• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPh 21 Pajak 1 26022018 Materi Perpajakan 1 | Dwi Martani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PPh 21 Pajak 1 26022018 Materi Perpajakan 1 | Dwi Martani"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

Pajak

Penghasilan

(2)

Agenda

PPh 21

PPh 21

PPh 26

PPh 26

Diskusi

(3)

Pajak

Penghasilan

Pasal 21

(4)

Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,

jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:

pemberi kerja yang membayar gaji, dll sebagai imbalan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;

– bendahara pemerintah yang membayar gaji, dll sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;

dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dll;badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai

imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan

(5)

Definisi

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang

Pribadi Dalam Negeri atas penghasilan yang

terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang

Pribadi Dalam Negeri atas penghasilan yang

terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji,

upah, honorarium, tunjangan, pensiun, atau

pembayaran lain dengan nama apapun.

Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji,

upah, honorarium, tunjangan, pensiun, atau

pembayaran lain dengan nama apapun.

Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.

Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.

Saat Terutang

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri atas penghasilan yang terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri atas penghasilan yang terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji, upah, honorarium, tunjangan, pensiun, atau pembayaran lain dengan nama apapun.

(6)

Perbedaan Pengenaan

PPh 21

WP Dalam

Negeri (DN).

PPh 21

WP Dalam

Negeri (DN).

PPh 26

Subjek Pajak

Luar Negeri

(SPLN).

PPh 26

Subjek Pajak

(7)

Subjek Pajak

Pegawai.

Pegawai.

Penerima uang pesangon, pensiun, Tunjangan/ Jaminan Hari Tua (THT/ JHT), termasuk ahli waris.

Penerima uang pesangon, pensiun, Tunjangan/ Jaminan Hari Tua (THT/ JHT), termasuk ahli waris.

Bukan Pegawai yang melakukan

pemberian jasa.

Bukan Pegawai yang melakukan

pemberian jasa.

Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas

non pegawai.

Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas

non pegawai.

Mantan pegawai.

(8)

Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

Pekerja seni.  Olahragawan.

Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

Pemberi jasa dalam segala bidang atau kepada suatu kepanitiaan.Agen iklan.

 Pengawas atau pengelola proyek.  Pembawa pesanan atau perantara.Petugas penjaja barang dagangan.Petugas dinas luar asuransi.

Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

Pekerja seni.Olahragawan.

 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.  Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

Pemberi jasa dalam segala bidang atau kepada suatu kepanitiaan.Agen iklan.

Pengawas atau pengelola proyek.  Pembawa pesanan atau perantara.  Petugas penjaja barang dagangan.Petugas dinas luar asuransi.

Subjek Pajak

(9)

Pengecualian Subjek

Bukan WNI.

Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar

jabatannya.

Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal

balik.

Pejabat negara asing seperti perwakilan

diplomatik atau konsulat, berikut orang yang

diperbantukan kepadanya, dengan syarat:

Pejabat negara asing seperti perwakilan

diplomatik atau konsulat, berikut orang yang

diperbantukan kepadanya, dengan syarat:

Bukan WNI.

Pejabat perwakilan organisasi internasional,

dengan syarat:

(10)

Objek Pajak (1)

Penghasilan Pegawai Tetap.

Penghasilan Pegawai Tetap.

Penghasilan teratur penerima pensiun.

Penghasilan teratur penerima pensiun.

Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun, THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja.

Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun, THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja.

Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas secara harian, mingguan, satuan, borongan atau yang dibayarkan secara bulanan.

(11)

Objek Pajak (2)

Imbalan kepada Bukan Pegawai yang melakukan pemberian jasa.

Imbalan kepada Bukan Pegawai yang melakukan pemberian jasa.

Imbalan kepada peserta kegiatan.

Imbalan kepada peserta kegiatan.

Penghasilan anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas non pegawai.

Penghasilan anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas non pegawai.

Pembayaran kepada mantan pegawai.

Pembayaran kepada mantan pegawai.

Penarikan dana pensiun oleh pegawai.

(12)

Pengecualian Objek

Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan,

jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.

Natura yang diberikan oleh WP atau

Pemerintah.

Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT

dibayar pemberi kerja.

Zakat atau sumbangan keagamaan wajib

yang diterima OP.

(13)

Ketentuan Khusus

Natura dan/ atau kenikmatan lain diperhitungkan

sebagai penghasilan, jika dan hanya jika,

diberikan oleh: bukan WP, WP yang dikenai PPh

final, atau WP yang menggunakan norma

penghitungan khusus.

Natura dan/ atau kenikmatan lain diperhitungkan

sebagai penghasilan, jika dan hanya jika,

diberikan oleh: bukan WP, WP yang dikenai PPh

final, atau WP yang menggunakan norma

penghitungan khusus.

Natura dan/ atau kenikmatan lainnya yang diukur

berdasarkan harga pasar atau nilai wajar.

(14)

Objek PPh 21 Final

Penghasilan tidak tetap atau tidak teratur yang menjadi beban APBN atau APBD.

(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

Penghasilan tidak tetap atau tidak teratur yang menjadi beban APBN atau APBD.

(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

Dana pensiun yang dialihkan dengan membeli anuitas seumur hidup.

(Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

Dana pensiun yang dialihkan dengan membeli anuitas seumur hidup.

(Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

Uang tebusan pensiun. (PP No. 68 Tahun 2009)

Uang tebusan pensiun. (PP No. 68 Tahun 2009)

Uang pesangon. (PP No. 68 Tahun 2009)

(15)

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Pemberi kerja berbentuk OP, Badan, atau BUT.

Pemberi kerja berbentuk OP, Badan, atau BUT.

Bendaharawan Pemerintah.

Bendaharawan Pemerintah.

Dana pensiun, penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, THT,

atau JHT.

Dana pensiun, penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, THT,

atau JHT.

OP atau Badan yang melakukan

pembayaran kepada WP DN yang

melakukan pekerjaan bebas atau SPLN.

OP atau Badan yang melakukan

pembayaran kepada WP DN yang

melakukan pekerjaan bebas atau SPLN.

Penyelenggara kegiatan.

(16)

Pengecualian Pemotong

Kantor perwakilan negara asing.

Kantor perwakilan negara asing.

Organisasi internasional yang ditetapkan oleh

Menkeu.

