17
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Teori
SUKU ATAU RAS
Faktor yang dapat diubah
Faktor yang tidak dapat
diubah Jenis
kelamin UMUR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRESIFITAS EPIDEMI
OLOGI
HEPATITIS C Perjalan
an
Diagnosa H titi C KOINF
EKSI HIV ATAU
VHB
TRANSMISI
Terapi
18
3.2Kerangka Konsep Penelitiaan
1. Sosiodemografi : -Jenis kelamin -Usia
-Suku atau Ras -Pendidikan 2. Durasi infeksi 3. Faktor
Progresifitas 4. Hasil laboratorium 5. Hasil USG, dan
Biopsi atau Fibroscan 6. Skor child-pugh 7. Terapi dan persen
pencapaian SVR 8. Koinfeksi :
-HIV -VHB 9. Komorbid :
- Diabetes Melitus - Hipertensi 10.Komplikasi
pengobatan
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 J enis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara pengamatan (observasional) bersifat deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional (pengamatan sewaktu) dengan mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung (retrospektif) selama 3 tahun untuk melihat profil pasien Hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 LokasI Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada April-Desember 2016.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosa menderita hepatitis C berdasarkan data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan mulai 01 Januari 2013 – 06 Juni 2016 yang berjumlah 75 pasien.
4.3.2 Sampel
20
4.4 Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan mulai Januari 2013 – Juni 2016.
4.5 Pengolah dan Analisis data
Semua data yang telah dikumpulkan akan dicatat, diperiksa dan dikelompokan kemudian diolah menjadi data statistika berupa tabel distribusi dan sesuai tujuan penelitian dengan menggunakan program komputer.
4.6 Definisi Operasional 1. Hepatitis C
Definisi : Pasien yang didiagnosa hepatitis C berdasarkan gambaran
histologi yang spesifik diakibatkan oleh virus hepatitis C
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur: Hepatitis C positif
Hepatitis C negatif
Skala ukur : Nominal
2 . Sosiodemografi
Definisi : Suatu komponen variabel sosial dan demografi pasien hepatitis
C RSUP Haji Adam Malik Medan
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur:
A.Usia : -<20 tahun
- 20-29 tahun
- 30-49 tahun
- 50-59 tahun
- >60 tahun
Skala ukur : Ordinal
21
- Perempuan
Skala ukur : Nominal
C. Pendidikan : - Tidak sekolah
- SD
- SMP
- SMA
- PT
Skala ukur : Ordinal
D. Suku atau ras : - Batak
- Melayu
- Jawa
- Aceh
- Minang
- dan lain-lain
Skala ukur : Nominal
3. Durasi infeksi
Definisi : Lamanya seseorang terinfeksi penyakit hepatitis C
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : a. < 6 bulan
b. > 6 bulan
Skala ukur : Ordinal
4. Faktor Progesifitas
Definisi : Faktor yang mempengaruhi daripada perjalanan penyakit
hepatitis C
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : - Rokok dan/ atau ganja dan/ atau alkohol
Skala ukur : Nominal
22
Skala ukur : Ordinal
5. Hasil Laboratorium
Definisi : Suatu prosedur pemeriksaan khusus denganmengambil
bahan atau sampel dari penderita hepatitis C.
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Hasil labotarium berupa Hb, leukosit trombosit, ureum,
kreatinin, kadar gula darah, bilirubintotal, direct, ALT,
AST, alkalin fosfat,VHC RNA beserta genotipenya.
Skala ukur : Ordinal
6. Skor child-pugh
Definisi : Sistem penilaian yang digunakan untuk melihat prognosis
pasien hepatitis C yang dinilai melalui gejala klinis dan
hasil laboratorium pasien hepatitis C
Cara ukur : Dengan menjumlahkan nilai parameter skor child-pugh
Tabel 4.1 Tabel skor / parameter child-pugh
Poin
Skor/paramaeter 1 2 3
Albumin (g/dl) >3,5 3,0-3,5 <3,0
Bilirubin (mg/dl) <2,0 2,0-3,0 >3,0
Ascites Tidak ada
Minimal-sedang(+)-(++) Banyak (+++)
Ensepalopati (grade) Tidak stadium I-II stadium III-IV
INR <1,7 1,7-2,3 >2,3
Alat ukur : Rekam Medis
Hasi ukur : Grade A ( 5-6 poin)
Grade B ( 7-9 poin)
Grade C (10-15 poin )
Skala ukur : Ordinal
7. Pemeriksaan Penunjang
Definisi : Pemeriksaan USG dan untuk melihat tingkat keparahan
fibrosis pasien hepatitis C dinilai menggunakan skor
metavir yang didapat melalui pemeriksaan biopsi atau
23
satuan kilopascal (kPa) dinilai sebelum dan sesudah
pengobatan.
