• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pasien Pneumonia Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Pasien Pneumonia Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pratheeba Nair Prabaharan Tempat /tanggal lahir : Johor, Malaysia / 27 June 1993

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Dr. Mansyur No. 84D, Medan Nomor Telepon : 087867338689

Orang Tua : Prabaharan Subramaniam : Rada Chamy

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia SPM – 2010

: Masterskill University College of Health Science – 2011 : Fakultas Kedokteran USU - sekarang

Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan (PKPMI-CM)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

STATISTICS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

laki-laki 24 72.7 72.7 72.7

perempuan 9 27.3 27.3 100.0

(9)

STATUS GIZI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

gizi baik 20 60.6 60.6 60.6

gizi buruk 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

STATUS IMUNISASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

diimunisasi 15 45.5 45.5 45.5

tidak diimunisasi 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

KESEMBUHAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

sembuh 8 24.2 24.2 24.2

meninggal 7 21.2 21.2 45.5

pulang paksa 18 54.5 54.5 100.0

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Agussalim, 2012, Hubungan Pengetahuan, Status Imunisasi dan Keberadaan Perokok dalam Rumah Tangga Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Akut pada Balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar, Jurnal

Ilmiah STIKES U‟Budiyah, vol.1, no.2, Bandar Aceh

Alsagaff. H & Mukty. HA, 2005, „Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru’, Airlangga University Press, Surabaya, p. 110-120.

Baker. RC, 2001, Pediatric Primary Care:Ill-Child Care, Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Departemen Kesehatan. (2010) Pneumonia Pembunuh Balita. Pneumonia Balita.

Departemen Kesehatan. (2010) Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian MDG4

Direktorat Jenderal PP dan PL Subdit Ispa, 2011, Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Kemenkes RI.

Djojodibroto. D, 2009, Respiralogi ( Respiratory Medicine), ECG, Jakarta.

Dock. E & Boskey. E, 2012, Atypical Pneumonia, Healthline, Available from: http://www.healthline.com/health/atypical-pneumonia#Overview1 . [Accessed

16 April 2015].

Martin.W & Fransisca.H, 2010, Action Against Pneumonia In Children Outline Of A Global Action Plan ,Bulletin Jendela Epidemilogi, Kementerian Kesehatan

(11)

Cissy. BK, 2010, Pneumonia Pembunuh Balita. Pneumonia Balita, MDG4, Bulletin Jendela Epidemilogi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, vol.3 Jakarta.

Mardjanis. S, 2010, Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian MDG4, Bulletin Jendela Epidemilogi, Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, vol.3 Jakarta.

Kartasasmita. C, 2010, „Pneumonia pembunuh balita‟, Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 3, hal. 22-28

Kunnam. I, 2005, Evidence-Based Medicine Guildlines, John Wiley & Sons Ltd, England , (p. 954-955).

Misnadiarly. 2008, Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pustaka Obor Popular, Jakarta.

Nur, 2007, Lingkungan Fisik Kamar Tidur Dan Pneumonia Pada Anak Di Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,

vol.2, no.2

Rusepno. H & Parlogi. M, 2005, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, p: 21

Yudhi. K & Sang. KI, 2012, Karakteristik Pasien Pneumonia di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Hasil Penelitian,

(12)
(13)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien Pneumonia Pada Anak

3.2 Definisi Operasional Usia

Definisi Operasional Jumlah tahun hidup pasien penderita pneumonia sejak lahir sampai ulang tahun terakhir yang sesuai dengan rekam medis.

Alat Ukur Rekam medis.

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis.

Skala Ukur Ratio.

Hasil Ukur a. < 2 bulan

b. > 2 bulan - 5 tahun c. > 5 tahun - 18 tahun

Usia

Berat Badan Lahir Jenis Kelamin Status Gizi Status Imunisasi Kesembuhan Karakteristik Pasien

(14)

Berat Badan Lahir

Definisi Operasional Tahun hidup pasien penderita pneumonia sejak lahir.

Alat Ukur Rekam medis.

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis.

Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Normal (BBL > 2500 gram) b. Rendah (BBL < 2500 gram)

c. Tidak diukur jika umur ≥ 12 bulan saat lahir tidak ditimbang

Jenis Kelamin

Definisi Operasional Sifat jasmani yang membedakan dua makhluk sebagai wanita dan pria.

Alat Ukur Rekam medis.

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis.

Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Wanita

b. Pria

Status Gizi

(15)

Alat Ukur Rekam medis.

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis.

Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Gizi baik (BB/U terletak pada ≥ -2 SD) b. Gizi buruk (BB/U terletak pada < -2 SD)

Status Imunisasi

Definisi Operasional Imunisasi yang diberikan melalui suntikan sesuai dengan usia bayi dan jadwal imunisasi.

Alat Ukur Rekam medis.

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis.

Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Ya apabila balita sudah diimunisasi

b. Tidak apabila balita belum atau tidak diimunisasi

Kesembuhan

Definisi Operasional Kondisi pasien saat keluar dari rumah sakit.

Alat Ukur Rekam medis.

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis.

Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Sembuh

b. Meninggal

(16)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah studi deskriptif retrospektif.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di instalasi rekam media RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung dari bulan Maret 2015 dan Oktober 2015.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah rekam medis pasien anak dengan pneumonia yang dirawat inap di RSUP.H.Adam Malik Medan dari 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2014.

4.3.2 Sampel

(17)

a) Kriteria inklusi

Dari kriteria inklusi, yang diambil sebagai data adalah pasien anak yang sudah didiagnosis pneumonia anak yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2014 hingga 31 Disember 2014. b) Kriteria eksklusi

Dari kriteria eksklusi, yang tidak diambil sebagai data adalah data yang sudah memenuhi kriteria inklusi namun terdapat data dalam rekam medis yang tidak lengkap informasi pasien.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder penelitian ini adalah anak yang mengalami pneumonia yang diperoleh melalui data rekam medik dari RSUP Haji Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2014 hingga 31 Disember 2014.

