• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua

6. Komunikasi Interpersonal yang Efektif

Menurut Joseph A. DeVito (2011: 285) komunikasi interpersonal bisa sangat efektif dan bisa sangat tidak efektif. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif menurut Jalaluddin Rakhmat (2007: 118) apabila

24

pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan sedangkan menurut A. Supratiknya (1995: 34) terjadi apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan.

D.W. Johnson (dalam Suprayitna, 1995: 35) mengatakan terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengirimkan pesan secara efektif yaitu sebagai berikut.

a. Pengirim pesan harus mengusahakan agar pesan-pesan yang dikirimkan mudah dipahami oleh penerima pesan.

b. Pengirim pesan harus mempunyai kredibilitas atau kepercayaan di mata penerima pesan.

c. Pengirim pesan harus berusaha untuk mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan tersebut dalam diri penerima pesan. Komunikasi dikatakan efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2007: 13) paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu sebagai berikut.

a. Pengertian

Pengertian artinya penerimaan yang cermat terhadap isi pesan seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan bisa menimbulkan pertengkaran dan membuat hubungan menjadi renggang. b. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Komunikasi yang menimbulkan

25

kesenangan, misalnya sapaan, menjadikan hubungan lebih hangat, akrab, dan menyenangkan.

c. Pengaruh pada Sikap

Seseorang paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain, misalnya seorang guru ingin mengajak siswa untuk lebih mencintai lingkungan, pemasang iklan ingin merangsang seleera konsumen, dan lain sebagainya.

d. Hubungan yang Semakin Baik

Komunikasi ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia butuh untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain baik dalam hal interaksi dan asosiasi; pengandalian dan kekuasaan’ dan cinta serta kasih sayang. e. Tindakan

Persuasi ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar namun lebih sukar lagi komunikasi untuk mendorong seseorang bertindak. Akan tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikate.

Komunikasi interpersonal yang efektif menurut Joseph A. DeVito (2011: 285-298) yang dilihat dari tiga sudut pandang sebagai berikut.

a. Sudut Pandang Humanistis

Pendekatan humanistis menekankan pada kualitas-kualitas yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan (Bochner

26

& Kelly, 1974 dalam Joseph A. DeVito 2011: 285). Pendekatan ini dimulai dengan kualitas-kualitas umum yang menurut para filsuf dan humanis menentukan terciptanya hubungan antarmanusia yang superior. Berdasarkan kualitas-kualitas umum ini, diturunkan perilaku-perilaku spesifik yang menandai komunikasi interpersonal yang efektif.

1) Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang “milik” komunikator dan komunikator bertanggung jawab atas hal tersebut.

Menurut Praktiko (dalam Dasrun Hidayat, 2012: 140) keterbukaan merupakan hal yang terpenting untuk menciptakan saling pengertian diatara anak dan orang tua. Tingkat keterbukaan dalam sebuah proses komunikasi tergantung dari seberapa dekat orang tua terhadap anak sehingga anak merasa aman dalam mengungkapkan diri.

2) Empati

Henry Backrack (dalam DeVito, 2011: 286) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain tersebut. Seseorang dengan berempati maka dapat menyesuaikan

27

apa yang akan dikatakan atau bagaimana mengatakan agar diterima dengan baik oleh orang lain. Empati dapat dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal. Seseorang dapat mengkomunikasikan empati secara nonverbal dengan cara memperlihatkan keterlibatan aktif dengan orang melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata dan kedekatan fisik, sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3) Sikap Mendukung

Seseorang bisa mengkomunikasikan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif, spontanitas, dan provisionalisme.

a) Deskriptif

Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya suasana mendukung. Seseorang yang mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu membuat orang lain umumnya tidak merasakan adanya ancaman dan tidak perlu membela diri. b) Spontanitas

Seseorang yang spontan dalam berkomunikasi serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya akan diberikan umpan balik dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka.

28 c) Provisionalisme

Seseorang yang bersikap tentatif dan berpikiran terbuka, bersedia mendengarkan pandangan yang berbeda dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan, akan mendorong orang lain untuk bersikap mendukung.

4) Sikap Positif

Seseorang bisa mengkomunikasikan sikap positif, setidaknya dengan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang lain untuk berinteraksi.

5) Kesetaraan

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif apabila suasananya setara. Setara dapat diwujudkan dengan pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

b. Sudut Pandang Pragmatis

Pendekatan ini berawal dari keterampilan spesifik yang dari riset diketahui efektif dalam komunikasi interpersonal, kemudia keterampilan-keterampilan ini dikelompokkan ke dalam kelas-kelas perilaku umum (Ruben, 1988; Spitzberg & Cupach, 1984, 1989; Spitzberg & Hecht, 1984; Wiemann, 1977; Wiemann& Backlund, 1980 dalam Joseph A. DeVito, 2011: 285)

29 1) Kepercayaan Diri

Komunikator yang secara sosial memiliki kepercayaan diri bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak tubuh. Sosok yang santai, menurut riset, mengkomunikasikan sikap terkendal, status, dan kekuatan.

2) Kebersatuan

Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar—terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Kebersatuan bisa dikomunikasikan dengan memelihara kontak mata yang patut; sosok tubuh yang langsung dan terbuka; menyebut nama lawan bicara; memberikan umpan balik; dan lain sebagainya.

3) Manajemen interaksi

Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh yang penting. Komunikator mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Manajemen interaksi dapat dikomunikasikan dengan menyampaikan pesan verbal dan nonverbal yang saling bersesuaian dan saling memperkuat.