Organisasi internasional yang ditetapkan oleh

Menkeu.

Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

(17)

Alur Perpajakan WP OP

Beban Pajak Kini sesuai SPT (Tidak termasuk

PPh Final)

Beban Pajak Kini sesuai SPT (Tidak termasuk

PPh Final)

Dibayar Sendiri (Angsuran PPh 25)

Dikurangi

Pajak yang

(18)

PPh 21 Lebih Bayar

Jika WP menyampaikan SPT lebih bayar, maka SPT

disampaikan maksimal 3 tahun setelah berakhirnya tahun

pajak bersangkutan.

Jika WP menyampaikan SPT lebih bayar, maka SPT

disampaikan maksimal 3 tahun setelah berakhirnya tahun

pajak bersangkutan.

Jika SPT disampaikan melewati 3 tahun sesudah

berakhirnya tahun pajak dan WP telah ditegur secara

tertulis, maka pelaporan tidak dianggap sebagai SPT PPh.

(19)

Lapisan Tarif

No.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif

1

0 s/d Rp 50.000.00,00

5%

2

Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp

250.000.000,00

15%

3

Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp

500.000.000,00

25%

(20)

Kepemilikan NPWP

Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan tarif dikenakan persentase 20% lebih tinggi.

Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan tarif dikenakan persentase 20% lebih tinggi.

Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang bersifat final.

Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang bersifat final.

Jika NPWP diperoleh di pertengahan tahun berjalan, maka

perubahan penghitungan berlaku untuk periode setelahnya dan tidak berlaku surut.

Jika NPWP diperoleh di pertengahan tahun berjalan, maka

perubahan penghitungan berlaku untuk periode setelahnya dan tidak berlaku surut.

Atas pajak lebih bayar yang dibebankan di periode sebelumnya di tahun berjalan, dapat dijadikan dasar untuk meyesuaikan

(mengurangi) pajak di periode setelahnya.

Atas pajak lebih bayar yang dibebankan di periode sebelumnya di tahun berjalan, dapat dijadikan dasar untuk meyesuaikan

(21)

Dasar Pengenaan (1)

Berlaku PKP = Penghasilan netto - PTKPPegawai tetap.

• Penerima pensiun berkala.

Berlaku PKP = Penghasilan bruto - PTKP

Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayarkan

bulanan.

Pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif sebulan

melebihi Rp 4.500.000,00.

Berlaku PKP = 50% dari penghasilan bruto – PTKP per bulanBukan pegawai yang menerima penghasilan

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

(22)

Dasar Pengenaan (2)

Berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah

harian, mingguan, satuan, atau borongan.

Berlaku sepanjang penghasilan kumulatif sebulan tidak

melebihi Rp 4.500.000,00.

Penghasilan yang Melebihi Rp 450.000,00 Sehari

Penghasilan yang Melebihi Rp 450.000,00 Sehari

Bukan pegawai yang menerima penghasilan tidak

berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan). 50% dari Penghasilan Bruto

50% dari Penghasilan Bruto

Seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh

dalam suatu periode atau saat dibayarkan. Penghasilan Bruto

(23)

Elemen PTKP

No.

Elemen

PTKP

1

WP Sendiri

Rp 54.000.000,00

2

Status Kawin

Rp 4.500.000,00

3

Tanggungan, per orang, dengan

jumlah maksimal tiga orang

tanggungan.

Rp 4.500.000,00

4

PTKP bagi istri yang penghasilannya

(24)

Tata Cara Penghitungan

Penghasilan di Akhir Masa

Kerja

Penghasilan di Akhir Masa

Kerja

Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Kerja

Lepas

Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Kerja

Lepas

Penerima Atas Beban APBN/

APBD

Penerima Atas Beban APBN/

(25)

Pegawai Tetap (1)

Penghasilan

Bruto

Penghasilan

Bruto

Dikurangi Biaya Jabatan

Biaya Jabatan

Dikurangi

Iuran Dana Pensiun,

JHT, THT Dibayar

Sendiri

Iuran Dana Pensiun,

JHT, THT Dibayar

Sendiri

Diperoleh

Penghasilan

Netto

Penghasilan

Netto

5% dari penghasilan bruto. Maksimal Rp 500.000 / bulan

atau Rp 6.000.000 / tahun.

5% dari penghasilan bruto. Maksimal Rp 500.000 / bulan

(26)

Tata Cara Penghitungan (2)

Penghasilan

Netto

Penghasilan

Netto

Dikurangi

PTKP

PTKP

Diperoleh

Penghasilan

Kena Pajak

Penghasilan

Kena Pajak

(27)

Penghasilan Pegawai Tetap

Gaji Pokok

Tunjangan Berkesinambungan

Uang Rapel

(28)

Perspektif Pemberi Kerja

Pemotongan PPh 21 oleh pemberi kerja

Diakui sebagai “Beban Gaji” di Laporan Laba Rugi

(29)
(30)

Ilustrasi - Gaji Bulanan

• Arbi pada tahun 2017 memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000,00 dan membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 250.000,00.

• Arbi telah menikah dan memiliki dua orang anak.

• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 dan jurnal yang dibuat pada saat membayar gaji?

• Arbi pada tahun 2017 memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000,00 dan membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 250.000,00.

• Arbi telah menikah dan memiliki dua orang anak.

• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 dan jurnal yang dibuat pada saat membayar gaji?

Gaji 6,000,000

6,000,000 Pengurang

(31)

Ilustrasi - Gaji Bulanan

• Harun pada tahun 2017

memperoleh gaji

sebulan sebesar Rp 10.000.000,00 dan membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 500.000,00. • Arbi telah menikah dan

memiliki dua orang anak.

• Bagaimanakah

penghitungan PPh 21 dan jurnal yang dibuat pada saat membayar gaji?

• Harun pada tahun 2017

memperoleh gaji

sebulan sebesar Rp 10.000.000,00 dan membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 500.000,00. • Arbi telah menikah dan

memiliki dua orang anak.

• Bagaimanakah

penghitungan PPh 21 dan jurnal yang dibuat pada saat membayar gaji?

