• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Eksisting, Potensi Dan Permasalahan

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

B. Kondisi Eksisting, Potensi Dan Permasalahan

Berdasarkan RDTR Weda Selatan, Aspek struktur ruang kawasan perencanaan terdiri dari struktur pusat pelayanan dan kegiatan fungsional perkotaan ditinjau dari fungsi kegiatan, tingkat pelayanan dan aksesbilitas. Struktur ruang ini memiliki potensi dan masalah yang menentukan pengembangan perkotaan di masa mendatang. Potensi dan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Potensi Struktur Ruang

Potensi struktur ruang di kawasan perencanaan ditinjau dari fungsi kegiatan, tingkat pelayanan dan aksesbilitas yang ada dapat mendukung pembentukan struktur perkotaan. a. Fungsi Kegiatan

Fungsi kegiatan yang dominan dan mempengaruhi struktur ruang di wilayah perencanaan, yaitu:

 Kegiatan perkotaan berupa fasilitas perdagangan dan jasa jumlah dan jenisnya masih sangat terbatas, yaitu hanya terdapat 1 buah toko yang berada di Desa Kluting Jaya , kios kecil hanya 41 unit, warung hanya 6 unit dan KUD hanya 7 unit.

 Kegiatan perkotaan berupa fasilitas umum dan sosial jumlahnya juga terbatas yaitu hanya berupa puskesmas, puskesmas pembantu dan pendidikan SD, SMP dan SMU serta perkantoran pemerintahan skala pelayanan desa dan kecamatan.

 Sedangkan fasilitas lainnya tidak ada.

Fungsi kegiatan perkotaan tersebut merupakan parameter pembentukan struktur kegiatan fungsional perkotaan di wilayah perencanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut cenderung menyebar dan belum membentuk pusat-pusat pelayanan perkotaan dalam struktur ruang kota di wilayah Kecamatan Weda Selatan.

b. Tingkat Pelayanan

Kawasan perkotaan merupakan suatu sistem, sedangkan tingkat pelayanan merupakan sub sistem. Jika ditinjau secara fungsional, kawasan perkotaan merupakan pusat pelayanan dan

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

VI - 38

sekaligus sebagai pusat kegiatan. Berdasarkan fungsi kegiatan di atas, maka bentuk hirarki pusat pelayanan di kawasan perencanaan adalah:

 Pusat Pelayanan BWK (pusat kegiatan inti perkotaan) merupakan kawasan pelayanan bagi penduduk setempat dan seluruh wilayah perencanaan (skala kecamatan). Dengan demikian Pusat Pelayanan BWK yang ada di wilayah Kecamatan Weda Selatan cenderung berfungsi ganda yang mengarah sebagai pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Halmahera Tengah bagian utara.

 Pusat Unit Lingkungan merupakan pusat kegiatan dengan lingkup pelayanan yang mencakup masing-masing lingkungan untuk mendukung pemerataan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak berorientasi di pusat pelayanan utama.

Pembentukan sistem pusat pelayanan tersebut sangat mendukung penyebaran fasilitas pelayanan yang merata untuk memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah ini, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Sistem pusat pelayanan tersebut akan membentuk struktur ruang perkotaan yang secara berjenjang sesuai dengan potensi, fungsi dan peran masing-masing pusat pelayanan.

c. Aksesbilitas

Transportasi merupakan salah satu elemen pembentuk struktur ruang perkotaan yaitu sebagai penghubung antar kawasan maupun antar wilayah. Pengembangan tata ruang perlu adanya perencanaan sistem transportasi menyeluruh dan terkait dengan sistem tata ruang, khususnya tingkat aksesbilitas. Aksesbilitas di wilayah perencanaan dapat ditinjau berdasarkan jaringan jalan, sarana angkutan umum dan jarak orbitas terhadap pusat-pusat kegiatan perkotaan.

Pola jaringan jalan yang ada berbentuk linier (khususnya jaringan jalan utama) dan mengarah kebentuk grid (khususnya jaringan jalan lingkungan/lokal). Jaringan jalan yang berfungsi sebagai akses penghubung utama yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Halmahera Selatan-Weda Selatan-Weda-Kabupaten Halmahera Timur maupun ke pusat Ibu Kota Provinsi. Sedangkan akses penghubung lainnya adalah jaringan jalan yang menghubungkan antar desa yang ada di wilayah perencanaan. Jika ditinjau dari konstruksi jalan rata-rata kondisi jalan masih berupa jalan tanah dengan kondisi rusak dan sarana transportasi keberadaannya juga sangat terbatas.

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

VI - 39

2. Masalah Struktur Ruang

Pembentukan struktur ruang kota di wilayah perencanaan, selain memiliki potensi pengembangan juga terdapat beberapa permasalahan. Masalah struktur ruang ditinjau berdasarkan fungsi kegiatan, tingkat pelayanan dan aksesbilitas, yaitu:

a. Fungsi Kegiatan

Masalah fungsi kegiatan yang mempengaruhi pembentukan struktur ruang di wilayah perencanaan antara lain:

 Kegiatan perdagangan dan jasa masih belum berkembang dan jumlahnya masih sangat terbatas, sehingga kebutuhan tertentu masyarakat masih harus dipenuhi di luar wilayah Kecamatan Weda Selatan, baik mengarah ke pusat ibu kota Kabupaten maupun mengarah ke pusat Ibu Kota Provinsi ( Sofifi). Akibat yang ditimbulkan akibat kebutuhan masyarakat harus dipenuhi di luar wilayah Kecamatan Weda Selatan mengakibatkan semakin besar pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh masyarakat.

