• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1505366996BAB VI ASPEK TEKNIK PERSEKOTR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1505366996BAB VI ASPEK TEKNIK PERSEKOTR"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 1

ASPEK TEKNIK PERSEKTOR

6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisitng, Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Isu-Isu strategis terkait pengembangan dan pembangunan Permukiman di Kabupaten

Halmahera Tengah yaitu :

1. Perkembangan kawasan dan pengembangan perkotaan dipengaruhi oleh beberapa

faktor baik secara internal maupun eksternal kota, seperti tarikan aktivitas

perdagangan dan jasa, transportasi (Adanya rencana bandara, pengembangan

pelabuhan dan mefungsikan terminal) serta pemenuhan kebutuhan infrastruktur

skala regional kawasan.

2. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman.

3. Masih banyaknya rumah yang tidak layak huni (bersifat temporer), baik ditinjau dari

kondisi bangunan, segi kesehatan, keindahan, sosial budaya dan lingkungan hidup.

4. Kebutuhan permukiman yang meningkat,

5. Pembangunan kawasan permukiman pada kawasan strategis seperti daerah

pertambangan dan sekitar daerah transmigrasi.

B. Kondisi Eksisting

Kondisi eksisting permukiman ditinjau dari aspek tingkat pelayanan :

1. Perkembangan permukiman cenderung tumbuh di pesisir.

2. Terdapat perumahan formal yang dibangun oleh pemerintah daerah untuk

perumahan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

3. Perkembangan permukiman tidak hanya dipusatkan pada daerah pusat

pemerintahan tetapi juga pada pusat kawasan strategis yang ada di Kabupaten

Halmahera Tengah

(2)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 2

4. Kawasan-kawasan permukiman yang berada pada kawasan diluar kawasan

perkotaan dengan tingkat pelayanan minim dan rata-rta merupakan kawasan ex.

Transmigrasi maupun permukiman nelayan

5. Belum adanya permukiman untuk masyarakat bawah mengakibatkan masyarakat

memenuhi kebutuhan permukimannya seadanya atau tidak layak huni karena

keterbatasan ekonomi

6. Terdapat permukiman dengan model rumah panggung terutama dikawasan

permukiman pesisir

7. Pola permukiman yang ada di Kabupaten Halmahera Tengah adalah mengelompok

kluster-kluster tetapi menyebar

Kondisi eksisting permukiman ditinjau dari aspek Sebaran :

1. Terkonsentrasi di perkotaan Weda

2. Terdapat beberapa kawasan permukiman di Kawasan Lilief dan Wairoro dengan

kondisi kurang baik

3. Sebagian leap frog (menyebar) mengikuti garis pantai

Kondisi eksisting permukiman ditinjau dari aspek Kualitas :

1. Sebaran rumah Temporer berada di permukiman Nusliko dan Goeng yang dibangun

pemerintah pasca konflik, dan perumahan ex trasmigrasi yang berada di Kecamatan

Weda Tengah

2. Kondisi lingkungan dan TBL :

 di permukiman padat (lapis dua dan tiga) sedang-buruk

 di permukiman baru cukup baik, hanya jalan utama belum memadai

 kondisi sanitasi lingkungan sedang-buruk

3. kualitas permukiman nelayan dikawasan pesisir maupun permukiman transmigrasi

masih belum layak dan rata-rata dengan tipe non permanen

C. Permasalahan Dan Tantangan

Permasalahan dan tantangan pengembangan dan pembangunan permukiman Kabupaten

(3)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 3

Tabel. 6.1

Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman

PERMASALAHAN TANTANGAN POTENSI PELUANG

1. Masih banyaknya rumah yang tidak layak huni (bersifat temporer), baik ditinjau dari kondisi bangunan, segi kesehatan, keindahan, sosial budaya dan lingkungan hidup;

2. Kekurangan rumah (backlog), dimana terdapat selisih jumlah rumah dengan jumlah KK;

3. Lahan untuk pembangunan rumah baru semakin mahal dan terbatas, sementara itu kebutuhan rumah baru semakin meningkat;

4. Lahan permukiman

berpotensi genangan.

5. Wilayah yang datar hanya terdapat di sepanjang pantai sehingga pengembangan kawasan permukiman di sepanjang pantai

4. Aksesibilitas antar kawasan strategis

belum didukung

dengan moda

transportasi umum 5. Kabupaten Halmahera

Tengah belum dapat

1. Potensi aksesibelitas Kabupaten Halmahera Tengah berada di jalan primer jalur Halmahera Selatan – Halmahera Timur;

2. Kabupaten Halmahera Tengah memiliki Pelabuhan, terminal, dan rencana trasportasi udara sehingga

memudahkan pergerakan

masyarakat;

3. Kabupaten Halmahera Tengah memiliki lahan perbukitan belum terbangun yang bisa dikembangkan untuk dijadikan kawasan perkotaan; 4. Kabupaten Halmahera Tengah

memiliki Topografi datar sehingga memudahkan dalam pem bangunan fisik hingga berbukit.

5. Kab. Halmahera Tengah merupakan

kabupaten pemekaran baru

sehingga masih bisa dibentuk dan

diarahkan dalam

pembangunan/pengembangan kotanya

6. Potesi Kabupaten Halmahera Tengah sebagai penghasil nikel 7. Kabupaten Halmahera Tengah

memiliki potensi wisata nasional

1. Perkotaan Weda ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan akan dipromosikan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKWP)

2. Perkotaan Weda dilewati jalan primer Halmahera Selatan – Halmahera Timur; sehingga memberikan peluang sebagai kota transit menuju pusat Ternate dan sofifi;

3. Kawasan Weda By Nikel akan

dipromosikan sebagai

kawasan KSN

4. Kabupaten Halmahera Tengah berpotensi untuk dapat

dikembangkan karena

lokasinya strategis dan sebagai daerah penghubung 5. Kabupaten Halmahera Tengah

sebagai pintu masuk Pulau Halmahera

(4)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 4

Gambar 6.1 : Peta Permasalahan Permukiman Kab. Halmahera Tengah

(5)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 5

6.1.2 Analisa Kebutuhan Permukiman A. Penggunaan Lahan

Luas wilayah Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah adalah 1.304,84 Ha dengan alokasi

penggunaan lahan terbangun dan non terbangun. Penggunaan lahan non terbangun

rata-rata masih berupa tanah kosong, tanah ini dapat dimanfaatkan untuk daerah permukiman

baru. Untuk lebih jelasnya alokasi penggunaan lahan pada Perkotaan di Kabupaten

Halmahera Tengah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6.2

Penggunaan Lahan Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PROSENTASE %

1 Fasilitas Kesehatan 7,96 0,61

Sumber: RTRW Kabupaten Halmahera Tengah

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat alokasi penggunaan lahan Perkotaan di

Kabupaten Halmahera Tengah tertinggi merupakan lahan kosong sebesar 1.113,857 Ha (

85,36 %) dari luas kawasan perkotaan. Untuk Ruang Terbuka Hijau yaitu berupa Lapangan

dan Taman Kota sebesar 2.82 Ha (0,12%), penggunaan lahan untuk Prasarana Sarana

Umum (PSU) yang berupa fasilitas kesehatan, pendidikan, dan peribadatan sebesar 13,673

Ha (1,32 %).

