• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

106

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

CIPTA KARYA

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1. Kondisi Eksisting

i. Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh

Untuk wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Selatan, kawasan perkotaan yang ditangani dalam RKP Kumuh Perkotaan ini adalah kawasan di dalam wilayah administrasi kabupaten yang didefinisikan sebagai kawasan perkotaan oleh RTRW Kabupaten Minahasa Selatan, dimana sesuai dengan arahan dalam RTRW disebutkan sebagai kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam proses delineasi ini, yaitu:

• pendekatan prioritas;

pendekatan ini adalah menggunakan prinsip seleksi/prioritas dalam pembangunan wilayah. Analisa ini prinsipnya adalah untuk menghasilkan rekomendasi atas kawasan yang terseleksi memiliki kemungkinan akan berkembang/tumbuh sebagai wilayah permukiman perkotaan dalam rentang 20 tahun (sesuai waktu yang menjadiar ahan RKP Kumuh Perkotaan). Wilayah perkotaan yang memiliki wilayah permukiman perkotaan sebagaimana rekomendasi tersebut, inilah yang menjadi wilayah perencanaan RKP Kumuh Perkotaan kabupaten;

• pendekatan pemerataan;

pendekatan ini secara otomatis memberikan konsekuensi bahwa wilayah perencanaan RKP Kumuh Perkotaan adalah semua wilayah perkotaan termasuk kawasan yang "remote" atau jauh dari ibukota Kabupaten, sebagaimana amanat RTRW Kabupaten.

Kawasan Kumuh Perkotaan Berdasarkan SK Bupati

Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 217 Tahun 2015 tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh, maka terdapat 23 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 9 wilayah kecamatan, dengan luas keseluruhan kawasan permukiman kumuh tersebut adalah ± 32,58 Ha.

Berdasarkan arahan dalam pelaksanaan RKP-KP Tahun 2015, maka lokasi penanganan permukiman kumuh perkotaan akan mengacu pada kawasan kumuh yang berada di kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan. Jadi, dengan memperhatikan SK Bupati tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Minahasa Selatan maka luasan kawasan permukiman kumuh yang jadi kawasan studi (kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan) di Tahun 2015 adalah ± 9,94 Ha.

(2)

107

Dengan luasan yang hanya 9,94 Ha tersebut, maka sesuai arahan dan masukan pada saat tahapan sosialisasi pekerjaan ini dimana minimal dalam suatu kawasan perkotaan sekurang-kurangnya memiliki luas ± 15,0 Ha, maka luasan yang ada tersebut sangatlah tidak mencukupi, sehingga berdasarkan diskusi dengan Pokjanis, maka delineasi kawasan kumuh perkotaan tersebut ditinjau kembali dengan hasil sebagai berikut:

• mengkaji kembali luasan kawasan permukiman kumuh yang ada di kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan karena masih banyak kawasan kumuh yang belum terdelineasi dalam SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Minahasa Selatan, bahkan ada beberapa kawasan yang secara fisik lebih parah kondisinya tidak termasuk dalam SK Bupati tersebut;

• menambahkan kawasan kumuh dengan memperhatikan aspek pendekatan pemerataan, terutama lokasi kawasan kumuh yang ada di wilayah-wilayah kecamatan lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan berdasarkan SK Kumuh.

(3)

108

Tabel 7.1 Lampiran SK Bupati Kabupaten Minahasa Selatan Tentang Penatapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh

(4)
(5)

110 ii. Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan

a. Gambaran Umum Kawasan Kumuh Uwuran Satu

Kawasan permukiman Kumuh Uwuran Satu berada di wilayah Kecamatan Amurang dengan tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai Ranowangko). Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari aktivitas sungai dan pantai yang dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Uwuran Satu adalah: Lintang : 1º11¹10,8096º LU

Bujur : 124º34¹25,8708º BT

(6)
(7)

112 b. Gambaran Umum Kawasan Kumuh Kapitu (Kec. Amurang Barat)

Kawasan permukiman Kumuh Kapitu berada di wilayah Kecamatan Amurang Barat dengan tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai Kapitu). Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari aktivitas sungai dan pantai yang dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

(8)

113

Kawasan permukiman kumuh Kapitu yang berada di tepi sungai Kapitu dan kawasan pesisir pantai yang cukup indah untuk dikembangkan sebagai aset wisata pantai.

Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Kapitu adalah: Lintang : 1º11¹17,6532º LU

(9)

114 Peta Lokasi Penanganan Permukiman Kumuh Kapitu

(10)
(11)
(12)

117 c. Gambaran Umum Kawasan Kumuh Ranoiapo Kecamatan Amurang

Kawasan permukiman Kumuh Ranoiapo berada di wilayah Kecamatan Amurang dengan tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai

Ranoiapo). Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari aktivitas sungai dan pantai yang dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Kawasan permukiman kumuh Ranoiapo yang berada di tepi sungai Ranoiapo (sungai terbesar di Kab Minahasa Selatan) dan kawasan pesisir pantai yang cukup indah untuk dikembangkan sebagai asep wisata pantai (berada di Teluk Amurang).

Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Ranoiapo adalah: Lintang : 1º11¹3,4692º LU

(13)

118 Peta Lokasi Penanganan Permukiman Kumuh Ranoiapo

(14)

119 iii. Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman

• Potensi Pengembangan Kawasan Permukiman

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) mengamanatkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat melalui penyediaan akses air minum sebesar 100%, terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh, serta pemenuhan sanitasi layak, pada tahun 2020. Selain itu, pengembangan permukiman tidak sekedar sebagai pendukung sarana kebutuhan kehidupan, tetapi merupakan proses bermukim manusia dalam

(15)

120

menciptakan ruang kehidupan untuk memasyarakatkan dirinya, menampakkan jati diri, memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan karena memiliki multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi dan wilayah, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta penciptaan lapangan kerja. Peran dan partisipasi aktif dari Pemerintah Daerah dalam hal pendataan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembanguan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, masih bisa dioptimalkan. Sebagai contoh, dukungan Pemerintah Daerah dalam pembangunan khususnya sarana dan prasarana dasar terkait pembebasan tanah sangat besar, sehingga berpotensi untuk diberdayakan dan ditingkatkan dalam kerangka sinergi pusat daerah. Namun demikian, terdapat beberapa tantangan dan permasalahan, seperti 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya berasal TPA Open Dumping yang menghasilkan gas metana (CH4). Bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap konstruksi dan operasi. Berikut tantangan-tantangan yang perlu diperhatikan :

1. hasil identifikasi kawasan kumuh pada tahun 2014 mencapai 38.431 Ha di 4.108 Kawasan;

2. perlunya peningkatan peran daerah dalam pengentasan kawasan kumuh, saat ini sekitar 53 persen belum memiliki Perda bangunan gedung; dan

3. peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah tidak layak huni belum seluruhnya didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas umum yang memadai, sehingga memicu meluasnya permukiman kumuh.

