• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 7.5 Jenis, Luas dan Perletakan Sarana

7.1.3. Kondisi Eksisting

i. Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan • Perpipaan

Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari 17 kecamatan, dimana dari seluruh kecamatan tersebut yang sudah terlayani oleh sistem penyediaan air minum PDAM baru 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Amurang, Kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang Barat, Kecamatan Tumpaan, Kecamatan Tareran, Kecamatan Motoling, Kecamatan Motoling Timur dan Kecamatan Sinonsayang (Desa Poigar). Adapun Kecamatan lainnya belum terlayani SPAM jaringan perpipaan PDAM, tetapi pada umumnya sudah memiliki SPAM jaringan perpipaan sendiri yang dikelola oleh masing-masing desa atau gabungan beberapa desa yang ada di

135

wilayah Kecamatan bersangkutan. Pada umumnya SPAM-SPAM ini menggunakan sumber air baku yang berasal dari mata air atau sungai kecil yang ada di wilayahnya masing-masing.

Adapun wilayah-wilayah yang telah memiliki SPAM jaringan perpipaan Non PDAM di masing-masing kecamatan diperlihatkan pada tabrel berikut.

Tabel 7.6 Letak SPAM Perpipaan dan Non PDAM Masing Masing Kecamatan

No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/

Pengaliran Keterangan

1 Amurang - 2. Kilometer Tiga 1. Ranoketang Tua Mata Air/Gravitasi Mata Air/Pompa

2 Amurang

Timur

1. Pinaling Mata Air/Gravitasi

2. Kota Menara Mata Air/Gravitasi

3. Maliku Mata Air/Gravitasi

4. Ritey Mata Air/Gravitasi

5. Malenos Baru Mata Air/Gravitasi

3 Amurang Barat

1. Pondos Sumur/Pompa Tidak berfungsi

2. Elusan Mata Air/Gravitasi

3. Tewasen Mata Air/Gravitasi

4. Wakan Mata Air/Gravitasi

4 Tumpaan

1. Popontolen Mata Air/Gravitasi

2. Lelema Mata Air/Gravitasi

3. Tangkuney Mata Air/Gravitasi

4. Munte Mata Air/Gravitasi

5 Tareran

1. Kaneyan Mata Air/Gravitasi

2. Koreng Mata Air/Gravitasi

3. Tumaluntung Mata Air/Gravitasi

4. Tumaluntung Satu Mata Air/Gravitasi

5. Pinamorongan Mata Air/Gravitasi

6 Motoling 1. Lalumpe 2. Raanan Lama 3. Motoling 4. Motoling Satu 5. Motoling Dua 6. Motoling Mawale Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi

Sebagian dilayani PDAM Sebagian dilayani PDAM Sebagian dilayani PDAM Sebagian dilayani PDAM 7 Motoling Timur

1. Wanga Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM

2. Wanga Amongena Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM

3. Tokin Mata Air/Gravitasi

4. Karimbow Mata Air/Gravitasi

8 Motoling Barat

1. Toyopon Mata Air/Gravitasi

2. Keroit Mata Air/Gravitasi

3. Raanan Baru Mata Air/Gravitasi

4. Raanan Baru Satu Mata Air/Gravitasi 5. Raanan Baru Dua Mata Air/Gravitasi

6. Tondei Mata Air/Gravitasi

7. Tondei Satu Mata Air/Gravitasi

8. Tondei Dua Mata Air/Gravitasi

9 Ranoyapo

1. Poopo Mata Air/Gravitasi

2. Poopo Barat Mata Air/Gravitasi

3. Poopo Utara Mata Air/Gravitasi

4. Pontak Mata Air/Gravitasi

5. Mopolo Mata Air/Gravitasi

6. Mopolo Esa Mata Air/Gravitasi

7. Powalutan Mata Air/Gravitasi

8. Beringin Mata Air/Gravitasi

10 Tompaso Baru

1. Tompaso Baru Satu 2. Tompaso Baru Dua 3. Raraatean 4. Sion Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi Ex PDAM/Tidak berfungsi