Karena merupakan daerah pemekaran baru kawasan Perkotaan di Kabupaten Halmahera

Tengah masih dapat dikembangkan hanya saja kondisi kontur yang berbukit mengharuskan

pembangunan kawasan permukiman harus menggunakan teknologi tepat guna dan

(6)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 6

B. Kepadatan Penduduk

Tingkat perkembangan jumlah penduduk yang ada Perkotaan di Kabupaten Halmahera

Tengah turut mempengaruhi struktur kehidupan masyarakat dengan secara umum. Jika

pertumbuhan jumlah penduduk dalam keadaan konstan akan mengakibatkan berlakunya

hukum ekonomi (supply dan demand) terutama tergolong pada usia kerja. Pada Tahun 2012

jumlah penduduk Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah sebanyak 30.223 jiwa yang

terdiri 15.701 jiwa laki-laki dan 14.522 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin didapat dengan

perhitungan jumlah laki-laki dibagi dengan jumlah perempuan,maka didapat perhitungan

rasio jenis kelamin adalah 108.

Tabel 6.3

Jumlah Penduduk, kepadatan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

NO NAMA

KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

RASIO JENIS

Sumber: Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2013

Bila dilihat dari persebaran penduduk di tiap kecamatan jumlah penduduk terbanyak

terdapat di Kecamatan Weda yaitu 33 % (5.269 jiwa laki-laki dan 4.590 jiwa perempuan) dan

jumlah terkecil terdapat pada Kecamatan Patani yaitu 14 % (2.109 jiwa laki-laki dan 2.113

jiwa perempuan).

Analisis proyeksi penduduk ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan perencanaan dalam

jangka waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang. Hal itu dilakukan mengingat perkembangan

wilayah tidak terlepas dari perkembangan penduduk. Semakin bertambah jumlah penduduk

maka semakin bertambah pula kebutuhan akan ruang. Dilihat dari proyeksi jumlah

penduduk, menunjukkan rata-rata laju tingkat pertumbuhan penduduk Perkotaan di

Kabupaten Halmahera Tengah mengalami kenaikan atau rasio pertumbuhan 0,09% per

(7)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 7

Tabel 6.4

Proyeksi Jumlah Penduduk

NO NAMA KECAMATAN PROYEKSI PENDUDUK

2018 2023 2028 2033

1 Weda 16.088 24.195 36.386 54.721

2 Weda Selatan 9.497 14.283 21.482 32.308

3 Weda Tengah 8.171 12.289 18.481 27.794

4 Pulau Gebe 8.671 13.04 19.61 29.491

5 Patani 6.891 10.364 15.587 23.44

Jumlah 49.318 74.171 111.546 167.754

C. Ketersediaan Lahan Permukiman

Semakin banyaknya penduduk yang tinggal dan menetap Perkotaan di Kabupaten

Halmahera Tengah, menyebabkan perlunya alokasi lahan permukiman untuk

mengantisipasi lonjakan penduduk yang menempati ruang dan mencegah semakin

meluasnya kawasan permukiman kumuh di dipusat kota dan disepanjang Sungai Yuveto.

Tujuan pengembangan kawasan permukiman dan perumahan bagi penduduk yaitu untuk

menyediakan tanah sebagai rumah tinggal dengan kepadatan bangunan dan kepadatan

penduduk yang bervariasi di seluruh bagian wilayah kota, mengakomodasi bermacam tipe

rumah tinggal dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat

kota, serta merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada

lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.

Apabila dilihat dari komposisi luasan lahan permukiman untuk masing-masing Desa di

Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah, ada beberapa Desa yang proporsi luasan

eksistingnya masih sangat sedikit padahal rencana alokasinya masih sangat luas. Hal ini

menunjukkan bahwa sebaran kawasan permukiman Perkotaan di Kabupaten Halmahera

Tengah tidak merata. Kawasan permukiman padat terlihat di Kecamatan Weda dimana

(8)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 8 Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Ketersedian lahan untuk permukiman di Perkotaan Halmahera tengah, penggunaan lahan

eksisting Tahun 2013 Permukiman dengan luas 531 Ha, rencana peruntukan menurut

RTRW Kawasan permukiman 2.271 Ha dan rencana peruntukan RTRW Kawasan Budidaya

lainnya dengan luas 1.740,26 Ha.

Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bencana

alam, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha

• Kemiringan 0-15% dengan ketentuan pengaturan bangunan

• Ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan permukiman

• Lokasi tersedia terkait dengan kawasan hunian yang telah ada dan akan direncanakan

• Tidak terletak pada kawasan dengan fungsi pertanian beririgasi teknis atau yang berpotensi dikembangkan sebagai sawah irigasi teknis

• Ketersediaan air terjamin

(9)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 9

Tabel 6.6

Alokasi Kebutuhan Lahan Rumah Berdasar Pola 1 : 3 : 6 Tahun 2033

N

Total 172.269 10.336.200 2.584.200 5.168.000 2.584.000 4,011.52 4,011.52 Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

D. Daya Tampung

Daya tampung penduduk merupakan besarnya kebutuhan ruang yang dibutuhkan dalam

menampung aktivitas penduduk. Arahan standar dalam daya tampung penduduk yaitu 60

jiwa/Ha atau 80 Jiwa/Ha. Dari hal tersebut maka dapat diketahui seberapa besar daya

tampung penduduk maksimal di Kawasan Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Melihat dari tabel diatas dapat diketahui bahwa daya tampung maksimal di Perkotaan di

Kabupaten Halmahera Tengah sampai akhir tahun proyeksi dibeberapa kecamatan belum

sesuai sehingga perlu adanya pembukaan kawasan permukiman baru. Pada luas kawasan

(10)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 10

E. Kebutuhan Ruang Perumahan Dan Permukiman

Kebutuhan permukiman kota dan kawasan dibedakan menjadi 2 yaitu

1. Penyediaan permukiman dan perumahan baru, yang meliputi kawasan : wedana,

fidijaya dan were

2. Peningkatan kualitas permukiman dan perumahan lama, yang meliputi kawasan :

nusliko, goeng, nurweda dan sidanga.

Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah sebagai Ibu Kota Kabupaten Halmahera

Tengah mengalami pengembangan terus menerus. Permintaan masyarakat terhadap

property atau rumah juga kian tinggi. Selain itu, pembangunan rumah milik pribadi juga

semakin bertambah banyak. Harga rumah Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah

tanpa subsidi dan bila diserahkan pada mekanisme pasar akan terus mengalami kenaikan.

Hal ini didorong oleh ketidakmampuan pasokan dalam memenuhi permintaan. Apalagi 20

tahun ke depan proyeksi penduduk Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah

diprediksikan mengalami peningkatan. Ledakan jumlah penduduk baik karena adanya

migrasi masuk menyebabkan pasokan kebutuhan rumah semakin meningkat pula.

