• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman - DOCRPIJM 1504075761BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman - DOCRPIJM 1504075761BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya fix"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan. Permasalahan yang dihadapi sesungguhnya tidak terlepas dari aspek yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan yang ada. Dalam mengatasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman, setiap proses dilaksanakan secara bertahap melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan. Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia diselenggarakan berdasarkan prinsip :

a. Pemenuhan kebutuhan akan rumah layak merupakan tugas dan tanggungjawab masyarakat sendiri.

b. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah layak.

BAB

VII

(2)

pembangunan perumahan dan permukiman berjalan optimal, tertib dan terorganisasi dengan baik, diperlukan suatu scenario umum, yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan, rencana sektor terkait, peraturan serta berbagai hal yang perlu diketahui, dipedomani, dan disepakati bersama.

7.1.1. Kondisi Eksisting Permukiman di Kabupaten Jepara

Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Jepara saat ini adalah adanya perumahan dan permukiman yang terletak di atas lahan negara yang difungsikan sebagai kawasan perumahan dan permukiman. Atau apabila dibangun rumah atau bangunan lain di atasnya harus memenuhi ketentuan atau standar-standar teknis tertentu. Kawasan-kawasan tersebut antara lain adalah kawasan di sepanjang sungai atau sempadan sungai, kawasan di daerah konservasi atau kawasan lindung serta daerah rawan bencana. Selain itu, permasalahan lain adalah adanya permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana dasar permukiman yang memadai khususnya sarana dan prasarana lingkungan khususnya drainase, sanitasi dan persampahan. Selain itu kondisi fisik bangunan yang meliputi bahan bangunan dan tingkat permanensi bangunan juga mengindikasikan suatu rumah dikatakan kumuh atau tidak.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di lapangan, perumahan dan permukiman yang memerlukan peningkatan kualitas antara lain adalah perumahan dan permukiman yang terletak di kawasan sempadan sungai, kawasan permukiman kumuh (slums dan squatter), permukiman yang terletak di daerah rawan bencana dan kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan yang sudah tidak layak huni. Perumahan dan permukiman tersebut memerlukan penanganan-penanganan dalam upaya meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan dalam kawasan tersebut.

A. Permukiman Kumuh

(3)

berdasarkan hasil survei lapangan kondisi ini sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan.

Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh, yaitu dengan penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh berat, serta adanya pengendalian terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh dengan kategorisquatters. Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntukannya dan pembuatan ruang terbuka hijau. Serta pegembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang termasuk dalam kategori kumuh ringan. Untuk permukiman kumuh dengan kategori slumsini identik dengan permukiman di kawasan bercirikan pedesaan. Permukiman ini merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan budaya kurang memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan kesadaran masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih sangat kurang. Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh (slums), yaitu dengan perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh (slums), melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan (participatory planning) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana (P3KT dan PKL), serta adanya pembuatan ruang terbukan hijau.

Berdasarkan kajian Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang disusun tahun 2013 dan Identifikasi Kawasan Kumuh di Kabupaten Jepara (2014), ditindaklanjuti dengan penetepan SK Bupati Jepara Nomor 055/333 Tahun 2014 tentang Penunjukan Lokasi Perumhan Kumuh dan Permukiman di Kabupaten Jepara, bahwa permukiman kumuh di Kabupaten Jepara berada di Kawasan Bulu yang terdiri dari Kelurahan Bulu, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu, Karangkebagusan dan Demaan dengan luas 49,27 Ha.

(4)

ruas-ruas jalan buntu dan tidak memiliki jaringan drainase yang baik. Dilihat dari segi kesehatan, penduduk tidak memiliki jamban pribadi, sehingga masyarakat melakukan kegiatan BAB di tepian pantai dan sungai yang ada dengan membangun jamban-jamban helikopter.

B. Permukiman di Sempadan Sungai

Bantaran sungai atau sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kanan kiri sungai dengan jarak 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter di kanan kiri untuk anak sungai yang berada di luar permukiman, sementara untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk membangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter. Namun, pada kenyataannya masih banyak permukiman yang berada di daerah bantaran sungai. Kawasan permukiman sempadan sungai ini adalah kawasan permukiman yang berada di sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

(5)

C. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana merupakan kawasn/daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan lain-lain. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana yang ada tersebut. Rincian lokasi di Kabupaten Jepara yang sering terjadi bencana alam dapat dilihat pada Tabel VII.1.

Tabel VII.1

Lokasi Rawan Bencana di Kabupaten Jepara

No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

1. Banjir

(6)

No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

Kecamatan Kembang Desa Tubanan

(7)

No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa Kecamatan Kalinyamatan Desa Damarjati

Kecamatan Mayong

3. Angin Topan Kecamatan Donorojo

Desa Bandungharjo

Kecamatan Keling Desa Bumiharjo

(8)
(9)

No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

Kecamatan Pecangaan

Desa Ngeling Desa Troso Desa Rengging Desa Pecangaan Kulon Desa Pulodarat Desa Pecangaan wetan Desa Lebuawu

Desa gemulung Desa Krasak

Kecamatan Mayong

Desa Ngroto Desa Sengon bugel Desa Jebol

Desa Singorojo Desa Pelang Desa Kuanyar Desa Tigojuru Desa Pelemkerep Desa Mayong Lor Desa Paren Desa Mayong Kidul

Kecamatan Nalumsari

Desa Gemiring Lor Desa Nalumsari Desa Jatisari Desa Gemiring Kidul Desa Tritis

Desa Daren

Desa Karangnongko Desa Ringtulis

Desa Tunggul Pnadean Desa Blimbingrejo Desa Dorang

Kecamatan Karimunjawa

Desa Karimunjawa Desa Kemujan Desa Parang Desa Nyamuk Sumber:BPBD Kabupaten Jepara, 2016.

