• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Daerah yang Menjadi dan Diusulkan sebagai

BAB IV. GAMBARAN UMUM

4.4 Kondisi Daerah yang Menjadi dan Diusulkan sebagai

4.4.1. Bitung – Manado

Pelabuhan Bitung terletak di Propinsi Sulawesi Utara, dimana komoditi yang banyak diimpor oleh Propinsi Sulawesi Utara adalah Jeruk, Apel, Sayuran dalam hal ini Wortel. Disamping mengimpor, Sulawesi Utara juga merupakan sentra produksi untuk sayuran serta buah dan saat ini tengah dikembangkan produksi kentang dan wortel organik agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Selama ini produk sayuran yang diproduksi dari Sulut telah dikirim ke Papua dan Maluku.

Produk ekspor utama dari Sulawesi Utara adalah produk perikanan dalam hal ini ikan beku, ikan kaleng, kelapa sawit dan turunannya, minyak tepung kopra, bungkil kopra, serta rumah kayu.

Saat ini, Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut telah memiliki laboratorium untuk pemeriksaan residu dan pestisida. Badan Karantina Bitung juga telah memiliki laboratorium untuk pemeriksaan buah dan

82 sayuran impor, tetapi sumber daya manusia sedang dalam masa training. BPOM Sulut juga telah memiliki laboratorium yang terakriditasi KAN yang dapat memeriksa pestisida, logam berat, flatoksin namun untuk pemeriksaan flatoksin, masih menunggu pengadaan alat.

Sesuai UU Pelayaran, dengan menganut asas cabotage, hanya pelabuhan tertentu yang dapat sebagai pelabuhan impor. Untuk mengembangkan pelayaran nasional, untuk pelayaran antar pulau harus menggunakan armada nasional. Berdasarkan asas tersebut pelabuhan yang melayani rute internasional, telah ditetapkan 2 pintu utama yaitu hub Bitung dan hub Kuala Tanjung.

Sesuai master plan, pengembangan pelabuhan Bitung, panjang dermaga Bitung akan mencapai 2000 meter. Saat ini panjang dermaga Bitung 350 meter yang dapat menampung 2 kapal. Sedang dalam pengerjaan perluasan dermaga sehingga dapat menampung 3 kapal. Panjang dermaga untuk konvensional (multi purpose) sepanjang 800 meter. DiBitung sudah ada fasilitas plug in untuk river container. Secara keseluruhan, kemampuan pelabuhan Bitung untuk bongkar muat selama ini cukup bagus. Permasalahan yang ada saat ini adalah jalanan yang macet dari Bitung ke Manado dan pasokan listrik.

Kriteria pelabuhan impor menurut para narasumber di Sulawesi Utara adalah : (a). kesiapan sumber daya manusia, (b). tempat penimbunan dan fasilitas pelabuhan termasuk kesiapan alat (c). kemudahan akses container menuju pelabuhan Bitung (d). resiko pelayanan dan pengawasan, serta (e). dukungan kelistrikan.

Baik pelaku usaha maupun instansi pemerintah dan swasta setuju jika Bitung dijadikan sebagai pintu masuk impor baik untuk produk industri maupun hortikultura. Hal ini dikarenakan posisi Bitung yang strategis dalam arus lalu lintas kapal, prasarana fisik dan non fisik yang siap. Jika masih

ada kekurangan fasilitas, dapat dikembangkan sejalan dengan

83 4.4.2. Surabaya

Jawa Timur merupakan sentra produksi hortikultura dimana di Jawa Timur terkenal sebagai penghasil Apel, Mangga, Pepaya, Jeruk, Cabai, Tomat, Kentang dan Bawang Merah serta Anggrek. Dimana 30 persen kebutuhan akan produk hortikultura Indonesia di supply dari Jawa Timur.

Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pelabuhan utama di Jawa Timur untuk kegiatan ekspor dan impor memiliki sarana dan prasarana fasilitas pelabuhan cukup baik dan sangat representative tetapi sudah sangat

overload. Sehingga waktu tunggu untuk bongkar barang saat ini

memerlukan waktu selama 6 hari karena cukup ramainya proses bongkar muat di pelabuhan tersebut. Jika pelabuhan Tanjung Perak ditetapkan sebagai salah satu pintu masuk impor khususnya untuk produk hortikultura, diperlukan pengembangan areal minimal untuk karantina dan plug untuk

river container walaupun saat ini fasilitas plug river cukup banyak.

