• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Vladimir Zegarac, apa itu komunikasi fatis atau What is Phatic

communication adalah pertanyaan untuk jawaban faktual yang dapat diberikan

dalam suatu konteks penjelasan mengenai tingkah laku yang bersifat komunikatif.50

Ada sedikit bantahan bahwa teori pragmatis harusnya memiliki suatu istilah untuk menyebutkan jenis bahasa yang digunakan tersebut.

Pertama, pertukaran bersifat fatis sangat umum dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, pendekatan logis (plausible) dari interaksi verbal dapat menjelaskannya.

Kedua, hubungan yang bersifat fatis memunculkan kesulitan-kesulitan yang spesifik untuk analisis pragmatis. Jadi, ada suatu istilah untuk mengatakan tentangnya dimana seseorang tidak akan benar-benar membutuhkan istilah tersebut untuk disebutkan dengan tipe-tipe hubungan lainnya.

Ketiga, komunikasi fatis sering disinggung dan kadang-kadang dijelaskan namun memang belum pernah dijelaskan secara terperinci.

Komunikasi fatis dalam bahasa Inggris disebut juga small talk atau chit

chat. Orang-orang menyadari bahwa beberapa ungkapan seperti, “hari yang cerah,

bukan?” dan “bagaimana dengan liburanmu?” adalah percakapan yang bersifat social. Mereka juga memahami cara melakukan komunikasi fatis tertentu yang mempersyaratkan terlibatnya mental dan memakan waktu.

Komunikasi Fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

Menurut Fawcett, komunikasi fatis bukanlah mengenai pembagian informasi saat kita mengatakan “hari sangat cerah” sementara kelihatannya hujan akan turun segera, yang berarti tujuan informasinya lemah. (... it is not that we are

not sharing information when we say nice day but it looks as if it may rain soon, but that the informational purpose is rather weak).51

Sedangkan Schneider mengatakan komunikasi fatis adalah perbincangan kecil yang tidak mengandung banyak informasi penegtahuan namun selalu mengandung informasi sosial (... small talk does not convey much cognitive

information [...] but it is always loaded with social information).52

Coupland, Coupland and Robinson menyebutkan bahwa komunikasi fatis seringkali hanya untuk menciptakan sebuah hubungan atau percakapan konvensional dan tidak bersifat semantik (... 'phatic communion' has often been

appealed to as a concept ... typically taken to designate a conventionalized and desemanticized discourse mode or type).53

Para ahli tersebut juga menekankan bahwa komunikasi fatis sering dilibatkan dengan derajat kepura-puran mengenai apa sebenarnya niat si 51

Ibid

pembicara kepada pendengarnya seperti yang disebutkan oleh Coupland, Coupland and Robinson :

“Satu ciri kunci dari percakapan fatis adalah bahwa yang kita duga sebenarnya tidak tepat, melainkan hanya sebagai cara untuk menyembunyikan isi pesan kemana komitmen tersebut dibuat”. (A key characteristic of talking

phatically may therefore be not so much that it is inherently suspect, but that it manages to disguise the extent to which commitment is being made or withheld).54

Menurut Vladimir Zegarac dan Billy Clark Komunikasi fatis adalah komunikasi yang memberikan sanjungan atau diperuntukkan untuk memunculkan interpretasi yang menyenangkan.

(Phatic communication is communication which gives rise to, or is intended to give rise to, phatic interpretations).55

Jumanto dalam disertasinya yang berjudul Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris. menyebutkan bahwa komunikasi fatis digunakan untuk menyatakan dua belas fungsi, yaitu untuk memecahkan kesenyapan, untuk memulai percakapan, untuk melakukan basa-basi, untuk melakukan gosip, untuk menjaga agar percakapan tetap berlangsung, untuk mengungkapkan solidaritas, untuk menciptakan harmoni, untuk menciptakan perasaan nyaman, untuk mengungkapkan empati, untuk mengungkapkan persahabatan,untuk mengungkapkan penghormatan, dan untuk mengungkapkan kesantunan.56

Menurut Jumanto, Komunikasi fatis digunakan untuk mengungkapkan kesantunan (mempertahankan jarak sosial), untuk mengungkapkan kesantunan dan persahabatan (memperpendek jarak sosial), dan untuk mengungkapkan 54

Ibid.

55 Ibid

persahabatan (menghilangkan jarak sosial) kepada petutur yang berbeda-beda dalam hal kuasa dan solidaritas.57

Zegarac menyatakan bahwa komunikasi fatis sebagai institusi sosial

(Phatic communication as a social institution). Sebagai institusi sosial dalam

proses penginstitusiannya memiliki dua tipe, yaitu standarisasi (standardization) dan konvensionalisasi (conventionalization).58

Standarisasi berarti bahwa dalam komunikasi fatis interpretasi yang

terjadi dalam makna yang terungkap dan dipahami tanpa ada unsur konvensional. Sedangkan Konvensionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dilakukan dengan ekspresi yang bersifat konvensional, seperti penggunaan kata hai dan halo.

Jadi komunikasi yang dilakukan dosen terhadap mahasiswa yang cenderung bersifat fatis atau menyenangkan antara lain dapat berupa sapaan “apa kabar”, “hai”, dan “halo”. Atau hal-hal lain yang bersifat obrolan ringan seperti candaan maupun sentuhan fisik seperti tepukan halus dipundak yang menyenangkan baik di dalam ruang kuliah maupun di luar kegiatan kuliah.

Dari paparan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya komunikasi fatis itu dilakukan secara verbal dan nonverbal, yakni mencakup lisan, tulisan dan isyarat tubuh.

II.5. Teori S-O-R

Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Semula teori ini berasal dari psikologi namun karena objek materialnya, manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi maka ilmu komunikasi juga mengunakan teori ini.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian anatara pesan dan reaksi komunikan.

Unsur-unsur teori S-O-R adalah: 1. Pesan (Stimulus)

2. Komunikan (Organism) 3. Efek ( Response)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek

“how” bukan “what” dan “why”. Dalam bentuk yang lebih jelas lagi, how to communicate, dalam hal ini how to change attitude, bagaimana mengubah sikap

komunikan.

Dalam proses perubahan sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof.Dr.Mar’at dalam bukunya Sikap Manusia, Perubahan, serta

Pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang mengatakan

bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel penting, yaitu:59 1. Perhatian

2. Pengertian 3. Penerimaan

Gambar 2.3. Skema Teori S-O-R

Gambar diatas menunjukkan bahwa tindakan bergantung pada proses yang terjadi kepada individu (organisme/mahasiswa).

Komunikator atau dosen menyampaikan stimulus atau pesan kepada komunikan atau mahasiswa yang berupa komunikasi verbal maupun nonverbal yang bersifat fatis.

Setelah komunikan menerimanya akan memunculkan respon berupa komunikasi efektif diantara komunikator dan komunikan.

Dokumen terkait