D. Permukiman Hasil Hurugan di Sempadan Pantai

(10)

Aktivitas reklamasi liar ini berpotensi menimbulkan masalah yang lebih kompleks di kemudian hari apabila tidak segera ditangani. Sebab hal ini akan mempengaruhi anggota masyarakat yang lain untuk turut mendirikan bangunan secara liar di tanah tersebut. Hal lain yang mengkhawatirkan adalah semakin dekatnya pantai dengan bangunan sehingga sangat rawan terkena abrasi air laut, dan akan dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai. Permasalahan ini perlu ketegasan pihak-pihak aparat pemerintah dalam mengimplementasikan peraturan perizinan mendirikan bangunan. E. Permukiman Perdesaan

Wilayah Perdesaan yang dimaksud adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama di bidang pertanian dengan pengelolaan sumber daya alam masih mendominasi aktivitas masyarakat yang ada di wilayah tersebut sebagai upaya pengembangan dan peningkatan perekonomian mereka. Sebaran kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan adalah Kecamatan Batealit (desa: Bantrung, Geneng dan Ragukplampitan) dan Kecamatan Kedung (desa: Sowan Lor, Surodadi, Panggung dan Sukosono).

(11)

pembangunan kawasan permukiman di wilayah tersebut. Hal tersebut dimaksudkan supaya lahan yang tersedia dipergunakan seefektif mungkin, kemungkinan perkembangan dan pertumbuhan penduduk alami dan pendatang di Kabupaten Jepara sangat mempengaruhi perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman.

7.1.2. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman

Pengembangan kawasan permiukiman selalu memiliki permasalahan dan tantangan dari berbagai macam sudut, mulai dari sisi teknis, kelembagaan, pembiayaan dan lain sebagainya. Adapum permasalahan dan tantangan dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Jepara dapat diidentifikasi pada tabel berikut.

Tabel VII.2

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Jepara

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

1. Aspek Teknis

1) Pengembangan permukiman

tidak sesuai dengan

peruntukannya

2) Kesiapan lahan untuk pengembangan permukiman belum mampu mengikuti perkembangan permukiman 3) Sebagian masyarakat tidak

mengetahui standar minimal rumah layak huni, sehingga banyak rumah tidak layak huni yang mengindikasikan kawasan kumuh

1) Sosialisasi rencana tata ruang wilayah secara bertahap dan menerus ke seluruh lapisan masyarakat

2) Memberlakukan secara ketat ijin mendirikan bangunan agar perkembangan permukiman dapat diarahakan dan dikendalikan

3) Sosialisasi mengenai rumah layak huni hingga ke tingkat basis masyarakat melalui lembaga yang ada

1) Upaya sosialisasi yang harus dilakukan secara terus menerus kepada

seluruh kelompok

masyarakat mengenai rencana tata ruang wilayah dan standar minimal rumah layak huni 2) Upaya mensosialisasikan

pentingnya ijin mendirikan

1) Belum optimalnya badan pelaksana di bidang perumahan dan permukiman yang mampu mendorong keterpaduan penyelenggaraan perumahan

dan permukiman yang

terkoordinasi dan sinergis; 2) Belum optimalnya revitalisasi

kelembagaan dibidang

perumahan dan permukiman

termasuk peningkatan

kapasitas SDM dan sumber daya pendukung lainnya;

1) Penyusunan strategi

kelembagaan dan tatalaksana bidang permukiman

2) Membentuk/Mengaktifkan

Badan Koordinasi

Pembangunan dan

pengembangan Perumahan dan kawasan permukiman, Pokja PKP, atau Dinas Kabupaten atau sejenisnya sebagai wadah perumusan operasionalisasi

kebijakan permukiman

kabupaten.

3) Pembiayaan dan penguatan terhadap lembaga-lembaga di

1) Upaya lebih meningkatkan kerja sama antara yurisdiksi baik antar kabupaten, provinsi dan pusat khususnya dalam penanganan

pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

2) Upaya menempatkan kebijakan otonomi daerah bukan sebagai upaya mengedepankan

(12)

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

pendukung pelaksanaan program-program di sektor permukiman.

4) Merekomendasikan

peningkatan aspek

kelembagaan dalam

penyelenggaraan perumahan dan permukiman pada tingkat kabupaten;

5) Membentuk forum perumahan dan permukiman untuk mengakomodasi kepentingan stakeholders;

dan kawasan permukiman.

3) Upaya penanganan

masalah perumahan dan kawasan permukiman yang lebih antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya persoalan permukiman yang akan terjadi dimasa yang akan datang seperti munculnya

permukinan kumuh,

pelanggaran tata ruang

atau kemungkinan sektor perumahan dan kawasan permukiman dari sisi pemerintah akibat adanya skala prioritas sektor pembangunan lain

2) Keterbatasan pendapatan

pemerintah sehingga

penanganan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dalam penyediaan prasarana dasar, pengaturan lahan dalam skala besar serta rehabilitasi kawasan kumuh menjadi sulit direalisasikan

1) Pelibatan lembaga keuangan non bank untuk menjadi instrumen pembiayan rumah jangka panjang seperti

perusahaan asuransi,

pengelola dana pensiun dengan mekanisme kerja sama pemerintah dan swasta dan koperasi.