Pemerintah dan developer swasta diharapkan dapat memberikan supply rumah di pasar

formal yang mampu dijangkau oleh MBR. Kebutuhan rumah berdasar proyeksi penduduk

tahun 2033 dengan asumsi bahwa 1 KK dihuni oleh 4 jiwa, dapat dilihat sebagai berikut.

Kebutuhan fasilitas perumahan dihitung dari jumlah proyeksi jumlah penduduk dibagi

dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang menghuni 1 rumah. Diasumsikan jumlah

anggota keluarga dalam 1 rumah adalah 4 orang, sesuai dengan jumlah anggota keluarga

pada umumnya di Indonesia. Dari perbandingan antara jumlah proyeksi penduduk dengan

jumlah anggota keluarga tiap 1 unit rumah diketahui jumlah kepala keluarga di Perkotaan di

Kabupaten Halmahera Tengah. Selanjutnya diasumsikan setiap 1 KK memiliki 1 rumah,

sehingga dapat dihitung jumlah total rumah di Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah.

Tabel 6.8

Kebutuhan Rumah Berdasar Proyeksi Penduduk Tahun 2033

NO KECAMATAN EKSISTING THN 2013 JUMLAH PENDUDUK

(11)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 11

Tabel 6.9

Backlog Perumahan Pada Tahun 2033

NO KECAMATAN

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat diketahui baclog rumah untuk 20 tahun

mendatang dengan melihat proyeksi kebutuhan rumah adalah 37.309 unit.

Perencanaan kebutuhan rumah Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah disusun

dengan konsep 1 : 3 : 6. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan jumlah rumah tipe

besar, sedang, dan kecil; dengan perbandingan jumlah rumah tipe kecil yang paling banyak.

Perencanaan kebutuhan rumah di Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah, diasumsikan

dengan klasifikasi 3 tipe rumah yaitu :

t rumah dengan luas rata-rata 200-300 m2

-rata 100-200 m2

-rata 90-100 m2

Dari perbandingan tipe rumah dapat dihitung kebutuhan lahan untuk perumahan Perkotaan

di Kabupaten Halmahera Tengah yaitu dengan mengalikan jumlah tiap tipe rumah dengan

luas rata-rata maksimum untuk masing-masing tipe. Berikut ini dapat dilihat tabel

perhitungan kebutuhan rumah dan kebutuhan lahan Perkotaan di Kabupaten Halmahera

(12)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 12

Tabel 6.10

Alokasi Kebutuhan Rumah Berdasar Pola 1 : 3 : 6 Tahun 2033

NO DESA

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Berdasarkan perhitungan kebutuhan fasilitas perumahan dapat diketahui bahwa kebutuhan

perumahan di Perkotaan Halmahera Tengah pada tahun 2033 membutuhkan sarana

perumahan sebesar 41.939 unit untuk jenis rumah dengan tipe besar sebanyak 4.194 unit,

sedang sebanyak 12.582 unit dan kecil sebanyak 25.163 unit.

F. Sebaran Dan Tipologi Permukiman

Secara keruangan pertumbuhan kawasan permukiman Perkotaan di Kabupaten

Halmahera Tengah merefleksikan konvergensi dan dispersi bertipologi kawasan pesisir.

Perkembangan kota sangat dipengaruhi pertumbuhan kawasan permukiman yang berpusat

pada awalnya di kawasan pesisir dekat pelabuhan dan mengalirkan pergerakan ke

pedalaman sepanjang aliran sungai atau yang berdekatan dengan sumber air dan tumbuh di

sepanjang perbatasan terluarnya hingga dilayani secara jari-jari dan linier oleh sistem

jaringan jalan. Pola seperti ini membentuk tipe konsentris yang akan mendekati titik batas

peralihan bila batas maksimal pelayanan pusat kota sudah terjadi. Sehingga dibentuklah

pusat pelayanan baru yang dapat menjangkau pelayanan yang lebih luas lagi ke seluruh

wilayah. Proses perkembangan yang demikian ini adalah lazim terjadi bila kota sedang

mengalami pertumbuhan bukan kejenuhan akibat populasi yang semakin bertambah.

Embrio kawasan permukiman awal tersebut membentuk tipologi permukiman pesisir dan

tepi laut yang disandingkan dengan permukiman pada sumber-sumber air di daratan dan

sebagai magnet utama aktivitas adalah pusat kota sebagai kawasan pelabuhan dimana

perdagangan dan jasa serta kegiatan ikutannya tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan

(13)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 13

Sehingga berakibat pada saat ini terjadi perbedaan intensitas aktivitas dan didorong oleh

strategi kebijakan pembangunan pada pusat-pusat pelayanan baru, yang melahirkan kondisi

urban sprawl. Keseluruhan pola aktivitas ini disertai dengan perkembangan kawasan

permukiman yang mengikuti pola tersebut.

Strategi kebijakan pengembangan pusat aktivitas kota kawasan barat dan utara serta

menjalar ke selatan adalah kebijakan yang membuka pengembangan kawasan baru,

termasuk kawasan permukiman. Konsep ini seharusnya didukung oleh konsep

”infrastructure-led” sehingga akan semakin mempercepat pertumbuhan kawasan terbangun,

seperti : listrik, drainase, air bersih, jalan. Konsep ini dipadukan dengan perencanaan tata

guna lahan yang baik yang dapat menghindarkan dari disparitas lahan, maka akan dapat

mewujudkan kota sesuai dengan arah dan tujuan pembangunan jangka panjang.

Secara umum, kinerja kawasan permukiman digolongkan pada kawasan yang butuh

pengendalian pertumbuhan, dan kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya. Kawasan

yang dikendalikan pertumbuhannya mendominasi di Kecamatan Weda, Kecamatan Weda

tengah. Sedangkan kawasan yang didorong pertumbuhannya mencakup: kecamatan Weda

Selatan, Kecamatan Patani. Pulau Gebe. Pada kawasan permukiman yang dikendalikan

yang terlihat antara lain : perpadatan permukiman, degradasi kualitas lingkungan

permukiman, banjir dan genangan, sanitasi, hunian tidak layak. Sedangkan pada kawasan

yang didorong pertumbuhannya kondisi jalan, saluran, persampahan belum ada pelayanan

dari pemda.

Dalam kaitannya dengan pendistribusian penduduk, pengembangan karakter ruang kota

serta pertimbangan daya dukung dan daya tampung ruang, maka kawasan perumahan di

Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu kawasan

perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kawasan perumahan dengan tingkat

kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah. Kawasan

perumahan kepadatan tinggi diarahkan pada Kecamatan Weda.

