• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.3 Kondisi Akhir Sampel Penelitian

Hasil penelitian penerapan model pembelajaran cooperative dengan strategi LSQ meliputi hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penerapan model pembelajaran cooperative dengan strategi LSQ guru sebelum memulai pembelajaran meminta kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang akan dipelajari. Setelah siswa mengajukan pertanyaan guru mempersilahkan siswa untuk menjawab pertanyaan dari temannya, selanjutnya guru menanggapi pertanyaan dan jawaban dari siswa. Setiap selesai membahas sub pokok bahasan, guru mengajak siswa untuk mengerjakan soal dengan membentuk kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4–5 orang. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengerjakan lembar diskusi yang telah disiapkan oleh guru, kemudian pertanyaan dijawab bersama-sama dan siswa secara bergiliran maju mengerjakan didepan kelas, sehingga apabila siswa mengalami kesulitan dapat langsung bertanya pada guru dan guru dapat melihat serta mengamati sejauh mana siswa dapat menyerap pelajaran yang telah

disampaikan. Dengan mengetahui kesulitan yang siswa hadapi, guru segera menjelaskan kembali serta memberikan solusi terhadap masalah mereka.

Berdasarkan hasil belajar pada ranah psikomotorik kelas eksperimen dapat diketahui bahwa 32 dari 33 siswa mendapat nilai psikomotorik dengan kategori sangat baik dan 1 siswa mendapat nilai dengan kategori baik.Sedangkan pada kelas kontrol 2 dari 32 siswa mendapat nila psikomotorik dengan kategori sangat baik dan 31 siswa mendapat nilai dengan kategori baik.Terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.Penilaian psikomotorik yang digunakan pada penelitian ini ada delapan aspek.Tiap aspek dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa untuk dibina dan dikembangkan. Hasil nilai rata-rata aspek psikomotorik siswa disajikan pada Tabel 4.6.

Secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek psikomotorik kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat pada aspek dinamika kelompok (aspek 2), aspek kemampuan siswa dalam ketrampilan menggunakan alat praktikum (aspek 4) dan Aspek kebersihan(aspek 7). Disebabkan kelompok eksperimen sudah terbiasa belajar berkelompok sehingga tidak menghambat komunikasi siswa pada saat melakukan praktikum sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol.Cooperative learning dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Ajaja & Eravwoke, 2010: 18).

Penilaian afektif pada penelitian ini ada enam aspek. Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui perbedaan aktifitas siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Tiap aspek dianalisis

sacara diskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa untuk dibina dan dikembangkan.Berdasarkan hasil belajar pada ranah afektif dapat diketahui bahwa seluruh siswa kelas eksperimen mendapat nilai afektif dengan kategori sangat baik sedangkan untuk kelas kontrol 17 dari 32 siswa mendapat sangat baik, 14 siswa mendapat nilai dengan kategori baik dan 1 siswa mendapatkan kategori cukup. Nilai rata-rata afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dikatakan rata-rata nilai aspek afektif kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.Pada setiap aspek yang dinilai kelas eksperimen memiliki kriteria sangat tinggi sedangkan pada kelas kontrol hanya satu aspek yang mencapai kriteria sangat tinggi.Perbedaan ini disebabkan adanya kegiatan diskusi yang lebih sering dibandingkan kelas kontrol, selain itu pemberian tugas kepada siswa untuk bertanya terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dan lebih siap pada saat pembelajaran.Kegiatan diskusi ini merupakan penerapan dari model pembelajaran

cooperative.Pembelajaran cooperative berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Ahriani, 2013: 8).

Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika siswa itu aktif dan terus bertanya daripada hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar. Dengan model LSQ ini kesiapan siswa dalam proses pembelajaran menjadi meningkat karena dengan model LSQ siswa dituntut untuk aktif bertanya, terdorong untuk berfikir, belajar secara berkelompok dan bekerja atas inisiatif sendiri serta dapat memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar sehingga dengan kesiapan tersebut

maka siswa secara aktif membangun sendiri konsep maupun pengetahuannya serta dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajarinya serta retensinya (tahan lama dalam ingatan) akan menjadi lebih baik. Salah satu strategi

active learning dapat mempengaruhi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa (Rosida & Suprihatin,2011: 90). Pembelajaran cooperative berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Ahriani, 2013: 8). Rata-rata penilaian psikomotorik dan afektif pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Skor Rata-rata Aspek Afektif dan Psikomotorik