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
A. USG
Hasil ukur : - Normal : permukaan rata, tajam dan
ukuraan normal
- Hepatitis kronis : permukaan tidak rata lagi dan
ukuran meningkat
-Sirosis kompensata : permukaan nodular,
errhopattern meningkat,
heterogen dan asites (-)
- Sirosis dekompansata : Gambaran yang tampak pada
USG sama dengan sirosis
kompensatan yang
membedakan asites (+).
Skala ukur : Ordinal
B. Biopsi dan Fibroscan
hasil ukur : - F0 (--)
- F1 ( < 7.1 kPa )
- F2 ( 7.1 – 8.8 kPa)
- F3 ( 9.5- 9.6 kPa )
- F4 (12.5 – 14.6 kPa)
Skala ukur : Ordinal
8.Terapi
Definisi : Terapi yang diberikan pada pasien hepatitis C
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : interferon dan/atau ribavirin
24
9.Pencapaian SVR
Definisi :Tidak terdeteksinya HCV RNA pada minggu ke-12 atau minggu ke-24 setelah pengobatan selesai
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Terdeteksi atau tidaknya HCV RNA pada minggu ke-0 minggu ke- 12, minggu ke-24 , dan minggu ke-48.
Skala ukur : Nominal 10. Koinfeksi
Definisi : Terjadi infeksi virus lain pada hepatitis C yaitu hepatitis B dan atau HIV
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Hepatitis B(+/-)
HIV (+/-)
Skala ukur : Nominal
11.Komorbid
Definisi : Suatu penyakit atau proses patologi lain yang berlangsung secara bersamaan dengan hepatitis C.
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Diabetes melitus dan / atau hipertensi
Skala ukur : Nominal
12. Komplikasi pengobatan
Definisi : Efek yang tidak diinginkan akibat daripada terapi yang
diberikan kepada pasien hepatitis C yang dinilai setiap 6
bulan selama 1 tahun pengobatan
Cara ukur : Dengan melihat data rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Anemia dan/ atau trombositopenia dan/ atau neutropenia
25
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standard tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991. RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian merupakan data sekunder, yaitu berupa data yang berasal dari rekam medis pasien hepatitis C yang berisi data pribadi dan hasil laboratorium pasien hepatitis C. Data yang diambil dari tanggal 01 Januari 2013 sampai 06 Juni 2016.
Data yang diperoleh berdasarkan rekam medis pasien hepatitis C Januari 2013- Juni 2016 ada 75 orang.Distribusi frekuensi pasien hepatitis C meliputi sosiodemografi, faktor progresifitas, durasi infeksi, hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan penunjang, pengobatan, SVR, koinfeksi, komorbid dan komplikasi.
26
Tabel 5.1 Sosiodemografi pasien hepatitis C
Sosiodemografi Frekuensi (n) Persen (%)
Usia(tahun)
Jenis Kelamin
laki-laki 46 61.3
Perempuan 29 38.7
Total 75 100.0
Pendidikan Tidak Sekolah SD
Tidak ada data
17
Tidak ada data
13
27
Table 5.2 Durasi infeksi pasien hepatitis C
Durasi infeksi Frekuensi (n) Persen(%)
< 6 bulan 0 0
> 6 bulan 75 100.0
Total 75 100.0
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 75 orang pasien hepatitis C seluruhnya (100%) memiliki durasi infeksi > 6 bulan.