Gaji 10,000,000 Pengurang

Biaya jabatan 500,000

Iuran pensiun 500,000

1,000,000 Total Penghasilan 9,000,000 Penghasilan setahun 108,000,000 PTKP sendiri 54,000,000

(32)

Ilustrasi - Gaji Bulanan

• Ardi pada tahun 2017 bekerja sebagai karyawan swasta

memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 15.000.000,00 dan

membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar

Rp 500.000,00. Perusahaan memberikan fasilitas

asuransi kecelakaan kerja, kesehatan, kematian Rp

600.000 dan memberikan tunjangan hari tua Rp 400.000.

• Ardi telah menikah dan memiliki dua orang anak dan

menanggung ibunya yang tidak memiliki penghasilan. Istri

Ardi bekerja sebagai pegawai negeri.

• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 dan jurnal yang

dibuat pada saat membayar gaji?

• Ardi pada tahun 2017 bekerja sebagai karyawan swasta

memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 15.000.000,00 dan

membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar

Rp 500.000,00. Perusahaan memberikan fasilitas

asuransi kecelakaan kerja, kesehatan, kematian Rp

600.000 dan memberikan tunjangan hari tua Rp 400.000.

• Ardi telah menikah dan memiliki dua orang anak dan

menanggung ibunya yang tidak memiliki penghasilan. Istri

Ardi bekerja sebagai pegawai negeri.

(33)

Ilustrasi - Gaji Bulanan

Jawaban : Beban gaji 15.000.000 Tunjangan 1.000.000

Utang PPh 21 685.833

Utang iuran pensiun 900.000 Utang asuransi 600.000

Kas 13.814.167 Jawaban : Beban gaji 15.000.000

Tunjangan 1.000.000

Utang PPh 21 685.833

Utang iuran pensiun 900.000 Utang asuransi 600.000

(34)

Ilustrasi (Gaji Bulanan)

• Karta adalah pegawai yang menikah dengan dua anak dan memperoleh gaji sebulan Rp 10.000.000.

• Perusahaan mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.5% dan 0.3% dari gaji.

• Perusahan menanggung iuran JHT setiap bulan yakni 3.7% dari gaji, sedangkan Karta membayar iuran JHT sebesar 2% dari gaji tiap bulan. Di samping itu, perusahaan juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya dengan membayar iuran pensiun untuk Karta ke dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menkeu, setiap bulan sebesar Rp 300.000,00. Karta sendiri membayar iuran pensiun sebesar Rp 400.000,00.

• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas Karta? Bagaimana jurnal yang dibuat pemberi kerja?

• Karta adalah pegawai yang menikah dengan dua anak dan memperoleh gaji sebulan Rp 10.000.000.

• Perusahaan mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.5% dan 0.3% dari gaji.

• Perusahan menanggung iuran JHT setiap bulan yakni 3.7% dari gaji, sedangkan Karta membayar iuran JHT sebesar 2% dari gaji tiap bulan. Di samping itu, perusahaan juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya dengan membayar iuran pensiun untuk Karta ke dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menkeu, setiap bulan sebesar Rp 300.000,00. Karta sendiri membayar iuran pensiun sebesar Rp 400.000,00.

(35)
(36)

Ilustrasi - Gaji Bulanan

Jawaban :

Jurnal Pemberi Kerja

Beban Gaji 10.000.000 Beban JKK 50.000

Jurnal Pemberi Kerja

(37)

Penghasilan Karyawati

Atas suami yang berstatus memiliki penghasilan, karyawati

tidak berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” Rp

4.500.000,00.

Atas suami yang berstatus memiliki penghasilan, karyawati

tidak berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” Rp

4.500.000,00.

Atas suami yang berstatus tidak berpenghasilan, karyawati

berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” sebesar

Rp 4.500.000,00.

Syarat yang harus dipenuhi adalah keberadaan surat

keterangan dari Pemerintah Daerah setempat, minimal di

Atas suami yang berstatus tidak berpenghasilan, karyawati

berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” sebesar

Rp 4.500.000,00.

(38)

Bentuk Imbalan Tahunan

Jasa Produksi

Jasa Produksi

Tantiem

Tantiem

Gratifikasi

Gratifikasi

Tunjangan Hari

Raya atau

Tahun Baru

Tunjangan Hari

Raya atau

Tahun Baru

Bonus

Bonus

Premi

Premi

Penghasilan

Sejenis Lain

(39)

Penghitungan Teknis

(40)

Dialektika Pajak:

Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (1)

PPh atas imbalan tahunan (bonus, THR, dan sejenisnya) dan uang rapel

{dilambangkan IT} dapat dihitung dengan metode langsung, langkah penghitungan sebagai berikut.

1. Menghitung pajak terutang semula atas komponen gaji.

2. Menghitung peningkatan PKP {dilambangkan PPKP} dengan acuan besaran penghasilan bruto semula disetahunkan {dilambangkan PBS}. a. Selama PBS + IT < Rp 120.000.000,00 maka:

PPKP = 95% x IT.

{Mengingat adanya pengurangan biaya jabatan}

b. Jika PBS < Rp 120.000.000,00 dan PBS + IT > Rp 120.000.000,00 maka:

PPKP = (95% x (120.000.000 – PBS)) + (PBS + IT – 120.000.00).

(41)

Dialektika Pajak:

Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (2)

3. Membandingkan PKP semula {dilambangkan PKPS} dengan batas atas PKP lapisan tarif marginal semula {dilambangkan BATM}.

a. Selama PPKP < (BATM – PKPS) maka:

PPh atas IT = PPKP x Tarif marginal semula

{Mengingat peningkatan PKP tidak mengubah lapisan tarif marginal}

b. Jika PPKP > (BATM – PKPS) maka:

PPh atas IT = (((BATM – PKPS) x Tarif marginal semula) + ((PKPS + PPKP – BATM) x Tarif di atas lapisan tarif marginal semula))

(42)

Penghitungan di Masa Pajak Terakhir

Masa Pajak Terakhir

Masa Pajak Terakhir

Bulan Desember (Bagi pegawai yang

bekerja sepanjang tahun)

Bulan Desember (Bagi pegawai yang

bekerja sepanjang tahun)

PPh 21 = Pajak di bulan sebelumnya

(Ketika tidak ada perubahan penghasilan)

PPh 21 = Pajak di bulan sebelumnya

(Ketika tidak ada perubahan penghasilan)

PPh 21 diperhitungkan kembali

(Ketika ada perubahan penghasilan)

PPh 21 diperhitungkan kembali

(Ketika ada perubahan penghasilan)

Bulan terakhir saat pegawai berhenti

bekerja.