Pada Gambar 2 dapat dilihat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada aspek afektif kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih baik dibandingkan kelas kontrol yaitu 4,58 sedangkan kelas kontrol 3,9. Ini dikarenakan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran cooperative

dengan strategi LSQ sehingga siswa bisa menjadi aktif. Pencapaian tujuan domain afektif akan menjadikan seseorang menjadi berakhlak mulia, dan pencapaian tujuan psikomotorik akan menjadikan seseorang menjadi terampil

(Qomari, 2008: 100). Begitu juga untuk aspek psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, dengan rata-rata pada kelas eksperimen 3,6dan kelas kontrol 3,1 ini disebabkan kelas eksperimen sudah terbiasa berdiskusi dan sudah siap dalam praktikum dibandingkan kelas kontrol. Dengan strategi LSQ siswa dituntut untuk aktif bertanya, sehingga terdorong untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, serta dapat memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. Sehingga dengan kesiapan tersebut maka siswa secara aktif membangun sendiri konsep maupun pengetahuannya serta dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajarinya serta retensinya (tahan lama dalam ingatan) akan menjadi lebih baik (Yuliawati, 2009: 406).

Penilaian siswa tidak terbatas pada aspek psikomotorik dan afektif saja tetapi aspek kognitif juga dinilai dalam penelitian ini. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen 79,68 dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol 69,06. Dari hasil perhitungan ketuntasan hasil belajar, nilai ketuntasan untuk kelas eksperimen juga lebih baik yaitu 31 dari 33 siswa mencapai batas nilai tuntas, sedangkan untuk kelas control diketahui 13 dari 32 siswa mencapai batas nilai tuntas. Batas nilai tuntas yang digunakan sesuai dengan batas nilai tuntas yang ditentukan berdasarkan kebijakan yang digunakan di SMA Negeri 1 Bergas yaitu dengan batas nilai tuntas 71.Kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata hasil belajar yang lebih baik daripada kelas kontrol.Hasil analisis posttest menunjukkan bahwa thitung adalah 8,093.Sedangkan pada taraf signifikansi 5% dengan derajad kebebasan 64, diperoleh ttabel sebesar 2,034. Karena t hitung tidak kurang dari t (0,95)(64) maka

disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis maka perlu dilakukan uji pengaruh antar variabel. Hasil perhitungan koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa (rb) sebesar 0,766 yang artinya bahwa hubungan antara penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan strategi LSQ terhadap hasil belajar siswa tergolong kuat. Nilai rb kemudian dimasukkan dimasukkan kedalam rumus thitung dan didapat thitung sebesar 6,52 dan ttabel 2, 04. thitung> t tabel menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperativedengan strategi LSQ berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Perhitungan menghasilkan koefisien determinasi sebesar 58,66%, artinya metode pembelajaran cooperative learning dengan strategi LSQ memberikan kontribusi terhadap hasil belajar kimia materi larutan penyangga dan hidrolisis sebesar 58,66% sedangkan 41,34% merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor-faktor tersebut seperti tingkat kesulitan materi, media pembelajaran, serta sarana dan prasarana. Tanda positif pada harga rb menunjukkan bahwa antara penerapan model pembelajaran

cooperative learning dengan strategi LSQ terhadap hasil belajar siswa materi pokok larutan penyangga dan hidrolisis terdapat hubungan yang searah atau terjadi korelasi positif. Hal ini berarti bahwa pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran cooperative learning dengan strategi LSQ membuat siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik sehingga model pembelajaran cooperative penting digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar antar siswa dapat bertukar

pendapat sehingga dapat menambah pengetahuan siswa dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal (Goswami et al., 2012: 85).

Jadi, berdasarkan hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomorik dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol dikarenakan sebagian besar siswa menyukai metode ini dan lebih termotivasi untuk mempelajari kimia. Hasil yang lebih baik ini disebabkan dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk bertanya, bekerja sama dengan siswa lain dalam belajar dan menyelesaikan soal, sehingga siswa menjadi aktif, terlatih dan siap menerima pelajaran dikelas. Hasil ini sesuai dengan pendapat Akinoglu & Tandogan (2007: 71) yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Selain mengetahui hasil belajar siswa, dalam penelitian ini pendapat siswa juga diukur dan dianalisis menggunakan angket. Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model cooperative dengan strategi LSQ.Tanggapan siswa diukur dengan 10 aspek. Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model cooperative dengan strategi LSQ menunjukkan 14% siswa menjawab sangat setuju, 75% siswa menjawab setuju, 11% siswa menjawab tidak setuju dan 0% siswa menjawa sangat tidak setuju. Hampir semua siswa merespon “sangat setuju” dan “setuju” terhadap model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran cooperative