2) Mengefektifkan sumber pembiayaan pemerintah melalui koordinasi anggaran yang lebih terpadu antara Pemerintah Pusat, Provinsi,

dan Kabupaten dalam

mendukung program-program pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

1) Pinjaman kredit, apabila selama ini dari BTN atau bank dalam list program pemerintah. Dimana pola

peminjaman biaya 2) Membuka akses terhadap

PNPM Mandiri Perumahan dan Permukiman

3) Menggali potensi sumber pembiayaan lain yang bukandari anggaran pemerintah yang dapat dimobilisasi untuk

1) Belum optimalnya peran serta

masyarakat dalam

pengembangan permukiman yang nyaman dan layak huni sesuai dengan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman

2) Belum optimalnya peran swasta

dalam pengembangan

permukiman yang nyaman dan

1) Perlu strategi yang mampu mengoptimalkan peran serta

masyarakat dalam

pengembangan permukiman yang sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Jepara.

2) Perlu strategi untuk pelibatan

sektor swasta dalam

1) Upaya mengoptimalkan peran serta masyarakat

dalam pembangunan

perumahan dan

permukiman yang layak huni dan nyaman sesuai dengan standar minimal rumah layak huni sesuai

arahan kebijakan

(13)

No. Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

Jepara. perumahan dan permukiman

bisa diarahkan sesuai dengan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Jepara.

dan permukiman yang bersinergi dengan ruang secara utuh untuk membentuk permukiman yang nyaman dan layak huni

5. Aspek Lingkungan Permukiman 1) Terjadinya penurunan kualitas

lingkungan permukiman

menjadi kumuh disebabkan oleh kurang memadainya infrastruktur dan keterlibatan masyarakat untuk menjaga lingkungan permukimannya 2) Semakin kompleksnya aktivitas

masyarakat dalam lingkungan permukiman menyebabkan alih fungsi ruang permukiman dan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman

1) Penyediaan infrastruktur yang

memadai kebutuhan

lingkungan permukiman perlu didorong

2) Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memperbaiki lingkungan permukiman menjadi faktor penting agar kualitas lingkungan permukiman tetap terjaga dengan baik

3) Penegasan aturan bersama dalam pemanfaatan ruang lingkungan permukiman

menjadi salah satu

kontrol/pengendali

kompleksnya kegiatan dalam lingkungan permukiman

1) Mendorong percepatan penyediaan infrastruktur

permukiman yang

memadai sesuai

kebutuhan

2) Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan permukiman

3) Memberlakukan aturan pemanfaatan ruang dalam lingkungan permukiman untuk mengantisipasi alih fungsi ruang permukiman

Sumber : Analisis Tim, 2016

7.1.3. Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman di Kabupaten Jepara

Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara untuk mendukung kegiatan pengembangan kawasan permukiman baik itu program dan kegiatan yang bersumber dari APBN, APBD Prov. Jawa tengah maupun kegiatan yang bersumber dari APBD Kab. Jepara sendiri. Beberapa kegiatan peningkatan kualitas yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara dapat pada 5 (lima) tahun terakhir dilihat pada Tabel VII.3 di bawah ini.

Tabel VII.3

Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman di Kabupaten Jepara

Tahun Kegiatan Lokasi

Pembangunan Baru (PB) • Kelurahan Bulu

• Kelurahan Jobokuto

• Kelurahan

50 unit (13 unit di Kel. Bulu, 15 unit di Kel. Jobokuto dan 22 unit di Kel.

(14)

Tahun Kegiatan Lokasi

sarana dan utilitas umum

• Kelurahan Bulu

Peningkatan Kualitas (PK) • Desa Ngroto (Kec. Mayong)

• Desa Kaliombo (Kec. Pecangaan)

• Desa Bawu (Kec. Batealit)

• Desa Lebak (Kec. Pakis Aji)

• Desa Plajan (Kec. Pakis Aji)

• Desa Tanjung (Kec. Pakis Aji)

150 unit (25 unit per desa)

Rp. 750.000.000,00

Fasilitasi prasarana, sarana dan utilitas umum

• Desa Ngroto

• Desa Lebak (Kec. Pakis Aji)

• Desa Plajan (Kec. Pakis Aji)

Rp. 400.000.000,00 APBD Prov. Jateng

Fasilitasi Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Rusunawa dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jawa Tengah untuk Pembangunan

(15)

Tahun Kegiatan Lokasi

20 unit Rp. 100.000.000,00 APBD Prov.

Jateng

200 unit Rp. 2.100.000.000,00 APBN

Fasilitasi prasarana,

Kecamatan Mayong 100 unit Rp. 1.050.000.000,00 APBN

2012

• Desa Lebak (Kec. Pakis Aji)

• Desa Plajan (Kec. Pakis Aji) 26 unit di Desa Bandengan, 41 unit di Desa Lebak, 47 unit di Desa Plajan dan 95 unit di Desa Kaliombo

Rp. 200.000.000,00 APBD Prov. Jateng

Pembangunan sarana dan prasarana di kawasan pedesaan kumuh dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jawa Tengah

Desa Dorang Tidak ada

perincian/data

Rp. 100.000.000,00 APBD Prov. Jateng

Pembangunan sarana dan prasarana di kawasan pedesaan kumuh dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jawa Tengah

Desa Muryolobo (Kec. Nalumsari)

Tidak ada perincian/data

Rp. 100.000.000,00 APBD Prov. Jateng

(16)

Tahun Kegiatan Lokasi

Jumlah Peningkatan Kualitas (Unit)