Tabel 5.3 Faktor progresifitas pasien hepatitis C
Faktor progresifitas Frekuensi Persen(%)
Pola Hidup
Alkohol 12 16.0
Ganja 2 2.7
Rokok 14 18.7
Tidak ada Tidak ada data
20 27
26.7 36.0
Total 75 100.0
IMT
Underweight Normoweight
3 12
4.0 16.0
Overweight 27 36.0
Obesitas1 Obesitas 2 Tidak ada data Total
9 1 23 75
12.0 1.3
30.7 100.0
28
Tabel 5.4 Hasil laboratorium pasien hepatitis C
Hasil Laboratorium Frekuensi (n) Persen(%)
Hb
anemia 35 46.7
normal 38 50.7
Polisitemia Tidak ada data
0
Tidak ada data
7 4
9.3 5.3
Total 75 100.0
Trombosit(/µl)
<150 43 57.3
150-450 >450
Tidak ada data
30
Ureum (mg/dl)
<50 60 80.0
>50
Tidak ada data Total Kreatinin (mg/dl)
<0.50 2 2.7
0.50-0.90 40 53.3
>0.90
Tidak ada data Total
Tidak ada data
6 13
8.0 17.3
Total 75 100.0
Bilirubin Total (mg/dl)
<1 43 57.3
>1
Tidak ada data
22 10
29.3 13.3
29
Hasil Laboratorium Frekuensi (n) Persen(%)
Bilirubin direk(mg/dl)
0-0.2 17 22.7
>0.2
Tidak ada data
49
Tidak ada data Total
Tidak ada data Total
Tidak ada data Total
Tidak ada data Total
30
meningkat sebanyak 48 orang (64,0 %). Genotipe 1 adalah genotipe terbanyak yaitu sebanyak 29 orang (38,7%) .
Tabel 5.5 Skor child-pugh pasien hepatitis C
SkorChild-Pugh Frekuensi (n) Persen (%)
GradeA 22 29.3
Grade B Grade C Tidak ada data
21
Tabel 5.5 menunjukkan sebagian besar pasien hepatitis C memiliki skor child-pugh gradeA yaitu sebanyak 22 orang (29,3%).
Tabel 5.6 Hasil pemeriksaan penunjang pasien hepatitis C
Pemeriksaan penunjang
Frekuensi(n) Persen(%)
USG Normal
Hepatitis kronis
0 56
0 74.7 Sirosis kompensata
Sirosis dekompensata Tidak ada data
Total
Fibroscan/ biopsi sebelum pengobatan
F0
Tidak ada data
31
Pemeriksaan penunjang
Frekuensi(n) Persen(%)
Fibroscan/ biopsi setelah pengobatan F0
F1 F2
0 8 10
0 10.7 13.3
F3 17 22.7
F4
Tidak ada data
Total
8 32
75
10.7 42.7
100.0
Tabel 5.6 menunjukkan dari 75 pasien hepatitis C hasil USG terbanyak ialah hepatitis kronis sebanyak 56 orang (74,7%). Hasil pemeriksaan biopsi maupun fibroscan sebelum pengobatan menunjukkan 29 orang (38,7%) fibrosis F3.
Tabel 5.7 Pengobatan pasien hepatitis C
Pengobatan Frekuensi (n) Persen (%)
Peg interferon+ ribavirin 56 74.6
Regimen lain Tanpa pengobatan Tidak ada data
7 2 10
9.3 2.7 13.3
Total 75 100.0
32
Tabel 5.8 Hasil pemeriksaan HCV RNA pasien hepatitis C
HCV RNA Frekuensi (n) Persen (%)
minggu ke-0
<1,2X101 1 1.3
>1,2X10 Tidak ada data
1
minggu ke-12
<1,2X101 19 25.3
>1,2X10 Tidak ada data
1
minggu ke-24
<1,2X101 21 28.0
>1,2X10 Tidak ada data
1
Total
minggu ke-48 <1,2X10 >1,2X10 1
Tidak ada data 1
33
Tabel 5.9 Hasil pemeriksaan HCV RNA berdasarkan genotipe
HCV RNA Geno
Minggu ke-0 <1,2X10 >1,2X10 1
Tidak ada data 1
Minggu ke-12 <1,2X10 >1,2X10 1
Tidak ada data 1
Minggu ke-24 <1,2X10 >1,2X10 1
Tidak ada data 1
Minggu ke-48 <1,2X10 >1,2X10 1
Tidak ada data 1
Tabel 5.9 menunjukkan gambaran SVR24 ( pemeriksaan HCV RNA minggu ke-48) untuk genotipe 1 dan 4 dan gambaran SVR12 ( pemeriksaan HCV RNA minggu ke-24).
Tabel 5.10 Koinfeksi pasien hepatitis C
Koinfeksi Frekuensi(n) Persen (%)
Hepatitis B
Tidak ada data
48 21
64.8 28.0
Total 75 100.0
34
Tabel 5.11 Komorbid pasien hepatitis C
Komorbid Frekuensi (n) Persen (%)
DM
Tidak ada data
36
Tabel 5.12 Komplikasi pasien hepatitis C
Komplikasi Frekuensi (n) Persen(%)
6 bulan pengobatan Anemia Tidak ada data
5
12 bulan pengobatan Anemia Tidak ada data
2
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 75 pasien hepatitis pada 6 bulan pertama pengobatan komplikasi terbanyak ialah anemia yaitu sebanyak 24 orang (32.0%). Pada 12 bulan pengobatan komplikasi terbanyak ialah anemia yaitu sebanyak 7 orang (9,3%).