Saat ini, pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak, diarahkan ke Madura. Selain Madura, pengembangan juga diarahkan ke ke Teluk Lamong dan Kali Miren Gresik. Rencana pengembangan tersebut harus ditunjang dengan pembuatan tol laut dan pengerukan kedalaman laut, dan jalur kereta api. Pengembangan pelabuhan saat ini ke arah Teluk Lamong dimana telah dilakukan penambahan 50 Ha dari 350 Ha yang direncanakan. Pengembangan ke arah Madura dilakukan oleh pihak swasta, namun terdapat hambatan yaitu mengenai pasokan listrik dan bagaimana mengatur sentra industri karena akan menimbulkan tambahan biaya jika memindahkan sentra industri yang sudah ada ke Madura dan adanya penolakan dari masyarakat Madura.

Pelabuhan alternatif selain Tanjung Perak di Jawa Timur adalah

Pelabuhan Banyuwangi dan Pelabuhan Probolinggo. Pelabuhan

Banyuwangi merupakan pelabuhan internasional tetapi selama ini belum dimanfaatkan dengan baik. Untuk Pelabuhan Probolinggo, . kedalamannya cukup sehingga dapat dijadikan sebagai pelabuhan impor tetapi sendimentasi di pelabuhan Probolinggo tinggi, harus memutar sehingga

84 menambah biaya dan interland kurang mendukung walau sudah ada pembangunan dermaga tetapi pengoperasiannya belum diserahkan ke Pelindo. Sejak ditetapkan menjadi pelabuhan internasional pada tahun 2007, tidak ada muatan balik dari Probolinggo.

Selama ini, untuk impor produk hortikultura melalui jalur merah dimana harus ada surat pemeriksaan barang dari Karantina, kemudian barang dapat dibongkar. Dengan adanya penunjukan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu pelabuhan sebagai pintu masuk impor produk hortikultura, Gubenur jawa Timur mengeluarkan peraturan Gubenur Jawa Timur No 22 tahun 2012 tentang pengendalian impor produk hortikultura, dimana impor hortikultura ke Jawa Timur dapat dilakukan diluar masa panen petani di Jawa Timur dan jenis produk hortikultura yang diperbolehkan untuk diimpor adalah yang tidak dihasilkan oleh petani di Jawa Timur dan harus produk yang berkualitas atau hasil panen baru dari negara asal.

Terkait dengan adanya peraturan Gubernur tersebut, terdapat wacana bahwa buah dan sayur impor harus dibawa ke sentral agro untuk memudahkan pengawasan dan bahwa kebijakan mengenai impor buah dan sayur adalah melalui kuota dimana impor tidak boleh melebihi produksi buah lokal. Disamping itu bisa juga melalui kebijakan bahwa buah impor yang dibongkar di tanjung Perak tidak boleh untuk konsumsi di Jawa Timur, untuk pengawasannya bisa memanfaatkan jembatan timbang yang ada.

Importir buah dan sayur serta makanan dan minuman

mengharapkan pelabuhan impor tidak dipindahkan jauh dari Jawa Timur karena akan menambah biaya. Disisi lain petani mengharapkan impor jangan didekatkan dengan sentra produksi.

85 4.4.3. Medan

Pelabuhan Belawan di bawah PT Pelabuhan Indonesia I (Pelindo I) melayani bongkar muat untuk kegiatan perdagangan domestik maupun

internasional. Untuk mengantisipasi perkembangan perdagangan

internasional, Pelabuhan Belawan tidak dapat dikembangkan karena memiliki keterbatasan ruang dan terjadi pendangkalan alur pelayaran. Pendangkalan yang terjadi disebabkan oleh letak pelabuhan yang berada diantara dua sungai sehingga terjadi sedimentasi didasar laut. Rata-rata kedalaman laut di dermaga mencapai 9 meter, jauh dari kondisi ideal kedalaman pelabuhan internasional yang mencapai 12 meter. Pelindo I setiap tahun mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk pengerukan laut. Akibatnya, operasional pelabuhan tidak dapat tercapai secara maksimal.

