dan komplikasi.
4.5. Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan
4.6. Definisi Operasional
Sesuai permasalahan dan tujuan maka sebagai pedoman awal pengumpulan informasi digunakan definisi operasional dan variable yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini :
4.6.1. Karakteristik Sosiodemografi
Definisi Operasional : Karakteristik sosiodemografi usia, jenis kelamin dan
pendidikan pasien yang didiagnosis karsinoma nasofaring.
a) Umur
Umur dihitung menurut kelompok umur :
1. 0 - 15 tahun
2. 16 - 30 tahun
3. 31 - 45 tahun
4. 46 - 60 tahun
> 60 tahun
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin sesuai dengan yang tercatat dalam rekam medis.
c) Pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir pederita karsinoma nasofaring yang tercatat dalam rekam medis
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. S1
5. Lain- lain Cara Pengukuran : Pengukuran dilakukan dari hasil observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Persentase
Skala Ukur : Ordinal
4.6.2. Stadium
Definisi Operasional : Stadium berdasarkan UICC 2002 ketika pertama kali
terdiagnosis menderita karsinoma nasofaring.
1. Stadium I 2. Stadium II 3. Stadium III 4. Stadium IV
Cara Pengukuran : Pengukuran dilakukan dari hasil observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Persentase
4.6.3. Keluhan Utama
Definisi Operasional : Keluhan utama adalah keadaan dan kondisi yang
menyebabkan penderita datang dan berobat sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis.
1. Benjolan leher 2. Hidung tersumbat
3. Epistaksis 4. Sesak nafas 5. Penglihatan ganda 6. Sakit kepala
Cara Pengukuran : Pengukuran dilakukan dari hasil observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Persentase
Skala Ukur : Nominal
4.6.4. Histopatologi
Definisi Operasional : Jenis histopatologi karsinoma nasofaring berdasarkan
WHO yang tercatat di rekam medis 1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi 2. Karsinoma non- keratinisasi
3. Karsinoma tidak berdeferensiasi
Cara Pengukuran : Pengukuran dilakukan dari hasil observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Persentase
4.6.5. Jenis Terapi
Definisi Operasional : Jenis terapi yang diberikan pada penderita karsinoma
nasofaring yang tercatat di rekam medis
1. Kemoterapi 2. Radioterapi
3. Kemoradiasi
Cara Pengukuran : Pengukuran dilakukan dari hasil observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Persentase
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama rumah sakit ini
mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan nama rumah sakit
5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian
Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita karsinoma nasofaring yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam periode 1 Januari 2015 - 31 Disember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel
penelitian dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dimana seluruh kasus yang didiagnosa dengan Profil karsinoma nasofaring pada tahun 2015 diambil
sebagai subjek penelitian sebanyak 70 sampel.
5.1.3 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Usia.
Tabel 5.1 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Usia
5.1.4 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin mpulkan laki-laki lebih banyak menderita karsinoma nasofaring sebanyak 49 orang (70,0%) berbanding dengan perempuan sebanyak 21 orang (30,0%) penderita.
5.1.5 . Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pendidikan
njukkan tingkst pendidikan penderita karsinoma nasofaring umumya adalah SLTA dan SLTP sebanyak 49 orang (70,0%).
5.1.9 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium Karsinoma
Jenis Kelamin Jumlah Penderita
n %
Laki-laki 49 70,0
Perempuan 21 30,0
Jumlah 70 100,00
Pendidikan Jumlah Sampel
Tabel 5.7 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium Karsinoma
Tabel di atas menunjukkan penderita karsinoma nasofaring umumya datang ke rumah sakit pada stadium 3 sebanyak 44 orang (62,9%).
5.1.6 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan
Keluhan Utama
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Keluhan Utama
Tabel diatas menunjukkan keluhan utama terbanyak yang diderita karsinoma nasofaring adalah benjolan di leher sebanyak 45 orang (64,3%).
Stadium Karsinoma Jumlah Penderita
n %
Keluhan Utama Jumlah Penderita
n %
5.1.7 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Histopatologi
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Histopatologi
Tabel diatas menunjukkan tipe histopatologi yang diderita karsinoma nasofaing adalah karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi dengan jumlah 54 orang (77,1%).
5.1.8 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Terapi
Tabel 5.6 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Terapi
nunjukkan terapi terbanyak yang dilakukan pada penderita karsinoma nasofaring adalah kemoterapi sebanyak 52 orang (74,3%).
Histopatologi Jumlah Penderita
n %
Jenis Terapi Jumlah Penderita
5.2 Pembahasan
Kelompok umur tertinggi yang menderita dari karsinoma nasofaring adalah 46-60 tahun dengan angka sebanyak 28 orang (40,0%) dan diikuti dengan kelompok usia 31-45 tahun dengan jumlah 22 orang (31,4% .Menurut Shofi Faiza(2015) di RSUP Dr.