dengan strategi LSQ. Hal ini bererti secara klasikal siswa memberi tanggapan positif bahwa penerapan model pembelajaral cooperative learning dengan strategi LSQ dapat (1) memudahan memahami materi, (2) meningkatkan percaya diri

untuk bertanya, (3) senang dalam mengikuti pembelajaran, (4) memotivasi untuk mempelajari kimia, (5) menyadarkan siswa untuk aktif membaca, (6) lebih suka mempelajari kimia, (7) sesuai jika diterapkan dalam pembelajaran kimia, (8) melatih untuk aktif dalam pembelajaran, (9) pembelajarannya sangat menarik, dan (10) memudahkan dalam mempelajari dan mengingat kembali. Hasil tanggapan ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Otrina (2012) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative denganstrategi

learning start with a question ini meningkatkan minat siswa dalam belajar kimia. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada awal pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan strategi LSQ mengalami hambatan karena masih banyak siswa yang malu untuk bertanya dan masih kurang aktifnya siswa dalam membaca materi pelajaran yang akan dipelajari. Selain itu model pembelajaran cooperative learning berstrategi LSQ juga mempunyai kelemahan ketika proses pembelajaran berlangsung yaitu memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak menjamin bahwa semua siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah.

Siswa yang aktif bertanya adalah siswa yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mereka tidak malu untuk bertanya mengenai konsep materi yang dianggap sulit, tetapi untuk siswa yang memilik kepercayaan diri yang rendah sulit untuk bertanya mengenai konsep materi yang dirasa kurang dipahami. Dalam belajar secara kelompok siswa yang aktif bertanya dan mengutarakan pendapat juga sebagian adalah siswa yang pandai, akibatnya siswa yang pandai dengan antusias tinggi dapat mengembangkan potensinya secara optimal, namun siswa

dengan antusias rendah kurang mengalami perkembangan, karena tidak semua konsep yang dikontruksi setiap siswa semuanya sama.

Untuk mengatasi kesulitan itu maka, peran guru sebagai motivator diperlukan untuk memberikan semangat terhadap siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran dengan cara memotivasi siswa bahwa semua orang bisa pandai asalkan mempunyai kemauan yang tinggi untuk lebih maju dan rajin belajar. Tetapi setelah siswa bisa beradaptasi dengan penerapan model cooperative learning dengan strategi LSQ dan peneliti memotivasi siswa untuk aktif membaca dan bertanya maka penerapan model Cooperative Learning

dengan strategi LSQ dapat berjalan dengan lancar, siswa juga menjadi lebih aktif untuk bertanya mengenai kesulitan yang mereka hadapi dan siswapun berani mengerjakan soal dipapan tulis. Adanya latihan menjadikan siswa memiliki keterampilan dan ketangkasan dalam mengerjakan soal.Adanya keterampilan dalam mengerjakan soal yang dimiliki oleh siswa menyebabakan siswa terbiasa dalam mengerjakan soal, sehingga dalam mengerjakan soal siswa tidak memerlukan banyak waktu.

Melalui model cooperative learning dengan strategi LSQ dituntut belajar aktif yaitu aktif dalam bertanya akan memberikan banyak manfaat yaitu siswa menjadi berfikir, menghilangkan perasaan malu dan takut, serta merupakan salah satu cara untu mengkaji ulang pelajaran. Bertanya sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, karena jika ada materi yang kurang dipahami atau terdapat kekeliruan, maka bisa dibenarkan secara bersama-sama.

62

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan strategi LSQ mempengaruhi hasil belajar kimia siswa SMA N 1 Bergas kelas XI IPA semester 2 materi pokok larutan penyangga dan hidrolisis.

2. Penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan strategi LSQ memberikan kontribusi terhadap hasil belajar kimia siswa SMA N 1 Bergas kelas XI IPA semester 2 materi pokok larutan penyangga dan hidrolisis sebesar 58,66%

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah :

1. Guru kimia dapat menerapkan model pembelajaran cooperative learning

dengan strategi LSQ dalam pembelajaran sebagai variasi metode mengajar. 2. Pembiasaan pada siswa untuk bertanya, berpendapat, dan menjawab

pertanyaan perlu dilakukan agar siswa terbiasa aktif. .

Dokumen terkait