• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi aliran bahan pada proses isomerisasi isoeugenol

dilakukan dengan beberapa asumsi berdasarkan pada hasil perhitungan analisis finansial. Beberapa asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan bahan baku berupa eugenol minyak daun cengkeh sebanyak 1.164.000

kg/tahun.

2. Harga bahan baku berkisar antara Rp 180.000,- sampai Rp 200.000,-/kg 3. Jumlah produksi vanilin sebanyak 853.920kg/tahun.

3. Harga produk per kilo (kaleng) Rp 540.000,-

4. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 8.400 HOK/tahun.

5. Upah rata-rata tenaga kerja adalah Rp 61.929,-/HOK.

6. Sumbangan input lain terdiri dari biaya tetap dikurangi dengan tenaga kerja tidak langsung dan biaya tidak tetap dikurangi dengan upah tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku. Perincian nilai sumbangan input lain disajikan pada Lampiran 51.

Hasil perhitungan nilai tambah pada industri vanilin berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh disajikan pada Tabel 28, sedangkan perincian perhitungan dari ketiga harga bahan baku yang berbeda disajikan pada Lampiran 52. Dari hasil perhitungan nilai tambah dapat diketahui besarnya nilai tambah/kg bahan baku, nisbah nilai tambah (%), imbalan tenaga kerja (Rp/kg), bagian tenaga kerja (%), keuntungan (Rp/kg), tingkat keuntungan (%), marjin keuntungan (Rp/kg), pendapatan tenaga kerja (%), persentase sumbangan input lain dan persentase keuntungan perusahaan. Nilai tambah pada harga bahan baku Rp180.000,- adalah Rp 175.651,-/kg, sedangkan nilai tambah saat harga bahan baku Rp190.000,- dan Rp 200.000,- berturut-turut adalah Rp 165.651,-/kg dan Rp 155.651,-/kg bahan baku. Hasil perhitungan nilai tambah ini menunjukkan bahwa industri vanilin dengan kenaikan harga bahan baku, masih dapat memberikan nilai tambah yang relatif tinggi, bahkan pada saat kenaikan harga bahan baku tertinggi (Rp 200.000,-) masih memberikan nilai tambah 77,83% atas harga bahan baku sebesar Rp 155.651,-/kg.

101 Tabel 28 Hasil perhitungan nilai tambah industri vanilin pada berbagai tingkat harga bahan

baku

Variabel Harga bahan baku/ kg

Rp180.000,- Rp190.000,- Rp200.000,- 1. Nilai tambah

NiIai tambah (Rp/kg bahan baku) 175.651 165.651 155.651 Nisbah nilai tambah (%) 44,34 41,82 39,29

Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) 2.190 2.190 2.190

Bagian tenaga kerja (%) 1,25 1,32 1,41

Keuntungan (Rp/kg bahan baku) 173.461 163.461 153.461

Tingkat keuntungan (%) 43,79 41,26 38,74

2. Balas jasa pemilik faktor produksi

Marjin Keuntungan (Rp/ kg) 216.148 206.148 196.148

Pendapatan tenaga kerja (%) 1,01 1,06 1,12

Sumbangan input lain (%) 18,74 19,64 20,65

Keuntungan perusahaan (%) 80,25 79,29 78,24

Nisbah nilai tambah yang merupakan perbandingan antara nilai tambah yang diperoleh terhadap nilai output pada industri ini adalah 44,34%, 41,82%, dan 39,29% berturut-turut untuk harga bahan baku Rp 180.000,-, Rp 190.000,- dan Rp 200.000,-/kg. Nisbah nilai tambah tersebut relatif dekat dengan hasil penelitian Kawagoe (1994) terhadap pengolahan hasil pertanian yang rata-rata mencapai 40%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan harga bahan baku akan berpengaruh terhadap nilai semua variabel, di mana semakin tinggi harga bahan baku maka akan menurunkan nilai tambah, nisbah nilai tambah, keuntungan/kg bahan, tingkat keuntungan, marjin keuntungan, dan keuntungan perusahaan, sebaliknya peningkatan harga bahan baku tersebut akan meningkatkan bagian tenaga kerja, pendapatan tenaga kerja dan persentase sumbangan input lain.