Sebelum data diambil, peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara kepada Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan. Setelah surat izin penelitian diperoleh dari Fakultas Kedokteran USU, peneliti mengambil data dari rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan untuk memperoleh data kejadian pneumonia pada anak. Setelah itu, lihat data anak yang mengalami pneumonia tersebut. Kemudian menentukan data rekam medis yang lenkap dan memenuhi kriteria inklusi untuk digunakan sebagai sampel penelitian.

4.5 Metode Analisis Data

Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel distribusi. Data yang diperoleh di analisis secara statistic dengan program computer Windows SPSS versi 21.0.

(18)

1. Editing

Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila terdapat kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan baik. 2. Coding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

(19)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan atau sering disingkat RSUP Haji Adam Malik Medan beralamat di Jl. Bunga Lau no. 17 Medan merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan milik pemerintah pusat dibawah Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan merupakn pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada pasien yang didiagnosa dengan pneumonia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah sampel yang direncanakan adalah 33 orang. Sampel ini dipilih denagn melihat data rekam medik yang tertulis dengan pasien didiagnosis dengan pneumonia.

Gambar 5.1 Alur Pengambilan Sampel Sampel Penelitian

Jumlah 33 Orang

Memenuhi Kriteria Pneumonia

(20)

5.1.2.1 Distribusi Penderita berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 5.1 Distribusi Penderita berdasarkan Usia

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

< 2 bulan 2 6.1

>2 bulan – 5 tahun 16 48.5

>5 tahun – 18 tahun 15 45.5

Jumlah 33 100.0

Dari tabel 5.1 dapat memperlihatkan bahwa frekuensi tertinggi penderita pneumonia terdapat pada kelompok berusia > 5 bulan – 5 tahun sebanyak 16 penderita (48.5%), diikuti oleh kelompok berusia > 5 tahun – 18 tahun sebanyak 15 penderita (45.5%). Frekuensi terendah penderita pneumonia terdapat pada kelopok berusia < 2 bulan yaitu sebanyak 2 penderita (6.1%).

5.1.2.2 Distribusi Penderita berdasarkan Berat Badan Lahir

Tabel 5.2 Distribusi Penderita berdasarkan Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Jumlah (n) Persentase (%)

> 2500 gram 9 27.3

< 2500 gram

14 42.4

Tidak diukur 10 30.3

JUMLAH 33 100.0

(21)

dengan berat badan lahir > 2500 gram sebanyak 9 penderita (27.3%). Sedangkan berat badan lahir yang tidak terukur adalah sebanyak 10 penderita (30.3%)

5.1.2.3 Distribusi Penderita berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Penderita berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 24 72.7

Perempuan 9 27.3

JUMLAH 33 100.0

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa penderita pneumonia yang banyak adalah pada laki-laki sebanyak 24 penderita (72.7%), berbanding dengan perempuan sebanyak 9 penderita (27.3%).

5.1.2.4 Distribusi Penderita berdasarkan Status Gizi

Tabel 5.4 Distribusi Penderita berdasarkan Status Gizi

Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

Gizi baik 20 60.6

Gizi buruk 13 39.4

JUMLAH 33 100.0

(22)

5.1.2.5 Distribusi Penderita berdasarkan Status Imunisasi

Tabel 5.5 Distribusi Penderita berdasarkan Status Imunisasi

Status Immunisasi Fekuensi (n) Persentase (%)

Diimunisasi 15 45.5

Tidak diimunisasi 18 54.5

JUMLAH 33 100.0

Dari tabel 5.5 didapati bahwa kebanyakkan yang menderita pneumonia adalah pasien yang tidak diimunisasi yaitu sebanyak 18 penderita (54.5%). Penderita pneumonia yang diimunisasi adalah sebanyak 15 penderita (45.5%).

5.1.2.6 Distribusi Penderita berdasarkan Kesembuhan

Tabel 5.6 Distribusi Penderita berdasarkan Kesembuhan

Kesembuhan Frekuensi (n) Persentase (%)

Sembuh 8 24.2

Meninggal 7 21.2

Pulang atas permintaan sendiri

18 54.5

JUMLAH 33 100.0

(23)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014, diperoleh data mengenai karakteristik penderita yang Pneumonia. Data-data tersebut akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini dan dijabarkan sebagai berikut.

5.2.1 Distribusi Penderita Berdasarkan Usia

Pada penelitian ini, usia penderita pneumonia pada anak yang terbesar adalah pada kelompok berusia > 2 bulan – 5 tahun diikuti kelompok berusia > 5 tahun – 18 tahun. Sedangkan usia penderita pneumonia anak yang berjumlah kecil adalah pada kelompok berusia < 2 bulan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012). Menurut Dian, rentang usia > 2 bulan – 5 tahun dan kelompok berusia > 5 tahun – 18 tahun berisko lebih besar untuk terkena pneumonia berbanding dengan anak berusia < dari 2 bulan. Hal ini karena, sudah banyak berinteraksi dengan faktor lingkungan dan sistem imun yang lemah akibat malnutrisi.

5.2.2 Distribusi Penderita Berdasarkan Berat Badan Lahir

Dari hasil penelitian ini, anak yang menderita pneumonia lebih besar pada anak berat badan lahir rendah (< 2500 gram) dibandingkan dengan yang normal.

(24)

infeksi, terutama pneumonia dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lainnya. Hal ini dikarenakan pembentukan sistem kekebalan yang belum sempurna.

5.2.3 Distribusi Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak yang mengalami kejadian pneumonia dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), yang menyatakan bahwa pneumonia anak lebih banyak menyerang anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Menurutnya, tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian pneumonia anak. Hal ini disebabkan karena proporsi anak pneumonia pada anak perempuan dan laki-laki hampir sama.

Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur (2007), yang menyatakan bahwa anak perempuan lebih cenderung terkena pneumonia. Menurutnya, hal ini mungkin terkait dengan pendekatan antara anak perempuan dengan ibinya, sehingga kemungkinan lebih sering dibawa ke dapur yang berasap.

5.2.4 Distribusi Penderita Berdasarkan Status Gizi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan gizi baik lebih rentang terkena infeksi pneumonia dibandingkan dengan anak dengan gizi buruk.

(25)

5.2.5 Distribusi Penderita Berdasarkan Status Imunisasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang tidak diberikan imunisasi dasar lebih rentang terkena infeksi pneumonia dibandingkan dengan anak yang sudah diimunisasi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Agussalim (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status imunisasi dan infeksi pneumonia dan penyakit ISPA yang lain. Hal ini disebabkan karena pemberian imunisasi lengkap sebelum anak mencapai 1 tahun, anak akan terlindung dari infeksi pernafasan termasuk batuk rejan. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andri (2014). Menurutnya, tidak ada hubungan antara pemberian imunisasi dan terkenanya penyakit pneumonia.

5.2.6 Distribusi Penderita Berdasarkan Kesembuhan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien pulang sembuh adalah 24.2%, pasien yang meninggal adalah 21.2% dan yang selebihnya pulang atas permintaan sendiri sebanyak 54.5%.

(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada penderita Pneumonia pada anak pada tahun 2014, dapat diambil kesimpulan seperti berikut:

1. Jumlah kasus pasein anak yang menderita pneumonia di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014 adalah 33 orang.

2. Proporsi kelompok usia tertinggi yang menderita Pneumonia adalah pasien berusia < 2 bulan – 5 tahun sebanyak 16 orang (48.5%), diikuti oleh kelompok pasien berusia > 5 tahun – 18 tahun sebanyak 15 orang (45.5%). Kelompok usia terendah yang menderita pneumonia adalah pasein berusia < 2 bulan yaitu sebanyak 2 orang (6.1%).

3. Proporsi berat badan lahir tertinggi yang menderita pneumonia adalah anak yang berat badan lahirnya rendah yaitu sebanyak 14 orang (42.4%). Penderita pneumonia dengan berat badan lahirnya normal adalah sebanyak 9 orang (27.3%) dan penderita pneumonia yang berat badan lahirnya tidak terukur adalah sebanyak 10 orang (30.3%).

4. Proporsi jenis kelamin yang tertinggi ynag menderita pneumonia adalah laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu sebanyak 24 orang (72.7%). Penderita pneumonia perempuan adalah sebanyak 9 orang (27.3%).

5. Proporsi status gizi tertinggi yang menderita penyakit pneumonia adalah pasien dengan status gizi baik yaitu sebanyak 20 orang (60.6%). Pasien dengan status gizi buruk yang menderita penyakit pneumonia adalah sebanyak 13 orang (39.4%).

(27)

menderita penyakit pneumonia yang telah diimunisasi adalah sebanyak 15 orang (45.5%).

7. Proporsi kesembuhan penyakit pneumonia yang tertinggi adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri sebanyak 18 orang (54,5%). Kesembuhan penyakit pneumonia yang terendah adalah pasien yang meninggal sebanyak 7 orang (21.2%) dan diikiti oleh pasien sembuh sebanyak 8 orang (24.2%).

6.2 Saran

1. Diharapkan peningkatan tingkat pengetahuan masyarakat, tenaga paramedic dan medis mengenai gejala penyakit pneumonia supaya dapat memperbaiki prognosa penyakit ini dan akan dapat memberikan prognosa yang lebih baik. 2. Data rekam medis perlu dilengkapkan dan dirapikan sehingga informasi yang

ingin digali dapat dibaca dengan lebih mudah dan sempurna, misalnya yang berhubungan dengan faktor- faktor risiko pneumonia.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai jaringan paru-paru yang bisa diklasifikasikan sebagai radang infeksi dan non-infeksi. Penyebab faktor infeksi bisa karena bakteri, virus, mikroplasma dan protozoa. Pneumonia non-infeksi bisa terjadi karena usia tua, merokok, sistem imun yang lemah dan penyakit kronis seperti sakit jantung dan diabetes (Dock dan Boskey, 2012).

Jaringan paru-paru terdiri daripada kantong-kantong kecil yang disebut alveoli, dimana ia terisi dengan udara pada individu yang sehat. Ketika seseorang individu memiliki pneumonia, alveolinya akan terisi dengan pus dan cairan yang mengakibatkan kesakitan saat bernafas dan membatasi asupan oksigen. (WHO, 2014).

Pneumonia juga merupakan penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat. Nafas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan nafas cepat diketahui dengan menghitung tarikan nafas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan nafasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan nafasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan nafasnya 60 kali atau lebih per menit (Depkes, 2010).

2.2 Epidemologi

(29)

terutama di negara dengan angka kematian tinggi. Hampir semua kematian akibat pneumonia (99,9%), terjadi di negara berkembang dan kurang berkembang (least developed). Jumlah kematian tertinggi terjadi di daerah Sub Sahara yang mencapai

1.022.000 kasus per tahun dan di Asia Selatan mencapai 702.000 kasus per tahun. Diperkirakan setiap tahun lebih dari 95% kasus baru pneumonia terjadi di negara berkembang. Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus pneumonia berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan pula bahwa tiga per empat kasus pneumonia pada balita di seluruh dunia berada di 15 negara. Indonesia merupakan salah satu diantara ke 15 negara tersebut dan menduduki tempat ke-6 dengan jumlah kasus sebanyak 6 juta. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari Departemen Kesehatan tahun 1992, 1995 dan 2001 menunjukkan bahwa pneumonia mempunyai kontribusi besar terhadap kematian bayi dan anak. Sedangkan pada penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, pneumonia menduduki tempat ke-2 sebagai penyebab kematian bayi dan balita setelah diare dan menduduki tempat ke-3 sebagai penyebab kematian pada neonatus. Penelitian yang dilakukan di Pulau Lombok tahun 1998 sampai 2002 mendapatkan hasil sebagai berikut: kejadian pneumonia pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah sebesar 30,433 per 100.000 anak/tahun, kejadian pneumonia Hib adalah 894 per 100.000 anak per tahun, dan kematian anak karena pneumonia Hib adalah 92 per 100 anak per tahun (Depkes, 2010).

