• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARAGAMA DAN ANTARBUDAYA

A. Analisis KAB terhadap Alur Awal Cerita Film My Name Is Khan

1. Komunikasi Antarkelompok Agama yang Berbeda 3

Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda sudah lazim terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja hubungan komunikasi antara orang

1

Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book (London and New York: Routledge, 2003), h. 36.

2

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 146.

3 Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), h. 131.

58

Islam dan Yahudi yang bekerja satu kantor. Di alur awal, komunikasi antarkelompok agama yang berbeda digambarkan dari komunikasi yang terjalin antara Mandira dengan Rizvan. Rizvan adalah penganut agama Islam dan Mandira penganut Hindu. Juga komunikasi antara Zakir, Haseena dengan Mandira dan Rizvan, itu semua menggambarkan komunikasi yang terjadi antara kelompok agama yang berbeda. Zakir dan Haseena yang beragama Islam, Rizvan dan pemilik motel, dan Mandira beragama Hindu.

Contoh percakapan:

1. Rizvan (Muslim), Mandira (Hindu), dan Sarah (Kristen) Sarah:“This 3500 dollars.”

Rizvan:“Duty in Islam.”

Mandira: “In Islam they set aside a several percent from them wealth for charity.”

Rizvan:“That’saccurate 3502 dollars and 50 cents.” 2. Rizvan (Muslim) dengan Owner of inn (Sikh)

Owner of inn: Today is Saturday, honeymoon couples booked all rooms.

Everyone get marry on Saturday here. One night marriage, but you don’t

worry, you can stay in my room. And I have nude channel in my room.

(Terjadi keributan)

Owner of inn: “It’s all hapenning because of Muslims. They blow up WTC

few years back. And we are tolerating here.”

Rizvan: “I know I can't come back without meeting Mr. President. I

couldn't meet him in Washington.”

Bagian pendahuluan adalah bagian awal dari sebuah cerita yang memaparkan kejadian-kejadian yang akan berkesinambungan dengan cerita selanjutnya. Namun, bagian pendahuluan dalam cerita harus berisi dengan cerita-cerita yang menarik sehingga penonton lebih tertarik untuk menonton dan menyimak alur cerita yang telah disajikan dalam adegan-adegan dalam film tersebut. Berikut ini

59

adalah pembahasan dan penjelasan dari bagian pendahuluan atau alur awal dari cerita dari film „My Name Is Khan.’

Pada suatu hari sebuah kejadian yang menceritakan tentang masa kecil Rizvan sebagai anak yang berbeda dari anak lain. Berawal dari Rizvan Khan, seorang pemuda asal Borivali, wilayah dari Mumbai, India yang ingin mengadu nasib ke San Fransisco, AS Serikat. Hal ini ia lakukan beberapa saat setelah ia kehilangan ibunya, seseorang yang selalu mengajarkan kepada Rizvan kecil bahwa semua orang adalah sama. Hanya status dan perilakulah yang membedakannya. Walaupun pengidap Asperger Syndrome, Rizvan adalah seorang yang memiliki kemampuan memperbaiki berbagai barang mekanis yang rusak. Di AS, Rizvan bekerja di perusahaan adiknya, Zakir, sebagai salesman kosmetik.

Scene 1: 00.00-05.58

Adegan pada kejadian awal film ketika film ini dimulai, setting di bandara San Fransisco. Pada adegan ini sebelum pengenalan tokoh utama, lalu disuguhkan situasi yang dianggap mencerminkan apa yang dialami oleh warga Muslim di AS dalam hal pelayanan publik pasca peristiwa 9/11. Beberapa warga AS juga tampak phobia terhadap Islam, mereka menunjukkan dengan rasa tidak nyaman dan selalu waspada terhadap warga Muslim.

60 Gambar 4.1

Pesan visual: Pandangan curiga petugas bandara terhadap Rizvan.

Gambar 4.2

Pesan visual: salah satu pengunjung bandara yang menunjukkan rasa tidak nyaman akan kehadiran Rizvan.