136

No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/

Pengaliran Keterangan

5. Torout Mata Air/Gravitasi

11 Maesaan

1. Tambelang Mata Air/Gravitasi

2. Kinamang Mata Air/Gravitasi

3. Kinamang Satu Mata Air/Gravitasi

4. Bojonegoro Mata Air/Gravitasi

5. Tumani Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

6. Tumani Utara Mata Air/Gravitasi

7. Tumani Selatan Mata Air/Gravitasi

8. Lowian Mata Air/Gravitasi

9. Temboan Mata Air/Gravitasi

10. Liningaan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

12 Modoinding

1. Kakenturan Mata Air/Gravitasi

2. Linelean Mata Air/Gravitasi

3. Sinisir Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

4. Pinasungkulan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

5. Makaaruyen Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

6. Palelon Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

7. Wulurmaatus Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

8. Mokobang Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

13 Kumalambuay 1. Malola 2. Malola Satu 3. Kumalambuay 4. Kumalambuay Atas 5. Kumalambuay Satu 6. Kumalambuay Dua Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi 14 Suluun Tareran

1. Kapoya Mata Air/Gravitasi

2. Kapoya Satu Mata Air/Gravitasi

3. Pinapangkow Mata Air/Gravitasi

4. Suluun Satu Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

5. Suluun Dua Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

6. Suluun Tiga Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

7. Suluun Empat Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

8. Talaitad Sumur/Pompa

15 Tenga

1. Boyong Atas Mata Air/Gravitasi

2. Pakuure Mata Air/Gravitasi

3. Pakuure Satu Mata Air/Gravitasi

4. Pakuure Dua Mata Air/Gravitasi

5. Pakuure Tiga Mata Air/Gravitasi

6. Pakuure Kinamang Mata Air/Gravitasi 7. Pakuure Tinanian Mata Air/Gravitasi

8. Pakuweru Mata Air/Gravitasi

9. Pakuweru Utara Mata Air/Gravitasi

10. Tenga Mata Air/Gravitasi

11. Radey Mata Air/Gravitasi

12. Molinow Mata Air/Gravitasi

16 Sinonsayang 1. Durian 2. Tanamon 3. Tanamon Utara 4. Aergale 5. Ongkaw Satu 6. Ongkaw Dua 7. Ongkaw Tiga 8. Tiniawangko 9. Boyong Pante 10. Boyong Pante Dua 11. Blongko Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi 17 Tatapaan

1. Sulu Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi

2. Paslaten Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi

3. Wawona Mata Air/Gravitasi

4. Sondaken Mata Air/Gravitasi

137

• Non Perpipaan

Selain sistem jaringan perpipaan baik PDAM maupun Non PDAM, pemenuhan kebutuhan air minum di Kabupaten Minahasa Selatan dilayani pula oleh sistem bukan jaringan perpipaan. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air minum melalui sistem bukan jaringan perpipaan dilakukan dengan cara mamanfaatkan air tanah dangkal (sumur gali/bor), air sungai atau mata air.

ii. Luas cakupan pelayanan per kecamatan

Saat ini PDAM Kabupaten Minahasa Selatan melayani 5,270 sambungan di seluruh wilayah pelayanannya. Dari total jumlah sambungan rumah tersebut tercatat terdapat 2.756 unit sambungan aktif, 2.194 unit sambungan ATT (aktif tidak terlayani), 147 unit sambungan segel, dan 168 unit sambungan cabut.

Total persentase pelayanan untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebesar 19% dengan total jiwa yang terlayani sebanyak 11.024 jiwa dari total jumlah penduduk wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 58.006 jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 197.755 jiwa, maka persentase pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebesar 5,57%.