4) Daya Ekspresi

Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal penekanannya pada keterlibatan. Kualitas ini juga mencakup pemikulan tanggung

30

jawab untuk berbicara dan mendengarkan, dalam hal ini sama dengan kesetaraan. Daya ekspresi dapat dikomunikasikan dengan menggunakan variasi dalam gerak tubuh, kecepatan, nada, volume, dan ritme suara.

5) Orientasi kepada Orang Lain

Orientasi kepada orang lain mengacu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan interpersonal. Orientasi ini mencakup pengkomunikasian peratian dan minat terhadap apa yang dikatan lawan bicara. Komunikator yang berorientasi kepada lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudur pandang lawan bicara dan menghargai perbedaan pandangan dari lawan bicara ini.

c. Sudut Pandang Pergaulan Sosial

Pendekatan ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan biaya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan (Hatfield & Traupman, 1981; Kelley dan Thibaut, 1978; Thibatut & Kelley, 1986; Walster et al., 1978 dalam Joseph A. DeVito, 2011: 285). Joseph A DeVito (2011: 197) mengatakan bahwa teori pergaulan sosial lebih menjelaskan kecenderungan seseorang untuk mencari keuntungan atau manfaat dengan mengeluarkan biaya sesedikit mungkin.

31 a. Bertukar Manfaat

Dalam setiap hubungan selalu ada biaya, seperti masalah keuangan, ketegangan pekerjaan, atau konflik antarpribadi. Biaya ini dapat diimbangi dengna mempertukarkan manfaat atau kesenangan, misalnya perilaku yang saling mengasihi (Lerderer, 1984 dalam Joseph A. DeVito, 2011: 298). Perilaku mengasihi adalah dukungan-dukungan kecil yang diterima dengan senang hati dari orang lain.

b. Menanggung Beban Biaya Milik Diri Sendiri

Seseorang merasa tidak puas bila harus menanggung bagian biaya secara tidak adil. Hal ini seperti teori kesetaraan (ekuitas) yang mengatakan bahwa seseorang tidak saja berusaha membina hubungan yang manfaatnya melampaui biaya, melainkan juga bahwa seseorang puas dengan suatu hubungan bila ada kesetaraan dalam distribusi imbalan dan biaya yang dikeluarkan masing-masing pihak.

c. Menginfestasikan Pertukaran Manfaat pada saat Biaya Meningkat

Bila suatu hubungan mengalami masalah, banyak orang bereaksi secara pasif dengan mananti situasi berubah dengan sendirinya atau membiarkan hubungan menjadi lebih buruk. Pengertian yang empatik, perhatian ekstra, dan saling membelai dan menyentuh sering kali dapat digunakan untuk menanggulangi meningkatnya biaya hubungan.

d. Memperbesar Manfaat untuk Mengurangi Daya Tarik Alternatif

Bila biaya melampaui manfaatnya, daya tarik alternatif meningkat. Jika seseorang menginginkan daya tarik pesaing berkurang ( setiap

32

orang pasti mempunyai pesaing), tatalah situasi sedemikian rupa utnuk meningkatkan manfaat dan menurunkan biaya.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif dapat membuat lawan bicara mengerti isi pesan yang dimaksud, selain itu juga dapat menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin membaik, dan suatu tindakan pada lawan bicara. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat dilihat dari keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan, kepercayaan diri, kebersatuan, managemen interaksi, daya ekspresi, orientasi kepada orang lain, bertukar manfaat, menanggung beban biaya milik diri sendiri, menginfestasikan pertukaran manfaat pada saat biaya meningkat dan memperbesar manfaat untuk mengurangi daya tarik alternatif.

Pada penelitian ini, indikator komunikasi interpersonal yang efektif yang digunakan adalah dari sudut pandang humanistis menurut Joseph A. DeVito yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. 7. Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua

Komunikasi interpersonal mempunyai peranan penting dalam keluarga karena tersampaikannya pesan dengan baik atau tidak tergantung dari cara komunikasi interpersonal anak dengan orang tua ataupun sebaliknya. Komunikasi di antara anak dengan orang tua tentu saja diharapkan berjalan sesuai dengan harapan sehingga tujuan bersama pun dapat diwujudkan.

33

Menurut Verderber et al (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011: 169) komunikasi khususnya komunikasi keluarga mempunyai paling tidak tiga tujuan utama yaitu sebagai berikut.

a. Komunikasi keluarga berkontribusi bagi pembentukan konsep diri Tanggung jawab pertama dari keluarga adalah berbicara dengan cara yang akan berkontribusi bagi pengembangan diri yang kuat bagi semua anggota keluarga (Yerby, Buerkel-Rothfuss, & Bochner dalam Budyatna dan Ganiem, 2011:170). Penelitian yang dilakukan oleh D.H. Demo (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011: 170) menyatakan bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi dari para anggotanya. Konsep diri para anggota keluarga dapat ditingkatkan dengan cara menyatakan pujian, sambutan, dukungan, dan kasih.

b. Komunikasi keluarga memberikan pengakuan dan dukungan yang diperlukan

Tanggung jawab kedua dari anggota keluarga adalah berinteraksi dengan cara mendukung dan mengakui sesama anggota keluarga. Dukungan dan pengakuan membantu anggota keluarga merasa berarti dan membantu mengatasi masa-masa sulit. Apabila tidak mendapatkan dukungan dan pengakuan dari keluarga, maka anak akan mencari di luar keluarga.

34

c. Komunikasi keluarga menciptakan model-model

Tanggung jawab ketiga dari anggota keluarga adalah berkomunikasi sedemikian rupa yang dapat bertindak sebagai model atau contoh mengenai komunikasi yang baik bagi anggota keluarga yang lebih muda.

Dokumen terkait