• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Karsinoma Laring

2.4.10. Penatalaksanaan

Hampir selalu dapat disembuhkan dengan vocal cord stripping atau operasi laser.Pasien kemudian diawasi dengan ketat untuk melihat apakah ada pengembalian kanker. Jika ada pengembalian kanker setelah dilakukan vocal cord stripping dan operasi laser, radiasi dapat digunakan.1

2) Stadium I dan II

Radiasi dan laringektomi parsial digunakan pada kebanyakan orang.Hasil suara cenderung lebih baik dengan terapi radiasi dibandingkan dengan laringektomi parsial dan tingkat komplikasi cenderung lebih rendah dengan pengobatan radiasi.Untuk kanker yang kecil, terapi radiasi lebih banyak digunakan. Operasi hanya digunakan untuk kanker yang kambuh.1

3) Stadium III dan IV

Kanker laring tahap III dan IV sering memerlukan perawatan dengan beberapa kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan / atau kemoterapi.

Pilihan utama untuk pengobatan awal adalah operasi atau kemoterapi dengan radiasi. Laringektomi total hampir selalulu dilakukan. Kanker ini memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menyebar ke kelenjar getahbening di leher jika dibandingkan dengan kanker stadium sebelumnya, sehingga kelenjar getah bening ini sering diangkat bersama dengan tumor jika operasi sedang dilakukan.1

Terapi radiasisering diberikan dengan kemoterapi dan diperlukan setelah operasi, terutama jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau memiliki ciri lain yang membuatnya lebih mungkin untuk kembali.1

Jika kerangka laring telah dihancurkan oleh kanker, laring mungkin tidak boleh bekerja normal kembali, tidak kira pengobatan yang dipilih.Dalam kasus ini, pendekatan pengobatan terbaik mungkin laringektomi total untuk mengangkat laring.1

Kanker yang telah menyebar terlalu jauh untuk benar-benar dihilangkan dengan operasi sering diperlakukan dengan radiasi, biasanya dikombinasikan dengan kemoterapi atau obat yang ditargetkan,Cetuximab (Ertibux).1

Bagi kanker stadium lanjut, tujuan pengobatan adalah untuk menghentikan atau memperlambat pertumbuhan kanker.1

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.

Rehabilitasi mencakup Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation and Social Rehabilitation.2

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian Karsinoma

Laring Faktor Resiko

• Usia

• Jenis Kelamin

• Merokok

• Alkohol

• Paparan terhadap substansi berbahaya

Penatalaksanaan

• Bedah

• Radioterapi

• Kemoterapi Gejala

• Serak

• Dispnea

• Batuk

• Benjolan di leher

Klasifikasi

• Tumor Primer (T)

• Penjalaran ke kelenjar limfa (N)

• Metastatis jauh (M)

3.2. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

Karsinoma Laring • Jenis Kelamin

• Usia

• Pekerjaan

• Konsumsi alkohol

• Merokok

• Klasifikasi

• Gejala Klinis

• Jenis Pengobatan

BAB 4

METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karsinoma laring pada penderita kanker laring di RSUP. H. Adam Malik dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis di Departemen THT-KL di RSUP.

H. Adam Malik Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sehingga Oktober 2016 dengan melakukan observasi data rekam medis pada pasien yang menderita karsinoma laring dalam kurun waktu Januari 2014 hingga Desember 2015. Penelitian ini dilakukan di Departemen THT-KL di RSUP HAM Medan karena memiliki ketersediaan data tentang karsinoma laring.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan dalam kurun waktu Januari 2014 hingga Desember 2015.

Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan cara total sampling, bahwa semua penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan periode Januari 2014 hingga Desember 2015, dipilih sebagai sampel penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapat dari rekam medis penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan periode Januari 2014 hingga Desember 2015. Seluruh subjek dalam populasi dimasukkan sebagai sampel dalam penelitian ini dengan teknik total sampling. Kriteria inklusi adalah seluruh penderita karsinoma laring di RSUP Haji

Adam Malik, Medan.Kriteria ekslusi adalah data yang tidak lengkap dalam rekam medis.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dan kemudian dianalisis dengan bantuan SPSS for Windows. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.