(16)

121 7.1.2. Sasaran Program

(17)
(18)
(19)

124 Tabel 7.3 Penanganan Permukiman Kumuh Kapitu

(20)
(21)
(22)

127 Tabel 7.4 Penanganan Permukiman Kumuh Ranoiapo

(23)
(24)
(25)

130 7.2 Sektor Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

• Kondisi Eksisting

Ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai permukiman nelayan produktif, 60% penduduk kawasan bermata pencaharian sebagai nelayan, ditetapkan sebagai kawasan yang aman untuk dibangun permukiman, memperhatikan persyaratan-persyaratan konservasi kawasan pesisir yang dilindungi.

a. Luas komponen kawasan yang diperbolehkan :

Luas daerah terbangun maksimal : 60%, luas daerah untuk prasarana lingkungan maksimal : 22,5 %, luas daerah untuk sarana lingkungan minimal : 17,5%

b. Perhitungan Kapasitas Kawasan

i. Ukuran luas TOD Neighborhood adalah 48 Ha dengan kepadatan minimal rata-rata 10-15 unit/ 0,4 Ha

ii. 1 Rukun Tetangga (RT) terdiri dari 150-250 jiwa

iii. 1 Rukun Warga (RW) terdiri dari 8-10 RT = 1.200 – 2.500 jiwa iv. 1 Kelurahan terdiri dari 10-12 RW = 12.000-30.000 jiwa

c. Peruntukan lahan meliputi penetapan jenis, jumlah, besaran dan luasan komponen-komponen kawasan

d. Luas peruntukan lahan dengan sifat topografi yang khusus mempertimbangkan kemiringan lahan, daya dukung tanah, daya resap air, fungsi yang akan dibangun di atasnya, jenis, luas dan perletakan sarana umum dan sarana sosial kondisi topografis daratan sbb :

Tabel 7.5 Jenis, Luas dan Perletakan Sarana

No Komponen Kawasan

Luas Kawasan Perencanaan

5 Ha 30 Ha 60 Ha 1. Lahan terbangun Maks. 60%xLuas Kawasan 30.000 m2 180.000 m2 360.000 m2 2. Jumlah Blok Lahan Terbangun/4000m 2 Asumsi kepadatan min 10-15unit/0,4 Ha

7,5 Blok 45 Blok 90 Blok

3 Jumlah Unit Hunian Asumsi 10-15 U/Ha Min 75-112 unit

Min 450-675 unit Min 900-1350 unit

4 Jumlah Jiwa Asumsi 1 unit dihuni oleh 5 jiwa

Min 375- 560 jiwa Min 2250-3375 jiwa Min 4500-6750 jiwa 5 Luas lahan untuk

prasarana Asumsi 22,5% x

(26)

131

No Komponen Kawasan

Luas Kawasan Perencanaan

5 Ha 30 Ha 60 Ha

Luas Kawasan 6 Luas lahan untuk

sarana Asumsi 17,5% x Luas Kaw 8750 m2 52.500 m2 105.000 m2 7 Sekolah TK : penduduk 1250 jiwa Menggunakan sarana umum di lingkungannya Min 2 gedung Luas min 500m2 Jarak jangkau: 500 m Min 4 gedung Luas min 500m2 Jarak jangkau: 500 m 8 SD Penduduk 1.600 jiwa Min 1 gedung Luas min 2000 m2 Jarak jangkau : 1000m Min 3 gedung Luas min 2000 m2 Jarak jangkau : 1000m 9 SMP Penduduk 4.800 jiwa - Min 1 gedung Luas min 9000 m2 Jarak jangkau 1000m 10 SMA Penduduk 4.800 jiwa - Min 1 gedung Luas min 12.500m2 Jarak jangkau : 3000m 11 Taman Bacaan Penduduk 2.500 jiwa Min 1 gedung Luas min 150m2 Jarak jangkau 1000m Min 2 gedung Luas min 150m2 Jarak jangkau 1000m 12 Puskesmas Penduduk 2.000 jiwa Min 1 gedung Luas min 300m2 Jarak jangkau 1000m Min 3 gedung Luas min 300m2 Jarak jangkau 1000m 13 Tempat Praktek Dokter Penduduk 5000 jiwa Min 1 gedung Disesuaikan 14 Apotik Disesuaikan Kebutuhan Disesuaikan Kebutuhan 15 Posyandu Penduduk 1.250 Min 2 bangunan Luas min 60 m2 Jarak jangkau 500m Min 3 bangunan Luas min 60 m2 Jarak jangkau 500m 16 Taman/Tempat bermain Penduduk 250 jiwa Min 9 taman Luas min 250 m2 Jarak jangkau 100m Min 18 taman Luas min 250 m2 Jarak jangkau 100m

• Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Kawasan Rawan Bencana Tsunami Kawasan tepian pantai yang mempunyai resiko tinggi terkena dampak gelombang tsunami. Dengan karakter kawasan:

i. Berhadapan langsung dengan zona tumbukan lempeng bumi yang memiliki potensi gempa bawah laut dengan ciri-ciri:

(27)

132

b. kekuatan magnitude > 6,3 SR, c. bentuk patahan naik – turun.

ii. Topografi kawasan merupakan pantai landai dan dangkal. iii. Ketinggian elevasi kawasan kurang dari 6 m dpl.

a. Lampiran Sejarah Peta Rawan Bencana (ESDM & BMG),

b. Lampiran Pengembangan Penelitian tentang Peta Rawan Bencana (Bakosurtanal & PSBA UGM),

Zona Elevasi Rawan Bencana

• Isu Strategis Pengembangan Kawasan

Sebagai wilayah yang terletak di lintasan jalur trans Sulawesi, wilayah ini menjadi sangat strategis ditinjau dari pengembangan wilayah. Kabupaten Minahasa Selatan dengan kota Amurang-nya menjadi pusat pelayanan wilayah untuk hinterlandnya. Disamping itu letaknya di pesisir pantai, Teluk Amurang yang juga menjadi kota pelabuhan tua memegang peranan penting dalam pengembangan kota kedepan. Fasilitas pelabuhan yang dikembangkan seperti pelabuhan perikanan, pelabuhan umum dan pelabuhan industri baik yang dikelola oleh Pemerintah maupun swasta akan mewarnai dan mengakselerasi pertumbuhan kota di kemudian hari. Letaknya di bibir pantai akan menjadi pertimbangan serius dalam memperhatikan aspek mitigasi bencana berupa bencana tsunami maupun abrasi pantai yang semakin membesar. Kenaikan muka air laut perlu menjadi perhatian serius mengingat bahaya Rob, naiknya air laut sampai ke daratan yang mengakibat banjir air laut; sehingga dalam perencanaan kawasan aspek ini merupakan issue-isue strategis yang perlu mendapat perhatian serius maupun peranan yang sangat penting wilayah ini dalam perkembangan wilayah Sulawesi Utara secara keseluruhan.