Hasil perhitungan pada Tabel 28, memperlihatkan bahwa balas jasa pemilik faktor produksi antara 1,01% sampai 80,25% pada harga bahan baku Rp180.000,-/kg, 1,06% sampai 79,29% pada harga bahan baku Rp190.000,-/kg dan 1,12% sampai 78,12% pada harga bahan baku Rp 200.000,-/kg. Nilai terbesar balas jasa faktor produksi adalah untuk keuntungan perusahaan yaitu adalah 80,25% pada harga bahan baku Rp 180.000,-/kg, 79,29% pada harga bahan baku Rp 190.000,-/kg dan 78,24% pada harga bahan baku Rp 200.000,-/kg. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan terbesar dari pendirian industri vanilin

102 berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh diperoleh dari perusahaan, dan sumbangan input lain sedangkan tenaga kerja mendapatkan keuntungan yang jauh lebih rendah.

103

V SIMPULAN DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil analisis spektroskopi FTIR dan H’NMR dapat menunjukkan pita serapan karakteristik yang identik antara isoeugenol hasil isomerisasi dan standar (pembanding). Selain dari pada itu hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa senyawa isoeugenol yang diperoleh lebih dominan dalam bentuk trans isoeugenol.

2. Identitas senyawa vanilin terdeteksi baik pada sampel maupun senyawa standar (pembanding) dengan munculnya pita serapan gugus-gugus fungsi dari spektrum inframerah dan struktur molekulnya melalui pergeseran kimia dari proton yang dimilikinya melalui spektrum HNMR.

3. Hasil simulasi perancangan proses produksi vanilin berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh menunjukkan proses isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol berlangsung pada suhu 25 – 200oC dan tekanan 1 atm. Besarnya konversi reaksi adalah 90% dengan tingkat kemurnian isoeugenol sebagai produk utama mencapai 89,6%. Proses oksidasi isoeugenol menjadi vanilin berlangsung pada suhu 19,22 - 150 oC dan tekanan 1 atm. Dalam tahap sintesis vanillin, besarnya konversi reaksi rata-rata sebesar 90% dan dihasilkan vanillin dengan tingkat kemurnian 98%.

4. Industri isoeugenol berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh layak dikembangkan dengan kapasitas produksi 1.157.280 kg/tahun, total investasi Rp 3.795.050.000,- dan modal kerja Rp 127.487.726.119,-. Pada tingkat suku bunga 12%/tahun, nilai NPV adalah Rp 645.341.441.970,- nilai IRR 47,40%, Net B/C 3,9 dan BEP 8.178 satuan produk. Tingkat pengembalian modal (PBP) dari industri ini adalah 1,27 tahun. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan tingkat bunga sebasar 16%, 20% dan 24% serta kenaikan harga bahan baku sebesar Rp 190.000,- dan Rp 200.000,- menunjukkan bahwa industri isoeugenol ini masih layak untuk dikembangkan.

5. Industri vanilin berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh layak dikembangkan dengan kapasitas produksi vanillin 853.920kg/tahun, total investasi Rp 3.795.050.000,- dan modal kerja Rp 154.794.595.559,-. Pada tingkat suku bunga 12%/tahun, nilai NPV adalah Rp

104 779.561.530.094,- nilai IRR 47,43%, Net B/C 3,91 dan BEP 5.053 satuan produk. Tingkat pengembalian modal (PBP) dari industri ini adalah 1,25 tahun. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan tingkat bunga sebasar 16%, 20% dan 24% serta kenaikan harga bahan baku sebesar Rp 190.000,- dan Rp 200.000,- menunjukkan bahwa industri vanillin ini masih layak untuk dikembangkan.