2.3 Etiologi

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikroplasma (bentuk peralihan bakteri dan virus) dan protozoa.

2.3.1 Bakteri

Pneumonia dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu

(30)

memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Anak yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, nafas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena kekurangan oksigen (Misnadiarly, 2008).

2.3.2Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia ini jenis tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun, bila infeksi terjadi dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian. Gejala pneumonia yang disebabkan oleh virus sama dengan influenza, seperti demam, batuk kering, sakit kepala, ngilu di seluruh tubuh, sesak nafas, batuk makin berat dan demam tinggi (Misnadiarly, 2008).

2.3.3Mikroplasma

Mikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikroplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikroplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly,2008).

2.3.4Protozoa

(31)

(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam perhitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P.Carinii pada jaringan paru atau specimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).

Etiologi Pneumonia berdasarkan umur.

Pada bayi baru lahir, pneumonia seringkali terjadi karena aspirasi, infeksi virus Varicella-zoster dan infeksi berbagai bakteri gram negatif seperta bakteri Coli, TORCH, Streptokokus dan Pneumokokus. Pada bayi, pneumonia biasanya disebabkan oleh berbagai virus, yaitu Adenovirus, Coxsackie, Parainfluenza, Influenza A or B, Respiratory Syncytial Virus (RSV), dan bakteri yaitu B.

streptococci, E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella, S. pneumoniae, S. aureus,

Chlamydia. Pneumonia pada batita dan anak pra-sekolah disebabkan oleh virus,

yaitu: Adeno, Parainfluenza, Influenza A or B, dan berbagai bakteri yaitu: S. pneumoniae, Hemophilus influenzae, Streptococci A, Staphylococcus aureus,

Chlamydia. Pada anak usia sekolah dan usia remaja, pneumonia disebabkan oleh

virus, yaitu Adeno, Parainfluenza, Influenza A or B, dan berbagai bakteri, yaitu S. pneumoniae, Streptococcus A dan Mycoplasma (Depkes,2010).

2.4 Gejala Klinis

Penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40ºC, sesak nafas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).

(32)

i. Batuk nonproduktif ii. Ingus (nasal discharge) iii. Suara nafas lelah

iv. Penggunaan otot bantu nafas v. Demam

vi. Cyanosis

vii.Infiltrate melebar pada foto toraks viii.Sakit kepala

ix. Kekakuan dan nyeri otot x. Sesak nafas

xi. Menggigil xii. Berkeringat xiii.Lelah

xiv. Terkadang kulit menjadi lembab xv. Mual dan muntah

2.5 Faktor Risiko

Sementara kebanyakan anak yang sehat dapat melawan infeksi dengan pertahanan alami mereka, anak- anak dengan sistem imun terganggu berisiko tinggi terkena pneumonia. Sistem imun seorang anak dapat dilemahkan oleh karena malnutrisi atau kekurangan gizi, terutama pada balita yang tidak menerima air susu ibu (ASI) (WHO,2014).

Penyakit sebelumnya seperti gejala infeksi HIV dan campak juga meningkatkan risiko anak tertular pneumonia.

(33)

Faktor dasar yang menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas pneumonia anak-balita di negara berkembang adalah (Depkes, 2010):

2.5.1 Kemiskinan yang luas.

Kemiskinan yang luas berdampak besar dan menyebabkan derajat kesehatan rendah dan status sosio-ekologi menjadi buruk.

2.5.2 Derajat kesehatan rendah.

Akibat derajat kesehatan yang rendah maka penyakit infeksi termasuk infeksi kronis dan infeksi HIV mudah ditemukan. Banyaknya komorbid lain seperti malaria, campak, gizi kurang, defisiensi vit A, defisiensi seng (Zn), tingginya prevalensi kolonisasi patogen di nasofaring, tingginya kelahiran dengan berat lahir rendah, tidak ada atau tidak memberikan ASI dan imunisasi yang tidak adekwat memperburuk derajat kesehatan.

2.5.3 Status sosio-ekologi buruk.

Status sosio-ekologi yang tidak baik ditandai dengan buruknya lingkungan, daerah pemukiman kumuh dan padat, polusi dalam-ruang akibat penggunaan biomass (bahan bakar rumah tangga dari kayu dan sekam padi), dan polusi udara luar-ruang. Ditambah lagi dengan tingkat pendidikan ibu yang kurang memadai serta adanya adat kebiasaan dan kepercayaan lokal yang salah.

2.5.4 Pembiayaan kesehatan sangat kecil.

(34)

diagnostik dan terapeutik tidak adekwat dan tidak memadai, tenaga kesehatan yang terampil terbatas, di tambah lagi dengan akses ke fasilitas kesehatan sangat kurang 2.5.5 Proporsi populasi anak lebih besar.

Di negara berkembang yang umumnya berpenghasilan rendah proporsi populasi anak 37%, di negara berpenghasilan menengah 27% dan di negara berpenghasilan tinggi hanya 18% dari total jumlah penduduk. Besarnya proporsi populasi anak akan menambah tekanan pada pengendalian dan pencegahan pneumonia terutama pada aspek pembiayaan.