Bulan terakhir saat pegawai berhenti

(43)

Pemindahan Lokasi Tugas

Pemindahan Lokasi Tugas

Pemindahan Lokasi Tugas

Besaran penghasilan mengalami perubahan.

Besaran penghasilan mengalami perubahan.

PPh diperhitungkan kembali sesuai besaran

penghasilan baru.

PPh diperhitungkan kembali sesuai besaran

penghasilan baru.

Di akhir periode di lokasi baru, dilakukan

penghitungan pajak kurang (lebih) bayar.

Di akhir periode di lokasi baru, dilakukan

penghitungan pajak kurang (lebih) bayar.

Besaran penghasilan tidak mengalami

perubahan.

Besaran penghasilan tidak mengalami

perubahan.

PPh lokasi baru = PPh lokasi lama

(44)

Penghasilan dalam Mata Uang Asing

Atas penghasilan dalam mata uang asing, nilai yang

dijadikan dasar penghitungan PPh perlu

dikonversikan terlebih dahulu ke dalam mata uang

domestik berdasar Kurs Keputusan Menteri

(45)

Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun

Penghitungan kembali PPh terutang dilakukan setelah WP

menyerahkan fotokopi kartu NPWP kepada pemberi kerja.

Atas pajak lebih bayar di periode – periode sebelumnya

sepanjang tahun berjalan, nilainya dapat diperhitungkan

sebagai pengurang pajak terutang di periode berjalan dan/

(46)

Pola Pembayaran

Penghasilan

di Akhir Masa

Kerja

Diterima

Sekaligus

Pesangon

Pensiun

Diterima

Berkala

Dana

Pensiun

Dialihkan

ke Anuitas

(47)

Penghasilan di Akhir Masa Kerja

Dibayarkan Sekaligus

Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT, atau JHT.

Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT, atau JHT.

Pemotongan pajak penghasilan bersifat final.

Pemotongan pajak penghasilan bersifat final.

Pembayaran secara sekaligus dapat dibayarkan melalui beberapa kali pembayaran sepanjang maksimal dua tahun kalender, dan

dikenai tarif yang berlaku khusus.

Pembayaran secara sekaligus dapat dibayarkan melalui beberapa kali pembayaran sepanjang maksimal dua tahun kalender, dan

dikenai tarif yang berlaku khusus.

Atas pembayaran yang dibayarkan di tahun ketiga atau setelahnya, pemotongan pajak penghasilan bersifat tidak final dan dikenai tarif

(48)

Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan

(Pesangon: PP No. 68 Tahun 2009)

No.

Lapisan Penghasilan Bruto

Tarif

1

0 s/d Rp 50.000.00,00

0%

2

Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp

100.000.000,00

5%

3

Di atas Rp 100.000.000,00 s/d Rp

500.000.000,00

15%

4

Di atas Rp 500.000.000,00

25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi

PTKP

(49)

Ilustrasi

(Pesangon Diterima Sekaligus)

(50)

Ilustrasi

(Pesangon Diterima Sekaligus)

Jawaban:

Jurnal Beban pesangon 440.000.000

(51)

Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan

(Manfaat Pensiun, THT, JHT: PP No. 68 Tahun 2009)

No.

Lapisan Penghasilan Bruto

Tarif

1

0 s/d Rp 50.000.00,00

0%

2

Di atas Rp 50.000.000,00

5%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi

PTKP

(52)

Ilustrasi

(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)

(53)

Ilustrasi

(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)

Jawaban:

Periode Pembayara

n Pajak Terutang Kumulatif Sifat

Nov ’13 35.000.000 0% x 35.000.000

= 0 25.000.000 Final

Apr ’14 60.000.000 0% x 15.000.000 + 5% x 45.000.000

= 2.250.000

95.000.000 Final

Mei ’15 260.000.00

0 5% x 260.000.000 = 13.000.000 355.000.000 Final Des ’15 170.000.00

0

5% x 50.000.000 + 15% x 120.000.000

=20.500.000

(54)

Pensiun Diterima Berkala

Bila waktu pensiun sudah dapat diketahui dengan pasti pada awal

tahun.

Bila waktu pensiun sudah dapat diketahui dengan pasti pada awal

tahun.

PPh terutang dihitung berdasarkan PKP yang akan diperoleh sebeum

pensiun.

PPh terutang dihitung berdasarkan PKP yang akan diperoleh sebeum

pensiun.

Bila waktu pensiun belum diketahui secara pasti saat penghitungan PPh awal tahun.

Bila waktu pensiun belum diketahui secara pasti saat penghitungan PPh awal tahun.

Penghitungan PPh terutang didasarkan pada perkiraan penghasilan netto yang

disetahunkan. Jika terjadi kelebihan pemotongan, maka kelebihan tersebut harus dikembalikan oleh pemberi kerja.

Penghitungan PPh terutang didasarkan pada perkiraan penghasilan netto yang

disetahunkan. Jika terjadi kelebihan pemotongan, maka kelebihan tersebut harus dikembalikan oleh pemberi kerja.

Sistematika penghitungan identik pada kasus pegawai tetap, kecuali bahwa biaya jabatan ditetapkan maksimal Rp 450.000/bulan atau Rp 54.000.000/tahun.

(55)

Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan (Pengalihan ke Anuitas Seumur Hidup:

Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif

1 0 s/d Rp 25.000.00,00 0% 2 Di atas Rp 25.000.000,00 s/d Rp

50.000.000,00 5%

3 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp

100.000.000,00 10%

4 Di atas Rp 100.000.000,00 s/d Rp

200.000.000,00 15%

5 Di atas Rp 200.000.000,00 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi

(56)

Pola Pembayaran

Penghasilan

Pegawai Tidak

Tetap dan

Tenaga Kerja

Lepas

Upah

Harian

Satuan

Upah

Borongan

Upah

Upah Harian

yang

(57)

Tata Cara Penghitungan

Upah Harian, Satuan, Borongan

Upah dikonversikan ke dalam upah harian yang

ekuivalen dengan ketentuan pengupahan terkait.

Atas upah harian hasil konversi, dikenakan ketentuan

tarif dan DPP yang bersesuaian.

Upah Harian, Satuan, Borongan

Upah dikonversikan ke dalam upah harian yang

ekuivalen dengan ketentuan pengupahan terkait.