6. Hasil perhitungan analisis nilai tambah pada harga eugenol minyak daun cengkeh Rp 180.000,-/kg menunjukkan bahwa industri isoeugenol ini memberikan nilai tambah sebesar Rp 145.193,-/kg bahan baku, imbalan tenaga kerja Rp 447,00,-/kg, keuntungan Rp 144.746,- /kg bahan baku, rasio atau nisbah nilai tambah 44,46%, bagian tenaga kerja 0,31%, dan tingkat keuntungan 44,32%. Peningkatan harga bahan baku sampai dengan Rp 190.000,- dan Rp 200.000,- berpengaruh terhadap besarnya nilai tambah, tetapi besarnya nilai tambah masih relatif tinggi yaitu sebesar Rp 135.193,- /kg dan Rp 125.193,-/kg bahan baku.

7. Hasil perhitungan analisis nilai tambah pada harga eugenol minyak daun cengkeh Rp 180.000,-/kg menunjukkan bahwa industri vanillin ini memberikan nilai tambah sebesar Rp 175.651,-/kg bahan baku, imbalan tenaga kerja Rp 2.190,- /kg, keuntungan Rp 173.461,- /kg bahan baku, rasio atau nisbah nilai tambah 44,34%, bagian tenaga kerja 1,25%, dan tingkat keuntungan 43,79%. Peningkatan harga bahan baku sampai dengan Rp 190.000,- dan Rp 200.000,- berpengaruh terhadap besarnya nilai tambah, tetapi besarnya nilai tambah masih relatif tinggi yaitu sebesar Rp 165.651,- /kg dan Rp 155.651,-/kg bahan baku.

B Saran

1. Diperlukan pengkajian pengembangan kluster penyedia bahan baku eugenol minyak daun cengkeh ditingkat UKM yang dapat memasok kebutuhan industri vanilin secara kontinyu di Indonesia.

2. Untuk memperoleh perencanaan industri vanilin yang berbasis eugenol MDC yang lebih operasional dan sesuai kondisi lapangan, diperlukan kajian pemetaan daerah sentra produksi bahan baku sehingga jumlah dan kapasitas industri yang akan didirikan dapat disesuaikan dengan kemampuan produksi bahan baku yang tersedia.

3. Agar dapat bersaing dengan vanilin impor perlu diupayakan pengaturan harga untuk MDC

105 Indonesia sering terjadi fluktuasi harga minyak atsiri, namun tidak saling merugikan antara pengrajin MDC, eugenol dan industri vanilin.

106 DAFTAR PUSTAKA

Anon. 1992. Monograf tanaman cengkeh. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Anon. 1997. Vanilin Synthese.Diakses dari

http://groups.google.co.id/sci.chem.organic.synthesis, tanggal 4 Februari 2006

Anon. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.

Anon. 2005. Isomerisation and other related reactions in industry.

http://o/etd.uj.ac.za.raulib.rau.ac.za/theses/available/etd/0832005/124909/restricted/Hooofst uk1.pdf .Diakses tanggal 19 Pebruari 2006.

Anon. 2006b. Spesifikasi Eugenol dalam Perdagangan. http://www.indesso.com Diakses tanggal 15 Desember 2008

Anon. 2006. Efek Katalis pada Laju Reaksi. http://Chem-is-try.org Diakses tanggal 21 Januari 2007

Anon. 2008. Market report.

http://www.premiumingredients.co.uk/news_article.aspx?news_id=59&type_id=2. Diakses tanggal 21 Pebruari 2009

Anon. 2010. Natural prices. Http://www.gsbflavorcreators.com/press_files/natural_prices.pdf Balittro. 2005. Produksi cengkeh 2005 dan prakiraan produksi cengkeh sampai 2009 di

Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Tidak dipublikasikan. Bank Indonesia. 2004. Aspek Pemasaran - Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh. Diakses

dari http://www.bi.go.id/sipuk/sipuk04/lm/ind/atsiri/pemasaran.htm, tanggal 23 Desember 2005.

Barbosa E, Daniel P, Ana LAV, Selma GFL. 2008. Vanilin Production by Phanerochaete

Chrysosporium Grown on dreen Coconut agroindustrial husk in solid state fermentation.

BioResources 3(4), 1042-1050.