Laut 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Zona Bahaya (0 – 6 m) Zona Aman Sementara (6 –10 m) Zona Aman (10 – 15 m)

(28)

133

Karakteristik potensi alam maupun morfologi wilayah yang demikian telah mewarnai terjadinya pemanfaatan ruang dan tata guna lahan yang didominasi oleh fungsi campuran baik fungsi industri, perkantoran dan permukiman. Pola pertumbuhan yang demikian telah melahirkan juga kawasan yang tumbuh cepat terutama pada koridor utama. Pertimbangan-pertimbangan tersebut mendasari Pemerintah Daerah terutama instansi yang terkait: BAPPEDA dan Dinas PU, untuk memperhatikan kawasan Tumbuh Cepat Koridor Kapitu-Teep yang terletak dalam Kecamatan Amurang Barat untuk ditetapkan sebagai kawasan perencanaan.

• Potensi Pengembangan

Kedua desa yang menjadi kawasan perencanaan RTBL semula merupakan daerah hutan dan perkebunan rakyat serta permukiman tradisional nelayan, namun sejak pemekaran Kabupaten Minahasa Selatan dari Kabupaten Minahasa Induk pada tahun 2003 maka kawasan ini cenderung berkembang secara pesat. Berdasarkan arahan Tata Guna Lahan dalam RTRW Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2006-2016, Desa Kapitu dan Desa Teep diarahkan untuk pengembangan Kawasan Industri dengan tetap mempertahankan permukiman tradisional nelayan yang ada. Namun dalam perkembangannya, tidak hanya bangunan industri yang dibangun namun juga sejumlah sarana perkantoran pemerintah dan tempat usaha milik masyarakat.

Desa Kapitu dan Teep berada di koridor jalan arteri primer yang berjarak sekitar 5-7 Km dari Pusat Kota Amurang yang merupakan Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan. Dalam perspektif regional hal ini menjadikan kawasan perencanaan berada pada posisi “strategis”, karena berada pada jalur lintas darat Trans Sulawesi yang menghubungkan jalur jalan seluruh propinsi di Pulau Sulawesi. Dengan demikian kawasan ini menjadi daerah perlintasan (transit). Posisi demikian menguntungkan karena secara geografis akan menjadi jalur transit perdagangan dan jasa di Propinsi Sulawesi Utara, bahkan secara regional, nasional serta internasional. Predikat sebagai jalur transit itu ditopang oleh adanya rencana pengembangan Pelabuhan Amurang di daerah Mobongo (Kelurahan Kawangkoan Bawah) yang letaknya berbatasan dengan kawasan studi RTBL, yang mampu menampung jenis kapal laut dalam ukuran besar serta pelabuhan bongkar muat peti kemas. Untuk itu, secara bertahap Pelabuhan Amurang perlu segera diperluas kapasitasnya, dengan pembangunan dermaga dan fasilitas kontainer yang mampu melakukan aktivitas bongkar-muat komoditi ekspor dan impor dari kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan tersebut sebagai tempat persinggahan ataupun stop over.

Mengantisipasi perkembangan pembangunan pada jalur Trans Sulawesi, telah dibangun pula jalur Ring Road Kapitu – Tumpaan yang merupakan titik simpul jaringan transportasi wilayah. Hal ini menjadi pemicu sehingga kawasan perencanaan cenderung berkembang pesat secara ekonomi, sosial dan spasial.

(29)

134

Karena berada dalam lingkup wilayah Kota Amurang yang merupakan Ibukota sekaligus Pusat Pertumbuhan Kabupaten Minahasa Selatan, maka jaringan prasarana dan sarana perkotaan cukup tersedia dengan baik, meliputi prasarana listrik dan air bersih serta sarana sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, kesehatan, keagamaan, dll.

• Ancaman Pengembangan

- Kondisi geografis kawasan perencanaan yang berada di daerah Teluk, menyebabkan kawasan ini rawan terhadap bencana tsunami dan rob (naiknya permukaan air laut). Bahkan diperoleh informasi dari warga bahwa pada musim-musim tertentu gelombang pasang naik ke rumah-rumah penduduk hingga ke badan jalan desa. Hal ini perlu diantisipasi dengan perencanaan mitigasi bencana.

- Keberadaan sejumlah pabrik yang dapat mengancam sistem permukiman karena dekat dengan sumber mata air seperti PLTU yang berdekatan dengan Sungai Moinit di perbatasan Desa Teep, PT TMC yang berdekatan dengan Sungai Liwason, PT Silo Dryer dan pabrik gula aren yang berdekatan dengan Sungai Tetesalu.

- Lemahnya sistem penegakan hukum terhadap pembangunan sejumlah fasilitas/fungsi baru, dikuatirkan akan menyebabkan alih fungsi lahan dan menimbulkan urban sprawl.

• Peluang Pengembangan

- Dukungan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dan Provinsi Sulut bagi pengembangan dan penataan ruang kawasan, karena kawasan ini termasuk salah satu Kawasan Prioritas Provinsi untuk Pengembangan Jalan Arteri Primer antar Provinsi (Trans Sulawesi).

- Masyarakat setempat juga turut mendukung pengembangan kawasan karena hal ini dianggap akan turut memicu peningkatan usaha ekonomi dan pendapatan masyarakat.

- Prosentase ruang-ruang belum terbangun masih cukup besar, sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan pengaturan dan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang pada kawasan.

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

7.1.3. Kondisi Eksisting

i. Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan • Perpipaan

Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari 17 kecamatan, dimana dari seluruh kecamatan tersebut yang sudah terlayani oleh sistem penyediaan air minum PDAM baru 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Amurang, Kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang Barat, Kecamatan Tumpaan, Kecamatan Tareran, Kecamatan Motoling, Kecamatan Motoling Timur dan Kecamatan Sinonsayang (Desa Poigar). Adapun Kecamatan lainnya belum terlayani SPAM jaringan perpipaan PDAM, tetapi pada umumnya sudah memiliki SPAM jaringan perpipaan sendiri yang dikelola oleh masing-masing desa atau gabungan beberapa desa yang ada di

(30)

135

wilayah Kecamatan bersangkutan. Pada umumnya SPAM-SPAM ini menggunakan sumber air baku yang berasal dari mata air atau sungai kecil yang ada di wilayahnya masing-masing.