Tabel 7.7 Prosentase Pelayan PDAMKabupaten Minahasa Selatan Per Wilayah Pelayanan

No. Unit SPAM

Jumlah Sambungan Aktif (Unit) Jum. Pddk Terlayani (Jiwa) Jum. Pddk Wilayah Pel (Jiwa) % Pddk Terlayani I. SPAM IKK 1. Amurang 311 1.244 14.720 8,45 2. Amurang Barat 225 900 10.319 8,72 3. Amurang Timur 371 1.484 8.303 17,87 4. Tumpaan 305 1.220 3.463 35,23 5. Tareran 570 2.280 6.097 37,39

6. Motoling & Motoling Timur 662 2.648 11.869 22,31

FOTO PEMANFAATAN SUMUR DANGKAL UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM

FOTO KEGIATAN MANDI/CUCI DI LOKASI MATA AIR

138

No. Unit SPAM

Jumlah Sambungan Aktif (Unit) Jum. Pddk Terlayani (Jiwa) Jum. Pddk Wilayah Pel (Jiwa) % Pddk Terlayani

II. SPAM PERDESAAN

1. Wuwuk 279 1.116 1.775 62,87

2. Poigar 33 132 1.460 9,04

Total 2.756 11.024 58.006 19,00

Berdasarkan Laporan Operasional PDAM Kabupaten Minahasa Selatan bulan Desember 2012, diketahui bahwa :

- Volume air produksi : 79.134 m3/bulan = 2.552,71 m3/hari - Volume air kuras : 158 m3/bulan = 5,10 m3/hari - Volume air distribusi : 78.976 m3/bulan = 2.547,61 m3/hari - Volume air terjual : 36.551 m3/bulan = 1.179,06 m3/hari - Volume kebocoran : 42.425 m3/bulan = 1.368,55 m3/hari

= 53,72%

Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat diketahui besarnya tingkat konsumsi air rata-rata untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan yaitu sebesar 106,95 liter/orang/hari.

Data-data tersebut diatas perlu diuji kembali akurasinya, karena tidak terdapat alat ukur debit pada unit-unit produksi yang ada, sehingga angka-angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil perkiraan.

Ditinjau berdasarkan sistem pengalirannya, pelayanan PDAM dibedakan antara sistem pemompaan dan sistem gravitasi. Sistem gravitasi dapat beroperasi selama 24 jam, namun wilayah pelayanan yang menggunakan pemompaan baru terlayani rata-rata selama 6 – 13 jam/hari.

iii. Lokasi dan kapasitas air baku Air Permukaan

Air permukaan yang terdapat di daerah ini berupa air sungai yang mengalir sepanjang tahun (permanent stream) dan sungai tadah hujan (intermittent stream). Adapun sungai – sungai utama yang mengalir sepanjang tahun yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebagai berikut :

1. Sungai Ranoyapo 12 Sungai Malulu 2. Sungai Moyondok 13 Sungai Pentu 3. Sungai Sukuyon 14 Sungai Ranowea 4. Sungai Nimanga 15 Sungai Sendowan

139

5. Sungai Poigar 16 Sungai Sosogian 6. Sungai Kaluntai 17 Sungai Ranotuana 7. Sungai Molinau 18 Sungai Tuunan 8. Sungai Mayaan 19 Kali Rora

9 Sungai Tongop 20 Sungai Tumicakal 10 Sungai Sidate 21 Kali Koladon 11 Sungai Popontelan 22 Sungai Rurumen

Tabel 7.8 Sungai Utama Di Kab. Minahasa Selatan Dan Daerah Yang Dilaluinya

No. Sungai Panjang

(km) Bermuara ke Daerah yang dilalui

1 Ranoyapo 64 Laut Kec. Tompaso Baru : Ds. Tompaso B. I, Ds.

Tompaso B. II; Kec. Ranoyopo : Ds. Pontak; Kec. Motoling : Ds. Motoling; Kec. Amurang Barat : Ds. Kawangkoan Bawah.

2 Moyondok 11 S. Ranoyapo Kec. Ranoyopo : Ds. Mopolo, Ds. Pontak;

Kec. Tompaso Baru : Ds. Torout.