BB Pascapanen. 2006. Teknologi Sintesis Vanilin dan Optimasi Pemurnian Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh. Laporan Akhir Tahun. Tidak dipublikasi.

Bedoukian PZ. 1967. Perfumery and flavouring synthetics. Elsevier Publ. Co., New York. Blank, Leland P E, Anthony TPE. 2002. “Engineering Economy”, fifth edition, New Yor.

Both RH, penemu; Syracuse. New York 27 Sept 1927. Process of Manufacturing Vanillin. US Patent 1 643 805.

107

Bots RH, penemu; Produits Chimiques Coverlin. 22 Marc 1928. Improvements in Processes of Manufacturing vanillin. Brithis Patent GB271818.

BPS. 2004. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Carroll MF, penemu; a British Co. London 27 Sept 1934. Improvements in or relating to the Manufacture of Vanillin and its Homologues and Other Parahydroxy Aldehydes such as Protocatechuic Aldehyde. British Patent GB417 072.

Cerveny L, Krejcikova A, Marhoul A, Ruzicka V. 1987. Isomerization of Eugenol to Isoeugenol. Kinetics Studies. React. Kinet. Catal. Lett. 33, 471-6. www. Rhodium.ws. Diakses tanggal 20 April 2005.

Chalk Alan J. 1975. Procces For The Preparation of Isoeugenol.

http://v3.espacenet.com/textdoc?DB=EPODOC&IDX=DE2508347. Diakses tanggal 30 Juni 2005.

Cisadesi R. 2007. Pembuatan Vanilin Semi Sintetik dari Isoeugenol Minyak Cengkeh dengan Pemanasan Gelombang Mikro. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

Chiu A, 2002. Transition metal catalyzed olefin isomerization of allylic systems. Evans Group Seminar, March 15, 2002. http://daecr1.harvard.edu/pdf. Diakses tanggal 19 April 2005. Collins Chemical Co. Inc., penemu; 10 Sep 1968. Method of Preparing Vanillin from eugenol.

Patent GB1186953.

Costello DJ, Fraga ES, Skilling N, Ballinger GH, Banares-Alcantara R, Krabbe J, Laing DM, McKinnel RC, Ponton JW, Spenceley MW. 1996. EPEE: A support environment for process engineering software. Computers and Chemical Engineering; 20: 1399–1412. Davis JG, Subrahmanian E, Konda S, Granger H, Collins M., Westerberg AW. 2001. Creating

shared information spaces to support collaborative design work. Information Systems

Frontiers; 3: 377–392.

Ditjenbun. 2011. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2009 – 2011.

DSN. 1998. Standar Mutu Minyak Daun Cengkeh. Dewan Standarisari Nasional, Jakarta.

Fridge. 2004. Part 3 – Aroma Chemicals from Petrochemical Feedstocks. Diakses dari http://www.nedlac.org.za/reseach/fridge/aroma/part3/industry.pdf), tanggal 4 Februari 2006.

Fessenden RJ, dan JS Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jilid 1. Ed. Ketiga. diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H. Erlangga. Jakarta.

108 Fiecchi, Alberto N, Gian MC, Goirgio C, penemu; Collins Chemical Co., Inc. 1 Dec 1970.

Method of Preparing Vanillin from Eugenol. US Patent 3 544 621.

Fieser LF. and M Fieser. 1957. Introduction to Organic Chemistry. Publised by D. C. Heath and Company, Boston, Mass.

Furia TE. and N Bellanca. 1976. Fenarolies handbook of flavor ingredients. Vol. II. Second Ed., CRC Press Inc., Cleveland.

Furukawa H, H Mirota TY and T Nagasawa. 2003. Conversion of isoeugenol into vani llic acid by Pseudomonas putida 158 cells exhibiting high isoeugenol-degrading activity. Journal of

Bioscience and Bioengineering 96(4):401-403.

Gandilhon, penemu; Rhone Polenc Paris France 6 Peb 1979. Process for The Isimerization of Aromatic Alkenyl Compounds. US Patent 4 138 411.

Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. S Sutomo dan K Mangiri penerjemah. Jakarta : UI-Press. Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture

Project.