Adapun wilayah-wilayah yang telah memiliki SPAM jaringan perpipaan Non PDAM di masing-masing kecamatan diperlihatkan pada tabrel berikut.

Tabel 7.6 Letak SPAM Perpipaan dan Non PDAM Masing Masing Kecamatan

No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/

Pengaliran Keterangan

1 Amurang - 2. Kilometer Tiga 1. Ranoketang Tua Mata Air/Gravitasi Mata Air/Pompa

2 Amurang

Timur

1. Pinaling Mata Air/Gravitasi

2. Kota Menara Mata Air/Gravitasi

3. Maliku Mata Air/Gravitasi

4. Ritey Mata Air/Gravitasi

5. Malenos Baru Mata Air/Gravitasi

3 Amurang Barat

1. Pondos Sumur/Pompa Tidak berfungsi

2. Elusan Mata Air/Gravitasi

3. Tewasen Mata Air/Gravitasi

4. Wakan Mata Air/Gravitasi

4 Tumpaan

1. Popontolen Mata Air/Gravitasi

2. Lelema Mata Air/Gravitasi

3. Tangkuney Mata Air/Gravitasi

4. Munte Mata Air/Gravitasi

5 Tareran

1. Kaneyan Mata Air/Gravitasi

2. Koreng Mata Air/Gravitasi

3. Tumaluntung Mata Air/Gravitasi

4. Tumaluntung Satu Mata Air/Gravitasi

5. Pinamorongan Mata Air/Gravitasi

6 Motoling 1. Lalumpe 2. Raanan Lama 3. Motoling 4. Motoling Satu 5. Motoling Dua 6. Motoling Mawale Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi

Sebagian dilayani PDAM Sebagian dilayani PDAM Sebagian dilayani PDAM Sebagian dilayani PDAM 7 Motoling Timur

1. Wanga Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM

2. Wanga Amongena Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM

3. Tokin Mata Air/Gravitasi

4. Karimbow Mata Air/Gravitasi

8 Motoling Barat

1. Toyopon Mata Air/Gravitasi

2. Keroit Mata Air/Gravitasi

3. Raanan Baru Mata Air/Gravitasi

4. Raanan Baru Satu Mata Air/Gravitasi 5. Raanan Baru Dua Mata Air/Gravitasi

6. Tondei Mata Air/Gravitasi

7. Tondei Satu Mata Air/Gravitasi

8. Tondei Dua Mata Air/Gravitasi

9 Ranoyapo

1. Poopo Mata Air/Gravitasi

2. Poopo Barat Mata Air/Gravitasi

3. Poopo Utara Mata Air/Gravitasi

4. Pontak Mata Air/Gravitasi

5. Mopolo Mata Air/Gravitasi

6. Mopolo Esa Mata Air/Gravitasi

7. Powalutan Mata Air/Gravitasi

8. Beringin Mata Air/Gravitasi

10 Tompaso Baru

1. Tompaso Baru Satu 2. Tompaso Baru Dua 3. Raraatean 4. Sion Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi Ex PDAM/Tidak berfungsi

(31)

136

No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/

Pengaliran Keterangan

5. Torout Mata Air/Gravitasi

11 Maesaan

1. Tambelang Mata Air/Gravitasi

2. Kinamang Mata Air/Gravitasi

3. Kinamang Satu Mata Air/Gravitasi

4. Bojonegoro Mata Air/Gravitasi

5. Tumani Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

6. Tumani Utara Mata Air/Gravitasi

7. Tumani Selatan Mata Air/Gravitasi

8. Lowian Mata Air/Gravitasi

9. Temboan Mata Air/Gravitasi

10. Liningaan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

12 Modoinding

1. Kakenturan Mata Air/Gravitasi

2. Linelean Mata Air/Gravitasi

3. Sinisir Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

4. Pinasungkulan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

5. Makaaruyen Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

6. Palelon Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

7. Wulurmaatus Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

8. Mokobang Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

13 Kumalambuay 1. Malola 2. Malola Satu 3. Kumalambuay 4. Kumalambuay Atas 5. Kumalambuay Satu 6. Kumalambuay Dua Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi 14 Suluun Tareran

1. Kapoya Mata Air/Gravitasi

2. Kapoya Satu Mata Air/Gravitasi

3. Pinapangkow Mata Air/Gravitasi

4. Suluun Satu Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

5. Suluun Dua Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

6. Suluun Tiga Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

7. Suluun Empat Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

8. Talaitad Sumur/Pompa

15 Tenga

1. Boyong Atas Mata Air/Gravitasi

2. Pakuure Mata Air/Gravitasi

3. Pakuure Satu Mata Air/Gravitasi

4. Pakuure Dua Mata Air/Gravitasi

5. Pakuure Tiga Mata Air/Gravitasi

6. Pakuure Kinamang Mata Air/Gravitasi 7. Pakuure Tinanian Mata Air/Gravitasi

8. Pakuweru Mata Air/Gravitasi

9. Pakuweru Utara Mata Air/Gravitasi

10. Tenga Mata Air/Gravitasi

11. Radey Mata Air/Gravitasi

12. Molinow Mata Air/Gravitasi

16 Sinonsayang 1. Durian 2. Tanamon 3. Tanamon Utara 4. Aergale 5. Ongkaw Satu 6. Ongkaw Dua 7. Ongkaw Tiga 8. Tiniawangko 9. Boyong Pante 10. Boyong Pante Dua 11. Blongko Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi Mata Air/Gravitasi 17 Tatapaan

1. Sulu Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi

2. Paslaten Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi

3. Wawona Mata Air/Gravitasi

4. Sondaken Mata Air/Gravitasi

(32)

137

• Non Perpipaan

Selain sistem jaringan perpipaan baik PDAM maupun Non PDAM, pemenuhan kebutuhan air minum di Kabupaten Minahasa Selatan dilayani pula oleh sistem bukan jaringan perpipaan. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air minum melalui sistem bukan jaringan perpipaan dilakukan dengan cara mamanfaatkan air tanah dangkal (sumur gali/bor), air sungai atau mata air.

ii. Luas cakupan pelayanan per kecamatan

Saat ini PDAM Kabupaten Minahasa Selatan melayani 5,270 sambungan di seluruh wilayah pelayanannya. Dari total jumlah sambungan rumah tersebut tercatat terdapat 2.756 unit sambungan aktif, 2.194 unit sambungan ATT (aktif tidak terlayani), 147 unit sambungan segel, dan 168 unit sambungan cabut.