Di masa depan, Pemerintah Pusat dan Daerah serta Pelindo I berencana untuk mengembangkan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan internasional yang baru. Rencana pengembangan tersebut telah tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Kuala Tanjung memiliki letak yang sangat strategis dan kedalaman laut yang dimiliki telah secara alami terbentuk sehingga tidak membutuhkan biaya yang besar untuk pengerukan. Pelabuhan Kuala Tanjung diproyeksikan akan menjadi pelabuhan ekspor produk CPO dan akan terintergrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus Semangke yang akan menjadi kluster industri pengolahan kelapa sawit di masa yang akan datang.

Balai Besar Karantina Pertanian Belawan bertanggung jawab untuk memeriksa setiap barang hasil pertanian yang memasuki wilayah pabean negara Republik Indonesia. Pemeriksaan dilakukan agar organisme pengganggu tanaman yang berasal dari negara lain dan terbawa oleh produk impor dapat dicegah penyebarannya. Sampai saat ini, Balai Karantina Belawan telah melakukan sosialisai terkait kebijakan impor produk Hortikultura, antara lain Permentan Nomor 88 tahun 2011 tentang

86 Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan, Permentan Nomor 15 Tahun 2012 dan Permentan Nomor 16 Tahun 2012 tentang Perubahan Permentan Nomor 42 Tahun 2011 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah Segar Sayuran Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, Permentan Nomor 43 Tahun 2011 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Sayuran Umbi Lapis ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

Pihak Balai Karantina Pertanian Belawan merasa siap untuk melaksanakan kebijakan impor produk Hortikultura tersebut. Keberadaan fasilitas dan sumber daya manusia yang ada dirasakan cukup untuk mendukung aktifitas karantina tumbuhan. Fasilitas yang dimiliki oleh Balai Karantina Pertanian Belawan antara lain instalasi karantina pertanian, tempat penampungan container sementara, tempat penahanan container, laboratorium, alat berat seperti reach tracker, foorklif dan trucking. Sementara itu, jumlah sumber daya manusia yang ada saat ini berjumlah

155 orang. Sedangkan laboratorium yang tersedia yakni Gas

Chromatography Mass Spectometry untuk menguji residu pestisida, High Performance Liquid Chromatography untuk menguji residu pestisida dan

carbamat, Atomic Absorption Spectrophometer untuk menguji logam berat,

Flurometer untuk menguji aflatoksin, dan Ruang Asam untuk preparasi

bahan laboratorium.

Untuk mensinergikan kebijakan yang ada dengan instansi terkait lainnya, Balai Karantina Pertanian Belawan telah berkoordinasi dengan pihak Pemerintah daerah propinsi/kota, Bea dan Cukai Belawan, Polri, Kejaksaan, dan Pelindo I. Pertemuan-pertemuan dan pembahasan teknis telah dilakukan secara berkala dengan berbagai pihak terkait. Kantor Bea dan Cukai Belawan akan melaksanakan kebijakan impor produk tertentu pada saat kebijakan ini diterapkan pada bulan September 2012. Ketika kebijakan tersebut dicantumkan dalam Indonesia National Single Window (INSW), Bea dan Cukai sebagai ujung tombak bagi kegiatan importasi akan

87 memeriksa setiap kelengkapan administrasi yang disyaratkan. Untuk itu, Bea dan Cukai akan bekerja sama dengan Balai Karantina Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk teknis pelaksanaan di lapangan.

Khusus mengenai fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Belawan, hingga saat ini fasilitas pelabuhan di Sumatera Utara tersebut terus dilakukan peningkatan dan pembenahan. Panjang dermaga yang ada saat ini tidak dapat dikembangkan mengingat keterbatasan lahan yang ada. Disamping itu, setiap tahun Pelabuhan Belawan mengalami pendangkalan akibat posisi pelabuhan yang berada diantara dua sungai. Untuk itu, perlu alternatif pelabuhan diluar Pelabuhan Belawan sebagai pintu masuk kegiatan ekspor dan impor di Propinsi Sumatera Utara.

