• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Kanker Paru Primer Di Departemen Ilmu Penyakit Paru Rsup Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 -Desember 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Kanker Paru Primer Di Departemen Ilmu Penyakit Paru Rsup Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 -Desember 2012"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MTS. Gendedy Tumanggor

Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 19 Juli 1992

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Abdul Hakim Perumahan Classic 1 Blok B 6

Medan

Nama Ayah : Posma Tumanggor

Nama Ibu : Erdina Sihotang

Riwayat Pendidikan : 1. TK Santa Maria Pekanbaru

2. SD Santa Maria Pekanbaru

3. SMP Santa Maria Pekanbaru

4. SMA Cendana Pekanbaru

Riwayat Pelatihan : 1. Penerimaan Mahasiswa Baru FK USU 2010

2. Baksos KMK FK USU 2013

Riwayat Organisasi : 1. Bendahara KAM Pembaharuan periode 2012 – 2013

(2)

Lampiran 2

DATA INDUK 2011

No Umur Jenis Kelamin Lokasi Tumor

Gejala Klinis SCLC /

NSCLC Efusi Pleura Batuk Sesak napas Nyeri dada

(3)
(4)

DATA INDUK 2012

No Umur Jenis Kelamin Lokasi Tumor

Gejala Klinis SCLC /

NSCLC Efusi Pleura Batuk Sesak napas Nyeri dada

(5)
(6)
(7)

108 63 Pria Perifer y n y NSCLC y

109 52 Pria Perifer y y y NSCLC n

110 49 Pria Perifer y n y NSCLC n

111 56 Pria Perifer y y y NSCLC y

112 53 Wanita Sentral y y y NSCLC y

113 74 Pria Perifer n y y NSCLC y

114 62 Pria Perifer y y y NSCLC y

115 51 Pria Perifer y y y NSCLC y

(8)

Lampiran 3

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Total

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(9)

2011

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(10)

LokasiTumor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perifer 57 70.4 70.4 70.4

Sentral 24 29.6 29.6 100.0

Total 81 100.0 100.0

JenisKelamin * LokasiTumor Crosstabulation

LokasiTumor

Total Perifer Sentral

JenisKelamin Pria Count 41 21 62

% of Total 50.6% 25.9% 76.5%

Wanita Count 16 3 19

% of Total 19.8% 3.7% 23.5%

Total Count 57 24 81

(11)

2012

kategori umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perifer 94 81.0 81.0 81.0

Sentral 22 19.0 19.0 100.0

(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

Adiatma. 2012. Hubungan Antara Karsinoma Paru Dengan Efusi Pleura.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Alsagaff, H., Mukty, H.A., 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:

Airlangga University Press.

American Joint Committee on Cancer. Lung Cancer Staging. Available from

www.cancerstadiu m.org/staging/posters/lung12x15.pdf. [Accessed 19 May

2013]

Amin,Z., 2009. Kanker Paru. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K., M.S.,

Setiati, S. ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta:

InternaPublishing, 2254-2262.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008. Riset Kesehatan Dasar,

Laporan Nasional 2007. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Centers for Disease Control and Prevention, 2010. Lung Cancer Statistics.

Available at: http://www.cdc.gov/cancer/lung/statistics/index.htm. [ Accesed

29 April 2013].

Cancer Research UK, 2012. Lung Cancer Incidence Statistics. Available at:

http://www.cancerresearchuk.org/cancer-info/cancerstats/types/lung/incidence/uk-lung-cancer-incidence-statistics.

(14)

Ferlay J., Shin, H.R., Bray F., Forman, D., Pisani, P., Parkin D.M., 2004.

GLOBOCAN 2002: Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide.

In: IARC CancerBase No. 5. Lyon: IARC Press.

Ferrer, Robert.1998. Lymphadenopathy: Differential Diagnosis and Evaluation.

Am Fam Physician.58(6):1313-1320.

Herlambang, K.S.,2003.Karakteristik Jenis Kanker Paru Berdasarkan Peningkatan

Densitas Dengan Menggunakan CT SCAN. Semarang : Universitas

Diponegoro

Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2007. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10.

Jakarta: EGC, 342-354

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Aster, J., 2010. Robbins and Cotran

Pathologic Basis of Disease. 8th ed. PA: Saunders Elsevier.

Muzasti, R.A, 2011. Prosedur Diagnostik dan Staging Kanker Paru. Medan:

Universitas Sumatra Utara.

Oemiati,R., Rahajeng,E., Kristanto,A.Y., 2011. Prevalensi Tumor Dan Beberapa

Faktor Yang Mempengaruhinya Di Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru: Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia

Syahruddin, E., 2010. Editorial: Efusi Pleura Ganas dan Sistem TNM untuk

Staging Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) Versi 7 ,

(15)

Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th

ed. USA: John Wiley & Sons, 885-889.

Vaporciyan,A.A., Kies,M.S., Stevens,C.W., Komaki,R., Roth,J.A., 2003. The

Thorax. In: Kufe,D.W., Pollock,R.E., Weichselbaum,R.R., Bast,R.C.

Gansler,T.S., Holland,J.F., Frei,E. ed Holland-Frei Cancer Medicine. 6th ed.

USA: Decker.

Wahyuni, Titis Dewi et al., The Positive Result Of Cytology Brushing At Flexible

Fiberoptic Bronchoscopy Compared with Transthoracic Needle Aspiration in

Central Lung Tumor. Jurnal Respirologi Indonesia 31(1): 22-28.

World Health Organization, 2013. Cancer. Available at:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/. [Accesed 28 April

2013].

Yulianti, Dian et al., Neurological Clinical Symptoms and CT Brain Images of

Lung Cancer Patients Small Cell Carcinoma is Not Brain Metastasis in

(16)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru yang ada di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2011-2012. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1.Kerangka Konsep Penelitian Data rekam medik penderita yang terdiagnosa sebagai kanker

paru di RSUP HAM Medan tahun 2011-2012

Karakteristik:

 Usia

 Jenis kelamin

 Gejala klinis

 Effusi Pleura

 Jenis tumor Kanker paru primer

Small cell Lung carcinoma

(17)

3.2. Definisi Operasional

1. Kanker paru primer

Definisi : Penyakit keganasan yang menyerang organ paru

(18)

Skala : Nominal

Hasil ukur : Gejala digolong kan dan diurutkan dari yang paling banyak dikeluhkan pasien sampai paling sedikit

5. Effusi Pleura

Definisi : Pemeriksaan dengan cara mengambil cairan pleura

Alat ukur : Rekam medik

Cara ukur : Observasi

Skala : Nominal

(19)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Dengan satu kali pengamatan didapatkan data gambaran karakteristik penderita kanker paru di RSUP H. Adam Malik di Medan tahun 2011 – 2012.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yaitu dari bulan Juni 2013 hingga September 2013.