3 Sukuyon 28 S. Ranoyapo Kec. Ranoyopo : Ds. Pontak

4 Nimanga 35 Laut Kec. Tumpaan : Ds. Tangkunmey, Ds.

Lelema

5 Poigar 27 Laut Kec. Sinosayang : Ds. Durian, Ds. Poigar,

Ds. Tanamon.

6 Kaluntai 10 Laut Kec. Sinosayang : Ds. Ongkaw, Ds.

Tiniawangko, Kec. Motoling Barat : Ds. Tondey

7 Molinow 14 Laut Kec. Amurang Barat : Ds. Kapitu

8 Mayaan 11 Laut Kec. Amurang Barat : Ds. Kapitu

9 Tongop 12 Laut Kec. Tenga : Ds. Tawaang

10 Sidate 13 Laut Kec. Tenga : Ds. Tawaang

11 Popontolen 14 S. Nimanga Kec. Amurang : Ds. Lewet, Ds. Uwuran, Ds.

Ranoiapo.

12 Malulu 16 Laut Kec. Amurang Timur : Ds. Pinaling,

Buyanonk

13 Pentu 21 Laut Kec. Amurang Timur : Ds. LopanaK, Ds.

Pinaling

14 Ranowea 11 Laut Kec. Amurang Timur : Ds. Ritey, Ds.

Malenos Baru

15 Sendowan 18 Laut Kec, Amurang Barat : Ds. Kapitu

16 Sosogian 12 Laut Kec. Tumpaan : Ds. Tumpaan.

17 Ranotuana 20 Laut Kec. Tumpaan, Ds. Pinamorongan, Ds.

Matani

18 Tuunan - - Kec. Tareran, Ds. Lansot

19 Kali Rora - - Kec. Tatapaan, Ds. Paslaten

20 Tumicakal 3 S. Ranoyapo Kec. Ranoyapo, Ds. PontakK, Ds.

Kumelembuay

21 Kali Koladon - - Kec. Modoinding, Ds. Kakenturan

22 Rurumen - - Kec. Tareran, Ds. Wuwuk

Di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan terdapat juga danau yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku, yaitu : Danau Moat dengn luas 2 Ha,di Kecamatan Modoinding, danau Mokobang luas 3 ha di Kecamatan Modoinding, dan Danau Iloloy di Kecamatan Modoinding dengan luas 1 ha.

140 Air Tanah

➢ Mata Air

Dengan kondisi alam Kabupaten Minahasa Selatan yang didominasi oleh pegunungan dan perbukitan dan sedikit dataran pantai, yang juga dibentuk oleh batuan gunung api muda dengan vegetasi cukup lebat, maka potensi sumber mata air cukup besar apalagi ditambah dengan curah hujan yang relatif besar.

Mata air diwilayah ini banyak ditemukan tersebar hampir disemua lereng, dengan debit bervariasi, juga fluktuasi debitnya cukup besar (fluktuasi musiman). Mata air umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan relatif bebas pencemaran.

Mata air adalah air tanah yang muncul kepermukaan tanah secara alami, atau tempat dimana air tanah keluar ke permukaan secara alamiah. Sedangkan air tanah pada umumnya mengalami pengisian kembali oleh air hujan pada daerah resapan. Karena air hujan tidak konstan setiap tahun, maka jumlah air yang keluar dari mata airpun umumnya berfluktuasi. Pemunculan mata air secara alami tersebut dapat diakibatkan karena pemancungan topografi ataupun akibat adanya rekahan/atau patahan.

Model Pemunculan Mata Air Akibat Pemancungan Topografi dan Akibat Adanya Struktur Patahan

Gambar 6.1. Siklus Hidrologi Di Alam

141

Mata air diwilayah Kabupaten Minahasa Selatan banyak ditemukan tersebar hampir disemua lereng, dengan debit bervariasi, juga berfluktuasi seiring musiman. Mata air umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan relaitf bebas pencemaran. Jenis mata air dapat dibedakan berdasarkan akibat gejala geologi, yaitu ada mata air akibat pemcungan topografi dan mata air akibat terjadinya patahan.