4.4.4. Makassar

Impor melalui pelabuhan Sukarno Hatta Makassar hampir jarang terjadi. Selama ini tidak ada impor langsung ke pelabuhan makassar. Impor yang ada adalah impor barang modal dan impor gandum. Pada tahun 2012, ada impor bawang merah dan impor bawang putih, melalui Surabaya tetapi pemeriksaan bea cukai dan karantina di Makassar. Selama ini impor langsung yang melalui Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar adalah impor gandum, impor pupuk, dan besi baja. Impor banyak dilakukan melalui Jakarta dan Surabaya sehingga proses pemeriksaan dilakukan di Jakarta atau Surabaya. Hal ini dikarenakan jika langsung impor ke Makassar, biaya pengangkutan lebih mahal karena container kembali dari Makassar kosong dan tidak ada direct shipment ke Makassar. Eksportir dari luar negeri tidak mau pengiriman langsung ke Makassar. Dipelabuhan Soekarno Hatta Makassar telah ada fasilitas gudang penimbunan sementara, sudah ada plug in untuk container refer tetapi belum ada gudang limbah B3. Masalah listrik juga tidak terkendala karena telah ada

88 Di Pelabuhan Sukarno Hatta Makassar belum ada instalasi karantina, selama ini pemeriksaan dilakukan di laboratorium di luar pelabuhan. Waktu pemeriksaan paling cepat 1 minggu karena ada sample untuk pengujian PSAT (pangan segar asal tumbuhan) yang harus diperiksa ke Jakarta. Disamping laboratorium Unit Pelayanan Teknis Karantina Kermenterian Pertanian, BPOM Makassar juga sudah bisa memeriksa tetapi importir lebih suka diperiksa di Jakarta sebagai pembanding.

Pengalihan pelabuhan bongkar dari Tanjung Priok Jakarta ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, mengakibatkan waktu bongkar bisa mencapai 15 hari sampai di Makassar. Disamping itu, selama ini jika melalui Jakarta jauh lebih cepat proses bongkarnya. Jika impor langsung ke Makassar, alurnya lebih cepat tetapi investasi di infrastruktur mahal. Telah mencoba untuk masuknya direct call ke makassar tetapi belum berhasil karena imbalan cargo atau muatan baliknya tidak banyak dan biaya logistik di Makassar mahal karena banyaknya retribusi.

Untuk menggerakkan impor melalui Pelabuhan Makssar diperlukan peran kadin agar eksportir dan importir bisa bekerjsama untuk konsolidasi cargo.

4.4.5. Batam

Batam merupakan pusat industri manufaktur dan elektronik. Sesuai dengan hal itu impor bahan baku penolong yang paling besar adalah

spareparts untuk kedua industri tersebut. Untuk industri makanan dan

minuman memang belum berkembang sehingga jika impor buah dan sayur semata-mata hanyalah untuk konsumsi domestik dan produk yang tidak tesedia di Batam. Batam memiliki pelabuhan resmi sebanyak 21 pelabuhan (termasuk yang berdasar pada PP 10/2012 sebagai pengganti PP 2/2009. Pelabuhan bertaraf internasional contohnya Harbour Bay, Nongsapura, dan Batam Center. Fasilitas yang diberikan oleh BP Pelabuhan Batam berupa dermaga, gudang kelas 1, crane dan lapangan container.

89 Untuk meningkatkan aktifitas ekspor dan impor di Batam, BP Pelabuhan sudah memiliki masterplan yaitu berupa pengembangan infrastruktur pelabuhan Batu Ampar, Sekupang, dan Kabil agar menjadi lebih besar kapasitasnya.

Pengawasan ekspor dan impor di Batam masih sulit dilaksanakan karena tingkat kebocoran kegiatan impor masih tinggi. Hal ini terkait masih banyaknya kegiatan di pelabuhan illegal (sebanyak 42 buah) sedangkan yang resmi hanya 4 buah (Sekupang, Batuampar, Kabil, dan Bandara Hang Nadim). Kasus yang pernah terjadi adalah impor gula yang berasal dari Singapura yang ternyata dilakukan oleh INKOPAD.

Balai Karantina taat menjalankan aturan terkait penundaan larangan sayur dan buah impor selama 30 hari. Khususnya pasca keluarnya PerMenDag No.60 yang merupakan revisi dari PerMenDag No. 30/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Namun tetap melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap penyakit dan keamanan pangan terhadap produk yang masuk ke Batam.