Besar Biaya Sumber

Pendanaan

2014 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)

Desa Bugel (Kec. Kedung)

93 unit Rp. 697.500.000,00 APBN

2015 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)

Desa Rajekwesi dan Pancur (Kec. Mayong)

223 unit Desa Pancur dan 148 unit Desa Rajekwesi

Rp. 5.565.000.000,00 APBN

Sumber : Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Jepara, 2016

7.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Kegiatan pengembangan kawasan permukiman terdiri dari : Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

• Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

• Pengembangan Lingkungan Permukiman Perkotaan

• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Nelayan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaaan Potensial

• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaaan Tertinggal, Terpencil dan Pulau-Pulau terluar

• Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perbatasan

• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar

• Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Rawan Bencana, Pasca Bencana dan Kawasan tertentu

Infrastruktur Berbasis Masyarakat

• Program peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

(17)

• Sudah tersedia DED.

• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

• Ada unit pelaksana kegiatan.

• Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus (PISEW)

• Berbasis pengembangan wilayah

• Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan

• Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

(18)

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan sarana prasarana : Kondisi Jalan, Drainase, Air Bersih dan Air Limbah. 5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya. b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan

(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

7.1.5. Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan

(19)

Tabel VII.4

Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

No. Kawasan Permukiman Volume

Rencana Program

Keterangan Tahun I

(2017)

Tahun II (2018)

Tahun III (2019)

Tahun IV (2020)

Tahun V (2021)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I. Kawasan Kumuh Perkotaan

1. Kawasan Bulu 49,27 Ha 3 Ha 12 Ha 11 Ha 11 Ha 12,27 Ha

2. Kawasan Nelayan Ujungbatu 1 Ha 1 Ha

3. Kawasan Nelayan Kedungmalang 2,5 Ha 1 Ha 1,5 Ha

II. Kawasan Perdesaan

1. Kawasan Minapolitan Bondo 1 Ha 1 Ha

2. Kawasan agropolitan Tempur 1 Ha 1 Ha

3. Kawasan Agropolitan Damarwulan 1 Ha 1 Ha

4. Kawasan Agropolitan Jinggotan 1 Ha 1 Ha

5. Kawasan Agropolitan Bategede 1 Ha 1 Ha

III. Kawasan Permukiman Khusus

1. Kawasan Pulau Kecil (Kecamatan Karimunjawa) 1,5 Ha 0,5 Ha 1 Ha

2. Kawasan Rawan Bencana Banjir Gerdu 1 Unit 1 Unit

3. Kawasan Rawan Bencana Banjir Welahan Ha

(20)

7.1.6. Usulan Pembiayaan Pengembangan Kawasan Permukiman

Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Usulan kebutuhan pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel VII.5.

Tabel VII.5

Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD PROV. APBD

KAB./KOTA KPS CSR

2412 Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman 1. 2412.002 Pembinaan dan Pengawasan Kawasan Permukiman

2412.002.002 Penyusunan Kebijakan, Strategi dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman

1

Bantek Penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Jepara

Kab. Jepara 2018 1 Kab. 750.000.000

- 75.000.000 - - 2012 - - DCKTRK

2. Studi Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Jepara

Kec. Jepara, Tahunan,

3. Studi Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Jepara

Kec. Kedung, Batealit,

2. 2412.003 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan 2412.003.001 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

1

Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Karangkebagusan)

Kawasan Bulu 2017 3 Ha 3.000.000.000

- 300.000.000 - - 2012 2017 - DCKTRK

2

Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Karangkebagusan)

Kawasan Bulu 2018 11 Ha 10.000.000.000

- 1.000.000.000 - - 2012 2017 - DCKTRK

3

Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Karangkebagusan)

Kawasan Bulu 2019 11 Ha 10.000.000.000

- 1.000.000.000 - - 2012 2018 - DCKTRK

4

Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Karangkebagusan)

Kawasan Bulu 2020 12 Ha 11.000.000.000

- 1.000.000.000 - - 2012 2019 - DCKTRK

5

Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Karangkebagusan)

Kawasan Bulu 2021 12,27 Ha 12.000.000.000

- 1.200.000.000 - - 2012 2020 - DCKTRK

2412.003.002 Pengembangan Lingkungan Permukiman Perkotaan

(21)

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD PROV. APBD

KAB./KOTA KPS CSR

2. Pembangunan PSD Jalan Lingkungan RSH Perum Graha

Kartini Jepara Kec. Jepara 2019 0,5 Ha 800.000.000 - 80.000.000 - - 2018 2018 - DCKTRK

3. Pembangunan PSD Jalan Lingkungan RSH Gapura

Property Jepara Kec. Jepara 2020 0,5 Ha 900.000.000 - 90.000.000 - - 2019 2019 - DCKTRK

4. Pembangunan PSD Jalan Lingkungan RSH Perum Mayong

Raya Indah Kec. Mayong 2021 0,5 Ha 1.000.000.000 - 100.000.000 - - 2020 2020 - DCKTRK

5. Pembangunan PSD Jalan Lingkungan RSH Perum

Kuwasharjo Kec. Jepara 2021 0,5 Ha 1.000.000.000 - 100.000.000 - - 2020 2020 - DCKTRK

2412.003.003 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Nelayan

1 Peningkatan sarpras Lingkungan Kawasan nelayan Ujungbatu

Kel. Ujungbatu Kec.