Total persentase pelayanan untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebesar 19% dengan total jiwa yang terlayani sebanyak 11.024 jiwa dari total jumlah penduduk wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 58.006 jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 197.755 jiwa, maka persentase pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebesar 5,57%.

Tabel 7.7 Prosentase Pelayan PDAMKabupaten Minahasa Selatan Per Wilayah Pelayanan

No. Unit SPAM

Jumlah Sambungan Aktif (Unit) Jum. Pddk Terlayani (Jiwa) Jum. Pddk Wilayah Pel (Jiwa) % Pddk Terlayani I. SPAM IKK 1. Amurang 311 1.244 14.720 8,45 2. Amurang Barat 225 900 10.319 8,72 3. Amurang Timur 371 1.484 8.303 17,87 4. Tumpaan 305 1.220 3.463 35,23 5. Tareran 570 2.280 6.097 37,39

6. Motoling & Motoling Timur 662 2.648 11.869 22,31

FOTO PEMANFAATAN SUMUR DANGKAL UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM

FOTO KEGIATAN MANDI/CUCI DI LOKASI MATA AIR

(33)

138

No. Unit SPAM

Jumlah Sambungan Aktif (Unit) Jum. Pddk Terlayani (Jiwa) Jum. Pddk Wilayah Pel (Jiwa) % Pddk Terlayani

II. SPAM PERDESAAN

1. Wuwuk 279 1.116 1.775 62,87

2. Poigar 33 132 1.460 9,04

Total 2.756 11.024 58.006 19,00

Berdasarkan Laporan Operasional PDAM Kabupaten Minahasa Selatan bulan Desember 2012, diketahui bahwa :

- Volume air produksi : 79.134 m3/bulan = 2.552,71 m3/hari

- Volume air kuras : 158 m3/bulan = 5,10 m3/hari - Volume air distribusi : 78.976 m3/bulan = 2.547,61 m3/hari

- Volume air terjual : 36.551 m3/bulan = 1.179,06 m3/hari - Volume kebocoran : 42.425 m3/bulan = 1.368,55 m3/hari

= 53,72%

Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat diketahui besarnya tingkat konsumsi air rata-rata untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan yaitu sebesar 106,95 liter/orang/hari.

Data-data tersebut diatas perlu diuji kembali akurasinya, karena tidak terdapat alat ukur debit pada unit-unit produksi yang ada, sehingga angka-angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil perkiraan.

Ditinjau berdasarkan sistem pengalirannya, pelayanan PDAM dibedakan antara sistem pemompaan dan sistem gravitasi. Sistem gravitasi dapat beroperasi selama 24 jam, namun wilayah pelayanan yang menggunakan pemompaan baru terlayani rata-rata selama 6 – 13 jam/hari.

iii. Lokasi dan kapasitas air baku Air Permukaan

Air permukaan yang terdapat di daerah ini berupa air sungai yang mengalir sepanjang tahun (permanent stream) dan sungai tadah hujan (intermittent stream). Adapun sungai – sungai utama yang mengalir sepanjang tahun yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebagai berikut :

1. Sungai Ranoyapo 12 Sungai Malulu 2. Sungai Moyondok 13 Sungai Pentu 3. Sungai Sukuyon 14 Sungai Ranowea 4. Sungai Nimanga 15 Sungai Sendowan

(34)

139

5. Sungai Poigar 16 Sungai Sosogian 6. Sungai Kaluntai 17 Sungai Ranotuana 7. Sungai Molinau 18 Sungai Tuunan 8. Sungai Mayaan 19 Kali Rora

9 Sungai Tongop 20 Sungai Tumicakal 10 Sungai Sidate 21 Kali Koladon 11 Sungai Popontelan 22 Sungai Rurumen

Tabel 7.8 Sungai Utama Di Kab. Minahasa Selatan Dan Daerah Yang Dilaluinya

No. Sungai Panjang

(km) Bermuara ke Daerah yang dilalui

1 Ranoyapo 64 Laut Kec. Tompaso Baru : Ds. Tompaso B. I, Ds.

Tompaso B. II; Kec. Ranoyopo : Ds. Pontak; Kec. Motoling : Ds. Motoling; Kec. Amurang Barat : Ds. Kawangkoan Bawah.

2 Moyondok 11 S. Ranoyapo Kec. Ranoyopo : Ds. Mopolo, Ds. Pontak;

Kec. Tompaso Baru : Ds. Torout.

3 Sukuyon 28 S. Ranoyapo Kec. Ranoyopo : Ds. Pontak

4 Nimanga 35 Laut Kec. Tumpaan : Ds. Tangkunmey, Ds.

Lelema

5 Poigar 27 Laut Kec. Sinosayang : Ds. Durian, Ds. Poigar,

Ds. Tanamon.

6 Kaluntai 10 Laut Kec. Sinosayang : Ds. Ongkaw, Ds.

Tiniawangko, Kec. Motoling Barat : Ds. Tondey

7 Molinow 14 Laut Kec. Amurang Barat : Ds. Kapitu

8 Mayaan 11 Laut Kec. Amurang Barat : Ds. Kapitu

9 Tongop 12 Laut Kec. Tenga : Ds. Tawaang

10 Sidate 13 Laut Kec. Tenga : Ds. Tawaang

11 Popontolen 14 S. Nimanga Kec. Amurang : Ds. Lewet, Ds. Uwuran, Ds.

Ranoiapo.

12 Malulu 16 Laut Kec. Amurang Timur : Ds. Pinaling,

Buyanonk

13 Pentu 21 Laut Kec. Amurang Timur : Ds. LopanaK, Ds.

Pinaling

14 Ranowea 11 Laut Kec. Amurang Timur : Ds. Ritey, Ds.

Malenos Baru

15 Sendowan 18 Laut Kec, Amurang Barat : Ds. Kapitu

16 Sosogian 12 Laut Kec. Tumpaan : Ds. Tumpaan.

17 Ranotuana 20 Laut Kec. Tumpaan, Ds. Pinamorongan, Ds.

Matani

18 Tuunan - - Kec. Tareran, Ds. Lansot

19 Kali Rora - - Kec. Tatapaan, Ds. Paslaten

20 Tumicakal 3 S. Ranoyapo Kec. Ranoyapo, Ds. PontakK, Ds.

Kumelembuay

21 Kali Koladon - - Kec. Modoinding, Ds. Kakenturan

22 Rurumen - - Kec. Tareran, Ds. Wuwuk

Di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan terdapat juga danau yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku, yaitu : Danau Moat dengn luas 2 Ha,di Kecamatan Modoinding, danau Mokobang luas 3 ha di Kecamatan Modoinding, dan Danau Iloloy di Kecamatan Modoinding dengan luas 1 ha.

