• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS dan PSIKOSOSIAL

Dalam dokumen MAKALAH HIV/AIDS (Halaman 34-37)

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan, meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Paradigma Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat. 1. Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial,

psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga Sebagai Klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu :

a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.

c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

3. Masyarakat Sebagai Klien

Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Bulum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling

berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Fokus Keperawatan Komunitas

1. Aspek interpersonal: hubungan didalam keluarga. Pada kasus ini contohnya, dimana keluarga pasien harus memberi perhatian yang lebih untuk si pasien, jangan menjauhinya. Perawat menjelaskan pada keluarga, meskipun penyakit ini menular, tapi si pasien harus diberikan perhatian.

2. Aspek social: hubungan keluarga dengan masyarakat sekitarnya. Teman-temannya jangan menjauhi. Jangan membatasi pergaulan, tapi harus menjaga sikapnya.

3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengatasi perubahan yang terjadi. Misalnya menjaga asupan gizinya, memberikan pemahaman kepada keluarga tentang flu babi dengan tapat.

4. Aspek teknis: melatih keluarga teknik teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga dirumah Mengajarkan batuk efektif. Pemberian obat yang teratur, jangan sampai lupa, pengompresan saat panas. Menyediakan kamar yg dapat dimasuki cahaya.

Konsep pencegahan penyakit pada keperawatan komunitas : 1. Primer: healthy promotion dan spesifik protection

Healthy promotion: promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan Spesfik protection: melakukan Vaksin

2. Sekunder: early diagnosis trethment dan disability

Early diagnosis trethment: diagnosis lebih awal dan penangan yang tepat. Disability: mengurangi ketidakmampuan pasien.

3. Tersier: rehabilitasi pasien yang sudah sembuh.

Dalam segi aspek komunitas, pencegahan bisa dimulai dengan memberikan Pendidikan Kesehatan dimulai sejak dini, bisa melalui keluarga, lembaga formal seperti sekolah, dan masyarakat.

Sedangkan dalam aspek psikososial, dalam melakukan tes HIV harus bersifat:

1. Sukarela, artinya bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain. Ini juga berarti bahwa dirina setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang

tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes itu, serta apa saja implikasi dari hasil positif ataupun negatif.

2. Rahasia, artinya apapun hasil tes ini nantinya (baik positif ataupun negatif) hasilnya hanya boleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan. tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua, pasangan, atasan atau siapapun.

Mengingat begitu pentingnya untuk memperhatikan Hak Asasi Manusiadi dalam masalah tes HIV ini, maka untuk orang yang akan melakukan tes harus disediakan jasa konseling, yaitu:

1. Konseling Pre-test:

Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu diambil. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui rsiko dari perilakunya selama ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil tes. Konseling pre-test juga bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan untuk melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila nanti hasilnya positif.

2. Konseling Post-test:

Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif ataupun negatif. Konseling ini sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasi dan menjalani hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV negative, konseling post-test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah infeksi HIV di masa datang.

Perlu diperhatikan bahwa proses konseling, testing dan hasil tes harus dirahasiakan.

Dalam dokumen MAKALAH HIV/AIDS (Halaman 34-37)

Dokumen terkait