Rizvan Khan berada di bandara untuk perjalanan ke Washington DC dan menanyakan tujuan penerbangan kepada petugas. Kemudian ketika ia melalui pemeriksaan dokumen perjalanannya, ia berdiri di belakang salah seorang penumpang, Rizvan sambil terus berdzikir. Kemudian, penumpang itu tersenyum kepada Rizvan. Setelah itu, datang seorang petugas keamanan bandara dan membawa Rizvan ke suatu tempat untuk melakukan pemeriksaan khusus.

Petugas yang melayani Rizvan tersebut tampak menaruh curiga kepada Rizvan, karena Rizvan terlihat seperti orang Timur Tengah dan berperilaku aneh. Namun Rizvan tidak menyadari kecurigaan petugas itu. Hal itu terjadi karena

61

Rizvan yang mengidap Asperger Syndrome. Penumpang, yang berdiri di depan Rizvan pada saat menunggu pemeriksaan dokumen perjalanan, terlihat merasa tidak nyaman dengan kehadiran Rizvan. Penumpang tersebut tidak nyaman karena Rizvan terlihat sedang berdzikir. Senyum yang diberikan untuk Rizvan juga terlihat sangat terpaksa. Sebenarnya, penumpang tersebut merasa takut dan tidak nyaman dengan dzikir yang dilakukan oleh Rizvan.

Pada saat itu, AS sedang terjadi gelombang ketidakpercayaan terhadap komunitas Muslim di AS, paska peristiwa 9/11. Rizvan merupakan imigran muslim yang tak luput dari kecurigaan, terlebih dengan Asperger Syndrom yang dideritanya menyebabkan perilakunya tampak aneh dan semakin memancing kecurigaan dari otoritas bandara dan ketidaknyamanan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu, AS sangat waspada terhadap pengunjung yang datang ke negaranya dan melalakukan pemeriksaan yang sangat ketat terhadap semua orang yang mereka curigai.

Scene 2:05.59-07.46

Adegan ini menceritakan awal perjalanan Rizvan menemui Presiden AS dan juga adanya konflik dengan otoritas bandara yang mencurigai Rizvan. Pada adegan ini menampilkan ketidakadilan yang diterima oleh Rizvan sebagai warga imigran dan sebagai juga seorang Muslim ketika berada di bandara. Perlakuan otoritas bandara terhadap warga muslim yang dianggap mencurigakan. Petugas lalu mengangkat peci putih yang Rizvan gunakan, ia menunjukkan simbol bahwa Rizvan Khan adalah seorang muslim.

62

Pada adegan kedua ini digambarkan proses pemeriksaan Rizvan setelah ditangkap oleh otoritas bandara karena tingkah lakunya yang mencurigakan, ia diperiksa di dalam ruangan tertutup dan melalui proses yang sangat menyudutkan dirinya. Ia diperlakukan layaknya seorang kriminal yang tertangkap basah. Pada adegan ini terungkap sistem keamanan di AS yang menyudutkan Rizvan sebagai seorang muslim yang dianggap sebagai teroris. Prosedur standar pemeriksaan bandara di AS berupa pemeriksaan sinar X untuk sepatu, baju, sepatu, jaket, hingga pemeriksaan online. Penumpang melepas sepatu beberapa kali dan dilakukan juga pemeriksaan terpisah untuk komputer/laptop.

Pada gambar 4.1 ditampakkan perlakuan yang diterima Rizvan dari pihak otoritas bandara yang sangat memojokkan Rizvan. Pemeriksaaan dilakukan di ruang gelap dan tertutup yang minim pencahayaan untuk menjatuhkan psikologis orang yang diperiksa. Sistem memberi pesan tidak ada jalan untuk lolos. Pemeriksaan dilakukan oleh banyak orang juga untuk mendiskriminasi tersangka yang diperiksa. Pemeriksaan Rizvan dilakukan dengan metode seperti interogasi penjahat, pengedar narkoba, dan teroris.