M. Djamil Padang selama Juni 2010 sampai Juli 2013.Penderita terbanyak ditemukan pada dewasa tua dengan kisaran umur 41-65 tahun sebesar 68,18%, diikuti oleh
dewasa muda dengan kisaran umur 21- < 41 tahun sebesar 24,99%.28
Menurut penelitian Yenita dari laboratorium PA FK. Unand, RSUP. Dr M.Djamil Padang dan RSUD.Achmad Muchtar Bukit tinggi pada pasien KNF Januari 2007 – Juni 2010 Usia penderita KNF dengan frekuensi terbesar terdapat pada usia 51-60 tahun, yaitu 18 kasus (36,7%) serta kelompok usia terendah terdapat pada usia 11-20 tahun dan 61-70 tahun, yaitu masing masing 4 kasus (8,2%).29 Rata-rata usia penderita karsinoma nasofaring dengan usia terendah adalah 11 tahun dan tertinggi adalah 67 tahun.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porporsi penderita karsinoma nasofaring lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 49 orang (70,0%), sedangkan perempuan adalah sebanyak 21 orang (30,0%). Menurut penelitian Yulin (2011) di RSUP dr. Kariadi Semarang. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa jumlah responden laki-laki lebih besar dibandingkan responden perempuan dengan perbandingan 2:1 sedangkan
karakteristik sampel berdasarkan demografi wilayah tempat tinggal responden terbanyak berada di daerah dataran rendah, yaitu sebanyak 67 orang (52,%).32 Hal ini
karena laki-laki mempunyai hormon testosteron yang dominan dicurigai mengakibatkan penurunan respon imun dan surviellance tumor sehingga laki-laki lebih rentan terhadap karsinoma nasofaring.
berpendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan sekolah lanjutan tingkat
pertama(SLTP).Menurut penelitian Esha di Departemen Ilmu Kesehatan THTKL FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Tahun 2006-2010. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penderita KNF yang terbanyak adalah tingkat
pendidikan rendah yaitu SD sebanyak 259 orang (52,5%). Kemudian diikuti oleh tingkat
pendidikan SMP, SMA, D3, dan STM.33. Hal ini karena pasien yang kurang berpendidikan
tidak mempunyai kedasaran pada kesehatan mereka.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porporsi penderita karsinoma
nasofaring dengan keluhan utama adalah benjolan di leher sebanyak 45 orang (64,3%) diikuti dengan sakit kepala sebanyak 12 orang (17,1%).Frekuensi yang paling kurang adalah hidung tersumbat sebanyak 5 orang (7,1%).Menurut penelitian Wulan di RSUP Adam Malik Medan tahun 2011. Keluhan utama yang tertinggi adalah benjolan dileher sebanyak 135 orang (89,4%) manakala distribusi frekuensi sakit kepala sebanyak 60 orang (39,7%).34 Hal ini karena kebanyakan pasien mengalami pebesaran kelenjar getah bening.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porposi penderita karsinoma nasofaring dengan tipe histopatologi adalah karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi sebanyak 54 orang (77,1%).Menurut penelitan Yulin di RSUP dr. Kariadi Semarang. (2011) menunjukkan bahwa kenaikan insiden karsinoma sel skuamosa berkeratin berkaitan dengan peningkatan kebiasaan merokok sebanyak (75,0%).32 Hal ini disebabkan penderita karsinoma nasofaring mempunyai tabiat merokok.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porposi penderita karsinoma nasofaring dengan jenis terapi yang dilakukan sering adalah terapi kemoterapi sebanyak 52 orang (74,3%). Menurut Anti Cancer Society (2008) di Hong Kong,
dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dari 151 orang penderita KNF yang melakukan kemoterapi sebanyak 84 orang (57,6%), radioterapi sebanyak 25 orang
kemoradioterapi secara berurutan sebanyak 64 orang (42,4%), 126 orang (83,4%), 112 orang (74,2%). KNF memiliki sensitivitas tinggi terhadap radiasi maupun kemoterapi dibandingkan kanker kepala dan leher lainnya..36 Hal ini karena pasien mendapatkan rencana kemoterapi terlebih awal supaya karsinomanya tidak metatasis.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porposi penderita karsinoma nasofaring dengan stadium karsinoma adalah stadium 3 sebanyak 44 orang (62,9%)
dan diikuti dengan stadium 4 sebanyak 19 orang (27,1%).Menurut Ibrahim penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSU dr. Pirngadi Medan.(2008) stadium terbanyak adalah III (58,4%), diikuti stadium IV (40,6%), stadium II (1%) dan tidak terdapat penderita dengan stadium I.35 Hal ini karena pasien datang
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai profil karsinoma nasofaring di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015 dengan 70
sampel dapat disimpulkan dibawah ini :
1. Angka kejadian karsinoma nasofaring dengan frekuensi tertinggi adalah usia 46-60 sebanyak 28 pasien (40,0%), dengan jenis kelamin terbanyak pada laki-laki sebanyak 49 orang (70,0%) dan tingkat pendidikan SLTA dan SLTP sebanyak sebanyak 49 orang (70,0%).
2. Angka kejadian karsinoma nasofaring dengan frekuensi tertinggi berdasarkan stadium karsinom, adalah stadium 3 sebanyak 44 orang (62,9%).
3. Angka kejadian frekuensi tertinggi keluhan utama pada penderita karsinoma nasofaring adalah benjolan di leher sebanyak 45 orang (64,3%).
4. Angka kejadian karsinoma nasofaring dengan frekuensi tertinggi histopatologi adalah karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi dengan jumlah 54 orang (77,1%) 5. Angka kejadian karsinoma nasofaring umumya mendapat terapi kemoterapi
6.2 Saran
Dari pengamatan selama melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Diantaranya :
1. Diharapkan pula kepada penderita karsinoma nasofaring untuk melakukan pemeriksaan dirinya lebih dini sebelum terjadi keganasan yang lebih berat
2. Perlu dilakukan penyuluhan atau program untuk meningkatkan pengetahuan mengenai karsinoma nasofaring untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai karsinoma nasofaring.
3. Diharapkan agar data-data di rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilengkapi dengan data yang sebanyak mungkin agar tidak timbul masalah di saat pengambilan data yang disebabkan oleh rekam medis yang tidak lengkap.