4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan dan memastikan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variable penelitian.

Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut :

Table 4.1. Daftar Definisi Operasional beserta Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur

Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur Jenis kelamin adalah

jenis kelamin pasien baik laki-laki atau perempuan.

Usia adalah jumlah tahun hidup pasien sejak lahir sampai ulang tahun

Alkohol adalah sesuai yang tercatat pada rekam medis. dengan data rekam medis

Observasi Rekam

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan.

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Kasinoma Laring menurut Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan Periode Januari 2014 hingga Desember 2105.

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 53 orang (81,5%), sedangkan perempuan sebanyak 12 orang (18,5%).

Proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dalam kelompok usia 30 hingga 60 tahun yaitu sebanyak 38 orang (58,5%), diikuti dengan kelompok usia lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 20 orang (30,7%), kemudian kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 7 orang (10,8%).

Usia Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Total

f(n) % f(n) % f(n) %

<30 7 13,2 0 0 7 10,8

30-60 31 58,5 7 58,3 38 58,5

>60 15 28,3 5 41,7 20 30,7

Total 53 100 12 100 65 100

Pekerjaan

P.Swasta 4 7,5 3 25 7 10,8

P.negeri 4 7,5 1 8,3 5 7,7

Wiraswasta 13 24,5 2 16,7 15 23

Buruh 4 7,5 1 8,3 5 7,7

Petani 18 34 2 16,7 20 30,8

Pensiun 6 11,5 1 8,3 7 10,8

Tidak bekerja 4 7,5 2 16,7 6 9,2

Total 53 100 12 100 65 100

Proporsi pederita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 20 orang (30,8%), diikuti wiraswasta sebanyak 15 orang (23,1%), pegawai swasta dan pension masing-masing sebanyak 7 orang (10,8%), tidak bekerja sebanyak 6 orang (9,2%) dan buruh serta pegawai negeri masing-masing sebanyak 5 orang (7,7%).

5.1.2. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut konsumsi Alkohol dan Merokok.

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Konsumsi Alkohol dan Merokok Periode Januari 2014 hingga

Desember 2015.

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 33 orang (50,3%), diikuti dengan yang merokok dan konsumsi alkohol yaitu sebanyak 14 orang (22%). Seterusnya, penderita yang tidak merokok dan tidak konsumsi alkohol adalah sebanyak 13 orang (20%) sedangkan yang tidak merokok dan konsumsi alkohol adalah sebanyak 5 orang (7,7%).

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Merokok dan Konsumsi

5.1.3. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gejala Klinis Tabel 5.3. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Gelaja Klinis

Periode Januri 2014 hingga Desember 2015.

Gejala Klinis Frekuensi (n) Persentase (%) Serak

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan gejala klinis serak yaitu sebanyak 35 orang (53,8%), diikuti benjolan di leher sebanyak 11 orang (16,9%), dispneu sebanyak 10 orang (15,4%), dan batuk sebanyak 9 orang (13,8%).

5.1.4. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Lokasi

Tabel 5.4. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Lokasi Periode Januari 2014 hingga Desember 2015.

Lokasi Frekuensi (n) Persentase (%)

Supraglotis

Berdasarkan Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa penderita karsinoma yang terbanyak adalah dengan lokasi di glotis yaitu sebanyak 40 orang (61,5%) diikuti dengan supraglotis yaitu sebanyak 16 orang (24,6%) dan subglotis sebanyak 9 orang (13,8%).

5.1.5. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi Tabel 5.5. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Klasifikasi

Periode Januari 2014 hingga Desember 2015.

Stadium Frekuensi (n) Persentase (%)

I

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada stadium I yaitu sebanyak 30 orang (46,2%), diikuti dengan stadium II sebanyak 14 orang (21,5%), stadium III sebanyak 13 orang (20%) dan stadium IV sebanyak 8 orang (12,3%).

5.1.6. Distribusi Penderita Karsinoma Laring nemurut Jenis Pengobatan.

Tabel 5.6. Distribusi Penderita Karsinoma Laring menurut Jenis Pengobatan Periode Januari 2014 hingga Desember 2015.