(35)

140 Air Tanah

➢ Mata Air

Dengan kondisi alam Kabupaten Minahasa Selatan yang didominasi oleh pegunungan dan perbukitan dan sedikit dataran pantai, yang juga dibentuk oleh batuan gunung api muda dengan vegetasi cukup lebat, maka potensi sumber mata air cukup besar apalagi ditambah dengan curah hujan yang relatif besar.

Mata air diwilayah ini banyak ditemukan tersebar hampir disemua lereng, dengan debit bervariasi, juga fluktuasi debitnya cukup besar (fluktuasi musiman). Mata air umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan relatif bebas pencemaran.

Mata air adalah air tanah yang muncul kepermukaan tanah secara alami, atau tempat dimana air tanah keluar ke permukaan secara alamiah. Sedangkan air tanah pada umumnya mengalami pengisian kembali oleh air hujan pada daerah resapan. Karena air hujan tidak konstan setiap tahun, maka jumlah air yang keluar dari mata airpun umumnya berfluktuasi. Pemunculan mata air secara alami tersebut dapat diakibatkan karena pemancungan topografi ataupun akibat adanya rekahan/atau patahan.

Model Pemunculan Mata Air Akibat Pemancungan Topografi dan Akibat Adanya Struktur Patahan

Gambar 6.1. Siklus Hidrologi Di Alam

(36)

141

Mata air diwilayah Kabupaten Minahasa Selatan banyak ditemukan tersebar hampir disemua lereng, dengan debit bervariasi, juga berfluktuasi seiring musiman. Mata air umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan relaitf bebas pencemaran. Jenis mata air dapat dibedakan berdasarkan akibat gejala geologi, yaitu ada mata air akibat pemcungan topografi dan mata air akibat terjadinya patahan.

Dapat dibedakan dua jenis mata air, yaitu mata air gravitasi dan mata air artesis. Mata air gravitasi dapat dibedakan menjadi 3 tipe mata air yaitu :

- Mata air defresi, terdapat bila permukaan tanah menurun dan memotong muka air tanah dalam batuan yang lulus air. Fluktuasi umumnya besar dan kebanyakan kurang baik sebagai sumber air baku, kecuali bila Akuifernya bersifat regional atau mempunyai penyebaran luas.

- Mata air kontak gravitasi, terjadi bila pergerakan turun darai air tanah terhalang oleh lapisan kedap air. Umumnya untuk memperlihatkan fluktuasi kecil dan dan merupakan sumber air baku yang baik.

- Mata air rekahan/ rongga, terjadi bila air muncul dari dalam tanah dari suatu rekahan atau pepotongan rekahan, juga suatu rongga didalam batuan yang umumnya kekar. Tipe mata air ini umumnya merupakan sumber air baku yang baik dan mudah dilindungi. Mata air karst merupakan salah satu jenis mata air rekahan/ rongga.

Mata air artesis muncul bila air yang tersekat antara dua lapisan kedap air, dan oleh karenanya besifat tertekan, terus muncul kepermukaan. Berdasarkan pemunculannya mata air jenis ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :

- Mata air artesis rekahan, dimana air tertekan mencapai permukaan tanah melalui suatu rekahan. Umumnya merupakan sumber air baku yang baik.

- Mata air aliran artesis, airtanah tertekan muncul pada perpotongan topografi. Sumber air baku yang baik umumnya terdapat pada lereng perbukitan.

Survey mata air yang dilakukan pada Awal Bulan September, di Kabupaten Minahasa Selatan termasuk bulan kering (pancaroba).

Mata air yang ditemukan (teridentifikasi) di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan umumnya berupa jenis mata air gravitasi dan artesis, yang keluar dari batupasir produk Gunungapi muda, dimana mata air potensial yang ada yang telah disurvey adalah :

(37)

142

1) Mata Air Amio 1 dan Mata air Animo 2 di Desa Malola Kecamatan Kumelembuay, dengan debit total sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 29,4 lit/det.

2) Mata Air Terung di Desa Malola Kecamatan Kumelembuay, dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 11,92 lit/det.

3) Mata Air Makebo di Desa Motoling Kecamatan Motoling, dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 98,92 lit/det.

4) Mata air Lolom Bulan di Desa Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 82,36 lit/det.

5) Mata Air Usel di Desa Suluun Kecamatan Tareran dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 12,23 lit/det.

6) Mata Air Rasen di Desa Kumelembuay Dua Kecamatan Kumelembuay dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 21,43 lit/det.

7) Mata Air Konaron di Desa Tambelang Kecamatan Maesaan dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 118,84 lit/det.

8) Mata Air Lopana di Desa Pakuweru Kecamatan Tenga, dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 26,6 lit/det.

9) Mata air Kembes Dalam-1 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 12,6 lit/det. 10) Mata air Kembes Dalam-2 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan

debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 29,11 lit/det. 11) Mata Air Sinonsayang di Desa Tanamon Kecamatan Sinonsayang, dengan

debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 15,26 lit/det.

➢ Air Tanah Bebas

Air tanah terdapat di daerah endapan aluvium dan endapan danau dengan kedalaman muka air tanah bebas berkisar antara 0,5 - 3 m di bawah muka tanah setempat. Pada tanah pelapukan tufa kedalaman muka air tanah bebas berkisar antara 2 – 5 m di bawah permukaan tanah setempat, sedangkan pada endapan volkanik yang dibentuk oleh batupasir lapilian dan pasir lepas pada kedalaman muka air tanah bebas bervariasi antara 5 – 10 m di bawah muka tanah setempat.