Pada gambar 4.2 seorang petugas mengambil peci milik Rizvan dan memperlihatkan pada petugas yang lain. Dari sinilah ada penegasan kepada penonton, bahwa Rizvan adalah seorang Muslim. Dan dari situ juga, para petugas mengetahui identitas Rizvan yang seorang Muslim dan menimbulkan kecurigaan yang lebih kepada Rizvan. Diperkuat pertanyaan petugas kepada Rizvan mengenai pesan yang ingin disampaikan Rizvan pada presiden, “Apa pesanmu

63

gurau, ini mencerminkan, bahwa bagi beberapa warga AS semua penganut Islam berkomplot dengan Osama atau setuju dengan yang dilakukan Osama.

Lalu setelah peristiwa 9/11 warga AS dicekam rasa takut akan terulangnya kembali peristiwa seperti WTC. Hal tersebut menyebabkan pemerintah AS mengkaji kembali sistem keamanannya khususnya dalam hal transportasi. Karena itu, peningkatan sarana menuju WTC dilakukan dengan sarana transportasi publik yaitu pesawat sehingga tidak terdeteksi. Karena bandara-bandara di AS meningkatkan kewaspadaaannya. Sebelum menaiki pesawat, seorang penumpang akan melewati beberapa lapis pemeriksaan. Dan jika ditemui sesuatu yang mencurigakan, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, seperti yang dialami Rizvan.

Pada adegan ini dibahas terjadinya konflik antara AS dan Muslim. Hal tersebut digambarkan melalui adegan Rizvan pada saat pemeriksaan, dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya, oleh petugas keamanan bandara tentang simbol Islam (memakai peci putih dan berdzikir) yang digunakan oleh Rizvan. Dari sanalah penonton dapat menarik kesimpulan bahwa sedang terjadi konflik antaragama (KAB) antara AS dengan Muslim. Sehingga, ini berdampak pada pemerintah AS yang semakin memperketat penjagaan negaranya dari warga Muslim.

Scene 3: 07.47-13.21

Adegan ini adalah flashback dari kehidupan Rizvan. Adegan ini memperlihatkan cerita masa kecil dan lingkungan tempat Rizvan Khan dibesarkan, terlihat juga bagaimana penggambaran tentang ibunya Rizvan

64

menanamkan nilai-nilai kebaikan dan pendidikan yang baik kepadanya. Pada masa kecilnya, Rizvan hidup saat terjadi kerusuhan antara Hindu dan Muslim di India pada tahun 1983. Hal tersebut mengisahkan bahwa konflik antaragama sudah sering terjadi di India. Dalam film ini, tergambar tentang kehidupan Rizvan yang menjadi ironi nantinya, bahwa di masa yang akan datang Rizvan harus mengalami konflik seperti ini lagi. Dan ternyata ia mengalami hal yang serupa ketika ia pindah ke AS. Pada adegan ini pula Rizvan diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai kebaikan oleh Razia khan, ibunya. Ia dididik untuk memahami bahwasanya kebaikan tidak dibatasi oleh agama tetapi lebih condong kepada tingkah laku manusia. Begitulah nasihat yang dilontarkan ibunya Rizvan terhadap Rizvan. “ ... In this world there are only two kinds of people, Good people who does good things. And bad people who does bad things. That’s the only difference between human. Nothing else. Good people and bad peolple and there is no difference.”

Gambar 4.3

Gambar 4.3: Gambaran lingkungan masyarakat Islam yang ada di India pada masa kecil Rizvan Khan. Saat itu terjadi konflik antara Muslim dan Hindu.

Dialog Gambar 4.3, “Mereka semua harus ditembak mati, tak peduli

65 Gambar 4.4

Gambar 4.4: Gambar ibu dari Rizvan Khan sedang mendidik anaknya mengenai nilai kebaikan.

Dialog Gambar 4.4, Razia Khan: “Di dunia ini hanya ada dua macam manusia, orang baik yang melakukan hal baik, dan orang jahat yang

melakukan hal buruk.”