Jenis Pengobatan Frekuensi (n) Persentase (%) Bedah

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah yaitu sebanyak 33 orang (50,8%), diikuti dengan kemoterapi sebanyak 18 orang (27,7%) dan radioterapi sebanyak 14 orang (21,5%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pola Distribusi Penderita menurut Jenis Kelamin

Sebagian besar penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan tahun 2014 hingga 2015 adalah laki-laki yaitu sebanyak 53 orang (81,5%) sedangkan perempuan sebanyak 12 orang (18,5%).

Hal ini sesuai dengan American Cancer Societyyang menemukan bahwa angka kejadian karsinoma laring masih tinggi pada laki-laki dibanding perempua karena tingginya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol pada laki-laki.1

Lee pada tahun 2003 juga menyebutkan bahwa insidensi tertinggi kanker laring lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan wanita yaitu 5:1.13 Peneliti juga mendapatkan insidensi yang sama bahwa perbandingan antara penderita karsinoma laring laki-laki dan perempuan adalah 53:12.

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, terdapat 36 orang laki-laki yang menderita karsinoma laring sedangkan hanya 2 orang perempuan yang menderita karsinoma laring.21

Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hingga 2013 yang menemukan bahwa terdapat 76 orang laki-laki dan hanya 11 orang perempuan yang menderita karsinoma laring.22

5.2.2. Pola Distribusi Penderita menurut Usia.

Penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dalam kelompok yang berusia 30 hingga 60 tahun yaitu sebanyak 38 orang (58,5%), diikuti dengan kelompok usia lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 20 orang (30,8%) dan kelompok usia kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 7 orang (10,8%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh R. Rekha di GOVT. ENT Hospital, Hydrebad dari tahun 2010 hingga 2011 yang menemukan bahwa angka kejadian karsinoma tertinggi pada kelompok usia antara 40 hingga 60 tahun.19

Ratiola H. juga menyebutkan bahwa kanker laring sering terjadi pada usia pertengahan dan usia tua dengan puncak insidensi terjadi pada dekade keenam.11 Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Xavier Leon di Hospital Dela Santa, Barcelona pada tahun 2008 terdapat 83 orang pasien yang didiagnosa dengan karsinoma laring. Dari 83 pasien tersebut, 57 orang pasien berusia lebih dari 50 tahun dan 26 orang pasien adalah kurang dari 50 tahun.20

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring terbanyak pada usia 51-60 tahun dan tidak dijumpai pada pasien yang berumur lebih dari 80 tahun.21

Berdasarkan penelitian oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hingga 2013, penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang berusia 61 hingga 70 tahun.22

5.2.3. Pola Distribusi Penderita menurut Pekerjaan.

Pada penggolongan sampel menurut pekerjaan, dapat dilihat bahwa pederita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 20 orang (30,8%), diikuti wiraswasta sebanyak 15 orang (23,1%), pegawai swasta dan pension masing-masing sebanyak 7 orang (10,8%), tidak bekerja sebanyak 6 orang (9,2%) dan buruh serta pegawai negeri masing-masing sebanyak 5 orang (7,7%).

Hal ini sesuai dengan Cancer Research UK pada tahun 2012 yang menemukan bahwa angka kejadian yang tertinggi adalah pada lingkungan kerja yang terpapar terhadap substansi berbahaya.4

Menurut Adams, pekerjaan pasien dapat mempengaruhi terjadinya tumor ganas laring. Hal ini berhungan dengan paparan terhadap substansi berbahaya di lingkungan kerja.10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RS Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring terbanyak adalah yang bekerja sebagai wiraswasta dan yang paling sedikit adalah buruh.21

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Gresha di RS Haji Adam Malik periode 2011 hingga 2013 menemukan bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 28 orang dan yang paling sedikit adalah yang bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 3 orang.22

Menurut National Cancer Institute, orang yang terpapar pestisida tertentu memiliki peningkatan resiko menderita kanker. Sebuah studi dari AHS pada tahun 2009 menemukan bahwa orang yang menggunakan pembunuh rumput imazethapyr mempunyai resiko tinggi menderita kanker dibandingkan dengan orang yang tidak meggunakan imazethapyr.Imazethapyr berada dalam kelas bahan kimia yang dikenal sebagai amina aromatik.12