Dapat dibedakan dua jenis mata air, yaitu mata air gravitasi dan mata air artesis. Mata air gravitasi dapat dibedakan menjadi 3 tipe mata air yaitu :

- Mata air defresi, terdapat bila permukaan tanah menurun dan memotong muka air tanah dalam batuan yang lulus air. Fluktuasi umumnya besar dan kebanyakan kurang baik sebagai sumber air baku, kecuali bila Akuifernya bersifat regional atau mempunyai penyebaran luas.

- Mata air kontak gravitasi, terjadi bila pergerakan turun darai air tanah terhalang oleh lapisan kedap air. Umumnya untuk memperlihatkan fluktuasi kecil dan dan merupakan sumber air baku yang baik.

- Mata air rekahan/ rongga, terjadi bila air muncul dari dalam tanah dari suatu rekahan atau pepotongan rekahan, juga suatu rongga didalam batuan yang umumnya kekar. Tipe mata air ini umumnya merupakan sumber air baku yang baik dan mudah dilindungi. Mata air karst merupakan salah satu jenis mata air rekahan/ rongga.

Mata air artesis muncul bila air yang tersekat antara dua lapisan kedap air, dan oleh karenanya besifat tertekan, terus muncul kepermukaan. Berdasarkan pemunculannya mata air jenis ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :

- Mata air artesis rekahan, dimana air tertekan mencapai permukaan tanah melalui suatu rekahan. Umumnya merupakan sumber air baku yang baik.

- Mata air aliran artesis, airtanah tertekan muncul pada perpotongan topografi. Sumber air baku yang baik umumnya terdapat pada lereng perbukitan.

Survey mata air yang dilakukan pada Awal Bulan September, di Kabupaten Minahasa Selatan termasuk bulan kering (pancaroba).

Mata air yang ditemukan (teridentifikasi) di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan umumnya berupa jenis mata air gravitasi dan artesis, yang keluar dari batupasir produk Gunungapi muda, dimana mata air potensial yang ada yang telah disurvey adalah :

142

1) Mata Air Amio 1 dan Mata air Animo 2 di Desa Malola Kecamatan Kumelembuay, dengan debit total sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 29,4 lit/det.

2) Mata Air Terung di Desa Malola Kecamatan Kumelembuay, dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 11,92 lit/det.

3) Mata Air Makebo di Desa Motoling Kecamatan Motoling, dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 98,92 lit/det.

4) Mata air Lolom Bulan di Desa Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 82,36 lit/det.

5) Mata Air Usel di Desa Suluun Kecamatan Tareran dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 12,23 lit/det.

6) Mata Air Rasen di Desa Kumelembuay Dua Kecamatan Kumelembuay dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 21,43 lit/det.

7) Mata Air Konaron di Desa Tambelang Kecamatan Maesaan dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 118,84 lit/det.

8) Mata Air Lopana di Desa Pakuweru Kecamatan Tenga, dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 26,6 lit/det.

9) Mata air Kembes Dalam-1 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 12,6 lit/det. 10) Mata air Kembes Dalam-2 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan

debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 29,11 lit/det. 11) Mata Air Sinonsayang di Desa Tanamon Kecamatan Sinonsayang, dengan

debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 15,26 lit/det.

➢ Air Tanah Bebas

Air tanah terdapat di daerah endapan aluvium dan endapan danau dengan kedalaman muka air tanah bebas berkisar antara 0,5 - 3 m di bawah muka tanah setempat. Pada tanah pelapukan tufa kedalaman muka air tanah bebas berkisar antara 2 – 5 m di bawah permukaan tanah setempat, sedangkan pada endapan volkanik yang dibentuk oleh batupasir lapilian dan pasir lepas pada kedalaman muka air tanah bebas bervariasi antara 5 – 10 m di bawah muka tanah setempat.

