• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

K. Prosedur Penelitian

3. Kondisi ATMI Surakarta

Lokasi ATMI dan SMK Mikael berada di wilayah RW07/RT01 Keluarahan Karangasem-Kecamatan Laweyan, menempati tanah seluas 3,3 ha dipergunakan untuk aktivitas Pendidikan, Pelatihan dan Produksi. ATMI (Akademi Tehnik Mesin Industri) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Mikael mulai menempati bangunan tersebut sejak tahun 1968.

ATMI dan SMK Mikael adalah institusi pendidikan kejuruan dengan menitik beratkan pendidikan prakteknya sebagai salah satu pendekatan pembelajaran untuk memberi bekal kepada peserta didik agar memiliki ketrampilan dibidang permesinan dan kegiatan lainnya yang memerlukan inovasi yang terus menerus. Sebagai media pembelajaran pendidikan praktek diambil dari benda-benda produksi yang sedang berkembang di pasar dan dibutuhkan oleh industri. Sistem pendidikan yang dianut oleh ATMI dan SMK Mikael adalah pendekatan dari dual system atau link and match yang lebih mendekatkan situasi nyata dalam perusahaan atau industri, dihadirkan dalam lingkungan sekolah, pendekatan sistem tersebut terus ditinjau dan dikembangkan, sekarang ini ATMI dan SMK Mikael menerapkan pendekatan sistem pendidikan dan pelatihan berbasis produksi (Production Based Eductional Training – PBET) kepada para peserta didiknya.

Media pedidikan praktek yang berupa benda produksi tersebut memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi banyak pihak khususnya bagi

para peserta didik mendapatkan bekal yang memadai karena yang dihadapi selama mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah benda nyata yang dipergunakan oleh dunia usaha dan dunia industri sehingga tatkala peserta yang sudah menyelesaikan pendidikan dan terjun ke dunia usaha dan dunia industri tidak memerlukan orientasi yang terlalu lama, pengalaman nyata yang biasanya terjadi dalam dunia industri diperkenalkan dalam lingkungan pembelajaran.

ATMI sebagai institusi pendidikan tinggi mendidik pemuda untuk dipersiapkan setelah menyelesaikan pendidikan mampu menempati posisi di dunia usaha dan dunia industri pada tingkat menengah atau bahkan mampu menciptakan lapangan kerja. Kurikulum sistem pendidikan yang diimplementasikan di ATMI dengan perbadingan antara 33 % teori dan 67 % praktek, dengan pengertian bahwa teori yang diberikan kepada mahasiswa terkait dengan keahlian dibidang mesin industri terdiri dari teori dasar-dasar untuk mendukung pendidikan prakteknya. Pendidikan praktek yang dihadapi oleh para mahasiswa adalah benda- benda produksi yang sangat dibutuhkan oleh pasar dan atau industri, jenis dan tingkat kesulitan pada komponen atau peralatan yang dihadapi mahasiswa sangat tergantung dengan jenis dan tingkat kesulitan yang diberikan oleh pasar dan atau industri ke ATMI.

ATMI sebagai institusi pendidkan tinggi dengan konsentrasi bidang keahlian mesin industri atau teknik manufaktur memerlukan peralatan praktek yang dipergunakan oleh mahasiswa disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi manufaktur. Investasi alat dan mesin untuk sarana praktek mahasiswa memerlukan dana yang besar tetapi untuk biaya operasional

pendidikan prakteknya harus tidak terlalu membebani mahasiswanya. Mahasiswa aktif pada tahun 2007 berjumlah 527 mahasiswa dengan 70 instruktur dan dosen.

b. Unit Produksi

Pada tahun 1975 ATMI menambah fasilitas produksi dengan tujuan untuk melengkapi mesin dan peralatan praktek mahasiswa lebih bervariasi dan dapat mengurangi ketergantungan materi praktek yang datang dari industri, karena dengan penambahan peralatan produksi berarti ATMI menciptakan industri sendiri.