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah Departemen Ilmu Penyakit Paru RSUP Haji Adam Malik Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit tipe A sesuai SK MENKES No. 335/MENKES/SK/VII/1990 yang merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi khusunya di propinsi Sumatera Utara. Selain itu RSUP Haji Adam Malik juga

adalah Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK MENKES No.

502/MENKES/SK/IX/1991.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(20)

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

Semua data rekam medis kanker paru primer berupa identitas pasien, usia, jenis kelamin, gejala klinis, effusi pleura, dan jenis tumor pada bulan Januari 2011- Desember 2012.

Kriteria Eksklusi

Penyakit yang bukan merupakan kanker paru primer.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non

probability sampling dengan cara sampling jenuh yaitu semua anggota populasi

dijadikan sebagai sampel.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

(21)

4.6 Jadwal Penelitian

Tabel 4.1. Jadwal Penelitian

JUNI JULI AGUSTUS SEPT OKT NOV DES

1.

Pengumpulan penelitian

2.

Pengumpulan data

3.

Pengolahan data

(22)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan.

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian

(23)

5.1.2.1. Distribusi Penderita Kanker Paru Primer Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi data penelitian berdasarkan jenis kelamin penderita kanker paru primer dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Kanker Paru Primer berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tahun

2011 2012

N (kasus) Persentasi (%) N (kasus) Persentasi (%)

Pria 62 76,5 97 83,6

Wanita 19 23,5 19 16,4

Total 81 100 116 100

Jumlah penderita kanker paru primer pada tahun 2011 adalah sebanyak 81 kasus, yang terdiri dari 62 kasus pada pria (76,5%) dan 19 kasus pada wanita (23,5%). Sementara untuk tahun 2012 terdapat 116 kasus yang terdiri dari 97 kasus pada pria (83,6%) dan 19 kasus pada wanita (16,4%).

5.1.2.2. Distribusi Penderita Kanker Paru Primer Berdasarkan Kelompok Usia

(24)

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Kanker Paru berdasarkan Kelompok Usia

(25)

5.1.2.3. Distribusi Penderita Kanker Paru Primer Berdasarkan Gejala Klinis

Dari data penelitian ini, distribusi penderita kanker paru primer berdasarkan gejala klinis dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Kanker Paru Primer Berdasarkan Gejala Klinis Batuk, Sesak Napas, Nyeri Dada

Gejala

Distribusi penderita kanker paru primer berdasarkan gejala klinis batuk, sesak nafas, nyeri dada (tabel 5.3), pada tahun 2011 jumlah penderita yang mengalami keluhan batuk sebanyak 73 kasus (90,1%), sesak napas 69 kasus (85,2%), dan nyeri dada sebanyak 71 kasus (87,7%). Sementara pada tahun 2012 terdapat 105 kasus (90,5%) yang mempunyai keluhan batuk, 90 kasus (77,6%) mengalami sesak napas, dan 99 kasus (85,3%) mengalami nyeri dada.

5.1.2.4. Distribusi Penderita Kanker Paru Primer Berdasarkan Jenis Tumor

(26)

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Kanker Paru Primer berdasarkan Jenis

Berdasarkan tabel 5.4, didapati penderita kanker paru primer pada tahun 2011 sebanyak 1 kasus (1,2%) yang jenis SCLC, sementara 80 kasus lainnya (98,8%) menderita jenis NSCLC. Untuk tahun 2012 terdapat 6 kasus (5,2%) yang menderita jenis SCLC, dan sebanyak 110 kasus (94,8%) yang menderita jenis

NSCLC.

5.1.2.5. Distribusi Penderita Kanker Paru Primer Berdasarkan Effusi Pleura

Dari data penelitian ini, distribusi penderita kanker paru primer berdasarkan ada tidaknya efusi pleura bisa dilihat pada tabel 5.5.

(27)

Berdasarkan tabel 5.5, untuk tahun 2011 terdapat 55 kasus (67,9%) yang mengalami effusi pleura, sementara 26 kasus lainnya (32,1%) tidak ditemukan effusi pleura. Untuk tahun 2012 terdapat 67 kasus (57,8%) yang mengalami effusi pleura, sementara ada 49 kasus lainnya (42,2%) yang tidak mengalaminya.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 5.1) didapati bahwa angka kejadian kanker paru primer lebih banyak pada pria daripada wanita. Insidensi pada tahun 2011 tidak jauh berbeda dengan tahun 2012. Pada tahun 2011 terdapat 62 pria (76,5%) dan 19 wanita (23,5%) yang menderita kanker. Pada tahun 2012 terdapat peningkatan dimana terdapat 97 pria (83,6%) dan 19 wanita (16,4%) yang menderita kanker paru primer tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuntio Sri Herlambang (2003) yang menyatakan bahwa insidensi memang lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.

Menurut kelompok usia penderita (tabel 5.2), kelompok usia di atas umur 50 tahun yang lebih banyak daripada kelompok usia di bawah 50 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, et al., (2009) yang menyatakan bahwa pasien yang terkena kanker paru berumur di atas 40 tahun, rerata umur 60 tahun yang dihubungkan dengan kebiasaan merokok dan umur mulai merokok. Namun didapati 1 kasus pada tahun 2011 yang berusia 17 tahun. Hal ini mungkin terjadi mengingat semakin meningkatnya konsumsi merokok pada usia- usia muda, ekspos terhadap karsinogen yang lebih tinggi, memiliki faktor host yang meningkatkan kepekaannya terhadap efek onkogenik dari pada karsinogen, dan mungkin juga pengaruh genetika dan lain nya. Hal senada juga dituliskan oleh Kuntio Sri Herlambang (2003) dalam penelitian sebelumnya.