Jepara 2018 1 Ha 1.000.000.000 - 100.000.000 - - 2012 2017 - DCKTRK

2 Peningkatan Sarpras Lingkungan Kawasan Nelayan Kedungmalang

Desa Kedungmalang

Kec. Kedung 2017 1 Ha 1.000.000.000 - 100.000.000 - - 2017 2017 - DCKTRK

3. Peningkatan Sarpras Lingkungan Kawasan Nelayan Kedungmalang

Desa Kedungmalang

Kec. Kedung 2018 1,5 Ha 1.000.000.000 1.000.000.000 100.000.000 - - 2017 2017 - DCKTRK

4. Peningkatan sarpras Lingkungan Kawasan Nelayan Jobokuto

Kel. Jobokuto Kec.

Jepara 2019 1 Ha 1.000.000.000 1.000.000.000 100.000.000 - - 2012 2018 - DCKTRK

5. Peningkatan Sarpras Lingkungan Kawasan Nelayan

Panggung-Kalianyar-Karangaji Kec. Kedung 2019 1 Ha 2.000.000.000 1.000.000.000 200.000.000 - - 2018 2018 - DCKTRK

6. Peningkatan Sarpras Lingkungan Kawasan Nelayan

Telukawur-Semat-Tegalsambi Kec. Tahunan 2020 1 Ha 2.000.000.000 1.000.000.000 200.000.000 - - 2018 2019 - DCKTRK

7. Peningkatan Sarpras Lingkungan Kawasan Nelayan Desa Bondo

Desa Bondo Kec.

Mlonggo 2021 1 Ha 2.000.000.000 1.000.000.000 200.000.000 - - 2020 2020 - DCKTRK

3. 2412.004 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

2412.004.001 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

1 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Tempur Desa Tempur Kec.

Keling 2018 1 Ha 1.000.000.000 - 100.000.000 - - 2012 2017 - DCKTRK

2 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Damarwulan Desa Damarwulan

Kec. Keling 2019 1 Ha 1.000.000.000 - 100.000.000 - - 2012 2018 - DCKTRK

3 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Jinggotan Desa Jinggotan Kec.

Kembang 2019 1 Ha 1.000.000.000 - 100.000.000 - - 2012 2018 - DCKTRK

4 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Bategede Desa Bategede Kec.

Nalumsari 2020 1 Ha 1.500.000.000 - 150.000.000 - - 2012 2019 - DCKTRK

5 Pembangunan PSD Kawasan Minapolitan Bondo Desa Bondo Kec.

Mlonggo 2020 1 Ha 1.500.000.000 - 150.000.000 - - 2013 2019 - DCKTRK

6 Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Bondo Kec. Bangsri

Desa Bondo Kec.

Mlonggo 2018 1 Ha 2.000.000.000 - 200.000.000 - - 2007 2017 - DCKTRK

7. Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Srikandang Kec. Bangsri

Desa Srikandang Kec.

Mlonggo 2021 1 Ha 2.000.000.000 - 200.000.000 - - 2018 2018 DCKTRK

8. Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Bucu Kec. Kembang

Desa Bucu Kec.

(22)

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD PROV. APBD

KAB./KOTA KPS CSR

9. Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Gedangan Kec. Welahan

Desa Gedangan Kec.

Welahan 2020 1 Ha 2.000.000.000 - 200.000.000 - - 2007 2020 - DCKTRK

10. Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Pancur Kec. Mayong

Desa Pancur Kec.

Mayong 2019 1 Ha 2.000.000.000 - 200.000.000 2008 2020 - DCKTRK

2412.004.002 Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Tertinggal, Terpencil dan Pulau-Pulau Terluar

1 Pembangunan PSD di Permukiman Desa Kemojan

Kepulauan Karimunjawa Desa Kemojan 2019 0,5 Ha 3.000.000.000 - 300.000.000 - - 2017 2017 - DCKTRK

2 Pembangunan PSD di Permukiman Desa Karimunjawa

Kepulauan Karimunjawa Desa Karimunjawa 2018 0,5 Ha 3.000.000.000 - 300.000.000 - - 2018 2019 - DCKTRK

3 Pembangunan PSD di Permukiman Desa Parang

Kepulauan Karimunjawa Desa Parang 2019 0,5 Ha 3.000.000.000 - 300.000.000 - - 2018 2018 - DCKTRK

2412.004.003 Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

1 PISEW Kecamatan Tahunan Kec. Tahunan 2017 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2017 - - DCKTRK

2 PISEW Kecamatan Keling Kec. Keling 2017 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2017 - - DCKTRK

3 PISEW Kecamatan Mayong Kec. Mayong 2018 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2017 - - DCKTRK

4 PISEW Kecamatan Pakis Aji Kec. Pakis Aji 2018 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2018 - - DCKTRK

5 PISEW Kecamatan Welahan Kec. Welahan 2018 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2018 - - DCKTRK

6 PISEW Kecamatan Kalinyamatan Kec. Kalinyamatan 2019 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2018 - - DCKTRK

7 PISEW Kecamatan Nalumsari Kec. Nalumsari 2019 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2019 - - DCKTRK

8 PISEW Kecamatan Mlonggo Kec. Mlonggo 2019 2 Ha 1.500.000.000

- 150.000.000 - - 2019 - - DCKTRK

9 PISEW Kecamatan Kembang Kec. Kembang 2020 2 Ha 2.000.000.000

- 200.000.000 - - 2019 - - DCKTRK

10 PISEW Kecamatan Batealit Kec. Batealit 2020 2 Ha 2.000.000.000

- 200.000.000 - - 2020 - - DCKTRK

11 PISEW Kecamatan Bangsri Kec. Bangsri 2021 2 Ha 2.000.000.000

- 200.000.000 - - 2020 - - DCKTRK

12 PISEW Kecamatan Donorojo Kec. Donorojo 2021 2 Ha 2.000.000.000

- 200.000.000 - - 2020 - - DCKTRK

4. 2412.005 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

2412.005.002 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Rawan Bencana, Pasca bencana dan Kawasan tertentu