5.2.4. Pola Distribusi Penderita menurut konsumsi Alkohol dan Merokok.

Pada penggologan pasien menurut konsumsi alkohol dan merokok, dapat diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 33 orang (50,3%), diikuti dengan yang merokok dan konsumsi alkohol yaitu sebanyak 14 orang (22%). Seterusnya, penderita yang tidak merokok dan tidak konsumsi alkohol adalah sebanyak 13 orang (20%) sedangkan yang tidak merokok dan konsumsi alkohol adalah sebanyak 5 orang (7,7%).

Pada penelitian ini secara keseluruhan pasien karsinoma laring yang mengkonsumsi alkohol adalah lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol bukan merupakan faktor resiko tunggal yang menyebabkan terjadinya karsinoma laring, tetapi kombinasi antara penggunaan rokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terjadinya karsinoma laring.1

Menurut Ridge, faktor resiko menderita karsinoma laring lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Bagi perokok, angka kematian akibat kanker laring adalah 20 kali lebih banyak dibandingkan orang yang tidak merokok.16

Lee juga menyebutkan bahwa kebiasaan merokok merupakan hal penting yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker laring. Peningkatan faktor resiko ini juga tergantung pada lama dan intensitas seseorang itu merokok.13

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, frekuensi penderita karsinoma laring terbanyak memiliki riwayat hanya merokok yaitu sebanyak 17 orang (47,2%) dan yang paling sedikit pada penderita yang hanya mengkonsumsi alkohol dengan jumlah 2 orang (5,6%).21 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan periode 2011 hingga 2013, proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah perokok yaitu sebanyak 59 orang (67,8%), diikuti bekas perokok yaitu sebanyak 19 orang (21,8%) dan bukan perokok sebanyak 9 orang (10,3%).

Penderita yang tidak mengkonsumsi alkohol mempunyai frekuensi yang lebih besar daripada penderita yang tidak mengkonsumsi alkohol.22

5.2.6. Pola Distribusi Penderita menurut Gejala Klinis.

Pada penggolongan sampel menurut gejala klinis diketahui bahwa proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan gejala klinis serak yaitu sebanyak 35 orang (53,8%), diikuti benjolan di leher sebanyak 11 orang (16,9%), dispneu sebanyak 10 orang (15,4%), dan batuk sebanyak 9 orang (13,8%).

Hal ini sesuai menurut Hermani bahwa serak adalah gejala utama karsinoma laring.Keluhan serak ini terjadi karena terdapat gangguan pada fungsi fonasi laring.Dispneu adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan. Gejala batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik.15

Lee menyatakan bahwa sebagian besar penderita kanker laring yang datang ke rumah sakit atau dokter spesialis THT mengeluhkan suara serak atau perubahan

suara. Menurut Hermani, suara serak ini terjadi jika terdapat keterlibatan pita suara baik karena tumor yang berada pada glotis, supraglotis atau subglotis yang telah meluas.13,15

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RS Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring paling banyak memiliki keluhan serak yaitu sebanyak 33 orang (91,7%) dan keluhan yang paling sedikit adalah massa di leher yaitu sebanyak 12 orang (33,3%).21

Menurut Gresha yang melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hinnga 2013, proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah yang mempunyai keluhan serak yaitu sebanyak 48 orang (55,2%) dan keluhan yang paling sedikit adalah batuk yang berjumlah 12 orang (13,8%).22

5.2.7. Pola Distribusi Penderita menurut Lokasi Tumor

Pada penggolongan sampel menurut lokasi tumor, dapat diketahui bahwa penderita karsinoma yang terbanyak adalah dengan lokasi di glotis yaitu sebanyak 40 orang (61,5%) diikuti dengan supraglotis yaitu sebanyak 16 orang (24,6%) dan subglotis sebanyak 9 orang (13,8%).

