• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Kepala Desa Perempuan dalam Meningkatkan Pembangunan di Desa Patila Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Wajo

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pola Komunikasi Kepala Desa Perempuan dalam Meningkatkan Pembangunan di Desa Patila Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo

Keberhasilan sebuah pembangunan sangat di tentukan oleh perencanaan yang berkualitas. Selanjutnya, untuk menghasilkan peembangunan berkualitas dibutuhkan komunikasi dari berbagai pihak. Kalau pembangunan yang dilaksanakan ditingkat desa, maka yang bertanggung jawab dalam hal komunikasi adalah kepala desa. Seorang komunikator atau kepala desa selaku pimpinan tertinggi di desa harus bisa dan benar-benar dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Untuk itu, Kepala Desa Harus mampu dan bisa merealisasikan tujuan pembangunan dengan senantiasa selalu berkomunikasi dengan instansi desa yang terkait dan mensosialisasikan pada masyarakat yang ada di Desa Patila melalui musyawarah. Selain itu, kepala desa harus senantiasa berkomunikasi dengan pihak kecematan agar diselenggarakan melalaui Pola Komunikasi.

Sebagaimana komunikasi lainnya, komunikasi politik juga didukung oleh beberapa unsur utama. Unsur utama dalam komunikasi politik adalah komunikator politik, komunikan, isi komunikasi (pesan), media komunikasi, tujuan komunikasi, dan umpan balik. Setiap unsur komunikasi politik memiliki sifat dan tujuan yang khas. Masing-masing dari unsur komunikasi politik ini pastinya memiliki fungsi untuk mencapai tujuan dari komunikasi politik itu sendiri.

Komunikasi politik yang dilakukan kepala desa selain sebagai sarana interaksi juga sebagai sarana tolak ukur keberhasilan pembangunan yang ada di Desa, karena setiap interaksi yang dilakukan oleh kepala desa disitulah juga membuat masyarakat juga ikut bergerak dalam proses pembangunan, dan itu terjadi sebaliknya apabila kepala desa tidak memiliki komunikasi politik yang tidak baik bisa saja terjadi penolakan terhadap masyarakat.

Komunikasi yang dibangun oleh Kepala Desa Patila memiliki perbedaan dengan yang lainnya, kepala desa yang masih di kategorikan Kades tergolong memiliki kapasitas yang baik. Sebagai kepala desa yang tidak semena-mena, dan arogan, sebaliknya karakter yang di tonjolkan adalah santu, murah senyum, mau berbaur dengan siapa saja, menghormati bawahan, dan kreatif. Adapun pola komunikasi politik yang di terapkan kepala desa perempuan di Desa Patila Kecemtan Pammana Kabupaten Wajo yaitu:

a. Pola Komunikasi Skunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya, jauh dan banyak. pola komunikasi ini melibatkan lima unsur komunikasi yang saling terkait yaitu: komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Kelima dasar ini menyajikan cara yang berguna untuk menganalisis komunikasi.

1. Komunikator

Komunikator merupakan unsur komunikasi yang bertindak sebagai penyampai pesan. Komunikator merupakan sumber informasi bagi komunikan. Sehingga bagaimana komunikator memberikan pesan sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Berikut beberapa hal yang perlu dimiliki oleh seorang komunikator agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan:

Komunikator yang dimaksud disini adalah Kepala desa Patila, bagaiamana Kepala Desa Patila menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakatnya. Adapun hasil wawancara dengan Ibu PA, selaku kepala Desa Patila antara lain:

”Dalam membangun sebuah desa harus dengan perencanaan yang benar-benar matang, ada banyak hal yang harus saya lakukan selaku Kepala Desa agar tidak salah langkah mengambil keputusan. Banyak proses yang perlu dilakukan seperti menghubungi langsung sekretaris desa untuk segera membuat surat undangan. Selanjutnya menghubungi Kepala Dusun untuk membangikan undangan untuk melakukan musyawarah. Selain itu saya harus memfasilitasi tempat untuk jalannya musyawarah”

(wawancara 18 juli 2019)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa cara kepala desa memenuhi kriteria yang harus dimiliki kepala desa agar pesan yang disampaikan dapat di terima oleh masyarakat selaku komunikan.