• Atas upah harian hasil konversi, dikenakan ketentuan tarif dan DPP yang bersesuaian.

Upah Harian yang Dibayarkan Bulanan

Upah disetahunkan.

Upah dikurangi dengan PTKP untuk memperoleh PKP.Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a).

Upah Harian yang Dibayarkan Bulanan

Upah disetahunkan.

(58)

Penghitungan Teknis

(Upah Harian, Satuan, Borongan)

Upah Harian/ Upah Hasil Konversi

Upah Harian/ Upah Hasil Konversi

Penghasilan kumulatif per

bulan < Rp 4.500.000

Penghasilan kumulatif per

bulan < Rp 4.500.000

Penghasilan harian < Rp 450.000,00

Penghasilan harian

< Rp 450.000,00 Tidak dikenai pajakTidak dikenai pajak

Penghasilan harian > Rp 450.000,00

Penghasilan harian > Rp 450.000,00

DPP = Penghasilan yang melebihi Rp

450.000,00

DPP = Penghasilan yang melebihi Rp

450.000,00 Tarif berlaku adalah tarif lapis

pertama (5%)

Tarif berlaku adalah tarif lapis

pertama (5%)

Penghasilan kumulatif per

bulan > Rp 4.500.000

Penghasilan kumulatif per

bulan > Rp 4.500.000

DPP =

Penghasilan harian – PTKP harian

DPP =

Penghasilan harian – PTKP harian

Tarif berlaku adalah tarif lapis

pertama (5%)

Tarif berlaku adalah tarif lapis

pertama (5%)

Penghasilan kumulatif per

bulan > Rp 4.500.000

Penghasilan kumulatif per

bulan > Rp 4.500.000

DPP = Penghasilan disetahunkan - PTKP

DPP = Penghasilan disetahunkan - PTKP

Tarif berlaku adalah tarif progresif pasal 17.

(59)

Ilustrasi (Upah Harian)

Tunggul Ametung (berstatus menikah dan belum memiliki

anak) selama bulan Januari 2017 bekerja sebagai tenaga

kerja lepas di suatu perusahaan selama 15 hari dan

menerima upah harian sebesar Rp 6000.000,00. Berapakah

besar PPh 21 yang harus dipotong oleh perusahaan

sepanjang hari – hari pelaksanaan pekerjaan oleh Tunggul

Ametung?

(60)

Tata Cara Penghitungan

Memiliki NPWP dan

berpenghasilan hanya dari satu pemberi kerja.

Memiliki NPWP dan

berpenghasilan hanya dari satu pemberi kerja.

DPP = 50% x Penghasilan bruto

– PTKP Bulanan

DPP = 50% x Penghasilan bruto

– PTKP Bulanan

Berpenghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

Berpenghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

DPP = 50% x Penghasilan bruto

DPP = 50% x Penghasilan bruto

Bersifat Tidak Berkesinambungan

Bersifat Tidak

Berkesinambungan Penghasilan brutoPenghasilan brutoDPP = 50% x DPP = 50% x

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.

(61)

Ketentuan Khusus (1)

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dengan upah yang diketahui, maka:

Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran – Upah pegawai dipekerjakan

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dengan upah yang diketahui, maka:

Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran – Upah pegawai dipekerjakan

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut melakukan penyerahan material atau barang, maka:

Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran – Nilai material atau barang

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut melakukan penyerahan material atau barang, maka:

(62)

Ketentuan Khusus (2)

Atas dokter yang melakukan praktik di RS atau klinik,

maka:

Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran dari pasien

sebelum dikurangi biaya dan bagi hasil oleh RS atau

klinik.

Atas dokter yang melakukan praktik di RS atau klinik,

maka:

Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran dari pasien

sebelum dikurangi biaya dan bagi hasil oleh RS atau

klinik.

Agar dapat memperoleh pemotongan PTKP, wanita bukan

pegawai yang telah menikah wajib diserahkan fotokopi

NPWP suami, fotokopi surat nikah, dan fotokopi kartu

keluarga.

Agar dapat memperoleh pemotongan PTKP, wanita bukan

pegawai yang telah menikah wajib diserahkan fotokopi

(63)

Tata Cara Penghitungan

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) =

Jumlah penghasilan bruto yang bersifat utuh dan tidak

dipecah

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) =

Jumlah penghasilan bruto yang bersifat utuh dan tidak

dipecah

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1)

Huruf (a) UU PPh.

WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih

tinggi.

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1)

Huruf (a) UU PPh.

(64)

Bentuk Pembayaran

Penerima

Penghasilan

Lain

Honorarium

Anggota

Dewan

Komisaris Non

Pegawai

Jasa Produksi,

Tantiem,

Gratifikasi,

Bonus

Diterima

Mantan

Penarikan

Dana Pensiun

(65)

Tata Cara Penghitungan

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum sesuai

ketentuan Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum sesuai

ketentuan Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) merupakan jumlah

kumulatif dari penghasilan bruto yang diterima selama

satu tahun kalender.

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) merupakan jumlah

kumulatif dari penghasilan bruto yang diterima selama

(66)

Puntadewa merupakan seorang komisaris independen di

suatu perusahaan, tanpa melakukan rangkap jabatan.

Perusahaan membayarkan honorarium kepada setiap

komisarisnya secara periodik per kuartal dengan nominal

tetap senilai Rp 135.000.000,00. Berapakah besar PPh 21

yang seharusnya dikenakan terhadap Puntadewa atas

penghasilan tersebut?

Puntadewa merupakan seorang komisaris independen di

suatu perusahaan, tanpa melakukan rangkap jabatan.

Perusahaan membayarkan honorarium kepada setiap

komisarisnya secara periodik per kuartal dengan nominal

tetap senilai Rp 135.000.000,00. Berapakah besar PPh 21

yang seharusnya dikenakan terhadap Puntadewa atas

penghasilan tersebut?