2.6 Klasifikasi

2.6.1 Berdasarkan Umur

Berdasarkan Pola Tatalaksana penderita ISPA Ditjen PP dan PL (2011) pada anak, klasifikasi pneumonia dibedakan untuk golongan umur < 2 bulan dan umur 2 bulan sampai 5 tahun, yaitu sebagai berikut:

Untuk golongan umur < 2 bulan, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

Pneumonia apabila ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam (severe chest indrawing). Bukan pneumonia apabila batuk pilek biasa, bisa tidak ditemukan tarikan kuat dinding dada bagain bawah atau nafas cepat.

(35)

nafas (nafas cepat) dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

Klasifikasi bukan pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA diluar pneumonia seperti batuk pilek biasa (commom cold), pharyngitis, tonsillitis, otitis.

WHO merekomendasikan klasifikasi klinis dan pengobatan yang diberikan

pada balita usia 2 bulan sampai 5 tahun yang memiliki batuk atau kesukaran bernafas, dapat dilihat pada table sebagai berikut:

Table 2.1 Kriteria WHO Terhadap Pengobatan Pada Usia 2 Bulan Sampai 5 Tahun Yang Memiliki Batuk Atau Kesukaran Bernafas Sesuai Dengan Klasifikasi Klinis Penderita

Kriteria Pneumonia Gejala Klinis dan Pengobatan

Bukan pneumonia Tidak ada sesak nafas, tidak ada tarikan dinding dada, tidak diberikan antibiotik.

Pneumonia Nafas cepat, tidak ada tarikan dinding dada. Pengobatan di rumah dengan pemberian antibiotik kotrimaxazol atau amoksisilin.

Pneumonia berat Nafas cepat, tarikan dinding dada, tidak ada sianosis, masih mampu makan / minum. Dirujuk ke rumah sakit. Pneumonia sangat

berat

(36)

2.6.2 Berdasarkan etiologi

Table 2.2. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologi

Grup Penyebab Tipe Pneumonia

Bakteri - Streptococcus Pneumonia - Streptococcus Piogenesis

- Virus respiratory Syncytial

Pneumonia virus

Mikroplasma - Mikroplasma pneumonia Pneumonia mikroplasmal Protozoa - Pneumositis Carinii Pneumonia pneumosistis

(pneumonia plasma sel) Sumber : Alsagaff dan Mukty, 2010.

2.7 Diagnosis

Diagnosis gejala pneumonia bervariasi tergantung pada umur penderita dan penyebab infeksinya. Pneumonia karena infeksi bakteri biasanya menyebabkan anak sakit berat mendadak dengan demam tinggi dan nafas cepat. Infeksi karena virus umumnya lebih gradual dan bisa memburuk setiap saat. Gejala - gejala yang sering ditemui pada anak dengan pneumonia adalah nafas cepat dan sulit bernafas, batuk, demam, menggigil, sakit kepala, nafsu makan hilang, dan mengik. Balita yang menderita pneumonia berat bisa mengalami kesulitan bernafas, sehingga dadanya bergerak naik turun dengan cepat atau tertarik ke dalam saat menarik nafas atau

(37)

muda bisa berupa kejang, kesadaran menurun, suhu turun (hipotermia), tidak bereaksi (letargi) dan minum terganggu (Depkes, 2010).

Pemeriksaan foto toraks (chest X-ray) merupakan baku emas (gold standard) untuk memastikan kecurigaan akan adanya pneumonia (Baker, 2001).

Indikasi pemeriksaan foto toraks pada pneumonia (Kunnamo, 2005): - Anak dengan suara nafas berkurang.

- Anak dengan gejala saluran pernafasan bawah seperti takipneu.

- Tanda-tanda infeksi bakteri (demam dan peningkatan konsentrasi serum CRP) walaupun focus infeksi tidak diketahui.

- Aspirasi benda asing (kebanyakan benda asing tidak dapat dilihat pada foto dada tetapi mungkin dapat menyebabkan tanda-tanda infeksi atau hiperinflasi).

Table 2.3. Pedoman Tatalaksana Kasus Pneumonia Pada Anak

Gejala Diklasifikasikan

sebagai

Pengobatan

Nafas cepat (*)

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam Stidor pada anak dalam keadaan tenang

Pneumonia berat Segera dirujuk rumah sakit untuk pemberian suntikan antibiotika dan pemberian oksigen bila diperlukan.

Berikan 1 dosis antibiotika yang tepat.

Nafas cepat (*) Pneumonia tidak berat Berikan antibiotika yang tepat untuk diminum.

Nasihati ibu dan beritahu bila harus kembali untuk kunjungan control.

Tidak ada nafas cepat Bukan pneumonia (penyakit paru lain)

(38)

(*) Disebut nafas cepat, apabila:

Anak usia < 2 bulan bernafas 60 kali atau lebih per menit

Anak usia 2 bulan sampai 11 bulan bernafas 50 kali atau lebih per menit Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun bernafas 40 kali atau lebih per menit 2.8 Pencegahan Pneumonia

Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan seng, peningkatan cakupan imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia (Depkes, 2010).

Usaha Untuk mencegah pneumonia ada 2 yaitu: Pencegahan Non spesifik

Meningkatkan derajat sosio-ekonomi i. Mengurangkan kemiskinan ii. Meningkatkat tingkat pendidikan iii. Mencegah masalah kurang gizi iv. Meningkatkan derajat kesehatan

v. Mengurangkan morbiditas dan mortalitas Lingkungan yang bersih, bebas polusi

Pencegahan Spesifik

(39)

iii. Berikan imunisasi

Vaksinasi yang tersedia untuk mencegah secara langsung pneumonia adalah vaksin pertussis (ada dalam DTP), campak, Hib (Haemophilus influenzae type b) dan Pneumococcus (PCV). Dua vaksin diantaranya, yaitu pertussis dan campak telah

masuk ke dalam program vaksinasi nasional di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sedangkan Hib dan pneumokokus sudah dianjurkan oleh WHO dan menurut laporan, kedua vaksin ini dapat mencegah kematian 1.075.000 anak setahun. Namun, karena harganya mahal belum banyak negara yang memasukkan kedua vaksin tersebut ke dalam program nasional imunisasi.