2. Pesan

Pesan merupakan ide,informasi atau berita yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan disini berupa kata-kata atau tulisan, gambar atau lainnya. Pesan mengandung materi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi atau mengubah komunikan.

Berdasarkan observasi peneliti bahwa, Kepala Desa dan yang diberikan untuk masyarakat menyikapi program-program yang dilakukan pemerintah Desa Patila adapun tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Desa Patila, seperti hasil wawancara dengan Ibu PA, selaku Kepala Desa Patila antara lain:

“selalu berupaya mengangkat potensi-potensi atau dampak-dampak pembangunan program kerja yang sudah dilakukan termasuk mendorong semangat masyarakat dalam pembangunan Desa ini”

(wawancara 18 juli 2019)

Ibu PA selaku Kepala Desa Patila memberikan penjelasan tentang pesa yang di sampaikan kepada masyarakat sebagai berikut :

„‟Biasanya kita melakukan komunikasi/pesan yang baik kepada pelaksana pembangunan yakni Tokoh-tokoh masyarakat, Kepala Dusun dan Tokoh Adat, dimana pembangunan tersebut akan dilaksanakan dengan dasar anggaran yang kami terima‟‟ (wawancara, 25 juli 2019).

Komunikasi Kepala Desa merupakan salah satu kunci untuk suksesnya dalam menjalankan pembangunan, penulis akan mengamati pesan yang dilakukan oleh Kepala Desa selaku penanggung jawab dalam pembangunan desa, dimana dalam komunikasi/pesan

melibatkan masyarakat dalam menunjang keberhasilan untuk pembangunan. Sehingga pada dasarnya komunikasi yang harus lebih ekstra ditinjau dari segi anggaran yang ada. Masyarakat sebagai pelaku utama dan kepala desa berkewajiban untuk mengarahkannya. Hal serupa juga di uangkapkan oleh Ibu PA sebagai berikut:

“Begini dek, dalam kegiatan pembangunan desa, saya terlebih dahulu melakukan musyarah dengan perangkat desa dan masyarakat agar pelaksanaan pembangunan itu lebih jelas dan tidak terjadi simpang siur”. (wawancara 17 agustus 2019)

Hal serupa juga di ungkapkan oleh ibu IA salah satu warga desa Patila tentang pesan yang di sampaikan Ibu PA sebagai berikut:

“kalau menurut saya sudah baik, Bu PA sebelum melakukan sesuatu pasti musyawarah dulu dengan masyarakat desa dan perangkat desa lainnya”. (wawancara 18 juli 2019)

Dengan adanya musyawarah sebagai cara agar pesan yang ingin disampaikan kepala desa kepada masyarakat maka kegiatan pembangunan kedepannya akan lebih baik dan masyarakat akan lebih tahu tentang pentingnya pembangunan

3. Media

Media merupakan sarana atau saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaiakan sebuah pesan. Dalam berkomunikasi, pesan akan diterima oleh pancaindra manusia selanjutnya diproses dalam pikirannya dan kemudian menghasilkan sebuah feedback. Pesan yang disampaikan dalam bentuk gambar dan

suara biasanya akan lebih menarik dari pesan yang hanya disampaikan lewat tulisan saja.

Dalam membangun Desa Patila melalui media cetak, dalam hal ini Kepala Desa Patila hanya selalu menggunakan media cetak untuk dalam penyampaian informasi, yang berkaitan dengan program pembangunan di Desa Patila. Pemerintah desa telah cukup optimal dalam memanfaatkan media namun tingkat keefektifan media yang digunakan memberikan hasil yang berbeda, karena masyarakat Desa Patila lebih cendrung memahami penyampaian informasi tersebut langsung di musyawarahkan. Sebagian besar masyarakat Desa Patila belum bisa memahami tulisan dikarenakan tidak tamat sekolah.

Adapun media yang digunakan oleh Kepala Desa antara lain adalah:

a. Media Cetak.

Seperti yang kita ketahui, selama ini surat udangan merupakan media cetak yang menjadi prioritas di Desa Patila yang didalamnya merupakan berita yang memiliki nilai informasi yang tinggi.