Tipologi permukiman di Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah terdiri dari beberapa

tipe. Tipologi ini didasarkan pada: (1) lokasi, (2) luasan lahan, (3) keberadaan pusat

pelayanan dan fasilitas; dan (4) pelayanan infrastruktur; (5) desain arsitektural dan material

bangunan; serta (6) produk perumahan. Tipologi ini adalah ciri-ciri generik akibat persaingan

(14)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 14

6.1.3 Kawasan Prioritas Perkotaan

Indikator dan kriteria Kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur

perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah, memuat tentang:

1. Permukiman Sesuai kebijakan pengembangan dan pembangunan kota

2. Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan

3. Urgenitas penanganan

4. Kependudukan

5. Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota

6. Kontribusi dalam simulasi pembangunan dan pengembangan kota

7. Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan

Dari Kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan permukiman dan

infrastruktur Perkotaan diatas, dimasukkan beberapa sebaran pemukiman di Perkotaan

Weda, terdapat 7 Desa di Kecamatan Weda yaitu (Desa Sidanga, Desa Fidi Jaya Desa

Were, Desa Nurweda, Desa Wedana, Desa Goeng dan Desa Nusliko), Kecamatan Weda

Selatan, Kecamatan Weda Tengah, Kecamatan Patani dan Kecamatan Pulau Gebe sebagai

indikasi kawasan prioritas Dibawah ini indikasi kawasan-kawasan permukiman di Perkotaan

(15)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 15

Tabel 6.11

Indikasi Kawasan Prioritas Permukiman Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah

NAMA KAWASAN TEMA KAWASAN JUSTIFIKASI KAWASAN

NUSLIKO DAN GOENG

PRIORITAS C

KAWASAN WISATA ALAM

TELAGA

 Ditetapkan sebagai kawasan pariwisata

 Terdapat embrio wisata yang bisa dikembangkan (panti Nusliko dan telaga

nusliko)

 Sebaran permukiman bersifat linier mengikuti jalan utama,

 Kepadatan rumah rendah dengan lahan pekarangan luas,

 Masih dijumpai halaman yang luas

 Masih banyak lahan pertanian

 Jarak bangunan yang belum begitu rapat.

 Rumah umumnya berlantai satu

 Banyak bermunculan /tumbuh perumahan formal baik sebagai perumahan

type kecil, sedang, maupun besar

 Perumahan tumbuh dengan skala kecil dan skala sedang.

 Terdapat lahan kosong bertopografi datar yang bisa dimanfaatkan untuk lahan

permukiman

 Masih dijumpai halaman yang luas

 Masih banyak lahan pertanian

 Jarak bangunan yang belum begitu rapat.

 Rumah umumnya berlantai satu

WERE DAN FIDI JAYA

PRIORITAS A

PERKANTORAN,

PERDAGANGAN DAN JASA

 Ruas jalan di kawasan ini tumbuh sebagai perkantoran, perdagangan dan jasa

 Permukiman berkepadatan sedang sampai tinggi

 Dominasi jenis bangunannya adalah semi permanen dan permanen,

 Jarak antar bangunan belum begitu rapat

 Masih ada Halaman rumah

 Bangunan depan rumah langsung berada di tepi jalan

 Mempunyai luas kapling perumahan sedang dan besar,

 Sarana dan prasarana permukiman dan perkotaan sebagian besar tersedia.

SIDANGA PRIORITAS D KAWASAN WISATA PANTAI  Sebaran permukiman bersifat linier mengikuti jalan utama,

(16)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 16

 Masih dijumpai halaman yang luas

 Masih banyak lahan pertanian

 Jarak bangunan yang belum begitu rapat.

 Rumah umumnya berlantai satu

 80% rumah masih bersifat temporer

SIDANGA PRIORITAS D KAWASAN WISATA PANTAI

 Sebaran permukiman bersifat linier mengikuti jalan utama,

 Kepadatan rumah rendah dengan lahan pekarangan luas,

 Masih dijumpai halaman yang luas

 Masih banyak lahan pertanian

 Jarak bangunan yang belum begitu rapat.

 Rumah umumnya berlantai satu

 80% rumah masih bersifat temporer

WEDA TENGAH PRIORITAS E KAWASAN PERMUKIMAN

SEKITAR WEDA BAY NIKEL

 Permukiman berada di sekitar tambang Weda Bay Nikel

 Rumah 70 % masih temporer

 Jarak antar bangunan belum begitu rapat

 Layanan infrastrukur permukiman disupply oleh Weda Bay Nikel

WEDA SELATAN PRIORITAS F KAWASAN PENGEMBANGAN

PERMUKIMAN BARU

 Permukiman yang sudah berpola (eks trasmigrasi)

 Perumahan tumbuh dengan skala kecil dan skala sedang.

 Terdapat lahan kosong bertopografi datar yang bisa dimanfaatkan untuk lahan

permukiman

 Masih banyak lahan pertanian

 Jarak bangunan yang belum begitu rapat.

 Rumah umumnya berlantai satu

PATANI PRIORITAS G KAWASAN PERDAGANGAN

DAN JASA

 Terdapat lahan kosong bertopografi datar yang bisa dimanfaatkan untuk lahan

permukiman

 Masih dijumpai halaman yang luas

 Masih banyak lahan pertanian

 Jarak bangunan yang belum begitu rapat

PULAU GEBE PRIORITAS H KAWASAN PERMUKIMAN

SEKITAR ANEKA TAMBANG

 Permukiman berada di sekitar aneka tambang

 Rumah 90 % masih temporer/rumah bantuan dari aneka tambang

 Bentuk rumah di kawasan ini adalah kopel

 Jarak antar bangunan belum begitu rapat

 Layanan infrastrukur permukiman disupply oleh aneka tambang

(17)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 17

Tabel 6.12

Skala Penanganan Kawasan Prioritas Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

(18)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 18

Gambar 6.2 : Peta Profil Kawasan Prioritas I Perkotaan Weda

(19)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 19

Gambar 6.3 : Peta Profil Kawasan Prioritas II Perkotaan Weda

(20)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 20

Gambar 6.4 : Peta Profil Kawasan Prioritas III Perkotaan Weda

(21)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 21

Gambar 6.5 : Peta Profil Kawasan Prioritas IV Perkotaan Weda

(22)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 22

Gambar 6.6 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Weda Tengah

(23)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 23

Gambar 6.7 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Weda Selatan

(24)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 24

Gambar 6.8 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Patani

(25)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 25

Gambar 6.9 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Pulau Gebe

(26)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 26

6.1.4 Kawasan Permukiman Kumuh

Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi diketahui bahwa kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Halmahera Tengah meliputi ; Kawasan permukiman Fidi Jaya, Goeng, Nurweda, Nusliko, Sidanga, dan Were. Dengan luas kawasan

permukiman kumuh 51, 60 Ha.