1. Vaksin campak

Campak adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini dapat dikatakan ringan karena dapat sembuh dengan sendirinya, namun dapat dikatakan berat dengan berbagai komplikasi seperti pneumonia yang bahkan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak kurang gizi dan anak dengan gangguan sistem imun. Komplikasi pneumonia yang timbul pada anak yang sakit campak biasanya berat. Menurunkan kejadian penyakit campak pada balita dengan memberikan vaksinasi dapat menurunkan kematian akibat pneumonia. Sejak 40 tahun lalu telah ada vaksin campak yang aman dan efektif, cakupan imunisasi mencapai 76%, namun laporan tahun l2004 menunjukkan penyakit campak masih menyerang 30 – 40 juta anak.

2. Vaksin pertusis

(40)

difteri dan tetanus. Pada negara yang cakupan imunisasinya rendah, angka kematian masih tinggi dan mencapai 295.000 – 390.000 anak pertahun.

3. Vaksin Hib

Pada negara berkembang, bakteri Haemophilus influenzae type b (Hib) merupakan penyebab pneumonia dan radang otak (meningitis) yang utama. Diduga Hib mengakibatkan penyakit berat pada 2 sampai 3 juta anak setiap tahun. Vaksin Hib sudah tersedia sejak lebih dari 10 tahun, namun penggunaannya masih terbatas dan belum merata. Pada beberapa negara, vaksinasi Hib telah masuk program nasional imunisasi, tapi di Indonesia belum. Di negara maju, 92% populasi anak sudah mendapatkan vaksinasi Hib. Di negara berkembang, cakupan mencapai 42% sedangkan di negara yang belum berkembang hanya 8% (2003). Hal ini dimungkinkan karena harganya yang relatif mahal dan informasi yang kurang. WHO menganjurkan agar Hib diberikan kepada semua anak di negara berkembang.

4. Vaksin Pneumococcus

Pneumokokus merupakan bakteri penyebab utama pneumonia pada anak di negara berkembang. Vaksin pneumokokus sudah lama tersedia untuk anak usia diatas 2 tahun dan dewasa. Saat ini vaksin pneumokokus untuk bayi dan anak dibawah 3 tahun sudah tersedia, yang dikenal sebagai pneumococcal conjugate vaccine (PCV). Vaksin PCV ini sudah dimanfaatkan di banyak negara maju. Hasil

(41)

anak sebesar 16%. Hal ini membuktikan bahwa vaksin tersebut sangat efektif untuk menurunkan kematian pada anak karena pneumonia.

2.9 Pengobatan Pneumonia

(42)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia adalah penyakit radang yang disebabkan oleh infeksi maupun non-infeksi pada jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam. Namun, pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Stansfield, 1987).

Sebelumnya istilah yang dipakai untuk kasus ini adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA biasanya mengandung arti yang lebih luas karena di dalam ISPA juga termasuk saluran pernafasan atas, hidung, telinga, tenggorok, sedangkan pada pneumonia yang dimaksudkan adalah infeksi saluran pernafasan bawah yang akut. Biasanya, yang dimaksudkan pneumonia sekarang adalah istilah yang dulunya dikategorikan sebagai “ISPA sedang” dan “ISPA berat” (Sutrisna, 1993).

Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlahanhka kematian rata-rata 45.000 orang (Misnadiarly, 2008).

(43)

Menurut World Health Statistic 2010, risiko kematian anak dibawah usia 5 tahun berlangsung selama periode neonatal yaitu 28 hari pertama kehidupan (40%) meliputi kelahiran premature, lahir asfiksia dan infeksi. Dari akhir periode neonatal sampai denagn lima tahun pertama kehidupan, penyabab utama kematian adalah pneumonia, diare, malaria, campak dan HIV/AIDS. Malnutrisi adalah faktor yang mendasari lebih dari sepertiga dari semua kematian anak yang membuat anak-anak lebih rentan terhadap penyakit.

Di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak yang meninggal setiap jam (Depkes RI, 2007).

Pneumonia merupakan „predator‟ balita nomor satu di Negara berkembang.

Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Depkes RI, 2007). World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 90% kematian anak disebabkan oleh penyakit infeksi pneumokokus yang terjadi di negara-negara berkembang (PERSI, 2011).

Di Indonesia diperkirakan setiap tahun ada 150.000 balita yang meninggal karena pneumonia. Jika dihitung rata-ratanya setiap 4 menit ada seorang balita yang meninggal akibat pneumonia atau 17 orang per jam atau 416 orang per hari (Sub Direktorat ISPA, 1998). Angka ini sangat besar, sehingga perlu mendapat perhatian khusus bagi pengelola program ISPA pusat, provinsi, kota serta perlu mendapat dukungan dari pemerintah daerah agar upaya pengendalian penyakit pneumonia dapat dilaksanakan dengan dengan optimal sehingga angka kematian anak akibat pneumonia dapat diturunkan (Buletin Jendele Epidemilogi, 2010).

1.2. Rumusan Masalah

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di seluruh dunia dan di Negara berkembang termasuk Indonesia (World Health Organization/WHO, 2010 dan Unicef, 2006). Di rumah sakit, pneumonia termasuk

(44)

sebesar 2,92% dari seluruh kematian anak yang dirawat di rumah sakit karena pneumonia dan terdapat sebanyak 83 per 100 anak yang di observasi selama satu tahun (Depkes RI, 2007 dan Djelantik, 2009).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana karakteristik pasien pneumonia pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien pneumonia pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1.Mengetahui jumlah kasus anak penderita pneumonia di RSUP Haji Adam Malik.