1. Pembangunan Rumah Panggung Desa Gerdu Kec.

Pecangaan 2018 1 unit - 500.000.000 - - - 2018 2018 2017 DCKTRK

2. Pembangunan Rusunawa dan infrastruktur Desa Pelang Kec. 2018 1 TB 15.000.000.000 1.500.000.000 2018 2017

(23)

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD PROV. APBD

KAB./KOTA KPS CSR

DED/ FS

AMDAL/

UKL/UPL LAHAN PENGELOLA RINCIAN

(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

pendukungnya untuk Pekerja Mayong - -

-3. Peningkatan PSD Kawasan Industri Relief dan Patung di Desa Mulyoharjo

Desa Mulyoharjo Kec.

Jepara 2019 0,5 Ha 750.000.000 - 75.000.000 - - 2004 2018 - DCKTRK

4. Pembangunan perumahan nelayan di Desa Kedungmalang Tahap 2

Desa Kedungmalang Kec. Kedung

2017 50 unit 12.500.000.000 - 1.250.000.000

- - 2016 2016 - DCKTRK

5. Pembangunan perumahan nelayan di Desa Kedungmalang Tahap 3

Desa Kedungmalang Kec. Kedung

2018-2019 155 unit 38.750.000.000 - 3.875.000.000 - - 2016 2016 - DCKTRK

5. 2412.006 Infrastruktur Berbasis Masyarakat

2412.006.001 Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman

1. P2KKP/Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kab. Jepara 2017 86 Kel./Desa 9.405.000.000 - 325.000.000

- - -

-2. P2KKP/Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kab. Jepara 2018 86 Kel./Desa 9.405.000.000 - 350.000.000

- - -

-3. P2KKP/Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kab. Jepara 2019 86 Kel./Desa 9.405.000.000 - 375.000.000

- - -

-4. P2KKP/Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kab. Jepara 2020 86 Kel./Desa 9.405.000.000 - 400.000.000

- - -

-5. P2KKP/Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kab. Jepara 2021 86 Kel./Desa 9.405.000.000 - 425.000.000

- - -

-TOTAL 220.225.000.000 5.500.000.000 19.795.000.000

-

(24)

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan di Kabupaten Jepara selama ini belum menimbulkan banyak permasalahan. Hal tersebut disebabkan Kabupaten Jepara termasuk kategori kota sedang. Penataan bangunan di Kabupaten Jepara tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 26 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung yang dijadikan pedoman untuk : 1) Pemberian ijin mendirikan bangunan den pemanfaatan bangunan;

2) Kepadatan bangunan, ketinggian bangunan gedung; 3) Persyaratan bangunan gedung;

4) Penyelenggaraan bangunan gedung;

5) Jaminan kepastian hukum dalam pelaksanaan pembangunan, termasuk kepastian untuk mendapatkan pelayanan, kondisi yang selaras dan serasi dalam melakukan kegiatannya.

Adapun muatan rencana tata bangunan dan lingkungan adalah :

1) Rencana tapak pemanfaatan ruang lingkungan perkotaan, meliputi;

a)

Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan (kavlIng)

b)

Rencana tata letak bangunan den pemanfaatan bangunan

c)

Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan perkotaan hingga pedestrian den jalan setapak, perparkiran, halte, den penyeberangan

d)

Rencana tata letak jaringan utilitas lingkungan perkotaan

e)

Rencana ruang hijau dan penghijauan

2) Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan yang meliputi;

a)

Ketentuan letak dan penampang (pra rencana tehnik) bangunan gedung dan bangunan bukan gedung

b)

Ketentuan letak dan penampang (pra rencana tehnik) jaringan pergerakan

c) Ketentuan letak dan penampang (pra rencana tehnik) jaringan utilitas lingkungan perkotaan

(25)

melalui mekanisme perijinan mendirikan bangunan

b)

Ketentuan pengaturan operasionalisasi penerapan pole insentif, hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan di etas tanah / di bawah tanah

c)

Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan penata pelaksanaan / manajemen pelaksanaan bangunan

d)

Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (balk yang dilakukan oleh instansi yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan), serta pengenaan sanksi (berupa teguran, pencabutan iiin, perdata maupun pidana).

Produk rencana tata bangunan dan lingkungan mencakup:

1) Tujuan pembangunan lingkungan dan bangunan

Tujuan pembangunan lingkungan dan bangunan dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi keterdesakan penanganan lingkungan tersebut

2) Rencana Tapak pemanfaatan Ruang lingkungan

a)

Materi yang di atur

Tata letak bangunan gedung dan bukan gedung, tata letak bukan bangunan; serta tata letak jaringan pergerakan serta utilitas yang terutama akan dibangun, sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien daerah hikau, koefisien tapak basement, sempadan jalan, daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, daerah manfaat jalan, daerah pengawasan jalan, daerah milik utilitas, daerah pengawasan utilitas,

b)

Kedalaman materi yang di atur

Geometric tapak pemanfaatn ruang yang dirinci untuk tiap bangunan dan jaringan pergerkan serta utilitas.

c)