Ilustrasi

(67)

Jawaban :

Ilustrasi

(Honorarium Komisaris)

Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif

Kuartal I 135.000.000 5% x 50.000.000 + 15% x 85.000.000

= 15.250.000

135.000.0 00

Kuartal II 135.000.000 15% x 115.000.000 + 25% x 20.000.000

= 22.250.000

270.000.0 00

Kuartal III 135.000.000 25% x 135.000.000

= 33.750.000 405.000.000

Kuartal IV 135.000.000 25% x 95.000.000 + 30% x 40.000.000

=35.750.000

(68)

Samiaji, seorang lajang, bekerja sebagai pegawai tetap bagi suatu perusahaan, dengan menerima penghasilan bulanan yang terdiri atas gaji pokok senilai Rp 4.000.000,00 dan tunjangan pendidikan anak senilai Rp 500.000,00 per bulan. Samiaji mengikuti program pensiun sejak pertama kali bekerja di perusahaan, dan di tahun 2013 ia membayarkan iuran dana pensiun senilai Rp 535.000,00 per bulan.

Samiaji menghadapi kekurangan penghasilan dan melakukan penarikan dana pensiun yang telah disetorkannya masing – masing senilai Rp 10.000.000,00 di Bulan Januari, Rp 12.500.000,00 di Bulan Februari, Rp 17.500.000,00 di Bulan Maret, dan Rp 25.000.000,00 di Bulan April. Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan terhadap Samiaji atas penarikan tersebut?

Samiaji, seorang lajang, bekerja sebagai pegawai tetap bagi suatu perusahaan, dengan menerima penghasilan bulanan yang terdiri atas gaji pokok senilai Rp 4.000.000,00 dan tunjangan pendidikan anak senilai Rp 500.000,00 per bulan. Samiaji mengikuti program pensiun sejak pertama kali bekerja di perusahaan, dan di tahun 2013 ia membayarkan iuran dana pensiun senilai Rp 535.000,00 per bulan.

Samiaji menghadapi kekurangan penghasilan dan melakukan penarikan dana pensiun yang telah disetorkannya masing – masing senilai Rp 10.000.000,00 di Bulan Januari, Rp 12.500.000,00 di Bulan Februari, Rp 17.500.000,00 di Bulan Maret, dan Rp 25.000.000,00 di Bulan April. Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan terhadap Samiaji atas penarikan tersebut?

Ilustrasi

(69)

Jawaban :

Ilustrasi

(Penarikan Pensiun Pegawai Aktif)

Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif

Januari 10.000.000 5% x 10.000.000

= 500.000 10.000.000

Februari 12.500.000 5% x 12.500.000

= 625.000

22.500.000

Maret 17.500.000 5% x 17.500.000

= 875.000 40.000.000

April 25.000.000 5% x 10.000.000 + 15% x 15.000.000

=2.750.000

(70)

PPh 21 Terkait APBN/ APBD

Penggunaan APBN/ APBD, PPh 21 Dipotong

Bendaharawan

Penggunaan APBN/ APBD, PPh 21 Dipotong

Bendaharawan Tenaga Honorer, Wiyata Bakti, dan

Pegawai Tidak Tetap Lain.

Penggajian Tenaga Honorer, Wiyata Bakti, dan

Pegawai Tidak Tetap Lain.

Remunerasi kepada bukan

pegawai yang dimanfaatkan

Remunerasi kepada bukan

pegawai yang dimanfaatkan

Kompensasi bagi peserta kegiatan, perlombaan, dan

sejenisnya.

Kompensasi bagi peserta kegiatan, perlombaan, dan

(71)

Pola Pembayaran

Penghasilan Dibebankan ke

APBN/ APBD

Penghasilan Dibebankan ke

APBN/ APBD

Bersifat Tetap dan Teratur

Bersifat Tetap dan Teratur

DPP =

Penghasilan Netto - PTKP

DPP =

Penghasilan Netto - PTKP

Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat (1)

Huruf (a)

Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat (1)

Huruf (a)

Bersifat Tidak Tetap dan Tidak Teratur

Bersifat Tidak Tetap dan

Berlaku tarif khusus, bersifat

final.

Berlaku tarif khusus, bersifat

(72)

Tarif Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur

(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

Penghasilan bagi PNS Gol. I & II, Tamtama & Bintara TNI/

Polri, berikut pensiunannya.

0% dari Penghasilan bruto, atas:

0% dari Penghasilan bruto, atas:

Penghasilan bagi PNS Gol. III, Perwira Pertama TNI/ Polri,

berikut pensiunannya.

5% dari Penghasilan bruto, atas:

5% dari Penghasilan bruto, atas:

Penghasilan bagi PNS Gol. IV, Perwira Menengah & Tinggi

15% dari Penghasilan bruto, atas:

(73)

Pencatatan Transaksi PPh 21

Pembayaran Imbalan oleh Pemberi Kerja

Jumlah yang ditanggung pemberi kerja

 Menambah beban gaji. – Jumlah yang ditanggung pegawai

 Mengurangi kas yang diterima pegawai. – Jumlah komitmen pada pihak lain

(74)

PT. Awangga membayarkan gaji bruto sebesar Rp 3.500.000,00, dengan iuran pensiun sebesar Rp 65.000,00 dan PPh 21 sebesar Rp 42.250,00. Bagaimanakah PT. Awangga melakukan penjurnalan jika:

a. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh perusahaan. b. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh pegawai.

c. Iuran pensiun ditanggung oleh pegawai, namun dan dibayarkan oleh perusahaan.

PT. Awangga membayarkan gaji bruto sebesar Rp 3.500.000,00, dengan iuran pensiun sebesar Rp 65.000,00 dan PPh 21 sebesar Rp 42.250,00. Bagaimanakah PT. Awangga melakukan penjurnalan jika:

a. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh perusahaan. b. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh pegawai.

c. Iuran pensiun ditanggung oleh pegawai, namun dan dibayarkan oleh perusahaan.

Ilustrasi

(75)

Jawaban :

Jawaban :

Ilustrasi

(76)

Pajak

Penghasilan

Pasal 26

(77)

Definisi

Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari

Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar negeri

selain BUT.

Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari

Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar negeri

selain BUT.

Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang

pribadi atau WP organisasi internasional.

Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang

pribadi atau WP organisasi internasional.

Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui

pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan.

Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui

pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan.

(78)

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Badan Pemerintah.

Badan Pemerintah.

Subjek pajak dalam negeri.

Subjek pajak dalam negeri.

Penyelenggara kegiatan.

Penyelenggara kegiatan.

Bentuk Usaha Tetap.

Bentuk Usaha Tetap.

Perwakilan perusahaan luar negeri.