2.Mengidentifikasi umur pasien anak dengan pneumonia saat pertama kali menderita pneumonia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.Mengidentifikasi berat badan lahir pasien anak dengan pneumonia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.Mengidentifikasi jenis kelamin pasien anak dengan pneumonia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.Mengidentifikasi status gizi pasien anak denagn pneumonia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

6.Mengidentifikasi status imunisasi pasien anak dengan pneumonia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(45)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan ilmu tentang penyakit pneumonia.

1.4.3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan oleh yang komprehensif terhadap penderita pneumonia anak.

1.4.4. Bagi Masyarakat

(46)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah mengenai karakteristik pasien pneumonia pada anak. Pneumonia adalah penyakit radang yang disebabkan oleh infeksi maupun non-infeksi pada jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat yang terbanyak ditemukan di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien pneumonia pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi retrospektif dan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Terdapat 33 kasus penderita penyakit pneumonia pada tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia yang paling banyak menderita penyakit pneumonia adalah kelompok berusia > 2 bulan – 5 tahun sebanyak 16 orang (48.5%) dan dari jumlah kasus adalah golongan laki-laki. Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat juga bahwa anak dengan berat badan lahir rendah paling banyak menderita penyakit pneumonia dengan jumlah 14 orang pasien (42.4%). Kebanyakan penderita penyakit pneumonia juga adalah berstatus gizi baik dengan jumlah 20 orang (60.6%). Akan tetapi frekuensi penderita penyakit pneumonia tertinggi adalah anak yang tidak diimunisasi dengan jumlah 18 orang (54.5%). Kesembuhan pasein penyakit pneumonia yang terbanyak adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri dengan jumlah 18 orang (54.5%).

Sebagai kesimpulan, diharapkan peningkatan pengetahuan masyarakat, tenaga paramedik dan medis mengenai gejala penyakit pneumonia yang dibutuhkan untuk deteksi dini penyakit pneumonia pada anak dan dapat memperoleh prognosis yang baik.

(47)

ABSTRACT

The research was conducted to study the characteristic of patients with pneumonia in children. Pneumonia is an inflammation caused by infection or non-infection, with symptoms such as cough and cold with short of breath or rapid breathing that can be found mostly in Indonesia.

The aim of this research is to study the characteristic of pneumonia in children at RSUP Haji Adam Malik Medan of year 2014. This research was conducted with descriptive method and retrospective approach and was performed at RSUP Haji Adam Malik Medan.

There were 33 cases of pneumonia in child patients. The result of this research shows that the largest age group in children who are suffering from pneumonia is > 2 months – 5 years old with 16 patients (48.5%) and are mostly boys. The research also shows that children with lower birth weight are to suffer pneumonia the most with 14 patients (42.4%). Most of the children who are suffering pneumonia are with good nutitional status with 20 patients (60.6%). But most of these childrens are also have not received immunization since birth with total of 18 childrens (54.5%). The recovering of patients with pneumonia are mostly return at own request with total of 18 patients (54.5%).

It is suggested that the community, paramedics dan medical personals are more aware of the symptoms of pneumonia in children as the disease can be detected in early stage and to gain good prognosis.

(48)

KARAKTERISTIK PASIEN PNEUMONIA PADA ANAK DI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

Oleh:

PRATHEEBA NAIR PRABAHARAN

120100453

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(49)

KARAKTERISTIK PASIEN PNEUMONIA PADA ANAK DI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat umtuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

PRATHEEBA NAIR PRABAHARAN

120100453

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)
(51)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah mengenai karakteristik pasien pneumonia pada anak. Pneumonia adalah penyakit radang yang disebabkan oleh infeksi maupun non-infeksi pada jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat yang terbanyak ditemukan di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien pneumonia pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi retrospektif dan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Terdapat 33 kasus penderita penyakit pneumonia pada tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia yang paling banyak menderita penyakit pneumonia adalah kelompok berusia > 2 bulan – 5 tahun sebanyak 16 orang (48.5%) dan dari jumlah kasus adalah golongan laki-laki. Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat juga bahwa anak dengan berat badan lahir rendah paling banyak menderita penyakit pneumonia dengan jumlah 14 orang pasien (42.4%). Kebanyakan penderita penyakit pneumonia juga adalah berstatus gizi baik dengan jumlah 20 orang (60.6%). Akan tetapi frekuensi penderita penyakit pneumonia tertinggi adalah anak yang tidak diimunisasi dengan jumlah 18 orang (54.5%). Kesembuhan pasein penyakit pneumonia yang terbanyak adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri dengan jumlah 18 orang (54.5%).

Sebagai kesimpulan, diharapkan peningkatan pengetahuan masyarakat, tenaga paramedik dan medis mengenai gejala penyakit pneumonia yang dibutuhkan untuk deteksi dini penyakit pneumonia pada anak dan dapat memperoleh prognosis yang baik.

(52)

ABSTRACT

The research was conducted to study the characteristic of patients with pneumonia in children. Pneumonia is an inflammation caused by infection or non-infection, with symptoms such as cough and cold with short of breath or rapid breathing that can be found mostly in Indonesia.

The aim of this research is to study the characteristic of pneumonia in children at RSUP Haji Adam Malik Medan of year 2014. This research was conducted with descriptive method and retrospective approach and was performed at RSUP Haji Adam Malik Medan.

There were 33 cases of pneumonia in child patients. The result of this research shows that the largest age group in children who are suffering from pneumonia is > 2 months – 5 years old with 16 patients (48.5%) and are mostly boys. The research also shows that children with lower birth weight are to suffer pneumonia the most with 14 patients (42.4%). Most of the children who are suffering pneumonia are with good nutitional status with 20 patients (60.6%). But most of these childrens are also have not received immunization since birth with total of 18 childrens (54.5%). The recovering of patients with pneumonia are mostly return at own request with total of 18 patients (54.5%).

It is suggested that the community, paramedics dan medical personals are more aware of the symptoms of pneumonia in children as the disease can be detected in early stage and to gain good prognosis.

(53)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ata rahmat dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian

ini yang berjudul “Karakteristik Pasien Pneumonia Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh

kelulusan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian laporan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari pelbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD,KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

3. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, Sp.A (K), selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.

4. dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked (PA), Sp.PA selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini.

5. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini. 6. Dr. Prabaharan Subramaniam dan Rada Chamy, orang tua penulis yang

(54)

7. Indah Rahman Lestari dan Ade Fatmawati teman-teman kelompok sesama bimbingan penelitian dan teman-teman penulis lainnya, Shanmuga Priya Dhandapani dan Banu Periah Gopala Krishna yang telah member bantuan berupa saran, kritikan dan motivasi selama penyusunan penelitian.

Demikianlah ucapan terimakasih ini saya sampaikan. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmia ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 07 Desember 2015

(55)

DARTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSRTAK………. ii

ABSTRACT………... iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR SINGKATAN……….. xi

DARTAR LAMPIRAN……… xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Rumusan Masalah……… 2

1.3. Tujuan Penelitian………. 3

1.4. Manfaat Penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi……… 5

2.2. Epidemilogi………. 5

2.3. Etiologi……… 6

2.4. Gejala Klinis………... 8

2.5. Faktor Resiko……….. 9

2.6. Klasifikasi……… 11

2.7. Diagnosis………. 13

(56)

2.9. Pengobatan……….. 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian……… 19

3.2. Definisi Operasional……… 19

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian……… 22

4.2. Tempat Dan Waktu Penelitian………. 22

4.3. Populasi Dan Sampel………... 22

4.4. Metode Pengumpulan Data………. 23

4.5. Metode Analisis Data……….. 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian……… 25

5.1.1. Deskriptif Lokasi Penelitian………. 25

5.1.2. Deskriptif Karakteristik Responden………. 25

5.1.2.1. Distribusi Penderita Berdasarkan Usia……….. 26

5.1.2.2. Distribusi Penderita Berdasarkan Berat Badan Lahir……….. 26

5.1.2.3. Distribusi Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin……… 27

5.1.2.4. Distribusi Penderita Berdasarkan Status Gizi… 27 5.1.2.5. Distribusi Penderita Berdasarkan Usia Status Imunisasi………... 28

5.1.2.6. Distribusi Penderita Berdasarkan Kesembuhan. 28 5.2. Pembahasan………. 29

(57)

5.2.2. Distribusi Penderita Berdasarkan Berat Badan

Lahir………. 29

5.2.3. Distribusi Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin.. 30 5.2.4. Distribusi Penderita Berdasarkan Status Gizi…... 30 5.2.5. Distribusi Penderita Berdasarkan Status

Imunisasi………... 31

5.2.6. Distribusi Penderita Berdasarkan Kesembuhan… 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan……….. 32

6.2 Saran………. 33

DAFTAR PUSTAKA……… 34

(58)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kriteria WHO Terhadap Pengobatan pada Usis 2 Bulan sampai 5 Tahun yang Memiliki Batuk atau Kesukaran Bernafas sesuai dengan Klasifikasi Klinis

Penderita

12

Tabel 2.2 Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologi

13

Tabel 2.3 Pedoman Tatalaksana Kasus Pneumonia Pada Anak

14

Tabel 3.1 Definisi Operasional 19

Tabel 5.1 Distribusi Penderita berdasarkan Usia 26 Tabel 5.2 Distribusi Penderita berdasarkan Berat

Badan Lahir

26

Tabel 5.3 Distribusi Penderita berdasarkan Jenis Kelamin

27

Tabel 5.4 Distribusi Penderita berdasarkan Statu Gizi

27

Tabel 5.5 Distribusi Penderita berdasarkan Status Imunisasi

28

Tabel 5.6 Distribusi Penderita berdasarkan Kesembuhan

(59)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Karakteristik Pasien Pneumonia Pada Anak

19

Gambar 5.1 Alur Pengambilan Sampel 25

(60)

DAFTAR SINGKATAN

ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut

WHO World Health Organization

UNICEF The United Nations Children's Fund

HIV Human Immunodeficiency Virus

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome

RSV Respiratory Syncytial Virus

PCP Pneumocystitis Carinii Pneumonia

ASI Air Susu Ibu

Hib Haemophilus Influenza type b

PCV Pneumococcal Conjugated Vaccine

NCHS National Centre of Health Statistic

(61)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Pemohonan Sebagai Pembimbing KTI LAMPIRAN 2 Izin Survei Awal Penelitian

LAMPIRAN 3 Permohonan Izin Survei Pendahuluan LAMPIRAN 4 Selesai Survei Pendahuluan

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien Pneumonia Pada Anak
Gambar 5.1 Alur Pengambilan Sampel
Tabel 5.1  Distribusi Penderita berdasarkan Usia
Tabel 5.4 Distribusi Penderita berdasarkan Status Gizi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Desember 2013 dengan pengambilan data dari rekam medis penderita leiomioma uteri yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012. Kata kunci : leiomioma, paritas,

Data yang digunakan merupakan data rekam medis pasien yang menderita vitiligo di RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran karakteristik pasien anak dengan penyakit diare akut di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.. Metode: Jenis

berdasarkan mata yang terkena katarak di RSUP Haji Adam

Pada data rekam medik RSUP Haji Adam Malik, Medan didapatkan 69 bayi mengalami hiperbilirubinemia.Kebanyakan bayi yang mengalami hiperbilirubinemia memiliki berat

Populasi penelitian adalah data rekam medis dari pasien ibu hamil yang melakukan persalinan dengan presentasi bokong di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 –

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosa menderita hepatitis C berdasarkan data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan mulai 01 Januari 2013 – 06

RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014 dan 2015. Mengetahui sebaran etiologi pasien CTS di RSUP Haji