(28)

ditemukan dalam data dari RSUD Dr. Sutomo Surabaya yang mendapatkan frekuensi simptom yang sama, terdapat dalam penelitian Kuntio Sri Herlambang (2003).

Berdasarkan jenis tumor (tabel 5.4), jenis kanker yang terbanyak adalah

Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) sebanyak 80 dari 81 kasus (98,8%)

pada tahun 2011, dan 110 dari 116 kasus (94,8%) pada tahun 2012. Ini sesuai dengan data dalam jurnal yang berjudul: The Positive Result Of Cytology

Brushing At Flexible Fiberoptic Bronchoscopy Compared with Transthoracic

Needle Aspiration in Central Lung Tumor oleh Wahyuni, et al., (2003).

(29)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Insidensi kanker paru primer di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan adalah sebanyak 197 orang.

2. Kanker paru primer di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan yang terbanyak terjadi pada pria.

3. Kelompok usia tersering yang mengalami keganasan paru primer di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan adalah usia di atas 50 tahun.

4. Jenis tumor tersering pada penderita kanker paru primer di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan adalah jenis Non Small Cell Lung

Carcinoma (NSCLC).

2. Saran

1. Rekam Medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan unsur-unsur demografi, pelaporan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan follow up yang dilakukan, serta lebih spesifik dalam pengklasifikasian sehingga memudahkan dalam pengolahan data.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Paru

Paru merupakan sepasang organ berbentuk kerucut yang terletak pada

rongga dada. Keduanya dipisahkan oleh jantung dan mediastinum, yang membagi

rongga toraks menjadi dua ruangan yang terbagi jelas. Bila salah satu paru

mengalami kolaps, yang lainnya masih dapat mengembang. Paru dilindungi oleh 2

lapisan membran serosa yang dinamakan membran pleura. Lapisan paling luar

(pleura parietal) berpaparan langsung dengan rongga toraks; lapisan dalam (pleura

viseral) langsung berpaparan dengan dinding paru.

Di antara dua lapisan pleura terdapat sebuah rongga kecil yang disebut

rongga pleura yang berisi cairan lubrikan. Cairan ini berguna untuk mengurangi

gesekan antar membran sehingga paru bisa melakukan fungsinya dengan baik.

Cairan ini juga berfungsi untuk melekatkan membran yang satu dengan yang

lainnya (Tortora, 2009).

Gambar 2.1. Gambaran Paru

serta Pleura Secara Anterior Pada

(31)

Gambar 2.2. Bagian Lateral dan Medial Paru Kanan dan Kiri (Tortora, 2009).

2.2. Histologi Paru 2.2.1. Bronkiolus

Bronkiolus adalah jalan napas intralobular yang berdiameter ≤ 5 mm, tidak

memiliki tulang rawan maupun kelenjar dalam mukosanya. Epitel bronhkiolus

terminalis juga mengandung sel Clara. Sel Clara mensekresi protein yang

melindungi lapisan bronkiolus terhadap polutan oksidatif dan inflamasi.Lamina

propria bronkiolus sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat elastin. Otot-

otot bronki dan bronkioli berada dibawah kendali nervus vagus dan susunan saraf

simpatis. Stimulasi nervus vagus mengurangi diameter struktur- struktur ini;

stimulasi simpatis menghasilkan efek kebalikannya.

2.2.2. Bronkiolus respiratorius

Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa

bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus

(32)

epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada bagian tepi muara alveolus, epitel

bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng (sel alveolus tipe I).

2.2.3. Duktus Alveolaris

Duktus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang

sangat halus. Di dalam lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus, terdapat

anyaman sel otot polos.

2.2.4. Alveolus

Alvelous merupakan penonjolan (evaginasi) mirip kantung (berdiameter

sekitar 200 µm) di bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus

alveolaris. Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka

pada satu sisinya, yang mirip dengan sarang lebah.

Sel tipe I atau sel alveolus gepeng merupakan sel sangat tipis yang

melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati hampir 97% dari permukaan

alveolus (3% sisanya ditempati oleh sel tipe II). Sel tipe II tersebar di antara

sel-sel alveolus tipe I. Pada sediaan histologi, sel-sel-sel-sel tipe II menampilkan ciri

sitoplasma bervesikel yang khas atau berbusa.

Surfaktan paru mempunyai beberapa fungsi penting dalam paru namun yang

utama, zat ini mengurangi tegangan permukaan sel-sel alveolus. Tanpa adanya

surfaktan, alveolus cenderung kolaps selama ekspirasi. Dalam perkembangan

fetus, surfaktan muncul pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan bertepatan

(33)

2.3. Kanker Paru

2.3.1. Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

pernapasan. (Alsagaff et al., 2010). Kanker paru merupakan penyebab utama

kematian akibat penyakit keganasan, terbanyak pada kelompok laki-laki dan

cenderung meningkat insidensnya pada perempuan. Lebih dari satu juta orang

meninggal akibat kanker paru pertahunnya. (Yulianti et al., 2011).

2.3.2. Etiologi

Sama seperti umumnya kanker yang lain, penyebab pasti kanker paru

belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat

karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain

seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Zulkifli, 2009).

Beberapa penyebab penyakit ini adalah: rokok, pengaruh paparan industri,

pengaruh penyakit lain/predisposisi karsinoma bronkogenik oleh karena penyakit

lain, dan pengaruh genetik dan status imunologis.

1. Rokok

Rokok diduga sebagai penyebab tersering dari penyakit ini. Terdapat

cukup fakta untuk menghubungkan rokok dengan karsinoma bronkogenik.

Bahan- bahan karsinogen yang terdapat dalam asap rokok antara lain

polonium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter rokok dikatakan

dapat menurunkan risiko terjadinya karsinoma bronkogenik, namun risiko

(34)

lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok (Alsagaff et al.,

2010).

Berikut ini dapat dilihat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap

dengan besar resiko terjadinya karsinoma bronkogenik pada perokok.