(38)

143 iv. Kinerja PDAM

v. Permasalahan/Tantangan Pengembangan SPAM

Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Minahasa Selatan diuraikan per unit SPAM sebagai berikut:

Tabel 7.9 Permasalahan PDAM Per Unit Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

SPAM IKK Amurang

I.1. Unit Air Baku • Air baku diindikasikan sudah tercemar oleh mercury akibat penambangan emas di bagian hulu sungai Ranoyapo

• Menertibkan kegiatan

penambangan emas atau mencari sumber air baku lain sebagai pengganti

• Pompa air baku hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam

• Menambah 1 unit pompa air baku agar sistem bisa beroperasi selama 24 jam

I.2. Unit Pengolahan • Pemeliharaan terhadap bangunan IPA masih kurang sehingga kebersihannya kurang terjaga

• Pemeliharaan terhadap bangunan IPA perlu ditingkatkan lagi • Unit pengolahan air tidak

dilengkapi laboratorium • Melengkapi unit pengolahan dengan laboratorium untuk penentuan dosis optimum bahan kimia

I.3. Unit Distribusi • Pompa distribusi hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam

• Menambah minimal 1 unit pompa distribusi agar dapat beroperasi secara bergantian selam 24 jam • Tidak terdapat water meter

induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

I.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih sangat rendah yaitu rata-rata hanya ± 6 jam/hari

• Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari

• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 8,45%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru melalui meningkatkan jam pelayanan • Tingkat kebocoran relatif tinggi,

yaitu sebesar 35,94% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

II. SPAM IKK Amurang Timur

1.1. Unit Air Baku • Terdapat kebocoran pada bangunan Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)

• Memperbaiki kebocoran dan menagkap air yang terbuang di lokasi Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)

1.2. Unit Pengolahan • Kapasitas produksi IPA Pinaling

(39)

144

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

IPA terpasang pelanggan atau membantu

pelayanan IKK Amurang • Pompa dossing alum dalam

kondisi rusak sehingga pembubuhan alum dilakukan secara manual dan darurat

• Perbaikan pompa dossing alum agar dosis pembubuhan alum dapat terukur sehingga diperoleh kualitas air yang optimal

• Fasilitas laboratorium belum

dimanfaatkan • Memanfaatkan fasilitas laboratorium agar proses pengolahan berjalan secara optimal

2.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

1.3. Unit Pelayanan • Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 17,87%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru untuk memanfaatkan idle capacity. • Tingkat kebocoran sangat

tinggi, yaitu sebesar 69,01% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

III. SPAM IKK Amurang Barat

3.1. Unit Air Baku • Sering terjadi akumulasi

endapan lumpur pada bangunan intake, terutama pada waktu musim hujan sehingga harus sering dilakukan pengurasan lumpur

• Melakukan rehabilitasi konstruksi bendungan pada bangunan intake agar lumpur tidak terakumulasi di dalam bangunan intake

• Proses pengurasan lumpur relatif sulit karena harus dilakukan secara manual karena tidak terdapat fasilitas untuk pengurasan lumpur

• Membuat fasilitas pengurasan lumpur berupa pintu air atau pipa penguras untuk memudahkan proses pengurasan lumpur 3.2. Unit Pengolahan • Konstruksi IPA rusak berat di

beberapa bagian sehingga air yang masuk IPA tidak melalui proses pengolahan

• Memperbaiki kerusakan IPA jika masih bisa dilakukan perbaikan, atau jika tidak bisa harus diganti dengan IPA baru

• Bangunan penunjang IPA tidak terpelihara sehingga fasilitas perlengkapan IPA banyak yang rusak bahkan sebagian sudah hilang

• Dilakukan pemeliharaan dan pengamanan terhadap aset yang ada di dalam bangunan penunjang IPA

3.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

(40)

145

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

tingkat kehilangan air • Pada saat air keruh sebagian

pelanggan menginginkan untuk tetap dilayani, hal ini dapat mengakibatkan akumulasi pengendapan lumpur di jaringan pipa distribusi

• Dibuat fasilitas pengurasan lumpur di beberapa lokasi jaringan pipa distribusi yang diindikasikan sebagai tempat terjadinya akumulasi pengendapan lumpur • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

3.4. Unit Pelayanan • Kualitas air yang dialirkan ke pelanggan tidak memenuhi standar kualitas air minum karena tidak dilakukan proses pengolahan

• Melakukan proses pengolahan air baku agar pelanggan memperoleh pelayanan air dengan kualitas yang lebih baik

• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 8,72%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru diikuti dengan perbaikan kualitas air

• Tingkat kebocoran sangat

tinggi, yaitu sebesar 70,86% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

IV. IKK Tumpaan

4.1. Unit Air Baku • Pompa air baku efisiensinya sudah sangat menurun sehingga debit dan headnya sudah menurun

• Melakukan penggantian pompa air baku

4.2. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

4.3. Unit Pelayanan • Tekanan air di wilayah pelayanan sudah menurun sehingga sebagian wilayah pelayanan tidak dapat terlayani lagi

• Untuk menaikan tekanan air di wilayah pelayanan dapat dilakukan dengan mengganti pompa air baku serta memperbesar dimensi pipa distribusi

• Karena di sebagian wilayah pelayanan air tidak lancar maka menyulitkan dalam proses penagihan rekening air sehingga di wilayah pelayanan ini

penagihan dilakukan setiap 2 s/d 3 bulan sekali

• Memperlancar aliran dengan mengganti pompa air baku atau memperbesar dimensi pipa distribusi

• Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 14,5 jam/hari

• Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari melalui penambahan sumber air lain, sedapat mungkin dengan sistem gravitasi tanpa pengolahan

(41)

146

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 35,23%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah sambungan baru.

• Tingkat kebocoran sangat

tinggi, yaitu sebesar 33,48% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

V. SPAM IKK Tareran

5.1. Unit Air Baku • Sering terjadi akumulasi

endapan lumpur pada bangunan intake, terutama pada waktu musim hujan sehingga harus sering dilakukan pengurasan lumpur

• Melakukan rehabilitasi konstruksi terhadap posisi mulut intake agar tidak langsung menghadap arah aliran air untuk mengurangi masuknya lumpur kedalam bangunan intake

• Proses pengurasan lumpur relatif sulit karena harus dilakukan secara manual karena tidak terdapat fasilitas untuk pengurasan lumpur

• Membuat fasilitas pengurasan lumpur berupa pintu air atau pipa penguras untuk memudahkan proses pengurasan lumpur 5.2. Unit Pengolahan • Unit pengolahan air tidak

dilengkapi peralatan laboratorium

• Melengkapi unit pengolahan dengan peralatan laboratorium untuk penentuan dosis optimum bahan kimia

5.3. Unit Distribusi • Reservoir baru kap. 400 m3

belum dimanfaatkan secara optimal karena pipa outlet reservoir ini belum terhubung dengan pipa distribusi sehingga hanya menampung air

sementara sebelum dialirkan ke reservoir lama kap. 150 m3

• Memanfaatkan reservoir kap. 400 m3 secara optimal dengan

menghubungkan pipa outlet dengan pipa distribusi eksisting sehingga tekanan air di wilayah pelayanan akan semakin tinggi karena lokasi reservoir ini elevasinya lebih tinggi dari reservoir kap. 150 m3

• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Tingginya tingkat pencurian air

yang dilakukan dengan dengan cara membuka water meter karena water meter mudah dibuka

• Memperbaiki instalasi pemasangan water meter agar tidak mudah dibuka oleh konsumen