Menurut Kumar pada tahun 2007, angka kejadian terbanyak adalah tumor glotis, yaitu 60% hingga 70% kasus, supraglotis 25%-40 dan subglotis kurang dari 15% kasus.17

Hal ini juga sesuai dengan American Cancer Society yang menyatakan kurang lebih 60% keganasan laring ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% dari daerah supraglotis dan hanya 5% dari daerah subglotis.1

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RSUP Haji Adam Malik Medan, lokasi tumor terbanyak adalah di glotis yaitu sebanyak 20 orang (55,6%), diikuti dengan supraglotis yaitu sebanyak 10 orang (27,8%) dan subglotis sebanyak 4 orang (11,1%).21

24,6%

61,5%

Menurut Gresha yang melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hinnga 2013, lokasi tumor terbanyak adakah di glotis yaitu sebanyak 58 orang (66,7%) dan lokasi tumor yang paling sedikit adalah di subglotis yaitu sebanyak 7 orang (8%).22

5.2.8. Pola Distribusi Penderita menurut Klasifikasi.

Pada penggolongan sampel menurut klasifikasi, diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah pada stadium I yaitu sebanyak 30 orang (46,2%), diikuti dengan stadium II sebanyak 14 orang (21,5%), stadium III sebanyak 13 orang (20%) dan stadium IV sebanyak 8 orang (12,3%).

Hal ini berbeda menurut Abdoerrachman bahwa pemeriksaan histopatologi yang dilakukan pada tahun 2006 hingga 2007 terhadap 188 pasien dengan karsinoma laring di Departemen THT FKUI / RSCM berdasarkan stadium, stadium kanker laring yang paling banyak merupakan stadium IV, yaitu sebanyak 57 kasus (30,32%) diikuti stadium III sebanyak 53 kasus (28,19%), stadium II sebanyak 45 kasus (23,94%) dan stadium I sebanyak 23 kasus (12,23%).5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RSUP Haji Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring terbanyak adalah pada stadium I, diikuti stadium II, stadium III dan stadium IV.21

Menurut Gresha yang melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011 hinnga 2013, penderita karsinoma laring yang terbanyak adala pada stadium I yaitu sebanyak 37 orang (42,5%), diikuti dengan stadium II sebanyak 23 orang (26,4%), stadium III sebanyak 15 orang (17,4%) dan stadium IV sebanyak 12 orang (13,8%).22

Peneliti berpendapat perbedaan ini terjadi mungkin berhubungan dengan lamanya paparan atau jumlah paparan yang mempengaruhi terjadinya kanker laring.Selain itu, kemungkinan karena peningkatan kesadaran pasien untuk segera memeriksakan diri segera saat mereka mengalami keluhan sehingga banyak pasien yang terdiagnosis pada stadium awal.

46,2% 21,5% 20%

5.2.9. Pola Distribusi Penderita menurut Jenis Pengobatan.

Pada penggolongan sampel menurut jenis pengobatan, dapat diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah yaitu sebanyak 33 orang (50,8%), diikuti dengan kemoterapi sebanyak 18 orang (27,7%) dan radioterapi sebanyak 14 orang (21,5%).

Hal ini sesuai menurut Abdoerrachman bahwa pemeriksaan histopatologi yang dilakukan pada tahun 2006 hingga 2007 terhadap 188 pasien dengan karsinoma laring di Departemen THT FKUI / RSCM , bahwa 78 orang (41,50%) sudah dilakukan operasi, 77 orang (40,96%) tanpa operasi dan 33 orang (40,49%) tanpa keterangan jelas.5

Menurut Cancer Research UK, pilihan terapi pilihan utama adalah pembedahan.

Walaubagaimanapun, pasien dengan stadium lanjut tidak dianjurkan untuk melakukan pembedahan.4

Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam Malik Medan, proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah dan yang paling sedikit adalah dengan jenis pengobatan kemoterapi.21

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan periode 2011 hingga 2013, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dari 36 orang penderita karsinoma laring sebagian besar melalukan operasi yaitu sebanyak 30 orang (83,3%) dan hanya 12 orang (33,3%) yang melakukan terapi radiasi.22

21,5%

50,8%

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian makan dapat disimpulkan mengenai gambaran penderita karsinoma laring di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 hingga Desember 2015 sebagai berikut :