Menyadari semakin pentingnya kebutuhan akan informasi yang diinginkan oleh masyarakat. Bagian pemerintah desa memanfaatkan situasi ini sebagai strategi menggunakan media cetak sebagai media untuk mensosialisasikan program-program perencanaan pembangunan desa sebagai perwujudan dalam membangun partisipasi masyarakat.

Berikut hasil wawancara Kepala Desa Patila, Ibu PA adalah:

“menggunakan surat undangan dan mengumumkan melalui toa mesjid lebih efektif. Kenapa? Dengan melalui surat undangan pesan yang disampaikan di terima dengan baik. Sehubungan dengan itu jaringan di Desa Patila sangat tidak memungkinkan untuk memberikan pesan lewat media sosial dan mengumumkan melalui toa mesjid lebih memudahkan para masyarakat yang tidak dapat membaca” . (wawancara 17 agustus)

Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa surat undangan merupakan media cetak yang cukup dekat dengan masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah Desa Patila menjadikan media untuk menjembatani antar pemerintah dengan masyarakat serta mensosialisasikan program-program yang telah dirumuskan oleh pemerintah desa yang seiring dengan membangun partisipasi masyarakat yakni pembangunan desa, sehingga informasi yang berkaitan dengan pembangunan desa dapat dimengerti oleh seluruh masyarakat Desa Patila

4. Komunikan

Komunikan merupakan penerima pesan, pihak yang menjadi sasaran komunikasi. Target yang ditentukan oleh komunikator untuk menerima pesan yang disampaikannya.komunikan bisa seorang individu, kelompok, organisasi atau lainnya. Komunikan mempunyai tanggung jawab untuk dapat memahami apa yang disampaikan komunikator kepadanya, untuk itu seorang komunikan harus memperhatikan apa yang disampaikan komunikator dengan baik.

Kepala Desa Patila sebagai penerima aspirasi harus dapat menampung seluruh aspirasi masyarakat Desa Patila yang bersifat

membangun. Dalam hal ini diperlukan langkah-langkah dalam menanggapi opini masyarakat seperti yang dikatakan Ibu PA tentang, Kepala Desa Patila harus menempatkan dirinya sebagai komunikan sebagai berikut:

„‟Dalam hal ini, penyampaian ataupun masukan yang diberikan oleh kalangan masyarakat untuk meningkatkan pembangunan baik dalam insfrastruktur, pertanian, SDM, dan perkebunan. Tersusun rapi dalam bentuk tulisan yang diadakan disaat Musrenbangdes, dan akan diseleksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat Desa Patila melalui perencanaan pembangunan desa‟‟ (wawancara tanggal, 25 Juli 2018)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Kepala Desa dalam menerima penyampaian atau aspirasi yang masyarakat sampaikan sangat diterima dengan jelas dan tersusun, maka selanjutnya penulis wawancara kepada Bapak RT selaku Sekretaris Desa Patila menyatakan bahwa :

„‟Kepala Desa berikan kami selaku aparat desa untuk membantu membangun desa ini, kami selaku pemerintah desa siap menerima masukan dan aspirasi dari masyarakat, karena dengan adanya masukan atau aspirasi dari masyarakat yang berkaitan dengan pembangunan dan kemajuan desa akan kami rapatkan bersama Kepala Desa untuk menyikapi masukan-masukan yang diberikan‟‟

(wawancara tanggal, 18 Juli 2019)

Dari hasil wawancara kepada Bapak RT selaku Sekretaris desa beliau berpendapat bahwa masukan atau aspirasi dari masyarakat diterima dengan baik karena aspirasi yang masyarakat sampaikan berhubungan dengan kemajuan desa dan pembangunan jangka

panjang, seperti halnya infrastruktur, SDM, pertanian dan perkebunan.

b. Pola Komunikasi Sirkular

Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu adalah terjadi feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah “response” atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator. Pola komunikasi sirkular ini didasarkan pada perspektif interaksi yang menekanknan bahwa komunikator atau sumber respon secara timbal balik pada komunikator lainnya.