• Jaringan pipa distribusi

diindikasikan sudah mengalami penyempitan terutama pada pipa distribusi yang dipasang pada tahun 1981 sehingga menghambat aliran air

• Merehabilitasi jaringan pipa distribusi yang dipasang pada tahun 1981 untuk memperlancar aliran dan menaikan tekanan air

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

5.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 13 jam/hari

• Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari

(42)

147

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

• Prosentase pelayanan masih relatif rendah yaitu hanya sekitar 37,39%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru dan mambah jam pelayanan

• Tingkat kebocoran relatif tinggi,

yaitu sebesar 25,17% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

VI. SPAM IKK Motoling & Motoling Timur

6.1. Unit Distribusi • Di wilayah pelayanan Motoling Timur terdapat Reservoir baru kap. 250 m3 belum

dimanfaatkan

• Memanfaatkan reservoir kap. 250 m3 untuk melayani wilayah

pelayanan di sekitar lokasi reservoir

• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Dimensi jaringan pipa induk

distribusi terlalu kecil sehingga tidak dapat menjangkau seluruh wilayah pelayanan Motoling Timur

• Memperbesar diameter pipa induk induk distribusi untuk

memperlancar aliran dan menaikan tekanan air di wilayah pelayanan Motoling Timur • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

6.2. Unit Pelayanan • Prosentase pelayanan masih relatif rendah yaitu hanya sekitar 22,31%

• Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru dan memperluas jaringan

• Tingkat kebocoran relatif tinggi,

yaitu sebesar 48,67% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

VII. SPAM Desa Wuwuk

7.1. Unit Air Baku • Bendungan pada bangunan

intake dalam kondisi rusak • Perlu perbaikan bendungan intake untuk memperlancar aliran air yang masuk kedalam bangunan intake

• Untuk mengalirkan air baku dari bangunan intake hanya

digunakan 1 unit pompa sehingga sistem tidak dapat beroperasi selama 24 jam

• Perlu penambahan minimal 1 unit pompa agar sistem dapat

beroperasi selama 24 jam

• Saat terjadi kerusakan pompa sistem berhenti operasi karena menunggu perbaikan pompa

• Perlu penambahan minimal 1 unit pompa agar sistem tetap

beroperasi jika salah satu pompa mengalami kerusakan

• Efisiensi pompa sudah menurun karena umur teknisnya sehingga kapasitas produksi menurun sampai dengan 50%

• Mengganti pompa untuk

meningkatkan kapasitas produksi

7.2. Unit Pengolahan • Ketebalan media filter SPL sudah berkurang ± 25 cm, sehigga kualitas air yang

• Menambah media filter untuk memperbaiki kualitas air hasil pengolahan

(43)

148

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

dihasilkan kurang baik • Beberapa katup operasi pada

bangunan SPL dalam kondisi rusak sehingga menyulitkan dalam pengoperasian SPL

• Mengganti katup operasi agar pengoperasian SPL berjalan lancar

7.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

• Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran • Sering terjadi pecah pipa pada

lokasi jalan raya sepanjang ± 300 m karena kedalaman penanaman pipa hanya 10 s/d 20 cm

• Menambah kedalaman penanaman pipa agar aman dari pengaruh getaran kendaraan yang menyebabkan pecahnya pipa • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

• Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

7.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 10 jam/hari

• Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari

• Prosentase pelayanan sudah lebih tinggi dari wilayah lainnya yaitu sekitar 62,87%

• Prosentase pelayanan masih perlu ditingkatkan dengan menambah sambungan baru dan mambah jam pelayanan

• Tingkat kebocoran relatif tinggi,

yaitu sebesar 47,11% • Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

VIII. SPAM Desa Poigar

8.1. Unit Air Baku • Bronkaptering yang ada belum melindungi mata air dari pencemaran aliran air hujan, dedaunan, dll

• Membuat bangunan perlindungan mata air dari pencemaran

8.2. Unit Transmisi • Aliran air dari bronkaptering menuju reservoir distribusi sedikit terhambat karena terdapat ruas pipa transmisi yang dipasang diatas garis hidrolisnya

• Memindahkan lokasi jalur pipa ke tempat yang lebih rendah agar aliran lancar

8.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Sebagian konsumen belum

dilengkapi dengan water meter • Memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Banyak terdapat lokasi kebocoran pada jaringan pipa distribusi

• Memperbaiki kebocoran pada jaringan pipa distribusi • Belum mempunyai peta jaringan

pipa distribusi yang lengkap dan up to date

(44)

149 7.4. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

7.4.1. Kondisi Eksisting

i. Pengelolaan Air Limbah Eksisting Kabupaten Minahasa Selatan

Tabel 7. 10 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Minahasa Selatan

(45)

150 ii. Kondisi eksisting pengelolaan persampahan Kabupaten Minahasa Selatan

Tabel 7.11 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Minahasa Selatan

(46)

151 iii. Kondisi eksisting drainase Kabupaten Minahasa Selatan

Tabel 7.12 Kondisi Eksisting Drainase Kabupaten Minahasa Selatan

Gambar

Tabel 7.1 Lampiran SK Bupati Kabupaten Minahasa Selatan  Tentang Penatapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh
Tabel 7.2 Penanganan Permukiman Kumuh Uwuran Satu
Tabel 7.5 Jenis, Luas dan Perletakan Sarana
Tabel 7.6 Letak SPAM Perpipaan dan Non PDAM Masing Masing Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

 sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan permukiman padat perkotaan yang tidak terlayani sistem jaringan air limbah terpusat dan/atau komunal kota

Seiring laju pertumbuhan penduduk berimbas akan kebutuhan pemenuhan hunian yang layak, pemerintah daerah Kabupaten Morowalibekerja sama dengan pengusaha dalam hal

Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.4. Bab

3 Aspek Pembiayaan  Adanya keterbatasan pembiayaan pembangunan mengakibatkan tidak seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan dapat menikmati prasarana dan sarana dasar

Sumber air lain yang ada pada sistem penyediaan air bersih Kota Cimahi adalah. sumber air dari mata air yaitu Mata Air Cikudapati dan Mata Air

Sistem pelayanan di Kota Tanjungpinang dibagi atas 2 (dua) Daerah Pelayanan yaitu pelayanan Sistem Reservoir Bukit Cermin dan Pipa Transmisi Wika dan

Kehilangan air meliputi kehilangan secara fisik (‘pyshical losses” ) dan kehilangan air secara non fisik (“adminiistrasi losses”).Kehilangan air selama proses pengolahan

Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM diperlukan pembahasan yang dan perhatikan terkait dengan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota secara umum