Tabel 6. 13

Kawasan Permukiman Kumuh Kab. Halmahera Tengah

Gambar 6.10 : Peta Letak Kawasan Kumuh Kab. Halmahera Tengah

(27)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 27

Gambar 6.11 : Peta Kawasan Kumuh FIDI JAYA

(28)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 28

Gambar 6.12 : Peta Kawasan Kumuh GOENG

(29)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 29

Gambar 6.13 : Peta Kawasan Kumuh NURWEDA

(30)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 30

Gambar 6.14 : Peta Kawasan Kumuh NUSLIKO

(31)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 31

Gambar 6.15 : Peta Kawasan Kumuh SIDANGA

(32)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 32

Gambar 6.16 : Peta Kawasan Kumuh WERE

(33)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 33

6.1.5 Program Pengembangan Permukiman

Program Pengembangan Permukiman Kabupaten Halmahera Tengah yaitu sebagai berikut :

1. Program pengaturan, bimbingan pengawasan dan penyelenggaraan pembangunan

permukiman dan perumahan,

2. Penyusunan data base perumahan dan permukiman,

3. Pendataan rumah tidak layak huni,

4. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menciptakan rumah yang layak huni,

mengelola infrastruktur, dan kawasan lindung,

5. Penataan permukiman padat dan kumuh,

6. Memaksimalkan peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan perumahan sesuai

ketentuan yang diatur di Kab. Halmahera tengah.

7. Relokasi permukiman yang berada di sempadan pantai, sungai atau bangunan

illegal,

8. Penyediaan lahan relokasi, pembangunan perumahan layak huni, pembangunan

RUSUNAWA/RUSUNAMI,

9. Perlibatan masyarakat dalam pembangunan perumahan.

6.1.6 Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Halmahera Tengah

(34)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 34

6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisitng, Permasalahan Dan Tantangan Penataan Bangunan Dan Lingkungan

A. Isu Strategis

Berdasarkan RTRW Kab. Halamhera Tengah, Isu-isu yang terkait dengan pemanfaatan

lahan bahwa lahan di Kabupaten Halmahera Tengah lebih banyak dimanfaatkan hutan

sebesar 91,82 persen dan perkebunan dan jenis penggunaan lain. Penggunaan lahan

untuk aktivitas lain selain hutan dan perkebunan didominasi Kecamatan Weda Utara, Patani

dan Patani Utara. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Dengan lahan permukiman yang sangat sedikit dibandingkan dengan lahan hutan

dan perkebunan juga menggambarkan relatif mudahnya untuk mengembangkannya

menjadi jauh lebih baik karena ditunjang oleh hasil dari bidang kehutanan dan

perkebunan atau dengan kata lain, dengan komposisi tersebut akan sangat besar

peluang untuk membangun dan mengembangkan permukiman yang ada menjadi

permukiman yang ideal;

(2) Bahwa berdasarkan data dan informasi peta yang ada menunjukkan bahwa di

Kabupaten Halmahera Tengah belum berkembang sebagaimana yang diharapkan

karena sebagian besar lahannya masih didominasi oleh kegiatan non-permukiman.

Lahan permukiman yang sangat sedikit juga menunjukkan bahwa perkembangan

yang terjadi belum merata karena hanya terjadi pada bagian-bagian kawasan

tertentu saja, sehingga hasil dari kegiatan eksplorasi sumber daya alam belum dapat

dirasakan secara optimal. Dalam arti, nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan

eksplorasi sumber daya alam tidak langsung mendorong perekonomian wilayah

Kabupaten Halmahera Tengah;

(3) Selanjutnya jika memperhatikan Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Halmahera

Tengah terlihat bahwa penggunaan lahan budidaya non-pertanian Untuk masa

mendatang, tentunya kecenderungan perkembangan fisik di sepanjang Jalan

kabupaten harus diarahkan secara tetap sehingga terjadi keseimbangan dengan

(35)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 35

wilayah Kabupaten Halmahera Tengah dibagi ke dalam 5 (lima) Zona/ Wilayah

Pengembangan dengan fungsi yang akan dikembangkan,

Tabel 6.14

Wilayah Pengembangan Kabupaten Halmahera Tengah

Wilayah

Pengembangan Pusat Fungsi Yang Dikembangkan

WP I

Weda a. Pusat Pemerintahan Kabupaten

b. Simpul transportasi laut dan darat

c. Pertambangan

Wairoro a. Pertanian tanaman pangan

b. Peternakan

c. Perikanan laut

d. Permukiman

e. Pariwisata

WP III

Sagea a. Pusat pemerintahan kecamatan

b. Perkebunan

c. Perikanan laut

d. Permukiman

e. Pariwisata

WP IV

Patani a. Pusat pemerintahan kecamatan

b. Simpul transportasi laut

c. Pertambangan

d. Perikanan laut

e. Permukiman

f. Pariwisata

WP P.Gebe V

Kapaleo a. Pusat pemerintahan kecamatan

b. Simpul transportasi laut dan udara

c. Pertambangan

d. Perikanan laut

e. Permukiman

f. Pariwisata

Sumber : RTRW Kab Hal-Teng

Sesuai Lingkup wilayah perencanaan Rencana Detail Tata Ruang pada Kawasan Patani,

dengan mengembangkan RDTR 3 wilayah Kecamatan sekaligus, maka konsep

pengembangan struktur pada kawasan akan dibagi menjadi 3 Blok Utama, yang meliputi :

a. Blok Walegi-Kipae-Yodeliu dengan fungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi

(36)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 36

Lokal/Pengumpan Sekunder dan/atau Terminal Penumpang Tipe B, Pasar Induk

Lokal, Perbankan Lokal dan/atau Regional, Rumah Sakit Umum Tipe C, Sekolah

Menengah Umum/Kejuruan dan beberapa fungsi regional seperti penyangga hasil

perikanan, jasa dan perkebunan serta penyangga pengembangan pemukiman.

b. Blok Tepeleo-Pantura Jaya dengan fungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan

(PPK). Sesuai dengan fungsinya pada blok ini diperlukan penyiapan ruang seperti :

Terminal Penumpang Perkotaan, Pasar Kecamatan, Pusat Kesehatan Masyarakat

Kecamatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Sekolah Menengah Atas, penyangga

transportasi dan pengembangan pemukiman.

c. Blok Banemo-Bobanjaya dengan fungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Sesuai fungsi pada blok ini diperlukan penyiapan ruang seperti :Terminal

Penumpang Perdesaan, Pasar Kecamatan, Pusat Kesehatan Masyarakat

Kecamatan, Sekolah Dasar 9 tahun /(SMP), serta pengembangan pemukiman.

Sesuai RDTR Kawasan Weda selatan, Rencana struktur kawasan perencanaan membentuk

pusat-pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan Weda Selatan, diarahkan di pusat pelayanan

kegiatan dominan yang terjadi di kawasan perencanaan. Rencana pusat kegiatan tersebut

antara lain :

a. Pusat pelayanan utama di Kawasan Perkotaan Weda Selatan berlokasi di Desa

Wairoro Indah yaitu di sekitar Kantor Kecamatan Weda Selatan. Kegiatan yang

mendukung terjadinya pusat ini adalah adanya perdagangan dan jasa, permukiman,

dan pendidikan khususnya Sekolah Menengah Umum. Pusat pelayanan utama ini

juga berfungsi sebagai pusat pelayanan BWK I Wairoro Indah.

b. Pusat pelayanan di BWK II Sosowomo yang diarahkan di Desa Sosowomo. Pusat

Pelayanan BWK II Sosowomo ini merupakan pusat pelayanan baru yang

direncanakan, hal ini dikarenakan wilayah perencanaan bagian utara

kecenderungannya berkembang di pesisir pantai, khususnya di wilayah perencanaan

bagian utara kecenderungannya berkembang di pesisir pantai, khususnya di Desa

Loleo dan Desa Tilope. Dengan diarahkannnya pusat kegiatan di Sosowomo

diharapkan perkembangan permukiman beserta fasilitas lainnya tidak terpusat di

(37)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 37

Sesuai RDTR Kota Sagea, rencana pembagian blok kawasan terdiri dari :

a. Blok A Desa Sagea yang dibatasi oleh sungai pada arah barat dan kearah timur

desa kiya,

b. Blok B Desa Kiya yang dibatasi oleh Desa Sagea pada arah barat dan arah timur

sunagai Tifae.