Pengelompokan materi yang diatur: • perpetakan bangunan

• penggunaan dan mass bangunan

• jaringan pergerakan dan jaringan utilitas menurut penggunaannya

(26)

perkembangannya tidak terkendali yang mengakibatkan degradasi lingkungan karena perkembangan lingkungan tidak disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai apabila ini terjadi maka daerah-daerah yang mempunyai potensi budaya lambat laun akan hilang, padahal sebenarnya lingkungan permukiman tadi mempunyai potensi untuk dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu masih rendahnya kepedulian penanganan kawasan kumuh termasuk sharing pendanaan dan menumbuhkan gerakan masyarakat dalam penanganan kawasan kumuh. Kurang diperhatikannya sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga, serta kurang ditegakkannya aturan keselamatan bangunan. Selain itu, masih banyak bangunan gedung yang dibangun tanpa dilengkapi dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), atau sudah dilengkapi IMB namun masih belum memenuhi persyaratan teknis seperti rawan kebakaran. Juga masih banyak bangunan gedung yang dibangun tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga rawan banjir, longsor, kumuh, rawan kriminalitas. Terkait dengan dikeluarkannya UU bangunan gedung, Pemerintah Kabupaten Jepara belum memiliki Perda tentang Tata Bangunan dan Lingkungan meskipun Pengendalian pembangunan penataan bangunan gedung dan lingkungan merupakan pelayanan pemerintah kabupaten kepada masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang tertib dan andal.

Penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Jepara, juga belum berjalan dengan baik. Pengaturan mengenai fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung, belum berfungsi dengan baik. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung masih terbatas melalui mekanisme perijinan, dan belum mampu menumbuhkembangkan kapasitas masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan belum diterapkan sanksi secara tegas dan konsisten bagi pelanggar ketentuan undang-undang.

Permasalahan yang dihadapi :

 Belum tersosialisasinya Undang-undang dan Perda Bangunan Gedung kepada masyarakat dengan baik.

 Masih banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan aturan keselamatan bangunan gedung;

(27)

 Kurang diperhatikannya sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga, hidran kebakaran;

 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan lama bersejarah serta heritage, yang perlu ditingkatkan kondisinya;

Penyalahgunaan peruntukan bangunan gedung dan alih fungsi rumah menjadi tempat usaha masih banyak terjadi. Banyak berdiri bangunan gedung yang tidak layak dan sering menjadi masalah bagi lingkungan, keselamatan, kesehatan dan kenyamanan masyarakat sekitar. Selain itu, banyak bangunan gedung yang tidak tertib dan tidak memiliki izin. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UU-BG) yang mulai berlaku sejak tanggal 16 Desember 2002, belum mampu menertibkan permasalahan tersebut dan menjadi alat ukur bagi bangunan gedung agar sesuai dengan fungsi dan lingkungan.

Setelah diterbitkannya UU-BG itu, diperlukan adanya aturan lain. Pada 10 September 2005 telah disahkan Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU N0.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Bangunan Gedung lainnya, sebagai salah satu tindak lanjut kepada para penyelenggara bangunan gedung di Indonesia. PP 36 Tahun 2005 merupakan satu-satunya Peraturan Pemerintah di bidang bangunan gedung yang cukup lengkap dan komprehensif dalam upaya sosialisasi semua pihak yang berkepentingan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang bangunan gedung.

(28)

pemberdayaan bersama-sama Pemda dan masyarakat; serta menerapkan sanksi secara tegas dan konsisten bagi pelanggar ketentuan undang-undang.

PP No.36/2005 yang mengatur fungsi, persyaratan dari administrasi hingga teknis, serta penyelenggaraaan dan bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dan pembinaannya, juga belum tersosialisasi dengan baik.

Sosialisasi peraturan tersebut sangat penting untuk memberikan arahan dan pemahaman kepada aparat pemerintah/pemerintah daerah, asosiasi profesi, asosiasi perusahaan dan stakeholderpenyelenggaraan bangunan gedung. Sosialisasi ini akan menjelaskan pentingnya Peraturan Perundang-Undangan Bidang Bangunan Gedung dalam setiap penyelenggaraan bangunan gedung di Indonesia dengan menyesuaikan peraturan pelaksanaanya yang spesifik untuk masing-masing daerah. Melalui Sosialisasi itu, masyarakat dapat memahami bahwa Peraturan Perundang-undangan Bidang Bangunan Gedung dalam setiap penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagai norma yang digunakan disetiap penyelenggaraan bangunan sehingga tercipta bangunan gedung yang andal, serasi, selaras, serta harmoni dengan lingkungannya. Selain itu, diharapkan stakeholder dapat mengerti dan memahami untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri.

Demikian pula perda tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Jepara belum dibuat, sehingga arahan-arahan dalam undang-undang Bangunan Gedung belum dapat dijalankan dengan baik.

Diharapkan dengan bantuan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah diharapkan dapat segera menyiapkan tindak lanjutnya serta penyesuaian peraturan pelaksanaannya bagi kabupaten Jepara dalam bentuk Peraturan Daerah.