Feedback atau umpan balik memegang peranan penting dalam

tercapainya tujuan komunikasi. Komunikan akan mengukur apakah komunikasi berjalan dengan baik, apakah komunikan memahami pesan yang disampaikan, dan apakah tujuan komunikasi tercapai atau tidak.

Kepala Desa merancang program-program dan mengaplikasikannya kemasyarakat untuk menyampaikan pesan.

Maksud dan tujuan dalam rangka pembangunan desa untuk kepentingan masyarakat jangka panjang. Dalam hal ini diperlukan juga evaluasi terhadap program-program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Desa Patila, evaluasi tersebut tidak dapat dilakukan serta merta tanpa dasar. Sebelum melakukan evaluasi, pemerintah desa harus mengetahui

sejauh mana feedback yang terjadi terhadap masyarakat melalui program-program kerja yang telah dilaksanakan dan masih dalam perencanaan oleh Kepala Desa Patila.

1. Usulan melalui ide-ide di dalam musyawarah yang penulis ketahui berdasarkan hasil dilapangan, di dalam rana forum terjadi feedback yang disampaikan oleh komunikan untuk meyampaikan apa yang diinginkan akan tetapi yang terjadi di lapangan yang penulis ketahui bahwa masyarakat yang ada di Desa Patila hanya duduk dan menyampaikan ide-ide demi kemajuan desa tentang program-program pembangunan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Evaluasi, Di dalam kegiatan forom maupun pemerintahan, setiap mengadakan kegiatan program-program kerja yang dilaksankan perlu diadakan evaluasi agar kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya bisa ditindaklanjuti kembali dan lebih baik dari yang sebelumnya.

3. Ikut serta dalam pembangunan, Dari observasi penulis dilapangan masyarakat Desa Patila melibatkan diri dengan kegiatan yang akan dilaksankan dalam hal ini kegiatan bersih-bersih desa, gotong royong, dan pembuatan gorong-gorong jalan. Berikut hasil

wawancara dengan Ibu PA, selaku Kepala Desa

“Alhamdulillah, selama menjabat sebagai Kepala Desa masyararat setempat menerima program-program pembangunan denga baik.

Masyarakat ikut melibatkan diri dengan kegiatan yang akan

dilaksanakan. Apabila ada hal yang tidak disetujui oleh masyarakat saya selaku Kepala Desa sebisa mungkin menampung keluhan masyarakat selanjutnya akan dilakukan musyawarah kembali”

Adapun hasil wawancara lainnya terhadap bapak AR selaku Masyarakat Desa Patila, yaitu:

“ Pembangunan kali ini sangat di sambut antusias oleh masyarakat termasuk saya, kenapa? Kepala desa sekarang bisa merangkul masyarakatnya untuk saling membantu menyelesaikan pembangunan lebih cepat”

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan pola komunikasi yang digunakan Kepala Desa Patila Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo adalah Pola Komunikasi Skunder dan Pola Komunikasi Sirkular. Pola Komunikasi Skunder ini ditandai dengan adanya lima unsur komunikasi yang saling terkait yaitu: komunikator, pesan, media, komunikan serta adanya feed back pada model Sirkuler, proses sirkuler ini berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui efektif atau tidaknya komunikasi, karena komuniaksi dikatakan efektif apabila ada umpan balik dari penerima pesan. Pada model ini, terjadi komunikasi umpan balik gagasan. Ada komunikator yang mengirimkan pesan dan ada penerima selaku komunikan yang melakukan seleksi, intrepretasi dan memberikan respon balik terhadap pesan dari komunikator. Dengan demikian komunikasi berlangsung dengan proses predaran atau perputaran arah, sedangkan partisipan memiliki peran ganda, dimana pada satu waktu bertindak sebagai komunikan, sedangkan waktu lain berlaku sebagai penerima, terus seperti itu sebaliknya. (Bugin, 2006).

Secara garis besar komunikasi yang dilakukan kepala desa cukup baik, pola komunikasi skunder dan pola komunikasi sirkular tetap dirasa menjadi pilihan yang tepat untuk berinteraksi dengan masyarakat desa karena kondisi masyarakat desa yang masyarakat dan luas wilayahnya masih dapat di jangkau sehingga muncul ikatan sosial yang kuat. Selanjutnya cara kepala desa melakukan pendekatan personal warganya dengan cara ikut langsung, ikut dengan kegiatan pengajian. Selain itu karena kepala desa tergolong kepala desa perempuan pertama yang menjabat sebagai kepala desa Patila lebih memudahkan berinteraksi langsung dengan masyarakatnya.