Dalam jangka panjang (10-20 tahun), merokok: 1-10 batang/hari

meningkatkan resiko 15 kali, 20-30 batang/hari meningkatkan resiko

40-50 kali, dan 40-40-50 batang/hari meningkatkan resiko 70-80 kali. Jika

seorang perokok menghentikan kebiasaan merokok, maka penurunan

resiko baru tampak setelah 3 tahun penghentian dan akan menunjukkan

resiko yang sama dengan yang bukan perokok setelah 10-13 tahun. Perlu

diketahui bahwa bagi perokok disamping membahayakan diri sendiri juga

dapat membahayakan orang-orang sekitarnya (perokok pasif). Hal ini

dibenarkan oleh berbagai laporan dari Jepang dan Skandinavia, yang

menjelaskan bahwa istri, anak dan keluarga bukan perokok. (Alsagaff et

al.,2010). Risiko untuk menderita karsinoma bronkogenik selain oleh

rokok, juga dapat disebabkan berbagai bahan lain yang bersifat karsinogen

yang terdapat di tempat kerja antara lain asbestos, uranium, nikel dan

sebagainya.

2. Pengaruh paparan industri

Bahan-bahan industri yang paling banyak dihubungkan dengan karsinoma

bronkogenik adalah asbestos. Dinyatakan bahwa asbestos dapat

(35)

bersifat karsinogen. Para penambang uranium mempunyai resiko

menderita kanker paru 4 kali lebih besar daripada populasi umum. Paparan

industri ini biasanya baru tampak pengaruhnya setelah 15-20 tahun.

3. Pengaruh penyakit lain/predisposisi karsinoma bronkogenik oleh karena penyakit lain

Tuberkulosis paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma

bronkogenik melalui mekanisme hiperplasia metaplasi. Karsinoma insitu

dari karsinoma bronkogenik diduga timbul sebagai akibat adanya jaringan

parut tuberkulosis.

4. Pengaruh Genetik dan Status Imunologis

Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan bahwa faktor yang

terlibat berkaitan dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH).

Kanker lebih banyak didapatkan pada orang dengan aktivitas AHH yang

sedang atau tinggi. Keadaan ini mungkin dapat menerangkan peranan

faktor rokok sebagai salah satu faktor penyebab. Oleh karena enzim AHH

memetabolisir benzopyrene serta hidrokarbon polisiklik aromatic lainnya

menjadi karsinogen yang lebih reaktif.

Status imunologis penderita yang dipantau dari respons imun seluler

menunjukkan adanya korelasi antara derajat diferensiasi sel, stadium

(36)

alergi umumnya tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap

pengobatan dan lebih cepat meninggal. (Alsagaff et al., 2010).

2.3.3. Patogenesis

Paparan yang lama dan berulang oleh zat-zat asing seperti benzoapyrene

pada rokok, uranium dan asbestos yg berasal dari paparan industri, radon akan

menyebabkan inflamasi pada lapisan epithelium di saluran pernapasan. Inflamasi

ini akan menyebabkan metaplasia pada sel squamous yang selanjutnya menjadi

squamous dysplasia, yang pada tahap lebih lanjut akan menyebabkan carcinoma

in situ dan menjadi invasive carcinoma. Selama proses ini juga terjadi mutasi

pada gen-gen seperti c-Kit (40-70%), MYCN dan MYCL (20-30%), p53 (90%), 3p

(100%), RB (90%), BCL2 (75-90%). Tahapan- tahapan inilah yang akan terjadi

dan menimbulkan keganasan pada organ paru (Husain, 2010).

2.3.4. Klasifikasi

Klasifikasi histologik karsinoma bronkogenik dapat dibagi atas: (I).

Karsinoma Paru non Sel Kecil (NSCLC) (70%-75%); (a). Karsinoma sel

skuamosa (epidermoid) (25%-30%); (b). Adenokarsinoma, termasuk karsinoma

bronkioloalveolus (30%-35%); (c). Karsinoma sel besar (10%-15%); (II).

Karsinoma Paru Sel Kecil (SCLC) (20%-25%); (III). Pola Kombinasi (5%-10%)

(37)

Tabel 2.1. Klasifikasi Histologis WHO 1999 untuk Tumor Paru dan Tumor Pleura

(Dikutip dari: Amin, Z.,2009.Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III)

Epithelial tumors

Benign Papiloma, adenoma

Preinvasive lesions Squamous dysplasia/carcinoma in situ, atypical adenomatous hyperplasia, Diffuse idiopathic pulmonary neuroendocrine cell hyperplasia

Malignant Squamous cell carsinoma: papillary, clear cell, basaloid. mucinous and nonmucinous or indeterminate cell type.

 Solid carcinoma with mucin formation.

Adenocarcinoma with mixed subtypes

Large cell carsinoma: Large cell neuroendocrine carcinoma, Basaloid carcinoma, Lymphoepithelioma-like carcinoma, clear cell carcinoma, large cell carcinoma with rhabdoid phenotype.

Adenosquamous carcinoma

Carcinoma with plemorphic sarcomatoid or sarcomatous elements.

Carcinoid tumor : typical carcinoid, atypical carcinoid.

Carcinomas of salicary gland type : mucoepi dermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma.

Others Soft tissue tumors

(38)

2.3.4.1. Karsinoma paru sel kecil

Umumnya tampak sebagai masa abu- abu pucat yang terletak di

sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan

dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Sel tumor

sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush

artifact” pada sediaan biopsi. Ciri lainnya yang paling jelas pada

pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel

tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

2.3.4.2. Karsinoma sel skuamosa

Lebih sering pada laki- laki. Tumor ini cenderung timbul di

bagian tengah bronkus utama dan akhirnya menyebar ke kelenjar

hilus lokal. Tipe ini sering didahului selama bertahun- tahun oleh

metaplasia atau dysplasia skuamosa di epitel bronkus, yang

kemudian berubah menjadi karsinoma in situ, suatu fase yang

mungkin berlangsung selama beberapa tahun.

2.3.4.3. Adenokarsinoma

Sering terdapat di perifer dan banyaak timbul pada jaringan parut

paru perifer (scar carcinoma). Tipe yang satu ini memiliki

keterkaitan paling lemah terhadap riwayat merokok. Secara

umum, tumor ini tumbuh lambat dan membentuk massa yang

lebih kecil daripada massa subtipe lainnya, tetapi tumor ini

(39)

2.3.4.4. Karsinoma sel besar

Sel besar, biasanya anaplastik, dan memiliki nukleus vesicular

dengan nukleolus mencolok. Karsinoma jenis ini memiliki

prognosis buruk, karena kecenderungannya menyebar ke tempat

jauh pada awal perjalanan penyakit (Kumar, 2010).