(79)

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

PPh 26 terutang di saat yang lebih dahulu terjadi antara

akhir bulan diterimanya penghasilan atau akhir bulan

diperolehnya penghasilan.

PPh 26 terutang di saat yang lebih dahulu terjadi antara

akhir bulan diterimanya penghasilan atau akhir bulan

diperolehnya penghasilan.

Atas PPh 26 yang dipotong, wajib disetorkan paling

lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya setelah saat

terutang.

Atas PPh 26 yang dipotong, wajib disetorkan paling

lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya setelah saat

terutang.

Pemotong wajib melakukan pelaporan SPT Masa paling

lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

(80)

Tarif, Dasar dan Sifat Pengenaan (1)

• Dividen

• Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait pengembalian utang.

Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan

harta.

Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan.Hadiah dan penghargaan.

Pensiun dan pembayaran berkala lain.

Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.

20% dari jumlah bruto, dan bersifat final, atas:

(81)

Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki kegiatan bisnis di Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga rendah. Selama 2013, Friedrich telah meminjamkan dana dengan rata – rata pokok pinjaman tertimbang sebesar $ 3.000.000 dan tingkat bunga rata – rata 7,5% p.a. Kurs KMK ditetapkan konstan sepanjang tahun pada tingkat Rp 10.100,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh para debitur Friedrich? Bagaimana penjurnalan oleh debitur?

Jawaban:

Pajak terutang = 20% x (7,5% x 3.000.000 x 10.100) = 20% x 2.272.500.000

= Rp 454.500.000,00

Jurnal Beban bunga 2.272.500.000

Utang PPh 26 454.500.000

Kas 1.818.00.000

Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki kegiatan bisnis di Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga rendah. Selama 2013, Friedrich telah meminjamkan dana dengan rata – rata pokok pinjaman tertimbang sebesar $ 3.000.000 dan tingkat bunga rata – rata 7,5% p.a. Kurs KMK ditetapkan konstan sepanjang tahun pada tingkat Rp 10.100,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh para debitur Friedrich? Bagaimana penjurnalan oleh debitur?

Jawaban:

Pajak terutang = 20% x (7,5% x 3.000.000 x 10.100) = 20% x 2.272.500.000

= Rp 454.500.000,00

Jurnal Beban bunga 2.272.500.000

Utang PPh 26 454.500.000

Kas 1.818.00.000

(82)

Barbarossa merupakan seorang dokter berkewarganegaraan asing yang selama periode Januari – Maret 2013 tinggal di Indonesia untuk memberikan jasa pendampingan riset bagi suatu rumah sakit yang baru berdiri. Barbarossa menerima pembayaran senilai $ 32.750 yang dibayarkan sekaligus di muka kontrak. Kurs KMK yang berlaku di awal januari adalah Rp 10.350,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dikenakan atas penghasilan Barbarossa? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?

Jawaban :

Pajak terutang = 20% x (32.750 x 10.350) = 20% x 338.962.500

= Rp 67.792.500,00

Jurnal Beban gaji 338.962.500 Utang PPh 26 67.792.500

Barbarossa merupakan seorang dokter berkewarganegaraan asing yang selama periode Januari – Maret 2013 tinggal di Indonesia untuk memberikan jasa pendampingan riset bagi suatu rumah sakit yang baru berdiri. Barbarossa menerima pembayaran senilai $ 32.750 yang dibayarkan sekaligus di muka kontrak. Kurs KMK yang berlaku di awal januari adalah Rp 10.350,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dikenakan atas penghasilan Barbarossa? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?

Jawaban :

Pajak terutang = 20% x (32.750 x 10.350) = 20% x 338.962.500

= Rp 67.792.500,00

Jurnal Beban gaji 338.962.500 Utang PPh 26 67.792.500

(83)

Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2)

Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh

Pasal 4 Ayat (2).

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan

asuransi luar negeri.

• Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di

tax haven country yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia.

20% dari perkiraan penghasilan netto, dan bersifat final, atas:

20% dari perkiraan penghasilan netto, dan bersifat final, atas:

Penghasilan atas Bentuk Usaha Tetap.

Dikecualikan dari pengenaan, jika penghasilan tersebut

20% dari PKP setelah pajak, dan bersifat final, atas:

(84)

Perkiraan Penghasilan Netto

Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi

Atas premi dibayar perusahaan asuransi dalam negeri kepada perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 10% x Premi

Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam negeri kepada perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 5% x Premi

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual

Atas penghasilan penjualan saham perusahaan antara di

tax haven country yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia.

Atas penghasilan penjualan saham perusahaan antara di

(85)

Von Bleucher merupakan seorang WNA direktur pemasaran bagi perusahaan yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. Atas rencananya untuk menetap permanen di Indonesia, Von Bleucher merasa perlu mengasuransikan kesehatan keluarganya dengan mengikuti program asuransi yang diselenggarakan perusahaan asuransi di negara asalnya dengan nilai premi $ 1.650 per tahun. Kurs KMK yang berlaku saat pembayaran premi adalah senilai Rp 10.300,00/ $. Berapakah besar PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap perusahaan asuransi luar negeri tersebut jika:

a. Premi tersebut dibayarkan oleh Von Bleucher sendiri.

b. Premi dibayarkan melalui suatu perusahaan asuransi di Indonesia yang melakukan pembayaran kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Von Bleucher merupakan seorang WNA direktur pemasaran bagi perusahaan yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. Atas rencananya untuk menetap permanen di Indonesia, Von Bleucher merasa perlu mengasuransikan kesehatan keluarganya dengan mengikuti program asuransi yang diselenggarakan perusahaan asuransi di negara asalnya dengan nilai premi $ 1.650 per tahun. Kurs KMK yang berlaku saat pembayaran premi adalah senilai Rp 10.300,00/ $. Berapakah besar PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap perusahaan asuransi luar negeri tersebut jika:

a. Premi tersebut dibayarkan oleh Von Bleucher sendiri.

b. Premi dibayarkan melalui suatu perusahaan asuransi di Indonesia yang melakukan pembayaran kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Ilustrasi

(86)

Jawaban :

a. Pajak terutang = 20% x (50% x 1.650 x 10.300)

= 20% x 8.497.500

= Rp 1.669.500,00

b. Pajak terutang = 20% x (10% x 1.650 x 10.300)

= 20% x 1.669.500

= Rp 339.900,00

Jawaban :

a. Pajak terutang = 20% x (50% x 1.650 x 10.300)

= 20% x 8.497.500

= Rp 1.669.500,00

b. Pajak terutang = 20% x (10% x 1.650 x 10.300)

= 20% x 1.669.500

= Rp 339.900,00

Ilustrasi

(87)

PT. Universal merupakan unit BUT yang dimiliki oleh suatu perusahaan asing. Di tahun 2013, PT. Universal mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp 24.000.000.000,00 serta total biaya operasi dan non operasi sesuai laporan finansial sebesar Rp 20.350.000,00. Atas pemeriksaan ulang, nilai tersebut perlu mendapatkan koreksi fiskal positif senilai Rp 2.585.000.000,00. Jika penghasilan BUT seluruhnya dikirimkan kepada perusahaan induk, berapakah PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap penghasilan PT. Universal? Bagaimana PT. Universal melakukan penjurnalan?