Komunikasi yang dibangun lebih untuk tidak membuat jarak antara pejabat dan masyarakat biasa, membuat masyarakat menjadi subjek dalam interaksi dan pembangunan sehingga bisa merasakan kehadiran kepala desa bukan hanya sebagai kepala pemerintahan tertinggi desa tetapi juga kepala desa dapat dikatakan sebagai orang yang dapat dituakan di masyarakat desa.

Kondisi masyarakat yang sebagian yang masih homogen membuat ikatan kekeluargaan antara masyarakat masih sangat kuat, kegiatan interaksi antar individu masih sangat sering terjadi sehingga sejauh ini masyarakat cukup aktif dalam pembangunan yang ada di desa dengan kata lain gotong royong masyarakat desa Patila Masih sangat baik.

Kiprah kepala desa perempuan ini dalam meningkatkan pembangunan desa cukup besar, banyak program yang diluncurkan untuk mengayomi dan memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Bentuk relasi yang

dilakukan kepala desa untuk meningkatkan pembangunan sudah cukup banyak, mulai melakukan kerja sama dengan pemerintah kabupaten dengan mengajukan permohonan perbaikan jalan yang dimiliki kapubaten, jalan-jalan tani yang diperbaiki, program WC sehat, pembangunan pasar, perbaikan posyandu, dan PRLH (Programa Rumah Layak Huni).

Adapun hasil wawancara dengan Ibu PA selaku kepala desa Patila

“inovasi-inovasi yang saya berikan kepada masyarakat sebagai bentuk pelayanan saya. Pertama memperbaiki jalan-jalan tani, alhamdulillah perbaikannya sudah mulai terlihat dengan adanya bantuan tenaga dari masyarakat. Kemudian pembangunan pasar karena di desa Patila dulunya tidak memiliki pasar jadi tidak ada salahnya membangun pasar yang dapat memudahkan masyarakat dan memberikan penghasilan pada masyarakat, selanjutnya program WC sehat dan posyandu dan program rumah layak huni, PRLH ini dilakukan sebagaia bentuk kegiatan sosial agar semua masyarakat merasakan rumah yang layak huni dengan diberikannya sumbangan diambilkan dari Anggaran Dana Desa (ADD) yang ada di desa.

Adapun hasil wawancara dengan bapak AN selaku masyarakat:

“Perubahan yang saya sangat rasakan di desa Patila saat ini sudah sangat baik, terlihat dari perbaikan jalan tani yang sekarang sebagian sudah di aspal beton. Perbaikan jalan tani sudah sangat membantu kami para petani termasuk adanya irigasi sawah dan pompa-pompa air yang dapat di gunakan apabila ada petani yang tidak mendapatkan air.”

Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak LG selaku masyarakat:

“saya rasa melihat inovasi Ibu Kades membuat kami para petani terbantu, dulu suka mengeluh karena jalan tani tidak ada perbaikan tapi sekarang pembangunan sudah hampir selesai dan kami tidak perlu berjalan kaki terlalu jauh lagi.”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sejak ibu PA Menjabat sebagai kepala desa ini, banyak gebrakan pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan infrastruktur desa, sarana dan prasarana desa yang asri dan

layak untuk menjadi kepala desa. Ibu PA selaku kepala desa mempertahankan kepercayaan masyarakat yang sudah terbangun semakin kuat dan imbasnya akan berimplikasi secara tidak langsung dengan pembangunan yang ada di desa Patila.