Balai Karantina dalam kegiatan pemeriksaan dan pengawasan terhadap penyakit dan keamanan pangan di Batam hanya mengawasi 10 pintu pelabuhan dari 42 pintu yang disebutkan Dewan Kawasan Batam. Sehingga dari perbandingan tersebut, kinerja dari Balai Karantina masih perlu ditingkatkan mulai dari jumlah SDM serta infrastruktur penunjang.

Barang impor yang datang kemudian dikeluarkan ke gudang untuk kemudian diperiksa oleh Balai Karantina sesuai prosedur. Laboratorium pengujian yang bekerjasama masih berasal dari swasta (Bogor dan Surabaya), hal ini karena 12 laboratorium yang dimiliki pemerintah belum ada yang menyaingi. Mereka mengharapkan agar efisiensi waktu dan biaya, laboratorium industri BP Batam bisa dijadikan solusi laboratorium. pengujian.

Perlunya pengembangan infrastruktur pelabuhan Batu Ampar agar kinerja sebagai pelabuhan impor bisa semakin baik. Permasalahan yang harus segera dibenahi bila dijadikan pelabuhan impor tertentu adalah

90 infrastruktur (fasilitas dan transportasi), SDM, dan penegakan hukum. Posisi daya saing produk lokal harus segera harus lebih baik, dengan cara perbaikan kualitas dan kuantitas produk tersebut. Sehingga diharapkan mampu bersaing dengan produk impor.

4.4.6. Mataram

PT. Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang Lembar merupakan feeder port yang bertugas menjamin kelancaran lalu lintas kapal dan tempat berlabuh, pemanduan kapal, gudang-gudang, lapangan penumpukan dan peralatan bongkar muat barang, menyediakan daya listrik dan distribusi air minum di pelabuhan, khususnya untuk keperluan kapal umum, pemadam kebakaran dan lain-lain dan sebagai Sistem Informasi Pelabuhan. Selain itu dermaga yang ada saat ini lebih banyak untuk kegiatan bertambat dan pelayanan bongkar muat barang dan hewan (khususnya untuk perdagangan antar pulau) serta penyediaan fasilitas naik turunnya penumpang, belum dimanfaatkan sebagai kegiatan ekspor dan impor. Pelabuhan Lembar ini masih sangat potensial untuk dikembangkan karena selain untuk pelabuhan penyeberangan juga digunakan sebagai pelabuhan barang yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan arus petikemas (teus), dari 392 teus di tahun 2009 menjadi 8.129 teus pada tahun 2010.

Rencana pengembangan pelabuhan Lembar dimulai dengan dibangunnya Packing Plant Indocement di wilayah yang berada di Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) Pelabuhan Lembar dengan kapasitas 250.000 ton pertahun dan juga dibangun untuk Docking Repair kapal-kapal dengan

Dead Weight Tonage (DWT) kapal rata-rata ukuran 1000 – 1500 TonDan pada bulan Maret 2012 telah dibangun Ground Breaking Pembangunan Silo dan Pabrik Pengepakan Semen Bosowa di Kawasan Pelabuhan Lembar.

Produk impor yang masuk ke NTB lebih banyak berupa produk pangan, salah satunya yang terbesar saat ini kedelai. Selama Januari-Juli,

91 jumlah kedelai impor yang masuk ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah mencapai 5.980 ton kedelai. Impor tersebut masuk melalui Pelabuhan Lembar, namun terlebih dahulu melewati Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Biasanya yang melakukan impor itu adalah distributor. Namun selain melakukan impor, NTB juga menjual produk lokalnya ke luar daerah seperti ke Kalimantan Selatan, NTT, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Untuk pengembangan pelabuhan Lombok sebagai pelabuhan impor dirasa saat ini belum sesuai karena dermaga yang dimiliki khususnya untuk bongkar muat barang adalah panjangnya 262,50 m dan lebarnya hanya 30 m. Selain itu, pelabuhan lembar masih memiliki kelemahan pada kualitas infrastruktur dan produktivitas bongkar muatnya (waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar).

Dokumen terkait