Givaudan & Cie Societe Anonyme, penemu; a Swiss Co. of Verner-Geneve, Switzerland 19 Oct 1977. Process for the Preparation of Isoeugenol. British Patent GB1 489 451.

Gumbira-Said E. 2001. Penerapan Manajemen Teknologi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Produk Agribisnis/Agroindustri Berorientasi Produksi Berkelanjutan (Orasi Ilmiah Guru Besar IPB). Bogor: IPB.

Gumbira-Said E, dan Intan AH. 2000. Menghitung Nilai Tambah Produk Agribisnis. Komoditas 11(19): 48.

Hanani E, JA Kawira, E Anwar dan E Sultriana. 2000. Perbandingan antara eugenol hasil isolasi dan dalam perdagangan sebagai upaya pembuatan sediaan farmasi untuk pengobatan gigi. Makara, eugenol. 4A:39-45.

Hansen EH, Birger LM, Gertrud RK, Camilla MB, Charlotte K, Ole RJ, Finn TO, Carl EO, Mohammed SM, and Jørgen H. 2009. De Novo Biosynthesis of Vanillin in Fission Yeast

(Schizosaccharomyces pombe) and Baker's Yeast (Saccharomyces cerevisiae). Appl

Environ Microbiol. 75(9): 2765–2774.

Hariono A. 2010. Isoeugenol-Local Based Ingradient-Fulfill The Next Up-Trend Global Demand Of Natural Vanillin Thru Bioconversion. Jakarta, 11-14 November 2010. Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI).

Hartmann K, and Kaplic K. 1990. Analysis and Synthesis of Chemical Process System. Elsevier, Amsterdam.

109 Hayami Y, Kawagoe T. 1993. The Agrarian Origin of Commerce and Industry (a Study of

Peasant Marketing in Indonesia). St Martin’s Press.

Herrmann WA, Thomas Weskamp, Jochen PZ, Richard WF. 2000. Methyltrioxorhenium : oxidative cleavage of CC-double bonds and its application in a highly efficient synthesis of Vanilin from biological waste. J. Mol. Catal. A : Chem. 153 (200): 49-52.

Je Mac, penemu; Chatwin & Co. London 17 May 1935. Process for the Preparation of Vanillin. British Patent GB442 061.

Kadariah, Lien Karlina dan Clive Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kadarohman A. 2009. [1,3] Sigmatropic Rearrangement Of Cis-Isoeugenol Formation In Eugenol Isomerization Reaction.Seminar Kimia UKM-ITB VIII, UKM, Malaysia 2009 Kadarohman A., H Sastrohamidjojo, M. Muchalal. 1999. Telaah Jejak Reaksi Kompleks

Isomerisasi Eugenol. Prosiding Seminar Nasional Kimia VI, Yogyakarta, 24-25 September 1999.

Ketaren. S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Keenan K. dan Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jilid 2. Terjemahan. Pudjaatmaka, A.H. Erlangga. Jakarta.

Kishore D, and Kannan S. 2002. Double bond migration of eugenol to isoeugenol over as- synthesized hydrotalcites and their modified forms. Applied Catalysis A: General 270 : 227–235

Lomascolo A, Stentelaire C, Asther M, and Lesage-Meessen L. 1999. Basidiomycetes as new biotechnological tools to generate natural aromatic flavours for the food industry. Trends

Biotechnol.17, pp. 282–289.

Marquardt W, Nagl M. 2004. Workflow and information centered support of design processes— the IMPROVE perspective. Computers and Chemical Engineering; 29: 65–82.

Muheim A, and Lerch K. 1999. Towards a high-yield conversion of ferulic acid to vanillin.

Appl. Microbiol. Biotechnol.51, pp. 456–461.

Mulyono E. 2010. Optimasi kondisi proses isomerisasi eugenol dan sintesis vanilin menggunakan metode permukaan respon. Tidak dipublikasi.

Nagl M, Westfechtel B, Schneider R. 2003. Tool support for the management of design processes in chemical engineering. Computersand Chemical Engineering; 27: 175–197.

110

Dokumen terkait