Pada gambaran satu, ditampilkan gambar suatu jalan di suatu daerah yang kumuh dengan api yang menyala-nyala, dan orang-orang yang berkumpul tampak waspada. Seperti itulah lingkungan masa kecil Rizvan digambarkan. Kesan kumuh sudah tampak pada jalanan yang berantakan dan sudut pandang yang berantakan dan sudut pandang yang diambil dari balik sebuah gerobak. Sedangkan dialog yang diucapkan adalah Setting waktu yang diambil adalah ketika terjadi bentrokan antara umat Muslim dan Hindu pada tahun 1983 di India.

Digambarkan juga ibu Rizvan yang sedang berbicara pada Rizvan dengan menanamkan nilai kebaikan, keburukan, dan juga persamaan hakikat tiap manusia. Kemudian api yang menyala mengesankan suatu kekacauan atau suatu yang buruk. Kata-kata yang mengandung arti kekerasan kembali menegaskan

66

situasi kekacauan sedang terjadi. Pesan mengenai Islam yang digambarkan pada adegan saat ibu Rizvan mendidik Rizvan. Di sini Islam digambarkan melalui ibu Rizvan yang memandang bahwa semua manusia pada hakikatnya sama, hanya perbuatan yang membedakan mereka yaitu baik dan jahat.

Di India pada tahun 1983 sering terjadi bentrokan yang didasari alasan agama terutama antara Hindu dan Muslim terutama mulai dari daerah Hyderabad, Andhra Pradesh, yang kemudian meluas ke berapa tempat lain di India. Dalam majalah India Today, 15 Oktober 1943 malah menyatakan, bahwa kerusuhan antargolongan itu menjadi ciri tetap Hyderabad. Pertumpahan darah ini merupakan peristiwa paling buruk yang pernah terjadi di kota itu. Tak kurang dari 43 orang tewas selama 18 hari berturut-turut, ketika berlangsung perayaan tahunan Hindu, Ganesh Chaturthi. Peristiwa tersebut dialami Rizvan pada masa kecil, dan banyak memberikan pelajaran baginya.

Adegan ketiga menceritakan lingkungan masa kecil Rizvan yang berlatar kerusuhan Hindu dan Muslim di India tahun 1983. Hal tersebut mengisahkan bahwa konflik antar agama sudah sering terjadi di India. Dalam film ini, kehidupan Rizvan yang kemudian menjadi ironi nantinya bahwa Rizvan harus mengalami lagi konflik semacam itu di masa mendatang ketika ia pindah ke AS. Pada adegan ini juga ditanamkan nilai-nilai kebaikan kepada Rizvan, dan menceritakan bagaimana Rizvan dididik untuk memahami bahwa kebaikan tidak dibatasi oleh agama tetapi pada tingkah laku manusia.

67

Scene 6: 25.37-26.34

Adegan ini menggambarkan ketika Rizvan baru saja pindah ke AS dan bertemu dengan Haseena istrinya Zakir. Haseena memberikan saran kepada Zakir agar memberikan pekerjaan kepada Rizvan, dan akhirnya Zakir menyetujui. Rizvan mendapatkan pekerjaan sebagai tenaga penjual kosmetik atau sales kosmetik di perusahaan tempat Zakir bekerja. Adegan ini menggambarkan kejujuran Rizvan ketika ia menjual sebuah produk kosmetik kepada pelanggan. Ia selalu menjelaskan kekurangan dan kelebihan produk yang ia jual. Seolah-olah menjelaskan prinsip berdagang dalam Islam. Ia tidak hanya menjelaskan dengan menggunakan brosur akan tetapi sekaligus ia mempraktikan dengan cara mencoba sendiri produknya. Rizvan mengatakan apa yang sebenarnya, walaupun terkadang dapat terdengar merugikan produk yang ia jual. Adegan ini menceritakan bahwa kejujuran telah tertanam baik dan mendarah daging dalam diri Rizvan Khan sehingga menjadikannya orang yang jujur.

68

Gambar 4.5: Rizvan: “Di sini tertulis bahwa produk yang Anda pesan akan dikirim dalam tujuh hari, tetapi itu bohong karena pesanan Anda akan dikirim dalam sepuluh hari.”