2.3.5. Gejala Klinis

Manifestasi klinis karsinoma bronkogenik beraneka ragam, secara garis

besar dapat dibagi atas: (1). Gejala intrapulmoner; (2). Gejala intratorasik

ekstrapulmonal; (3). Gejala ekstratorasik non metastasis; dan (4). Gejala

ekstratorasik metastatik.

1. Gejala Intrapulmonal

Merupakan gejala lokal yang disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi

karena ada gangguan pergerakan silia serta ulserasi bronkus, sehingga

memudahkan terjadi radang berulang. Keluhan batuk lebih dari 2 minggu

merupakan suatu gejala yang patut mendapat perhatian dan menggugah

kewaspadaan, terutama pada golongan populasi yang mempunyai resiko

untuk mendapatkan kanker paru, yaitu: (a). Pria; (b). Berumur di atas 40

tahun; (c). Merokok/perokok berat; dan (d). Bekerja di industri yang

berkaitan dengan bahan karsinogen.

Keluhan batuk terdapat pada 70-90% kasus. Batuk darah sebagai akibat

ulserasi terjadi pada 6-51% kasus. Keluhan lain bisa berupa nyeri dada

unilateral yang tidak terbatas tegas. Patogenesa nyeri dada sampai saat ini

(40)

kasus. Sesak napas didapatkan pada 58% kasus, mungkin disebabkan

oleh tumor sendiri, atau oleh obstruksi yang ditimbulkannya ataupun

atelektasis.

2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner

Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan/merusak

struktur-struktur di dalam mediastinum dengan akibat antara lain: (a). Nervus

phrenicus, paralise diafragma; (b). Nervus recurrens, paralise korda

vokalis; (c). Saraf simpatik, sindroma Horner, keluhannya berupa

enoftalmus, miosis, ptosis, anhidrosis; (d). Esofagus, disfagi; (e). Vena

cava superior, sindroma vena cava superior yang terjadi karena

bendungan pada vena cava superior dan disertai pembengkakan

muka dan lengan; (f). Trakea/bronkus, dapat terjadi sesak akibat

atelektasis total; dan (g). Jantung, keluhannya berupa gangguan

fungsional, terjadi efusi perikardial.

3. Gejala Ekstrapulmonal Non-metastasis

Gejala ekstrapulmonal yang non-metastasis dapat menimbulkan

manifestasi pada neuromuskuler, endokrin metabolik, jaringan ikat dan

tulang, sertavaskuler dan hematologik.

Manifestasi Neuromuskuler. Insiden terjadinya manifestasi

neuromuskuler sekitar 4-15%. Pada kasus lanjut dapat ditemukan

sindroma “neuropatia karsinomatosa”, yang bersifat progresif. Keluhan

ini sering ditemukan pada karsinoma sel kecil. Sindroma neuropatia

(41)

serebeler subakut, ensefalomiopatia dan mielopati nekrotik. Reseksi

tumor primer dapat menghilangkan gejala-gejala ini.

Manifestasi Endokrin Metabolik. Tumor pembentuk hormon dapat terjadi

pada setiap organ yang mengandung sel primitive neural crest,

berhubung sel-sel ini mampu mengkonsentrasikan dan

mendekarboksilasi precursor dari amine biogenik, maka sel ini lebih

dikenal sebagai sel APUD (Amine Precursor Uptake and

Decarboxylation Cells). Manifestasi endokrin dapat ditemukan pada

5-12,1% kasus, namun khusus pada karsinoma sel kecil insidennya

mencapai 21%. Manifestasi endokrin dapat berupa sindroma Cushing,

sindroma karsinoid, hiperparatiroid dengan hiperkalsemia, SIADH

dengan hiponatremia, sekresi insulin dengan hipoglikemia, sekresi

gonadotropin berlebih dengan ginekomastia, dan sekresi melanocyte

stimulating hormone dengan hiperpigmentasi kulit.

Manifestasi Jaringan Ikat dan Tulang. Manifestasi yang paling sering

dijumpai adalah hipertrofi pulmonary osteoarthropathy, terutama pada

karsinoma epidermoid, namun keadaan ini belum pernah ditemukan pada

karsinoma sel kecil. Hipertrofi pulmonary osteoarthropathy

dihubungkan dengan peningkatan kadar Human Growth Hormone yang

imunoreaktif di dalam plasma. Secara radiologi didapatkan pembentukan

tulang baru sub-periosteal, terutama tulang-tulang ekstremitas bagian

distal, yaitu jari-jari tubuh. Manifestasi Vaskuler dan Hematologik ,

(42)

4. Gejala Ekstratoraksik Metastatik

Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu

berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut

dapat menyebar hampir ke semua organ, terutama otak, hati dan tulang.

(Alsagaff et al., 2010).

2.3.6. Deteksi Dini Kanker Paru

Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti, merupakan

kunci terhadap diagnosis yang tepat. Menemukan kanker paru pada stadium dini

sangat sulit karena pada stadium ini tidak ada keluhan atau gejala. Ukuran tumor

pada stadium dini relatif kecil (< 1 cm) dan tumor masih berada pada epitel

bronkus. Foto rontgen dada juga tidak dapat mendeteksi kanker tersebut. Keadaan

ini disebut sebagai tumor in situ (Tis). Untuk mendapatkan sel tumor tersebut

hanya bisa dengan pemeriksaan sitologi sputum dengan bantuan bronkoskopi.

Angka keberhasilan diagnosis pemeriksaan sputum ini pada pasien tanpa

kelainan klinis dan radiologis relatif kecil, dan bila ditemukan juga sulit

menentukan asal sel tumor tersebut dalam traktus respiratorius. Untuk

mempermudah penemuan dini ini dianjurkan melakukan pemeriksaan skrining

dengan cara memeriksa sitologi sputum dan foto rontgen dada, secara berkala.