5.2 Pembahasan
35
dengan menelaah rekam medis pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 01 Januari 2013 – 06 Juni 2016.
Kelompok usia pasien hepatitis C paling banyak terdapat di kelompok usia 50-59 tahun. Hasil penelitian terdahulu berbeda-beda seperti Vicenzo,dkk mendapati usia pasien hepatitis C terbanyak pada kelompok usia diatas atau sama dengan 60 tahun. 26Yousra, dkk dalam penelitian mereka mendapati angka kejadian hepatitis C meningkat pada kelompok usia diatas 40 tahun.27Pasien hepatitis C didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu 61,3%. Butterfield, dkk menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki memang lebih sering terkena hepatitis C .
Suku yang paling mendominasi ialah suku Batak. Hal ini wajar didapati dikarenakan suku yang mendominasi di Sumatera Utara adalah suku Batak. Pendidikan terakhir pasien hepatitis C pada sebagian besar pasien ialah tamatan SMA. Belum ada penelitian mengenai pendidikan untuk hepatitis C. Namun, Yousra, dkk dalam penelitian mereka mendapati bahwa pekerjaan seperti pemadam kebakaran serta orang yang berkerja dibidang pariwisata lebih sering terkena hepatitis C.
28
27
Faktor progresifitas pasien hepatitis C terbanyak ialah merokok yaitu sebanyak 18,7%. Christophe, dkk dalam penelitian mereka mendapati 52,2% pasien hepatitis C adalah seorang perokok.
Bila dilihat kembali pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh tamatan SMA sederajat.
29
Fabienne, dkk dalam penelitian mereka mendapati 57% hepatitis C kronik adalah seorang perokok. 30Hasil yang berbeda mungkin dikarenakan banyaknya data rekam medis yang tidak lengkap. Pasien hepatitis C sebagian besar IMT-nya adalahoverweight. Mehta SH, dll dalam penelitiannya mendapati sebagaian besar pasien hepatitis C dengan komorbid DM memiliki IMT yang diatas normal.
Durasi infeksi pasien hepatitis C 100% diatas 6 bulan atau sudah hepatitis kronis. Menurut Gani AR, dkk bahwa 70-90% pasien hepatitis C akut akan menjadi hepatitis C kronis.
31
4
Ditemukan durasi infeksi seluruh pasien hepatitis C diatas 6 bulan dikarenakan pengobatan pasien hepatitis C menurut guidelinepengobatan pasien hepatitis C hanya dilakukan pada pasien hepatitis C
36
Hasil pemeriksaan laboratorium didapati terjadi peningkatan bilirubin direk, AST, dan ALT serta penurunan trombosit sedangkan hasil laboratorium lain seperti Hb, ureum, kreatinin, KGD, ALP pada sebagian besar pasien dalam batas normal. Hasil laboratorium dapat memprediksi progresifitas penyakit hepatitis C. Penelitian yang dilakukan di Michigan Medical School mendapatikadar AST dan ALT diatas normal menunjukan pasien tersebut telah hepatitis C kronis dengan tingkat fibrosis yang lanjut. Namun, dikarenakan data rekam medis yang kurang lengkap hal ini belum dapat dilihat dalam penelitian kali ini.32 Menurut Paul, dkk terdapat penurunan kadar trombosit yang signifikan pada pasien hepatitis C kronis.33 Fouad, dkk menyakini hal ini disebabkan oleh karena perjalanan penyakit hepatitis C.34Menurut buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Interna Publishingbilirubin direk yang meningkat merupakan salah satu indikator terjadinya penyakit hati.
Sebanyak 23,9% pasien hepatitis C memiliki skor child-pughgrade A. Zein, dkk menyatakan bahwa skor child-pugh digunakan dalam pertimbangan pemberian pengobatan pasien hepatitis C. Pasien dengan skor child-pugh grade A harus segera diberikan pengobatan dengan interferon dan ribavirin dikarenakan pasien dengan skor child-pugh grade A respon pengobatannya akan jauh lebih baik. Hanya DAA yang direkomendasi untuk pengobatan pasien hepatitis C yang sudah sirosis dekompensata.