 Kegiatan pendidikan di kawasan perencanaan sudah cukup terlayani hingga skala SMA walupun untuk kedepannya masih perlu ditingkatkan, baik kualitas maupun fasilitasnya agar kualitas SDM di wilayah perencanaan menjadi lebih baik dan mampu mengembangkan daerahnya.

 Kegiatan pelayanan fasilitas kesehatan juga masih terbatas, yaitu hanya berupa fasilitas puskesmas dengan sarana dan prasarana masih terbatas, sehingga untuk penyakit tertentu yang belum bisa ditangani di puskesmas harus dirujuk ke luar wilayah. Guna mendukung fungsi dan peran wilayah perencanaan, khususnya dalam skala kecamatan, maka sudah selayaknya fasilitas kesehatan perlu dikembangkan, minimal berupa puskesmas rawat inap dan didukung oleh tenaga medis yang memadai.

 Fasilitas-fasilitas publik selain perkantoran pemerintah juga belum berkembang, sehingga mengakibatkan belum terbentuk struktur ruang kota yang ideal.

b. Tingkat Pelayanan

Masalah tingkat pelayanan di wilayah perencanaan ditimbulkan dari pembentukan pusat-pusat pelayanan dengan tingkat skala pelayanan di setiap kegiatan perkotaan yang ada, yaitu:

 Pusat-pusat pelayanan perkotaan belum berkembang di wilayah perencanaan dan menyebabkan kegiatan perkotaan yang ada belum terstruktur berdasarkan tingkat pelayanannya, yang pada akhirnya akan menghambat pemerataan fasilitas

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

VI - 40

pelayanan kebutuhan penduduk.

Kegiatan utama perkotaan berupa perdagangan dan jasa belum mampu melayani kebutuhan skala pelayanan kecamatan.

 Kegiatan perdagangan berskala lokal yang ada belum dapat melayani kebutuhan sekunder penduduk setempat, sehingga mengakibatkan arah orientasi pelayanan penduduk cenderung mengarah ke pusat perkotaan.

c. Aksesbilitas

Masalah aksesbilitas di wilayah perencanaan secara umum dipengaruhi kondisi transportasi yang ada, seperti kondisi jaringan jalan, sarana angkutan umum maupun jarak tempuh ke kegiatan utama perkotaan. Masalah-masalah aksesbilitas tersebut, yaitu:

 Kondisi konstruksi jalan di wilayah perencanaan sebagian besar masih berupa jalan tanah dengan kondisi rusak dan pada saat musim hujan kondisi jalan berlumpur dan pada saat musim kemarau kondisi jalan berdebu, sehingga menyebabkan terbatasnya pergerakan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan pelayanannya maupun perputaran barang dan jasa terhambat.

 Pelayanan sarana angkutan umum dalam bentuk jalur-jalur angkutan penumpang belum tersebar merata, sehingga mempengaruhi mobilitas penduduk ke daerah pusat perkotaan dan pusat-pusat kegiatan perkotaan lainnya.

 Kawasan permukiman yang terletak jauh dari pusat-pusat kegiatan perkotaan mengalami keterbatasan pelayanan yang dibutuhkan penduduk setempat, akibat dari terbatasnya fasilitas pelayanan serta belum didukung sarana angkutan.

3. Kondisi dan Intensitas Bangunan Permukiman

Berdasarkan RDTR Kawasan Patani, Penggunaan ruang sebagai area pemukiman di Patani juga sudah tertata dengan, ini dapat dilihat dari penataan jarak antar bangunan, jarak bangunan terhadap jalan serta kondisi bangunan. Namun demikian kawasan pemukiman di Kawasan Patani dirasa sudah cukup padat sehingga perlu ada area alternative sebagai area untuk pengembangan pemukiman selanjutnya.

Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan dicat. Lantai bangunan merupakan pasangan ubin pc atau keramik, menggunakan langit-langit dan atap menggunakan seng gelombang, serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan dicat Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar persyaratan bangunan dengan memperhatikan pencahayaan dan pengahawaan serta tersedianya fasilitas mandi,cuci dan kakus.

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

VI - 41

BANEMO : Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan dicat. Lantai bangunan merupakan pasangan ubin pc atau keramik, menggunakan langit-langit dan atap menggunakan seng gelombang, serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan dicat Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar persyaratan bangunan dengan memperhatikan pencahayaan dan pengahawaan serta tersedianya fasilitas mandi,cuci dan kakus.

Kondisi Permukiman di Banemo

PATANI : Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan dicat. Lantai bangunan merupakan pasangan ubin pc atau keramik, menggunakan langit-langit dan atap menggunakan seng gelombang, serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan dicat Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar persyaratan bangunan dengan memperhatikan pencahayaan dan pengahawaan serta tersedianya fasilitas mandi,cuci dan kakus.

Kondisi Permukiman di Patani

TEPELEO : Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan dicat. Lantai bangunan merupakan pasangan ubin pc atau keramik, menggunakan langit-langit dan atap menggunakan seng gelombang,

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

VI - 42

serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan dicat Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar persyaratan bangunan dengan memperhatikan pencahayaan dan pengahawaan serta tersedianya fasilitas mandi,cuci dan kakus.

Kondisi Permukiman di Tepeleo

Besarnya intensitas bangunan merupakan akumulasi serta asumsi yang didasarkan pada hasil survey dan pengamatan di lokasi kegiatan. Dari pengamatan lapangan (hasil survey) memperlihatkan bahwa :

Dokumen terkait