National Cancer Institute (NCI) di USA menganjurkan skrining dilakukan setiap

4 bulan dan terutama ditujukan pada laki-laki >40 tahun, perokok>1 bungkus

perhari dan atau bekerja di lingkungan berpolusi yang memungkinkan terjadi

(43)

pada 3 pusat riset kanker selama >20 tahun terhadap lebih dari 30.000

sukarelawan laki-laki perokok berat, dimana setengahnya menjalani skrining

intensif dengan pemeriksaan sitologi sputum tiap 4 bulan dan foto rontgen dada

(PA dan lateral) tiap tahun dan setengah lainnya sebagai kelompok kontrol. Hasil

penelitian ini menunjukkan angka positif tumor stadium awal pada kelompok

pertama 45% dan kelompok kontrol 15%. Pasien dengan kanker paru tersebut

memiliki angka 5-year survival sebesar 35% dibandingkan kelompok kontrol

13%. Dalam studi ini, pemeriksaan sel ganas dengan pemeriksaan sitologi sputum

lebih mudah menemukan karsinoma sel skuamosa, sedangkan foto dan rontgen

dada lebih banyak menemukan adenokarsinoma dan karsinoma sel skuamosa.

Small cell carcinoma jarang terdeteksi pada stadium dini ini. Kesesluruhan studi

menyimpulkan bahwa terdapat nilai positif (manfaat) dalam deteksi dini kanker

paru.

2.3.7. Prosedur Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa

kanker paru adalah pemeriksaan radiologi berupa foto Rontgen, CT Scan, bone

scanning; pemeriksaan sitologi dan histopatologi; Trans Thoracal Biopsy (TTB);

torakoskopi; dan mediastinoskopi.

Foto Rontgen Dada Secara Posterior-Anterior (PA) dan Lateral.

Pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Pada

kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk menilai

(44)

doubling time antara 37-465 hari. Bila doubling time >18bulan, berarti tumornya

benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalahlesi berbentuk bulat

konsentris, solid dan adanya kalsifikasi yang tegas. Pemeriksaan foto rontgen

dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan adanya tumor

paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor.

Pemeriksaan penunjang radiologis lain yang kadang-kadang diperlukan juga

adalah bronkografi, fluoroskopi, superior vena cavografi, ventilation/perfusion

scanning, ultrasound sonography.

Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonance

Imaging. Pemeriksaan CT Scan pada toraks, lebih sensitif daripada pemeriksaan

foto dada biasa, karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter

minimal 3mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai

25-60%. Pemeriksaan MRI tidak rutin dikerjakan, karena ia hanya terbatas untuk

menilai kelainan tumor yang menginvasi kedalam vertebra, medulla spinal,

medistinum, di samping biayanya juga cukup mahal.

Pemeriksaan Bone Scanning. Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada

tanda-tanda metastasis ke tulang. Insiden tumor Non Small Cell Lung Cancer

(NSCLC) ke tulang dilaporkan sebesar 15%.

Pemeriksaan Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan

terutama bila pasien ada keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu

memberikan hasil positif karena ia tergantung dari letak tumor terhadap bronkus,

jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang diperiksa

(45)

(sputum harus segar). Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan

sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma

sel skuamosa.

Pemeriksaan Histopatologi. Pemeriksaan histopatologi adalah standar

emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan spesimennya , dengan cara biopsi

melalui Bronkoskopi.

Bronkoskopi.. Modifikasi dari bronkoskopi serat optik dapat berupa: (a). Trans bronchial lung biopsy (TBLB) dengan tuntunan fluroskopi, atau

ultrasonografi. Ultrasound bronchoscopy, juga dikembangkan pada saat ini untuk

mendeteksi tumor perifer, tumor endobronkial, kelenjar getah bening mediastinum

dan lesi daerah hilus. Hal positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95%

untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80% untuk tumor yang letaknya perifer

Trans Bronchial Needle-Aspiration (TBNA). Dikerjakan terhadap nodul

getah bening di hilus atau mediastinum. Hasilnya akan lebih baik bila dituntun

dengan CT Scan.

Trans Thoracal Biopsy (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi

yang letaknya perifer dengan ukuran > 2 cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.

Komplikasi pneumotorak dapat mencapai 20-25% dan hemoptisis sampai 20%.

Dengan persiapan yag lebih baik, komplikasi ini bisa diperkecil.

Torakoskopi. Untuk tumor yang letaknya dipermukaan pleura visceralis,

biopsi dengan cara Video Assisted Thorascoscopy memiliki sensitivitas dan

(46)

Mediastinoskopi. Lebih dari 20% kanker paru bermetastasis ke

mediastinum, terutama Small Cell Ca dan Large Cell Ca. Untuk mendapatkan

tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat dapat dilakukan dengan

cara mediastinoskopi dimana mediastinoskopi dimasukkan melalui insisi supra

sternal.

Torakotomi. Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila

berbagai prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel

tumor. (Amin, 2009)

2.3.8. Staging

Penetuan staging sangat penting untuk pilihan terapi dan prognosis kanker

paru. Oleh karena itu sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT-scan thorak, USG

abdomen (CT-scan abdomen), CT-scan otak dan bone scanning. Sistem staging

kanker paru berdasarkan TNM dapat dilihat pada table berikut ini (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Staging Sistem TNM Kanker Paru (Jurnal Respirologi Indonesia, 2010)

Staging Keterangan

Tx Hanya ditemukan kepositifan dari sitologi sputum

T1 Ukuran tumor ≤ 3 cm

 T1a

 T1b

Ukuran tumor ≤ 2 cm Ukuran tumor ≤ 2 cm

T2 Tumor/lesi ≥ dari karina, invasi ke pleura viseralis, atelektasis sebagian

 T1a

 T1b

Ukuran tumor > 3-5 cm Ukuran tumor > 5-7 cm

T3 Ukuran tumor > 7 cm, invasi ke dinding dada, diafragma, pleura mediastinal, jarak < 2 cm dari karina, atelektasis total, >1 nodule dalam 1 lobus

(47)

Sistem ini membagi kanker paru menjadi 2 tipe yaitu NSCLC dan SCLC.

Staging NSCLC dibagi berdasarkan sistem TNM yaitu tumor primer (T), nodus

regional (N) atau metastase jauh (M). Kombinasi T, N dan M menentukan staging

(48)
(49)

2.3.9. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan kanker adalah: (1). Kuratif, menyembuhkan/

memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup

pasien; (2). Paliatif, mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup;

(3). Rawat rumah (Hospital care) pada kasus terminal, mengurangi dampak fisik

maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga; dan (4). Suportif,

menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi,

transfusi darah dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan obat anti

infeksi.