4
Tidak seluruh pasien hepatitis C dapat dihitung skor child-pugh-nya dikarenakan data rekam medis yang tidak lengkap. Namun, mungkin memang pilihan pengobatan pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik tidak bergantung daripada skor child-pugh-nya.
35
37
Pada pemeriksaan USG sebagian besar pasien hepatitis C ialah hepatitis kronis hal ini sesuai dengan durasi infeksi yaitu diatas 6 bulan atau sudah hepatitis C kronis. Sebelum pengobatan 38,7% pasien hepatitis C memiliki fibrosis F3. Sebanyak 17 orang mengalami regresi fibrosis hati. Menurut Ellis dan Mann bahwa memang terjadi perbaikan fibrosis hati pada pasien hepatitis C yang tercapainya tujuan pengobatan.
Pasien dengan hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar diobati dengan peg-interferon dan ribavirin. Dari hasil pengamatan peneliti pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan diberikan pengobatan peg-interferon dan ribavirin hanya jika dilakukan pemeriksaan viral load dan genotipe hepatitis C. Pengobatan dengan peg-interferon dan ribavirin memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti anemia, leukopenia, neutropenia dan lain-lain. Pada penelitian kali ini memperlihatkan komplikasi pengobatan pasien hepatitis C yang paling sering ditemukan adalah anemia. Hasil ini sedikit berbeda dengan yang didapat oleh Michael, dkk dalam penelitian mereka mendapati komplikasi pengobatan tersering dalam pengobatan hepatitis C ialah anemia dan neutropenia.
37
38
Koinfeksi pada pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan hanya ditemukan dengan HIV. Seluruh pasien hepatitis C diperiksa koinfeksinya dengan hepatitis B dan tidak ditemukan adanya pasien hepatitis C yang berkoinfeksi dengan hepatitis B. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bahwa di Indonesia memang jarang didapati koinfeksi hepatitis C dengan hepatitis B. Koinfeksi HIV dan HCV dilaporkan memiliki hubungan erat.
Hasil yang berbeda mungkin dikarenakan data rekam medis yang kurang lengkap.
5
Klein, dkk menyatakan bahwa koinfeksi antara HIV dan hepatitis C meningkatkan resiko kematian dan efek samping obat. Namun, pengobatan anti retroviral yang lebih dini dan pengobatan hepatitis yang lebih lama mengurangi resiko tersebut.
Komorbid pasien hepatitis C yang terbanyak dengan DM tipe 2 yaitu 18,7%. Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian Mehta, dkk mereka mendapati sekitar 8,4% pasien hepatitis C berkomorbid dengan DM tipe 2.
39
31
38
mungkin dikarenakan jumlah sampel yang jauh berbeda dan banyaknya data rekam medis yang tidak lengkap.
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Sebanyak 30,7% pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan berada pada kelompok usia 50 -59 tahun .
2. Sebanyak 61,3% pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan berjenis kelamin laki-laki.
3. Rokok dan overweight merupakan faktor progresifitas terbanyak pada pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan .
4. Sebanyak 58,7% pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan tamatan SMA.
5. Pada sebagian besar pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan terjadi peningkatan kadar bilirubin direk, ALT, AST dan penurun kadar trombosit.
6. Genotipe 1 adalah genotipe yang paling banyak didapatkan pada pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan.
7. Seluruh pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan durasi infeksi daripada penyakitnya diatas 6 bulan.
8. Sebanyak 72,0% pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan diberi pengobatan kombinasi peg-interferon dan ribavirin
9. Sebanyak 74,7% hasil pemeriksaan USG pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan ialah hepatitis kronis. Sebanyak 38,7% pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan diawal pengobatan fibrosis F3. Diakhir pengobatan 17 pasien menunjukan adanya regresi fibrosis hati.
40
11.Komplikasi pengobatan yang paling sering didapati pada pasien hepatitis C di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah anemia.
6.2 Saran
1. Perlu evaluasi data rekam medis sehingga kedepannya rekam medis bisa memuat lebih banyak lagi informasi untuk kepentingan penelitian sebagaimana salah satu fungsi rekam medis.
2. Perlu pertimbangan pengunaan DAA dalam terapi hepatitis C sehingga dapat memberikan hasil pengobatan yang lebih baik lagi.
3. Perlu evaluasi edukasi kepada pasien sehingga mengurangi jumlah pasien yang lost follow-up dan kedepannya masyarakat lebih paham pentingnya menyelesaikan pengobatan.