Pada adegan ini digambarkan kejujuran Rizvan mengenai produk yang ia jual. Rizvan tidak menutupi kebohongan waktu pengiriman. Dengan demikian, kejujuran dari Rizvan sebagai pemeran utama, yang bisa dianggap mewakili akhlak yang baik dari seorang pemeluk Islam yang mengutamakan kejujuran dan tidak menghalalkan segala cara untuk meraih yang diinginkan termasuk kebohongan.

Kejujuran sangat dijunjung tinggi dalam Islam seperti di dalam hadits:

“Penjual dan pembeli memiliki hak pilih selama belum berpisah. Apabila mereka jujur dan mau menerangkan (keadaan barang) mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Dan jika mereka bohong dan menutupi (cacat barang) akan dihapuskan keberkahan jual beli mereka.

(Shahih MuslimNo. 2825).“4

Scene 7: 49.52- 52.18

Adegan ini mengandung pesan yang jelas bahwa penyerangan yang dilakukan oleh warga AS terhadap muslim yang tinggal di wilayah AS adalah hanya ketidaktahuan mereka terhadap Islam. Dalam film ini, mereka tidak memahami dan mengenal Islam dengan baik, terbukti dengan mereka tidak dapat membedakan antara Muslim dengan penganut ajaran Sikh karena sorban yang dipakai. Mereka mendasarkannya dengan generalisasi ras. Mereka sebenarnya

4

Suyanto, M, Muhammad Bussines Strategy & Ethic, Etika dan Strategi Bisnis Nabi Muhammad SAW (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2008), h. 194.

69

menjeneralisasikan orang-orang Timur Tengah dan India sebagai penganut Islam, sama saja dengan mereka menjeneralisasikan semua orang Islam adalah teroris.

Gambar 4.6

Gambar 4.6: Rizvan singgah di sebuah motel milik seorang India. “Owner of inn: Today is Saturday, honeymoon couples booked all rooms. Everyone get marry on Saturday here. One night marriage, but you don’t worry, you can stay in

my room. And I have porn channel in my room.

Setelah itu datang orang berkulit putih melakukan penyerangan di penginapan tersebut, hingga kaca motel itu pecah. Setelah itu, pemilik penginapan tersebut segera membalas serangan mereka dengan menggunakan senapan, dan mengeluarkan tembakan peringatan. Pemilik penginapan itu marah-marah dan mengatakan: “It’s all hapenning because of Muslims. They blow up WTC few years back. And we are tolerating here.”

Pada adegan ini diceritakan Rizvan mendatangi penginapan yang pemiliknya merupakan orang India beragama Sikh. Kemudian terjadi penyerangan di penginapan tersebut. Pemilik penginapan tersebut segera membalas serangan mereka dengan menggunakan senapan dan mengeluarkan tembakan peringatan. Setelah itu, pemilik penginapan itu mengatakan bahwa ia bukanlah bagian dari

70

teroris, bukan pula seorang Muslim. Kemudian dia mulai menyalahkan orang Muslim sebagai penyebab terjadinya penyerangan terhadap orang-orang yang disangka Muslim.

Sebenarnya, penyerangan tersebut didasari atas generalisasi ras kaum Muslim, seperti: India, Arab Saudi, dan Negara-negara Timur Tengah lainnya. Padahal, tidak semuanya beragama Islam. Namun mereka tetap mendapatkan diskriminisasi yang dialami oleh kaum Muslim yang ada di AS. Hal tersebut di

temukan pada kalimat yang diucapkan pemilik motel, “Semua orang kulit putih itu buta. Mereka tidak bisa membedakan antara orang India pengikut Ghandi dan orang Islam radikal.” Padahal serangan tersebut hanyalah serangan salah sasaran yang didasari oleh generalisasi ras.

AS merupakan salah satu negara yang sejak lama menyerang negara-negara Islam seperti Afghanistan dan Palestina. Peristiwa 9/11 dianggap sebuah serangan balasan dari kelompok pembela Islam yang melakukan serangkaian terorisme baik di negaranya sendiri maupun Negara penjajah. Sehingga, banyak yang beranggapan bahwa semua Muslim adalah teroris.

Dokumen terkait