Penanganan untuk karsinoma non-small cell paru, berupa pembedahan,

radioterapi, dan kemoterapi. Sedangkan untuk SCLC dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Limited-stage disease yang diobati dengan tujuan kuratif (kombinasi

kemoterapi dan radiasi) dan angka keberhasilan terapi sebesar 20%.

2. Extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon

terapi inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar

20-30%. Angka median-survival time untuk limited-stage disease adalah 18

bulan dan untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan. (Amin, 2009).

2.3.10. Prognosis

Tanpa pengobatan, harapan hidup pada extensive-stage disease SCLC yaitu 6-12 minggu dan 3-6 bulan pada limited-stage disease SCLC. Namun dengan

pengobatan modern angka median survival time untuk limited-stage disease SCLC

(50)

2.3.11. Pencegahan

Pencegahan terpenting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti

merokok dapat mengurangi risiko terkena kanker paru. Penelitian dari kelompok

(51)

2.3.12. Kerangka Teori

Gambar 2.4. Kerangka Teori Sel epitel paru normal Faktor- faktor penyebab :

rokok, polusi udara, pengaruh paparan industri, pengaruh genetik, penyakit lain

Hiperplasia

Squamous metaplasia

Displasia a

Karcinoma In Situ

Karsinoma Invasif

Awal

Pertengahan

(52)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkontrol dari sel (WHO, 2013). Salah satu jenis kanker yang paling mematikan adalah kanker paru. Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru (Kufe et al., 2010). Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian utama dari semua kematian akibat kanker baik pada pria maupun wanita (Ferlay, 2004). Menurut CDC (2010), sebanyak 205.974 orang menderita kanker paru di Amerika (110.190 pria dan 95.784 wanita). Dan sebanyak 158.081 orang meninggal karena penyakit ini (87.694 pria dan 70.387 wanita).

Di Inggris pada tahun 2009 terdapat 23.041 penderita kanker paru pada laki-laki, dan 18.387 penderita pada wanita. Angka kejadian ini mulai meningkat pada usia 40 tahun, dan mencapai puncaknya pada kelompok usia 80-84 tahun. (Cancer Research UK, 2009). Di Indonesia, angka kejadian kanker bronkus dan paru pada pasien rawat inap sebesar 5,8% dari seluruh jenis kanker (Depkes, 2007).

Patogenesis kanker paru masih belum pasti, namun diduga terjadi perubahan metaplasia pada sel mukosal bronkus dalam meresponi paparan yang kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Dalam proses metaplasia, terjadi pergantian lapisan pelapis epitel kolumnar pada mukosa bronkus dengan epitel sel skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasia sel pelapis mukosa. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, namun diperkirakan kurang lebih 10-20 tahun (Kufe et al., 2010).

(53)

sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini juga membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Bila tidak segera ditangani, bisa menyebar dan bermetastasis dan akhirnya meningkatkan derajat keparahan. (Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, 2003).

Sebagai penyakit yang mematikan, kanker paru bisa bermetastasis di dalam paru (intrapulmoner) dan di luar paru (ekstrapulmoner) . KGB (kelenjar getah bening) merupakan salah satu tempat metastasis tersering dari penyakit ini. Ada sekitar 600 kelenjar getah bening, tapi hanya yang berada di submandibular, aksilla, ataupun daerah inguinal yang dapat teraba secara normal pada orang sehat (AAFP, 1998). Gangguan pada kelenjar getah bening bisa menyebabkan limfadenopati.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik Medan antara tahun 2011-2012?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tipe karakteristik penderita kanker paru primer berdasarkan hasil rekam medik di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011-2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

(54)

2. Mengetahui karakteristik penderita berdasarkan usia, jenis kelamin, gejala klinis, effusi pleura, dan jenis tumor kanker paru primer di RSUP Haji Adam Malik Medan

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan :

1. Semakin memperbanyak data dan memudahkan pihak rumah sakit untuk mendokumentasikan para penderita yang mengalami kejadian serupa. 2. Semakin memperkaya wawasan para pembaca tentang bahaya dari

penyakit ini dan banyaknya angka kejadian, sehingga bisa lebih waspada dan berhati- hati

(55)

ABSTRAK

Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian yang utama akibat penyakit keganasan. Lebih dari satu juta orang meninggal akibat penyakit kanker paru pertahunnya. Insidensi kanker paru lebih banyak pada pria, namun akhir- akhir ini insidensi pada perempuan cenderung meningkat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross

sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP

HAM) Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 197 data rekam medis dari kanker paru primer pada Januari 2011 - Desember 2012 yang dipilih dengan metode total sampling.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi dan karakteristik penderita kanker paru primer yang didiagnosis di RSUP HAM Medan. Dari 197 kasus (100%), 159 kasus adalah pria (80,71%). Jenis kanker paru yang terbanyak adalah Non Small Cell Lung Carcinoma (190 kasus ; 96,44%). Usia yang terbanyak adalah kelompok usia diatas 50 tahun.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan jumlah penderita kanker paru di RSUP H. Adam Malik dari Januari 2011 sampai Desember 2012.

(56)

ABSTRACT

Lung cancer is one of the highest causes of death related to malignancy. It

is estimated that more than a million dies every year because of it.. Previously,

the incidence of lung cancer is higher in male, but recently, it has shown that the

incidence in female is increasing rapidly.

This is a descriptive study with a cross-sectional designed that was done in

Haji Adam Malik General Hospital. Samples were collected from the analysis of 197 medical records of lung cancer in January 2011 – December 2012 that were chosen from total sampling method.

This study was undertaken to determine the incidence and characteristics

of patients with primary lung cancer whom was diagnosed in RSUPHAM. Of all

197 cases, 159 cases (80.71%) were men and the most type of lung cancer found

was NSCLC. While the highest incidence in accordance to age was found in the

age group of 50 years and above.

It can be concluded that, there was an increasing number of patients with

lung cancer in RSUPHAM in January 2011 until December 2012.