143 iv. Kinerja PDAM

v. Permasalahan/Tantangan Pengembangan SPAM

Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Minahasa Selatan diuraikan per unit SPAM sebagai berikut:

Tabel 7.9 Permasalahan PDAM Per Unit Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

SPAM IKK Amurang

I.1. Unit Air Baku • Air baku diindikasikan sudah tercemar oleh mercury akibat penambangan emas di bagian hulu sungai Ranoyapo

• Menertibkan kegiatan

penambangan emas atau mencari sumber air baku lain sebagai pengganti

• Pompa air baku hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam

• Menambah 1 unit pompa air baku agar sistem bisa beroperasi selama 24 jam

I.2. Unit Pengolahan • Pemeliharaan terhadap bangunan IPA masih kurang sehingga kebersihannya kurang terjaga

• Pemeliharaan terhadap bangunan IPA perlu ditingkatkan lagi • Unit pengolahan air tidak

dilengkapi laboratorium • Melengkapi unit pengolahan dengan laboratorium untuk penentuan dosis optimum bahan kimia

I.3. Unit Distribusi • Pompa distribusi hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam

• Menambah minimal 1 unit pompa distribusi agar dapat beroperasi secara bergantian selam 24 jam • Tidak terdapat water meter

induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

I.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih sangat rendah yaitu rata-rata hanya ± 6 jam/hari

• Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari

• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 8,45%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru melalui meningkatkan jam pelayanan • Tingkat kebocoran relatif tinggi,

yaitu sebesar 35,94% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

II. SPAM IKK Amurang Timur

1.1. Unit Air Baku • Terdapat kebocoran pada bangunan Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)

• Memperbaiki kebocoran dan menagkap air yang terbuang di lokasi Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)

1.2. Unit Pengolahan • Kapasitas produksi IPA Pinaling

144

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

IPA terpasang pelanggan atau membantu

pelayanan IKK Amurang • Pompa dossing alum dalam

kondisi rusak sehingga pembubuhan alum dilakukan secara manual dan darurat

• Perbaikan pompa dossing alum agar dosis pembubuhan alum dapat terukur sehingga diperoleh kualitas air yang optimal

• Fasilitas laboratorium belum

dimanfaatkan • Memanfaatkan fasilitas laboratorium agar proses pengolahan berjalan secara optimal

2.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

1.3. Unit Pelayanan • Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 17,87%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru untuk memanfaatkan idle capacity. • Tingkat kebocoran sangat

tinggi, yaitu sebesar 69,01% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

III. SPAM IKK Amurang Barat

3.1. Unit Air Baku • Sering terjadi akumulasi

endapan lumpur pada bangunan intake, terutama pada waktu musim hujan sehingga harus sering dilakukan pengurasan lumpur

• Melakukan rehabilitasi konstruksi bendungan pada bangunan intake agar lumpur tidak terakumulasi di dalam bangunan intake

• Proses pengurasan lumpur relatif sulit karena harus dilakukan secara manual karena tidak terdapat fasilitas untuk pengurasan lumpur

• Membuat fasilitas pengurasan lumpur berupa pintu air atau pipa penguras untuk memudahkan proses pengurasan lumpur 3.2. Unit Pengolahan • Konstruksi IPA rusak berat di

beberapa bagian sehingga air yang masuk IPA tidak melalui proses pengolahan

• Memperbaiki kerusakan IPA jika masih bisa dilakukan perbaikan, atau jika tidak bisa harus diganti dengan IPA baru

• Bangunan penunjang IPA tidak terpelihara sehingga fasilitas perlengkapan IPA banyak yang rusak bahkan sebagian sudah hilang

• Dilakukan pemeliharaan dan pengamanan terhadap aset yang ada di dalam bangunan penunjang IPA

3.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

145

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

tingkat kehilangan air • Pada saat air keruh sebagian

pelanggan menginginkan untuk tetap dilayani, hal ini dapat mengakibatkan akumulasi pengendapan lumpur di jaringan pipa distribusi

• Dibuat fasilitas pengurasan lumpur di beberapa lokasi jaringan pipa distribusi yang diindikasikan sebagai tempat terjadinya akumulasi pengendapan lumpur • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk

Dokumen terkait