Ada beberapa faktor penghambat dan faktor pendukung Kepala Desa Patila Kecematan Pammana Kabupaten Wajo yaitu:

1. Faktor Penghambat a. Aspek sosial budaya

Faktor budaya menjadi salah satu faktor yang berpengaruh, hal ini karena budaya yang telah tertanam sejak lama menjadi salah satu acuan dalam melakukan interaksi atau hubungan. Pola interaksi inilah yang kemudian yang menyebabkan mempengaruhi perbedaan cara pandang terhadap kepeminmpinan laki-laki dan perempuan. Maka, sudah menjadi kewajaran jika ada kecenderungan bahwa dalam birokrasi pemerintahan di Desa Patila masih terdapat nilai-nilai budaya yang terbawa dari kehidupan sosial masyarakat.

Tentu saja aspek sosial budaya yang sudah tertanam sangat berpengaruh bagi psikologi seorang perempuan. Hal tersebut kemudian menjadi dasar pola hubungan yang membuat perempuan tidak banyak memainkan perannya sebagai pemimpi. Bahkan pada masa awal kepemimpinan rasa percaya diri dan ketidakmampuan mengemban tugas sebagai kepala desa Patila dengan baik sempat di alami ibu PA.

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa meskipun aspek sosial budaya tidak begitu berpengaruh terhadap pandangan masyarakat Desa Patila terhadapa kepala Desa Perempuan. Hal tersebut di tunjukkan dengan adanya penolakan terhadap Ibu PA dalam kapasitasnya sebagai Kepala Desa Patila. namun secara Psikologi aspek sosial budaya tersebut memberikan pengaruh psikologi terhadap kepercayaan diri pribadi yang bersangkutan.

Meskipun demikian berdasarkan wawancara yang telah diungkapkan Bapak LG perwakilan dari masyarakat terdapat Kekhwatiran yang disampaikan dalam petikan berikut:

“Pada awalnya khawatir, masak Kepala Desa Perempuan. Tapi lama kelamaan juga sudah terbiasa, yang saya liat walaupun Ibu Patmawati seorang perempuan Ibu Patmawati itu mampu mengembang tugasnya sebagai kepala desa yang baik, tanggung jawab dan semua yang akan dilaksanakan pasti sudah di rencanakan terlebih dahulu”. (wawancara 18 juli 2019)

b. Kondisi penduduk

Sebagai Kepla Desa, maka sudah selayaknya apabila seorang kepala desa mengetahui kondisi masyarakat atau keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sebab dengan mengetahui kondisi masyarakat nya maka dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengambil keputusan dan tindakan. Sebab bila Kepala Desa tidak mengetahui kondisi masyarakat maka akan menjadi suatu kesalahpahaman yang tidak dapat di terima oleh masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan Ibu PA sebagai berikut:

“Yang namanya memimpin pasti ada hambatannya dek, soalnya kan saya memimpin masyarakat yang tidak sedikit dan itu terdiri dari banyak orang yang sifatnya berbeda-beda, saya juga pernah menemui orang yang sifatnya kaku dan tidak mau mengikuti kegiatan yang ada di desa, tapi saya tetap akan berusaha untuk mengajak masyarakat agar mengikuti kegiatan desa dengan cara menasehati sedikit demi sedikit sampai mereka sadar dan mengikuti kegiatan desa”. (wawancara 18 juli 2019)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kondisi masyarakat sangat berpengaruh dalam kepemimpinan Ibu Patmawati Ahsan. Bagaiman karakteristik setiap individu tentunya berbeda. Sehingga dibutuhkan pola penanganan yang berbeda terhadap setiap individu. Apalagi dengan keterbatasan sebagai seorang perempuan tentu ada rasa ketidaknyamanan saat mencoba berinteraksi atau memberikan arahan kepada lawan jenis.

2. Faktor pendukung a. Dukungan Keluarga

Dukungan dari orang terdekat merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh pada kematangan seseorang dalam memilih dan memutuskan suatu pekerjaan. Bagi seorang pemimpin dukungan orang terdekat seperti keluarga merupakan suatu pendorong dimana menambah semangat baru dalam mengambil keputusan. Terlebih jika Kepala Desa Perempuan dimana sangat memerlukan dukungan dan motivasi dari orang terdekat agar tetap kuat dalam memerlukan dukungan dan motivasi dari orang terdekat

agar tetap kuat dalam menghadapi segala permasalahan selama

agar tetap kuat dalam menghadapi segala permasalahan selama

Dokumen terkait