(57)

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU PRIMER

di DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2011 - DESEMBER 2012

Oleh:

MTS. GENDEDY TUMANGGOR

100100232

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(58)

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU PRIMER

di DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT PARU

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2011 - DESEMBER 2012

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

MTS. GENDEDY TUMANGGOR

100100232

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(59)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Penderita Kanker Paru Primer di Departemen Ilmu Penyakit Paru RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011- Desember 2012

Nama : MTS. Gendedy Tumanggor NIM : 100100232

Pembimbing Penguji I

(dr. Betty, M.Ked. (PA), Sp.PA) (dr. Alfansuri Kadri, Sp.S) NIP: 19681009 1999 03 2 002 NIP: 19781109 2003 12 1 001

Penguji II

(dr. Setia Putra Tarigan, Sp.P) NIP: 19730327 2008 01 1 013

Medan, 6 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

(60)

ABSTRAK

Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian yang utama akibat penyakit keganasan. Lebih dari satu juta orang meninggal akibat penyakit kanker paru pertahunnya. Insidensi kanker paru lebih banyak pada pria, namun akhir- akhir ini insidensi pada perempuan cenderung meningkat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross

sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP

HAM) Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 197 data rekam medis dari kanker paru primer pada Januari 2011 - Desember 2012 yang dipilih dengan metode total sampling.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi dan karakteristik penderita kanker paru primer yang didiagnosis di RSUP HAM Medan. Dari 197 kasus (100%), 159 kasus adalah pria (80,71%). Jenis kanker paru yang terbanyak adalah Non Small Cell Lung Carcinoma (190 kasus ; 96,44%). Usia yang terbanyak adalah kelompok usia diatas 50 tahun.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan jumlah penderita kanker paru di RSUP H. Adam Malik dari Januari 2011 sampai Desember 2012.

(61)

ABSTRACT

Lung cancer is one of the highest causes of death related to malignancy. It

is estimated that more than a million dies every year because of it.. Previously,

the incidence of lung cancer is higher in male, but recently, it has shown that the

incidence in female is increasing rapidly.

This is a descriptive study with a cross-sectional designed that was done in

Haji Adam Malik General Hospital. Samples were collected from the analysis of 197 medical records of lung cancer in January 2011 – December 2012 that were chosen from total sampling method.

This study was undertaken to determine the incidence and characteristics

of patients with primary lung cancer whom was diagnosed in RSUPHAM. Of all

197 cases, 159 cases (80.71%) were men and the most type of lung cancer found

was NSCLC. While the highest incidence in accordance to age was found in the

age group of 50 years and above.

It can be concluded that, there was an increasing number of patients with

lung cancer in RSUPHAM in January 2011 until December 2012.

(62)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. Betty, M.Ked. (PA), Sp. PA, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr.Alfansuri Kadri, Sp.S dan dr.Setia Putra Tarigan, Sp.P selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Zulkarnain Rangkuti, Msi yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(63)

5. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh teman- teman FK USU angkatan 2010 dan para sahabat yang luar biasa, yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu karena keterbatasan tempat, atas dukungan dan motivasi luar biasa yang sangat membantu penulis.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk

melaksanakan penelitian yang berjudul ”Karakteristik Penderita Kanker Paru

Primer di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2012” ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan,Desember 2013

(64)

DAFTAR ISI

1.3.Tujuan Penelitian ……….... 2

1.4.Manfaat Penelitian ……….. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 4

2.1. Anatomi Paru ………. 4

2.2. Histologi Paru ………... 5

2.2.1. Bronkiolus ………... 5

2.2.2. Bronkiolus respiratorius ……… 5

2.2.3. Duktus Alveolaris ………. 6

(65)

2.3.5. Gejala Klinis ……….. 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .. 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………... 26

3.2. Definisi Operasional ………... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ………... 29

4.1. Jenis Penelitian ………... 29

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ……… 30

4.5.Metode Pengolahan dan Analisa Data ………. 30

4.6.Jadwal Penelitian ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Hasil Penelitian ... 32

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 32

5.1.2.1. Distribusi Penderita berdasarkan Jenis Kelamin .. 33

5.1.2.2. Distribusi Penderita berdasarkan Kelompok Usia ... 33

5.1.2.3. Distribusi Penderita berdasarkan Gejala Klinis .... 35

5.1.2.4. Distri busi Penderita berdasarkan Jenis Tumor .... 35

(66)

5.2. Pembahasan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ……… 40

(67)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Histologis WHO 1999 untuk Tumor Paru dan

Tumor Pleura………...11

Tabel 2.2 Staging Sistem TNM Kanker Paru……….20 Tabel 4.1. Jadwal Penelitian………..31 Tabel 5.1 Distribusi Penderita Kanker Paru Primer berdasarkan Jenis

Kelamin………. 33

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Kanker Paru Primer berdasarkan

Kelompok Usia Tahun 2011 2012………... ....34 Tabel 5.3 Distribusi Penderita Kanker Paru Primer pada Tahun 2011-

2012 berdasarkan Gejala Klinis Batuk, Sesak Napas, Nyeri Dada….. ...35 Tabel 5.4 Distribusi Penderita Kanker Paru Primer pada Tahun 2011-

2012 berdasarkan Jenis

Tumor………...………36

(68)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Gambaran Paru serta Pleura Secara Anterior Pada

Toraks ... 4

Gambar 2.2. Bagian Lateral dan Medial Paru Kanan dan Kiri ... 5

Gambar 2.3. Staging Kanker Paru ... 22

(69)

DAFTAR SINGKATAN

AAFP American Academy of Family Physicians

CDC Centers for Disease Control

DEPKES Departemen Kesehatan

KGB Kelenjar Getah Bening

NCI National Cancer Institute

NSCLC Non Small Cell Lung Carcinoma

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SCLC Small Cell Lung Carcinoma

TBLB Trans Bronchial Lung Biopsy

TTB Trans Thoracal Biopsy

(70)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Data Induk

Gambar

Gambar 3.1.Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Jadwal Penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Penderita Kanker Paru Primer berdasarkan Jenis         Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Kanker Paru berdasarkan Kelompok Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

Pengalaman 4 tahun terakhir pengadaan dilingkungan pemerintah untuk pekerjaan yang sama/sejenis yaitu pada subbidang Bidang Teknologi Informasi, Perangkat Keras,

Universitas Negeri

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 25 September 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Pokja akan melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan memperlihatkan dokumen

3.3 Mengenal teks buku harian tentang kegiatan anggota keluarga dan dokumen milik keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat

[r]