PT. Universal merupakan unit BUT yang dimiliki oleh suatu perusahaan asing. Di tahun 2013, PT. Universal mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp 24.000.000.000,00 serta total biaya operasi dan non operasi sesuai laporan finansial sebesar Rp 20.350.000,00. Atas pemeriksaan ulang, nilai tersebut perlu mendapatkan koreksi fiskal positif senilai Rp 2.585.000.000,00. Jika penghasilan BUT seluruhnya dikirimkan kepada perusahaan induk, berapakah PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap penghasilan PT. Universal? Bagaimana PT. Universal melakukan penjurnalan?

(88)

Jawaban :

Peredaran bruto Rp 24.000.000.000

Biaya operasi dan non operasi (Rp 20.350.000.000) Koreksi fiskal positif Rp 2.585.000.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 6.235.000.000 Bagian PKP terkena keringanan tarif pasal 31E

= 4.800.000.000/ 24.000.000 * 6.235.000.000 = Rp 1.247.000.000

PPh badan atas penghasilan BUT

= 50% x 25% x 1.247.000.000 + 25% x (6.235.000.000 - 1.247.000.000)

= 12,5% x 1.247.000.000 + 25% x 4.988.000.000 = 155.875.000 + 1.247.000.000

= Rp 1.402.875.000 Jawaban :

Peredaran bruto Rp 24.000.000.000

Biaya operasi dan non operasi (Rp 20.350.000.000) Koreksi fiskal positif Rp 2.585.000.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 6.235.000.000 Bagian PKP terkena keringanan tarif pasal 31E

= 4.800.000.000/ 24.000.000 * 6.235.000.000 = Rp 1.247.000.000

PPh badan atas penghasilan BUT

= 50% x 25% x 1.247.000.000 + 25% x (6.235.000.000 - 1.247.000.000)

= 12,5% x 1.247.000.000 + 25% x 4.988.000.000 = 155.875.000 + 1.247.000.000

= Rp 1.402.875.000

(89)

Jawaban :

Penghasilan sebelum pajak Rp 6.235.000.000 PPh badan (Rp 1.402.875.000)

Penghasilan setelah pajak Rp 4.832.125.000 PPh 26 atas penghasilan setelah pajak

= 20% x 4.832.125.000 = Rp 966.425.000,00 Jurnal

Income Summary 3.650.000.000

Laba Ditahan 3.650.000.000

Beban pajak 2.369.300.000

Utang PPh 29 1.402.875.000 Utang PPh 26 966.425.000 Jawaban :

Penghasilan sebelum pajak Rp 6.235.000.000 PPh badan (Rp 1.402.875.000)

Penghasilan setelah pajak Rp 4.832.125.000 PPh 26 atas penghasilan setelah pajak

= 20% x 4.832.125.000 = Rp 966.425.000,00 Jurnal

Income Summary 3.650.000.000

Laba Ditahan 3.650.000.000

Beban pajak 2.369.300.000

Utang PPh 29 1.402.875.000 Utang PPh 26 966.425.000

(90)

Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final

Penghasilan kantor pusat dari usaha,

kegiatan, penjualan barang, atau

pemberian jasa yang serupa dengan

kegiatan BUT.

Penghasilan kantor pusat selama

terdapat hubungan efektif antara BUT

dengan harta atau kegiatan sumber

penghasilan.

Penghasilan WP LN orang pribadi atau

badan yang berubah menjadi WP DN

(91)

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

WP luar negeri dapat dikenai pajak di Indonesia

sekaligus di negara asal.

P3B mengatur tarif dan hak

pemajakan, sehingga pengenaan pajak

hanya satu kali.

P3B mengatur tarif dan hak

pemajakan, sehingga pengenaan pajak

hanya satu kali.

Tarif PPh 26 menjadi tidak berlaku ketika terdapat

P3B.

Tarif PPh 26 menjadi tidak berlaku ketika terdapat

(92)

Leichi merupakan warga negara China yang memiliki HAKI yang diakui di dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan HAKI tersebut dan membayarkan royalti sebesar Rp 195.000.000,00 setiap tahunnya. Pemerintah Indonesia dan China terikat P3B dengan ketentuan atas royalti dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia dengan tarif 10%. Bagaimanakah perusahaan tersebut melakukan penjurnalan?

Jawaban :

Pajak terutang = 10% x 195.000.000 = 19.500.000

Jurnal oleh perusahaan

Beban royalti 195.000.000 Utang pajak 19.500.000 Kas 175.500.000

(93)

Referensi

Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang –

Undang Perpajakan Terlengkap” . Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit

(94)

Referensi

Dokumen terkait

Status dominansi kepemilikan oleh Pandudewanata tidak mempengaruhi perlakuan perpajakan terhadap dividen yang diterimanya sebagai WP OP. Asal dana pembagian dividen oleh

Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati tanggal 16 bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga. • Bunga = ([Z] – [Y]) x 2%

Objek PPh yang dikenakan kepada Orang Pribadi adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Orang Pribadi, baik yang berasal

PPh Pasal 26 adalah pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak (WP) Luar Negeri, baik Badan ataupun Orang Pribadi, selain Bentuk Usaha Tetap (BUT),

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,

Menurut pengertiannya Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak orang pribadi subjek pajak dalam negeri,yang

Apabila penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi ssebagai Subjek Pajak Dalam

Pajak penghasilan orang pribadi adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat