• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Tumbuhan

5.1.1 Komposisi spesies dan famili

Komposisi spesies tumbuhan di setiap lokasi penelitian secara umum berbeda-beda. Berdasarkan analisis vegetasi dengan metode petak ganda seluas 0,01 ha untuk masing-masing lokasi diperoleh komposisi spesies tumbuhan yang teridentifikasi sebanyak 153 spesies dari 60 famili (Lampiran 1). Tegakan Pinus Cangkurawok memiliki komposisi spesies tumbuhan tertinggi, yakni 56 spesies dari 33 famili, sementara Tegakan Karet di depan Asrama C4 Silva (Silvalestari) memiliki komposisi spesies terendah, yakni 26 spesies dari 19 famili. Data mengenai komposisi spesies dan famili untuk masing-masing lokasi disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Komposisi spesies dan famili tumbuhan di lokasi penelitian Kampus IPB Darmaga.

Hasil analisis vegetasi ini menggambarkan komposisi spesies setiap komunitas tumbuhan yang ada di Kampus IPB Darmaga berbeda. Tegakan Pinus Cangkurawok memiliki komposisi spesies dan famili tertinggi, padahal pohon pinus merupakan salah satu spesies tumbuhan yang mengelurkan zat allelopati. Zat allelopati merupakan senyawa kimia yang dihasilkan tumbuhan saat masih hidup atau setelah mati (bagian tumbuhan yang membusuk), yang keberadaanya

45 47 40 49 51 46 26 39 56 41 25 29 26 33 27 24 19 21 33 22 0 10 20 30 40 50 60 Arboretum Fahutan

Arboretum Hutan Tropika Arboretum Lanskap Hutan Al-Hurriyyah Hutan Cikabayan Tegakan Karet Rusunawa Tegakan Karet Asrama C4 Silva Tegakan Jati Sengked Tegakan Pinus Cangkurawok Tegakan Sengon Rektorat

Kompisisi Famili Komposisi Spesies

dapat mempengaruhi pertumbuhan spesies-spesies lain di sekitarnya (Sastroutomo 1990). Keberadaan zat allelopati ini seharusnya berimplikasi pada komposisi spesies dan famili yang ada di Tegakan Pinus Cangkurawok menjadi sedikit jika dibandingkan dengan komunitas tumbuhan lainnya di Kampus IPB Darmaga.

Tingginya komposisi spesies dan famili di Tegakan Pinus Cangkurawok erat kaitannya dengan mekanisme dikeluarkannya senyawa alelokimia oleh tumbuhan. Pengeluran senyawa alelokimia menurut Sastroutomo (1990) sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, ketersediaan unsur hara, dan air. Semakin tinggi intensitas cahaya akan membuat pengeluaran senyawa ini semakin banyak, sedangkan ketersediaan unsur hara dan air yang sedikit di dalam tanah justru menyebabkan semakin banyak senyawa ini dikeluarkan. Kondisi intensitas cahaya, unsur hara, dan air saat dilakukan penelitian, yakni bulan Januari sampai Februari merupakan kondisi yang memungkinkan bagi tanaman pinus untuk tidak mengeluarkan senyawa alelokimia. Hal ini disebabkan pada waktu tersebut, intensitas cahaya berkurang, sementara ketersediaan unsur hara dan air melimpah karena curah hujan meningkat. Hal ini sesuai dengan data BMKG yang mencatat bahwa curah hujan dan intensitas cahaya di Dramaga pada waktu tersebut mencapai 460,7 mm dan 223 Cal/cm2 per menit yang merupakan salah satu curah hujan tertinggi dan intensitas cahaya terendah untuk wilayah Dramaga setiap bulannya (BMKG 2010).

Komunitas tumbuhan di Hutan samping Masjid Al-Hurriyyah dan Hutan Cikabayan juga relatif tinggi dibandingkan dengan komunitas lainnya. Hal ini dikarenakan struktur vegetasi yang ada di dua lokasi tersebut sudah seperti hutan alam, dimana terjadi stratifikasi tajuk yang mendukung terjadinya kelimpahan spesies tumbuhan di tempat tersebut. Keberadaan stratifikasi tajuk menurut Indriyanto (2006) memungkinkan adanya tumbuhan yang merambat, menempel, dan menggantung pada dahan-dahan pohon, sehingga komposisi spesies dan familinya semakin beragam. Komposisi spesies dan famili tumbuhan yang ada di Hutan samping Masjid Al-Hurriyyah dapat melebihi data yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan setelah adanya perlakuan pembersihan lahan, berupa pemotongan tumbuhan

bawah di lokasi tersebut, sehingga ada kemungkinan beberapa spesies tidak terhitung karena tidak terlihat atau telah mati (Gambar 4).

Komposisi spesies dan famili terendah dijumpai pada Tegakan Karet di depan Asrama C4 Silva. Rendahnya komposisi spesies dan famili ini selain karena komunitas tegakan pohon yang homogen, juga disebabkan oleh perlakuan yang diberikan secara berkala di bawah tegakan karet terhadap tumbuhan bawah, yakni berupa pemotongan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi di bawah tegakan karet yang relatif bersih dari semak, perdu atau habitus lain yang termasuk tumbuhan bawah, kecuali rumput (Gambar 4). Spesies tumbuhan yang ada di bawah tegakan ini kebanyakan yang berhabitus herba berupa rerumputan.

Gambar 4 Pemotongan tumbuhan bawah di lokasi penelitian. (A) Hutan Al-Hurriyyah, (B) Tegakan Karet Asrama C4 Silva.

5.1.2 Dominansi spesies tumbuhan

Dominansi suatu spesies dalam komunitas tumbuhan dapat menggunakan Indeks Nilai Penting (INP) sebagai paramaternya. Spesies tumbuhan yang paling mendominasi atau memiliki INP terbesar di setiap lokasi hanya terdiri dari lima spesies, yaitu Calophyllum soulattri , Ficus repens, Lepidagathis javanica, Piper sarmentosum dan Wedelia calendulacea . C. soulattri dan F. repens, hanya mendominasi di satu lokasi, yakni masing-masing di Arboretum Fahutan dan Hutan Cikabayan. L. javanica, paling mendominasi di Arboretum Lanskap, Tegakan Karet di depan Rusunawa, dan Asrama C4 Silva. P. sarmentosum, paling mendominasi di Hutan samping Masjid Al-Hurriyyah dan Tegakan Pinus Cangkurawok. Sementara W. calendulacea, paling mendominasi di Arboretum Hutan Tropika, Tegakan Jati Sengked, dan Tegakan Sengon Rektorat. Sementara

itu, berdasarkan hasil analisis vegetasi, spesies yang memiliki INP ≥10%

berjumlah 27 spesies (Tabel 2).

Tabel 2 Spesies tumbuhan dengan INP ≥10% di lokasi penelitian

Nama Spesies Lokasi/INP (%)

1* 2* 3* 4* 5* 6* 7* 8* 9* 10* Axonopus compressus 11,37 28,92 11,4 Borreria laevicaulis 15.46 Borreria latifolia 10,9 Brachiaria mutica 13,87 22,4 25,3 14,34 17,03 10,11 14,23 Caladium bicolor 10,1 Calophyllum soulattri 57,65 Centrosema pubescens 10,87 Clidemia hirta 17,26 Commelina benghalensis 17,47 Costus speciosus 11,32 Cyathula prostata 10.86 Dieffenbachia seguine 11,04 Elaeis guineensis 18,74 35,95 Ficus aurata 13,09 Ficus montana 42,37 13,58 17,15 Ficus repens 25,93 Gleichenia linearis 17,03 Hedyotis verticillata 13,46 Lantana camara 12,34 Lephatherum gracile 11,07 13,43 Lepidagathis javanica 74,15 37,86 44,85 22,5 Piper caninum 14,67 Piper sarmentosum 29,23 25,23 Stelechocarpus burahol 13,31 Syzygium polyanthum 14,69 10,75 Tetracera scandens 16,36 Wedelia calendulaceae 54,03 33,74 28,68

Keterangan *: 1. Arboretum Fahutan, 2. Arboretum Hutan Tropika, 3. Arboretum Lanskap, 4. Hutan Al-Hurriyyah, 5. Hutan Cikabayan, 6. Tegakan Karet Rusunawa, 7. Tegakan Karet Asrama C4 Silva, 8. Tegakan Jati Sengked, 9. Tegakan Pinus Cangkurawok, 10. Tegakan Sengon Rektorat.

Spesies tumbuhan yang mendominasi di lokasi penelitian (lima spesies) termasuk ke dalam lima famili, yakni Cluciaceae (C. soulattri), Moraceae (F. repens), Piperaceae (P. sarmentosum), Acanthaceae (L. javanica), dan Asteraceae

(W. calendulacea). Menurut Sastroutomo (1990) dari kelima famili tersebut, famili Asteraceae merupakan salah satu famili dalam 12 famili spesies tumbuhan penting yang termasuk gulma berbahaya di dunia. Dominannya W. calendulacea (Asteraceae) di Kampus IPB Darmaga (di tiga lokasi) erat kaitanya dengan ekologi dan penyebaran tumbuhan tersebut. Pujowati (2006) juga mengungkapkan bahwa W. calendulacea merupakan spesies yang paling banyak ditemukan di daerah Pulau Jawa.

INP yang tinggi menunjukkan bahwa kelima spesies yang dominan memiliki jumlah individu paling banyak, kerapatan dan frekuensi perjumpaannya dalam komunitas juga tinggi. Spesies yang dominan merupakan spesies yang berhasil mengefisiensikan energi yang ada di dalam lingkungannya. Dominansi dikarenakan kelima spesies tersebut mampu bertahan dan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan lebih baik dibanding spesies lain dalam komunitasnya.

Sutisna (1981) diacu dalam Rosalia (2008) mengemukakan bahwa suatu spesies tumbuhan dapat dikatakan berperan atau berpengaruh dalam suatu

komunitas apabila memiliki INP untuk tingkat semai ≥ 10%, begitu juga dengan

tumbuhan bawah. Hal ini berarti 27 spesies (Tabel 2) yang memiliki INP ≥10%,

merupakan spesies-spesies yang berpengaruh di masing-masing komunitasnya. Sementara itu, spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan biasanya memiliki INP paling tinggi diantara spesies lainnya. Selain itu, besarnya nilai INP juga menandakan besar atau tidaknya pengaruh spesies tersebut dalam suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto 2006).

5.1.3 Keanekaragaman dan kemerataan spesies tumbuhan

Keanekaragaman spesies tumbuhan di masing-masing lokasi penelitian bervariasi. Lokasi yang memiliki indeks keanekaragaman tertinggi adalah Tegakan Pinus Cangkurawok dengan nilai 3,48, sedangkan yang terendah adalah Tegakan Karet Asrama C4 Silva dengan nilai 2,44. Sementara itu, untuk indeks kemerataan, lokasi tertinggi adalah Tegakan Pinus Cangkurawok dengan nilai 0,85 dan terendah adalah Arboretum Fahutan dan Arboretum Lanskap dengan nilai 0,69. Data mengenai keanekaragaman dan kemerataan spesies ini disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan spesies di lokasi penelitian Kampus IPB Darmaga.

Nilai derajat keanekaragaman (H‟) suatu komunitas biasanya lebih besar

dari nol. Menurut Shannon-Wiener (1963) diacu dalam Fachrul (2008) apabila

derajat keanekaragaman (H‟) dalam suatu komunitas <1, maka keanekaragamanya rendah, 1≤H‟≥3 keanekaragamannya sedang, dan H‟>3 maka keanekaragamannya tinggi. Sehubungan dengan itu, maka tujuh dari sepuluh lokasi penelitian yaitu Arboretum Hutan Tropika, Hutan di samping Masjid Al-Hurriyyah, Hutan Cikabayan, Tegakan Karet di depan Rusunawa, Tegakan Jati Sengked, Tegakan Pinus Cangkurawok, dan Tegakan Sengon Rektorat termasuk ke dalam kategori tinggi keanekaragaman spesiesnya. Sementara itu, tiga lokasi lainnya termasuk ke dalam kategori sedang.

Nilai indeks kemerataan (E) berkisar antara nol sampai satu. Menurut Krebs (1978) nilai indeks kemerataan yang mendekati satu menunjukkan bahwa suatu komunitas tumbuhan semakin merata, sementara apabila semakin mendekati nol, maka semakin tidak merata. Sehubungan dengan itu, maka komunitas tumbuhan di sepuluh lokasi penelitian seluruhnya memiliki penyebaran individu spesies yang relatif merata, karena nilai indeksnya mendekati satu atau lebih

tepatnya ≥0,69. Namun, dua lokasi yaitu Arboretum Fahutan dan Arboretum

Lanskap relatif kurang merata dibandingkan dengan lokasi lainnya. 2.66 3.04 2.55 3.3 3.33 3.13 2.44 3.04 3.48 3.1 0.69 0.79 0.69 0.84 0.84 0.81 0.74 0.83 0.85 0.83 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 Arboretum Fahutan Arboretum Hutan Tropika Arboretum Lanskap Hutan Al-Hurriyyah Hutan Cikabayan Tegakan Karet Rusunawa Tegakan Karet Asrama C4 Silva Tegakan Jati Sengked Tegakan Pinus Cangkurawok Tegakan Sengon Rektorat

Nilai Index L o k a si E H‟

5.1.4 Kesamaan komunitas spesies tumbuhan

Komunitas tumbuhan di sepuluh lokasi yang diteliti tidak menunjukkan adanya komunitas yang benar-benar sama. Hal ini dilihat dari nilai indeks

kesamaan yang tidak mencapai ≥75%. Komunitas tumbuhan yang memiliki

indeks komunitas tertinggi atau dapat dikatakan mendekati sama adalah komunitas tumbuhan di Arboretum Hutan Tropika dan Arboretum Lanskap dengan nilai indeks sebesar 73,78%. Sedangkan komunitas tumbuhan yang tidak menunjukkan kesamaan adalah komunitas tumbuhan di Arboretum Fahutan dengan Hutan Cikabayan dengan nilai indeks 6,52%. Data mengenai indeks kesamaan antar komunitas tumbuhan di lokasi penelitian disajikan secara lengkap pada Tabel 3.

Tabel 3 Indeks kesamaan komunitas tumbuhan antar komunitas di Kampus IPB Darmaga Komunitas Lokasi/IS (%) 1* 2* 3* 4* 5* 6* 7* 8* 9* 10* 1* 22,42 15 35,42 6,52 32,47 26,69 24,23 26,45 20,32 2* 73,78 31,71 28,65 71,07 28,94 59,31 52,3 65,41 3* 31,56 11,25 68,18 60,07 31,89 24,48 60 4* 14,87 42,13 51,27 49,34 45,09 33,56 5* 27,8 11,7 10,2 28,5 16,5 6* 64,56 58,36 50,18 50,36 7* 47.08 34,63 40,44 8* 39,46 50,24 9* 37,8 10*

Keterangan *: 1. Arboretum Fahutan, 2. Arboretum Hutan Tropika, 3. Arboretum Lanskap, 4. Hutan Al-Hurriyyah, 5. Hutan Cikabayan, 6. Tegakan Karet Rusunawa, 7. Tegakan Karet Asrama C4 Silva, 8. Tegakan Jati Sengked, 9. Tegakan Pinus Cangkurawok, 10. Tegakan Sengon Rektorat.

Nilai indeks kesamaan yang bervariasi antara satu lokasi penelitian dengan lokasi lainnya menunjukkan susunan komunitas (komposisi dan struktur) tumbuhan yang ada di Kampus IPB Darmaga memiliki perbedaan antar komunitas, meskipun tingkat perbedaanya juga bervariasi antara komunitas yang dibandingkan. Hal ini sesuai dengan Soerianegara dan Indrawan (1998) yang menyatakan bahwa pada dua komunitas, apabila nilai IS 0%, maka komunitas yang dibandingkan berbeda sama sekali, dan apabila IS 100%, maka dua komunitas yang dibandingkan tersebut benar-benar sama.

Dokumen terkait