B. Kondisi Eksisting, Potensi Dan Permasalahan

Berdasarkan RDTR Weda Selatan, Aspek struktur ruang kawasan perencanaan terdiri dari

struktur pusat pelayanan dan kegiatan fungsional perkotaan ditinjau dari fungsi kegiatan,

tingkat pelayanan dan aksesbilitas. Struktur ruang ini memiliki potensi dan masalah yang

menentukan pengembangan perkotaan di masa mendatang. Potensi dan masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Potensi Struktur Ruang

Potensi struktur ruang di kawasan perencanaan ditinjau dari fungsi kegiatan, tingkat

pelayanan dan aksesbilitas yang ada dapat mendukung pembentukan struktur perkotaan.

a. Fungsi Kegiatan

Fungsi kegiatan yang dominan dan mempengaruhi struktur ruang di wilayah perencanaan,

yaitu:

 Kegiatan perkotaan berupa fasilitas perdagangan dan jasa jumlah dan jenisnya

masih sangat terbatas, yaitu hanya terdapat 1 buah toko yang berada di Desa

Kluting Jaya , kios kecil hanya 41 unit, warung hanya 6 unit dan KUD hanya 7 unit.

 Kegiatan perkotaan berupa fasilitas umum dan sosial jumlahnya juga terbatas yaitu

hanya berupa puskesmas, puskesmas pembantu dan pendidikan SD, SMP dan

SMU serta perkantoran pemerintahan skala pelayanan desa dan kecamatan.

 Sedangkan fasilitas lainnya tidak ada.

Fungsi kegiatan perkotaan tersebut merupakan parameter pembentukan struktur kegiatan

fungsional perkotaan di wilayah perencanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut cenderung

menyebar dan belum membentuk pusat-pusat pelayanan perkotaan dalam struktur ruang

kota di wilayah Kecamatan Weda Selatan.

b. Tingkat Pelayanan

Kawasan perkotaan merupakan suatu sistem, sedangkan tingkat pelayanan merupakan sub

(38)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 38

sekaligus sebagai pusat kegiatan. Berdasarkan fungsi kegiatan di atas, maka bentuk hirarki

pusat pelayanan di kawasan perencanaan adalah:

 Pusat Pelayanan BWK (pusat kegiatan inti perkotaan) merupakan kawasan

pelayanan bagi penduduk setempat dan seluruh wilayah perencanaan (skala

kecamatan). Dengan demikian Pusat Pelayanan BWK yang ada di wilayah

Kecamatan Weda Selatan cenderung berfungsi ganda yang mengarah sebagai

pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Halmahera Tengah bagian utara.

 Pusat Unit Lingkungan merupakan pusat kegiatan dengan lingkup pelayanan yang

mencakup masing-masing lingkungan untuk mendukung pemerataan perkembangan

kawasan perkotaan agar tidak berorientasi di pusat pelayanan utama.

Pembentukan sistem pusat pelayanan tersebut sangat mendukung penyebaran fasilitas

pelayanan yang merata untuk memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah ini, baik kebutuhan

primer maupun sekunder. Sistem pusat pelayanan tersebut akan membentuk struktur ruang

perkotaan yang secara berjenjang sesuai dengan potensi, fungsi dan peran masing-masing

pusat pelayanan.

c. Aksesbilitas

Transportasi merupakan salah satu elemen pembentuk struktur ruang perkotaan yaitu

sebagai penghubung antar kawasan maupun antar wilayah. Pengembangan tata ruang

perlu adanya perencanaan sistem transportasi menyeluruh dan terkait dengan sistem tata

ruang, khususnya tingkat aksesbilitas. Aksesbilitas di wilayah perencanaan dapat ditinjau

berdasarkan jaringan jalan, sarana angkutan umum dan jarak orbitas terhadap pusat-pusat

kegiatan perkotaan.

Pola jaringan jalan yang ada berbentuk linier (khususnya jaringan jalan utama) dan

mengarah kebentuk grid (khususnya jaringan jalan lingkungan/lokal). Jaringan jalan yang

berfungsi sebagai akses penghubung utama yaitu jaringan jalan yang menghubungkan

antara Kabupaten Halmahera Selatan-Weda Selatan-Weda-Kabupaten Halmahera Timur

maupun ke pusat Ibu Kota Provinsi. Sedangkan akses penghubung lainnya adalah jaringan

jalan yang menghubungkan antar desa yang ada di wilayah perencanaan. Jika ditinjau dari

konstruksi jalan rata-rata kondisi jalan masih berupa jalan tanah dengan kondisi rusak dan

(39)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 39

2. Masalah Struktur Ruang

Pembentukan struktur ruang kota di wilayah perencanaan, selain memiliki potensi

pengembangan juga terdapat beberapa permasalahan. Masalah struktur ruang ditinjau

berdasarkan fungsi kegiatan, tingkat pelayanan dan aksesbilitas, yaitu:

a. Fungsi Kegiatan

Masalah fungsi kegiatan yang mempengaruhi pembentukan struktur ruang di wilayah

perencanaan antara lain:

 Kegiatan perdagangan dan jasa masih belum berkembang dan jumlahnya masih

sangat terbatas, sehingga kebutuhan tertentu masyarakat masih harus dipenuhi di

luar wilayah Kecamatan Weda Selatan, baik mengarah ke pusat ibu kota Kabupaten

maupun mengarah ke pusat Ibu Kota Provinsi ( Sofifi). Akibat yang ditimbulkan

akibat kebutuhan masyarakat harus dipenuhi di luar wilayah Kecamatan Weda

Selatan mengakibatkan semakin besar pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh

masyarakat.

 Kegiatan pendidikan di kawasan perencanaan sudah cukup terlayani hingga skala

SMA walupun untuk kedepannya masih perlu ditingkatkan, baik kualitas maupun

fasilitasnya agar kualitas SDM di wilayah perencanaan menjadi lebih baik dan

mampu mengembangkan daerahnya.

 Kegiatan pelayanan fasilitas kesehatan juga masih terbatas, yaitu hanya berupa

fasilitas puskesmas dengan sarana dan prasarana masih terbatas, sehingga untuk

penyakit tertentu yang belum bisa ditangani di puskesmas harus dirujuk ke luar

wilayah. Guna mendukung fungsi dan peran wilayah perencanaan, khususnya dalam

skala kecamatan, maka sudah selayaknya fasilitas kesehatan perlu dikembangkan,

minimal berupa puskesmas rawat inap dan didukung oleh tenaga medis yang

memadai.