Unit produksi yang dikembangkan ATMI adalah unit produksi untuk pengerjaan plat dan las, yang mampu menghasilkan produk-produk standar seperti almari besi, almari arsip, perabot untuk rumah sakit, perabot untuk sekolah dan perbengkelan. Produk standar yang diproduksi sebagian besar menggunakan bahan baku berupa lembaran plat (sheet metal)dengan ketebalan dari 0,8 sampai dengan 6 mm. Unit produksi dikelola secara industri terbagi dalam beberapa bagian unit kerja antara lain penerimaan pesanan, perancangan produk, penyiapan bahan baku, penyiapan alat-alat kerja, pembuatan dokumen pengerjaan, dan proses fabrikasinya.

Urutan proses produksi pengerjaan plat dan las secara garis besar ditunjukkan pada gambar 4 yang terdiri dari (1)proses pemotongan plat, (2)pembuatan lubang, (3)penekukan, (4)pengelasan, (5)pencucian, (6)pengecatan, (7)Pemanasan, (8)pendinginan, (9)perakitan dan (10)pengepakan.

(1) Pada proses pemotongan plat tersedia dua jenis mesin potong yaitu mesin potong khusus untuk memotong plat yang dikemas dalam bentuk gulungan (coil) dan mesin potong untuk memotong material yang dikemas dalam lembaran dengan ukuran yang standar di pasar dengan ukuran 4 feet x 8 feet (1220 mm x 2440 mm) x tebal plat. Pada proses pemotongan plat ini akan meninggalkan limbah yang berupa sisa potongan plat, limbah dari proses ini masih dapat dikumpulkan dan dapat didaur ulang.pembuatan lubang meninggalkan limbah produksi yang berupa sisa potongan plat yang masih dapat di daur ulang,

(2) proses pembuatan lubang tersedia mesin yang yang dapat diprogram urutan proses pelubangannya dan juga tersedia mesin-mesin pelubang konvensional, limbah dari proses pembuatan lubang ini adalah material sisa pelubangan yang dapat ditampung dan dapat didaur ulang.

(3) Proses penekukan plat adalah proses mengubah bentuk dari plat yang sebelumnya datar menjadi bentuk siku (bersudut), urutan proses dapat diprogram pada mesin tekuk CNC (Computer Numerical Control), atau dikerjakan pada mesin konvensional. Proses penekukan ini tidak meninggalkan limbah sisa proses penekukan.

(4) Proses pengelasan adalah proses penggabungan bagian-bagian komponen yang terdiri dari dua atau lebih dengan menggunakan proses pemanasan dan bahan tambah pada proses pengelasan gas. Untuk

proses pengelasan listrik dengan elektroda akan meningalkan limbah berupa kerak/kulit las pelindung terjadinya proses oksidasi.

(5) Proses pencucian adalah awal dari proses perlakuan permukaan dari plat logam sebelum dilakukan proses pelapisan dengan cat. Pada proses ini meninggalkan limbah, yang berupa air limbah cucian yang akan di teliti parameternya apakah melebihi baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam Perda Jateng No. 10 Tahun 2004.

(6) Proses pengecatan adalah proses pelapisan permukaan dengan bahan cat untuk memberi perlindungan pada permukaan plat logam terhadap proses percepatan oksidasi dan timbulnya korosi. Pada proses ini meninggalkan limbah berupa sisa butiran cat yang di semprotkan pada permukaan logam yang terkumpul dalam dasar kabin pengecatan dan selanjutnya dihisap dan dikumpulkan dalam tabung (dust collector). Sisa bahan cat dapat dipergunakan lagi sampai habis sejauh belum melalui proses pemanasan.

(7) Proses pemanasan (curing) dengan temperatur kerja 180oC berlangsung dalam waktu 20 menit, proses ini bertujuan untuk mencairkan butiran cat menempel pada pada permukaan plat yang dicat. Pada proses ini tidak meninggalkan limbah, sumber panas dari hasil pembakaran gas LPG disirkulasikan didalam oven pemanas. (8) Proses pendinginan dilaksanakan secara lambat dalam temperatur

diinginkan dan tahan gores. Pada proses pendinginan meninggalkan limbah pelepasan panas dari produk yang dicat.