1. Jumlah penderita karsinoma laring adalah 65 orang.

2. Penderita karsinoma laring tersering pada jenis kelamin laki-laki.

3. Usia tersering penderita karsinoma laring adalah pada usia 30 hingga 60 tahun.

4. Pekerjaan tersering penderita karsinoma laring adalah petani.

5. Faktor resiko tertinggi penderita karsinoma laring adalah merokok.

6. Keluhan tersering yang dialami penderita karsinoma laring adalah suara serak.

7. Lokasi terjadinya tumor ganas laring terbanyak adalah di glotis.

8. Stadium yang dialami penderita karsinoma laring terbanyak adalah stadium I.

9. Penderita karsinoma laring lebih banyak mendapat jenis pengobatan secara pembedahan.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, saran yang dapat ditemukan adalah :

1. Kepada pihak rumah sakit yang bertugas agar dapat memperlengkap status pasien pada rekam medis. Hal ini memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian menggunakan rekam medis.

2. Kepada masyarakat, diharapkan setelah membaca karya tulis ini dapat memeriksakan diri jika memiliki faktor resiko dan gejala klinis karsinoma laring.

Hal ini karena keberhasilan suatu pengobatan tergantung dari diagnosis dini suatu penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. Laryngeal and Hypopharyngeal Cancers.

Washington: American Cancer Society; 2016.

2. Siti HH. Tumor Ganas Laring. USU (Internet). 2004 (cited 2016 April 5);

Diunduh dari: http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti20%hajar.pdf 3. Toyibah R. Pengenalan vokal menggunakan sinyal EMG. (Internet). 2014

Februari (cited 2016 April 21);

Diunduh dari :

4. Cancer Research UK. Laryngeal Cancer Risk Factors. Brington: Cancer Research UK; 2012.

http.//digilib.its.ac.id/sistemvokalmenggunakanemg-21826

5. Munir M. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher: Keganasan di Bidang Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 162-173.

6. Judith M, Michael E. The Tobacco Atlas: Smoking. 4th ed. Brington: World Health Organization; 2000. p. 24-35.

7. Snell RS. Clinical Anatomy: Head and Neck. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2013. p. 624-636.

8. Maqbool M. Textbook of Ear, Nose and Throat Diseases: Throat. 11thed.

New Delhi, India: Jaypee Brothers; 2007. p. 307-312.

9. Ballenger JJ. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck: Anatomy of the Larynx. 13th ed. Philadelphia: Lea & Febiger; 1993. p. 361-384.

10. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar THT: Laring. 6th ed. Jakarta:

EGC; 2002. p. 176, 250-257.

11. Ratiola H. Epidemiology, Clinical characteristic and Treatment outcome of Laryngeal Cancer. (Internet). 2000 Nov (cited 2016 March 26);

Diunduh dari: http://acta.uta.f/pdf/951-44-4828-6.pdf

12. National Cancer Institute. Cancer Statistics: Cancer of the Larynx.

National Cancer Institute; 2012.

13. Lee KJ. Essential Otorlaryngology: Head & Neck Surgery. USA: Mc Graw- Hill; 2003. p. 597-605.

14. World Health Organization. Smokers Tobacco and some Tobacco specific N-Nitrosamin. World Health Organization(Research for Cancer); 2007.

15. Hermani B. Majalah Farmacia. (Internet). 2007 (cited 2016 November1);

Diunduh dari :

16. Ridge J, Mehra R, Lango M. Head and Neck Tumors. (Internet). 2014.

http://www.majalah.farmacia.com/rubrik/onenews.asp.

(cited 2016 November 8);

Diunduh dari :http://www.cancernetwork.com/head-and-neck-tumors.

17. Kumar V, Contrah RS. Buku Ajar Patologi.7th ed. Jakarta : EGC; 2007.

p. 86-226.

18. Ramroth H, Dietz A, Becher H. Intensity and Inhalation of Smoking in the Etiology of Laryngeal Cancer. India: Jaypee Brothers; 2011 .p. 976-984.

19. Rekha R, Reddy M. Epimediological Studies of Head and Neck in South

19. Rekha R, Reddy M. Epimediological Studies of Head and Neck in South

Dokumen terkait