 Fasilitas-fasilitas publik selain perkantoran pemerintah juga belum berkembang,

sehingga mengakibatkan belum terbentuk struktur ruang kota yang ideal.

b. Tingkat Pelayanan

Masalah tingkat pelayanan di wilayah perencanaan ditimbulkan dari pembentukan

pusat-pusat pelayanan dengan tingkat skala pelayanan di setiap kegiatan perkotaan yang ada,

yaitu:

 Pusat-pusat pelayanan perkotaan belum berkembang di wilayah perencanaan dan

menyebabkan kegiatan perkotaan yang ada belum terstruktur berdasarkan tingkat

(40)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 40

pelayanan kebutuhan penduduk.

Kegiatan utama perkotaan berupa perdagangan dan jasa belum mampu melayani

kebutuhan skala pelayanan kecamatan.

 Kegiatan perdagangan berskala lokal yang ada belum dapat melayani kebutuhan

sekunder penduduk setempat, sehingga mengakibatkan arah orientasi pelayanan

penduduk cenderung mengarah ke pusat perkotaan.

c. Aksesbilitas

Masalah aksesbilitas di wilayah perencanaan secara umum dipengaruhi kondisi transportasi

yang ada, seperti kondisi jaringan jalan, sarana angkutan umum maupun jarak tempuh ke

kegiatan utama perkotaan. Masalah-masalah aksesbilitas tersebut, yaitu:

 Kondisi konstruksi jalan di wilayah perencanaan sebagian besar masih berupa jalan

tanah dengan kondisi rusak dan pada saat musim hujan kondisi jalan berlumpur dan

pada saat musim kemarau kondisi jalan berdebu, sehingga menyebabkan

terbatasnya pergerakan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan

pelayanannya maupun perputaran barang dan jasa terhambat.

 Pelayanan sarana angkutan umum dalam bentuk jalur-jalur angkutan penumpang belum tersebar merata, sehingga mempengaruhi mobilitas penduduk ke daerah

pusat perkotaan dan pusat-pusat kegiatan perkotaan lainnya.

 Kawasan permukiman yang terletak jauh dari pusat-pusat kegiatan perkotaan

mengalami keterbatasan pelayanan yang dibutuhkan penduduk setempat, akibat dari

terbatasnya fasilitas pelayanan serta belum didukung sarana angkutan.

3. Kondisi dan Intensitas Bangunan Permukiman

Berdasarkan RDTR Kawasan Patani, Penggunaan ruang sebagai area pemukiman di Patani

juga sudah tertata dengan, ini dapat dilihat dari penataan jarak antar bangunan, jarak

bangunan terhadap jalan serta kondisi bangunan. Namun demikian kawasan pemukiman di

Kawasan Patani dirasa sudah cukup padat sehingga perlu ada area alternative sebagai area

untuk pengembangan pemukiman selanjutnya.

Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan dicat. Lantai bangunan

merupakan pasangan ubin pc atau keramik, menggunakan langit-langit dan atap

menggunakan seng gelombang, serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan

dicat Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar persyaratan bangunan

dengan memperhatikan pencahayaan dan pengahawaan serta tersedianya fasilitas

(41)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 41

BANEMO : Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan

dicat. Lantai bangunan merupakan pasangan ubin pc atau keramik,

menggunakan langit-langit dan atap menggunakan seng gelombang,

serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan dicat

Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar

persyaratan bangunan dengan memperhatikan pencahayaan dan

pengahawaan serta tersedianya fasilitas mandi,cuci dan kakus.

Kondisi Permukiman di Banemo

PATANI : Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan dicat.

Lantai bangunan merupakan pasangan ubin pc atau keramik,

menggunakan langit-langit dan atap menggunakan seng gelombang,

serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan dicat

Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar

persyaratan bangunan dengan memperhatikan pencahayaan dan

pengahawaan serta tersedianya fasilitas mandi,cuci dan kakus.

Kondisi Permukiman di Patani

TEPELEO : Bangunan terbuat dari pasangan dinding bata, diplester dan

dicat. Lantai bangunan merupakan pasangan ubin pc atau keramik,

(42)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 42

serta menggunakan pagar pasangan bata diplester dan dicat

Berdasarkan pengamatan bangunan sudah memenuhi standar

persyaratan bangunan dengan memperhatikan pencahayaan dan

pengahawaan serta tersedianya fasilitas mandi,cuci dan kakus.

Kondisi Permukiman di Tepeleo

Besarnya intensitas bangunan merupakan akumulasi serta asumsi yang didasarkan

pada hasil survey dan pengamatan di lokasi kegiatan. Dari pengamatan lapangan

(hasil survey) memperlihatkan bahwa :

A. Koefisien Dasar Bangunan

- BANEMO : ± 60% - PATANI : ± 60% - TEPELEO : ± 60%

B. Jarak Antar Bangunan

- BANEMO : ± 6M - PATANI : ± 6M - TEPELEO : ± 6M

C. Koefisien Lantai Bangunan

(43)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 43

6.2.2 Analisa Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan A. Analisa Kawasan Perkotaan Weda Selatan

Rencana struktur kawasan perencanaan membentuk pusat-pusat kegiatan di Kawasan

Perkotaan Weda Selatan, diarahkan di pusat pelayanan kegiatan dominan yang terjadi di

kawasan perencanaan. Rencana pusat kegiatan tersebut antara lain :

 Pusat pelayanan utama di Kawasan Perkotaan Weda Selatan berlokasi di Desa

Wairoro Indah yaitu di sekitar Kantor Kecamatan Weda Selatan. Kegiatan yang

mendukung terjadinya pusat ini adalah adanya perdagangan dan jasa, permukiman,

dan pendidikan khususnya Sekolah Menengah Umum. Pusat pelayanan utama ini

juga berfungsi sebagai pusat pelayanan BWK I Wairoro Indah.

 Pusat pelayanan di BWK II Sosowomo yang diarahkan di Desa Sosowomo. Pusat

Pelayanan BWK II Sosowomo ini merupakan pusat pelayanan baru yang

direncanakan, hal ini dikarenakan wilayah perencanaan bagian utara

kecenderungannya berkembang di pesisir pantai, khususnya di wilayah perencanaan

bagian utara kecenderungannya berkembang di pesisir pantai, khususnya di Desa

Loleo dan Desa Tilope. Dengan diarahkannnya pusat kegiatan di Sosowomo

diharapkan perkembangan permukiman beserta fasilitas lainnya tidak terpusat di

kawasan pantai serta kondisi lingkungan pantai tetap terjaga dari kerusakan.

1. Rencana Blok Kawasan

Rencana blok kawasan didasarkan atas perencanaan pembagian lahan dalam kawasan

menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas unit lingkungan dengan konfigurasi tertentu.

 Menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan

alam

 Setiap blok memiliki kesamaan fungsi dan karakteristik yang akan dibentuk

 Memiliki homogenitas pemanfaatan ruang dan kesamaan karakteristik serta

kemungkinan pengembangannya (unit lingkungan)

 Kebutuhan pemilahan dan strategi pengembangannya

 Secara fisik: mengikuti morfologi blok, pola/pattern dan ukuran blok, kemudahan

implementasi dan prioritas strategi

 Pertimbangan lingkungan: keseimbangan dengan daya dukung lingkungan dan

perwujudan sistem ekologi

 Tercipta peningkatan kualitas lingkungan kegiatan yang aman, nyaman, sehat dan

(44)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 44

Rencana pembagian blok peruntukan di Kawasan Perencanaan Weda Selatan berdasarkan

atas peran dan fungsi yang ditetapkan sebagai berikut:

a. BWK I (Wairoro Indah)

BWK I Wairoro Indah mempunyai luas wilayah sebesar 3.862,03 Ha, berpenduduk 4.212

jiwa, dan mempunyai kepadatan penduduk sebesar 1,09 jiwa/Ha. Di dalam Unit

Pengembangan Weda Selatan, BWK I Wairoro Indah merupakan pusat perwilayahan.

Adapun batas pelayanan dari BWK I Wairoro Indah terdapat pada:

Batas Utara : Desa Lembah Sari

Batas Timur : Laut

Batas Selatan : Kabupaten Halmahera Selatan

Batas Barat : Kota Tidore Kepulauan

Fungsi BWK I Wairoro Indah yaitu sebagai area permukiman, perdagangan dan jasa,

pendidikan, kesehatan serta fasilitas-fasilitas utama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Kecamatan Weda Selatan. BWK I Wairoro Indah dikembangkan menjadi empat unit

lingkungan, dengan fungsi lingkungannya antara lain:

 Unit Lingkungan (UL I.1) Lembah Asri, dengan pusat pelayanan di sekitar

perempatan jalan utama. Unit Lingkungan Lembah Asri mempunyai fungsi pelayanan

sebagai permukiman (penggunaan lahan didominasi perumahan), serta

perdagangan dan jasa, pendidikan skala pelayanan lingkungan.

 Unit Lingkungan (UL I.2) Wairoro Indah, dengan pusat pelayanan menyatu dengan

pusat pelayanan BWK I dengan tingkat pelayanan skala Distrik dan Skala

Kecamatan dan fungsi pelayanan sebagai permukiman, fasilitas pendidikan

(SD-SMP, SMA/SMK), dan perdagangan skala pelayanan kecamatan.

 Unit Lingkungan (UL I.3) Kluting Jaya, dengan pusat pelayanan di sekitar

perempatan jalan utama. Unit Lingkungan Kluting Jaya mempunyai fungsi pelayanan

sebagai permukiman (penggunaan lahan didominasi perumahan), serta

perdagangan dan jasa, pendidikan dengan skala pelayanan lingkungan dan skala

kecamatan.

 Unit Lingkungan (UL I.4) Sumber Sari, dengan pusat pelayanan di sekitar Kantor

Desa Sumber Sari. Unit Lingkungan Sumber Sari mempunyai fungsi pelayanan

sebagai permukiman (penggunaan lahan didominasi perumahan), serta

(45)

I

RPI2-JM

I

Kabupaten Halmahera Tengah

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 45

b. BWK II (Sosowomo)

BWK II Sosowomo mempunyai luas wilayah sebesar 4.274,38 Ha, berpenduduk 2.099 jiwa,

dan mempunyai kepadatan penduduk sebesar 0,49 jiwa/Ha. Di dalam Kawasan Perkotaan

Weda Selatan, BWK II Sosowomo ini mempunyai wilayah dan jumlah penduduk terkecil.

Adapun batas pelayanan dari BWK II Sosowomo terdapat pada:

Batas Utara : Kecamatan Weda

Batas Timur : Laut

Batas Selatan : Desa Lembah Asri

Batas Barat : Kota Tidore Kepulauan

BWK II Sosowomo yaitu sebagai area permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan,

kesehatan, pemerintahan dan fasilitas pelayanan lainnya skala Unit Distrik. BWK II

Sosowomo dikembangkan menjadi tiga unit lingkungan antara lain :

 Unit Lingkungan Sosowomo memiliki pusat pelayanan yaitu di sekitar pusat kantor

Desa Sosowomo. Fungsi pelayanan yaitu sebagai area permukiman, perdagangan,

kesehatan, pendidikan dan fasilitas umum skala pelayanan BWK II Sosowomo dan

skala Unit Lingkungan Sosowomo.

 Unit Lingkungan Tilope memiliki pusat pelayanan di sekitar Kantor Desa Tilope.

Sedangkan fungsi pelayanan sebagai area permukiman beserta fasilitas

pendukungnya.

 Unit Lingkungan Loleo memiliki pusat pelayanan di sekitar Kantor Desa Loleo.

Sedangkan fungsi pelayanan sebagai area permukiman beserta fasilitas

pendukungnya.

 Unit Lingkungan Air Salobar memiliki pusat pelayanan untuk mendukung kegiatan

masyarakat

2. Rencana Skala Pelayanan Kegiatan

Rencana skala pelayanan kegiatan fungsional meliputi semua sistem kegiatan primer,

sistem kegiatan sekunder, sampai pada kegiatan lokal dan lingkungan.

a. Kegiatan sentra primer, yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi berskala regional,

pusat kegiatan pemerintahan dan skala sarana wilayah (daerah)

 Kegiatan perdagangan dan jasa, terutama melayani perdagangan besar meliputi

grosir, pasar induk, supermall, pusat perdagangan barang eceran primer,

Gambar

Tabel. 6.1
Gambar 6.1 : Peta Permasalahan Permukiman Kab. Halmahera Tengah Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013
Tabel 6.2 Penggunaan Lahan Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah
Tabel 6.9 Backlog Perumahan Pada Tahun 2033
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitataif menurut Miles and Huberman sebagaimana yang dikutip Sugiyono adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.. yang mendukung

Abdullah dan Firiah. Pengaruh Akuntansi Konservatisme terhadap Relevansi Nilai Laporan Keuangan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi,

Secara garis besar, implementasi cloud computing pada Universitas Semarang berjalan dengan baik, infrastruktur cloud yang dibangun telah mampu menjalankan aplikasi

Tahap Perencanaan Siklus I; Kegiatan yang dilakukan dalam tahap siklus I: Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah : a. Menelaah kurikulum Bahasa

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis

Struktur gedung terletak di Kota Pariaman, fungsi gedung sebagai bangunan hotel dengan struktur beton bertulang 5 lantai, tinggi antar lantai 4 m, bentang balok arah melintang 3

Studi ini mempunyai tujuan mengetahui faktor internal dan eksternal pendirian LSPro Agroindustri, berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang

Tugas Akhir ini akan mengaplikasikan Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan Metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making (FMCDM) untuk menentukan pilihan minat Perguruan