(9) Proses perakitan dilaksanakan setelah produk yang keluar dari oven pemanas sudah dingin. Proses perakitan tidak meninggalkan limbah (10) Proses pengepakan dilakukan pada produk yang telah selesai dari

proses perakitan dan pengujian terhadap fungsi dan kualitas. Pada proses pengepakan ini limbah yang dihasilkan adalah sisa pembungkus dan potongan kayu untuk kotak pengaman produk

Dari 10 proses kerja bengkel produksi diatas peneliti akan membahas lebih terperinci pada proses pencucian logam, proses pencucian logam adalah salah satu proses penting untuk membersihkan kotoran yang melekat pada permukaan logam sebelum dilakukan proses pengecatan. Kotoran yang melekat permukaan logam diantaranya berupa minyak, debu, dan karat (rust) yang terjadi karena proses oksidasi pada permukaan logam.

Proses pencucian permukaan logam atau lebih umum dalam industri disebut proses pretreatment, Proses pretreatment secara sederhana terdiri dari proses Pickling, Water Rinse, Phosphating, dan Water Rinse. Pickling adalah proses penghilangan karat pada permukaan logam biasanya menggunaka Acid Base sehingga biasanya disebut Acid Pickling atau Rust Remover. Adapun bahan bahan kimia yang biasanya dipakai untuk proses ini adalah HCl, H3PO4 (phosphoric Acid), H2SO4 (Asam Sulfat). Water Rinse adalah proses setelah

menggunakan air bersih. Phosphating adalah proses utama dalam proses Pretreatment, pada proses ini terjadi reaksi kimia antara metal dan larutan phosphating yang menghasilkan lapisan (coating) yang dapat mencegah proses korosi atau karat serta dapat meningkatkan daya adhesive terhadap proses pengecatan (painting). Water Rinse setelah proses Phosphating ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan phosphating yang masih terdapat pada material, sehingga permukaan logam menjadi netral kadar keasamanannya atau tidak terkontaminasi. Sisa dari air bilasan (water rinse) pada proses ini langsung dibuang atau dikembalikan ke tangki water rinse proses sebelumnya.

Air limpasan/air limbah dari proses pencucian (water rinse) dialirkan ke saluran pembuangan, atau saluran drainase dalam area kampus, selanjutnya air limbah yang keluar dari kampus akan bercampur dengan air limbah rumah tangga dan air irigasi yang berada di pinggir jalan Duwet. Jalan Duwet adalah jalan perbatasan antara Kodya Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo, lebar jalan Duwet sekitar 8 meter, jarak rumah penduduk Desa Mendungan Kelurahan Pabelan dengan jalan Duwet terdekat 7 meter dari tepi jalan.

Sesuai dengan topografi dan kontur tanah yang ada di sekitar area penelitian diketahui bahwa arah aliran air dalam saluran itu mengalir kearah timur dan bertemu dengan saluran air yang mengalir dari arah utara ke selatan. Saluran air pembuangan rumah tangga dan sisa dari irigasi dari arah utara tersebut adalah batas antara wilayah RW06 dengan RW03 Kelurahan Karangasem, dan untuk bagian selatan saluran air pembuangan rumah tangga bertambah lebar, dan menjadi batas antara wilayah Kelurahan Karangasem dengan wilayah Kelurahan

Pabelan Kabupaten Sukoharjo, dan selanjutnya aliran air mengarah ke selatan menuju ke Sungai Kleco.

Kondisi infrastruktur saluran pembuangan limbah yang berada di samping jalan Duwet dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Dinding saluran limbah bagian selatan di bangun dengan pasangan batu kali yang kuat dan kondisinya masih baik

2. Dinding saluran bagian utara menjadi satu dengan pondasi pagar bangunan ATMI, kondisinya sudah mengalami renovasi pada beberapa bagian-bagian.

3. Pada saat pengambilan sampel air, aliran air limbah sangat lambat, karena dibagian timur jembatan ada timbunan sampah

4. Ikan-ikan kecil mampu hidup dengan bebas dalam saluran pembuangan.

5. Rumput tumbuh subur di dasar saluran bagian utara pada musim kemarau.

Dokumen terkait