Secara umum permasalahan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :

 Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan bangunan gedung;

 Masih lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah; Masih rendahnya kualitas pelayanan publik dalam pelayanan perizinan bangunan gedung;  Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan

efisien;

 Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam menerapkan profesionalisme;

(29)

7.2.3 Program dan Kriteria Kesiapan Pembangunan Sektor Bina Penataan Bangunan

Program-Program Bina Penataan Bangunan, terdiri dari: a. Penyelenggaraan Bangunan Gedung;

b. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan c. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan

d. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan;

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Bina Penataan Bangunan (BPB) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapanuntuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah : - Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

Kriteria Khusus :

• Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;

• Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG - Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas:

• Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;

• Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;

• Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat. - Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Kriteria Lokasi :

(30)

• Kawasan rawan bencana;

• Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

• Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

• Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;

• Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

- Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan

Permukiman Tradisional/Bersejarah

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED. Kriteria Umum:

• Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;

• Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);

• Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria KhususFasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:

• Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

• Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

• Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;

• Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria KhususFasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:

(31)

• Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);

• Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria KhususFasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:

• Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);

• Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;

• Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):

• Ada Perda Bangunan Gedung;

• Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;

• Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi

• Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata Ruang;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Ged

Bersejarah:

• Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-Bersejarah;

• Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;

• Ada DDUB;

• Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;

• Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

(32)

• Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD);

• Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;

• Ada lahan yg disediakan Pemda;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:

• Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;

• Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun, bandara);

• Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat (taman, alun-alun);

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

7.2.4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan

(33)

Tabel VII.6

Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Bina Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Volume

Rencana Program

Keterangan Tahun I

(2017)

Tahun II (2018)

Tahun III (2019)

Tahun IV (2020)

Tahun V (2021)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I. Pembinaan Pengelolaan Bangunan Gedung

1. Peningkatan kelembagaan Pengelolaan Bangunan Gedung 1 Kab. 1 Kws

II. Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan

1. Penataan Kawasan pendopo Kabupaten 1 Kws 1 Kws

2. Penataan Kawasan Makam dan Masjid Mantingan 1 Kws 1 Kws

3. Penataan Kawasan benteng Portugis 1 Kws 1 Kws

4. Penataan Kawasan Ari-Ari RA. Kartini 1 Kws 1 Kws

5. Penataan Kawasan Museum Kartini 1 Kws 1 Kws

6. Penataan Kawasan Benteng VOC 1 Kws 1 Kws

7. Penataan Kecamatan Karimunjawa 4 Kws 2 Kws 2 Kws

8. Penataan Kawasan Pantai Kabupaten Jepara 3 Kws 1 Kws 2 Kws

9. Penataan Kawasan Desa Wisata tempur 1 Kws 1 Kws

10. Penataan Kawasan Gong Perdamaian Dunia 1 Kws 1 Kws

III. Fasilitasi Ruang Terbuka Publik / Edukasi Masyarakat

1. Pemanfaatan RTH Ujungbatu 0,5 Ha 0,5 Ha

2. Pemanfaatan RTH Kembang 0,5 Ha 0,5 Ha

3. Pemanfaatan RTH TPA Bandengan 0,5 Ha 0,5 Ha

(34)

7.2.5 Usulan Pembiayaan Pengembangan Kawasan Permukiman

Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Usulan kebutuhan pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel VII.7.

Tabel VII.7

Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Bina Penataan Bangunan

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD PROV. APBD

KAB./KOTA KPS CSR DED/ FS

AMDAL/

UKL/UPL LAHAN PENGELOLA RINCIAN

(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

2413 Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan

1. 2413.002 Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung 2413.002.001 Pembinaan Pengelolaan Bangunan Gedung

1. Peningkatan Kelembagaan Pengelolaan Bangunan

Gedung Kab. Jepara 2018 1 Kab./Kota 400.000.000 - 40.000.000 - - 2017 - ada DCKTRK

2413.002.007 Pembinaan Penataan Bangunan Lingkungan Khusus

1. Penyusunan RTBL Kawasan Alun-Alun Karimunjawa Kec. Karimunjawa 2018 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2017 - ada DCKTRK

2. Penyusunan RTBL Kawasan Perbatasan

Karimunjawa-Kemojan Kec. Karimunjawa 2018 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000 - - 2014 - ada DCKTRK

3. Penyusunan RTBL Kawasan Dermaga Karimunjawa Kec. Karimunjawa 2019 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2011 - ada DCKTRK

4. Penyusunan RTBL Kawasan Bandara Dewadaru

Karimunjawa Kec. Karimunjawa 2019 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000 - - 2011 - ada DCKTRK

5. Penyusunan RTBL Kawasan Pantai Kartini Kec. Jepara 2018 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2011 - ada DCKTRK

6. Penyusunan RTBL Kawasan Pantai Tirto Samudro Kec. Jepara 2018 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2014 - ada DCKTRK

7. Penyusunan RTBL Kawasan Industri Desa Mulyoharjo Kec. Jepara 2018 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2014 - ada DCKTRK

8. Penyusunan RTBL Kecamatan Mayong Kec. Mayong 2018 1 Dokumen - - 300.000.000

- - 2012 - ada DCKTRK

9. Penyusunan RTBL Kecamatan Pecangaan Kec. Pecangaan 2019 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2012 - ada DCKTRK

10. Penyusunan RTBL Kecamatan Kalinyamatan Kec. Kalinyamatan 2019 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2014 - ada DCKTRK

11. Penyusunan RTBL Kecamatan Welahan Kec. Welahan 2020 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2014 - ada DCKTRK

12. Penyusunan RTBL Kecamatan Kembang Kec. Kembang 2018 1 Dokumen - - 300.000.000

- - 2016 - ada DCKTRK

13. Penyusunan RTBL Kecamatan Bangsri Kec. Bangsri 2020 1 Dokumen 500.000.000 - 50.000.000

- - 2014 - ada DCKTRK

2413.005 Revitalisasi dan pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan 2413.005.003 Penataan Kawasan Tradisional Bersejarah

1. Penataan Kawasan Pendopo Kabupaten Jepara Kec. Jepara 2018 1 Kawasan 750.000.000 - 75.000.000

- - -

-2. Penataan Kawasan Makam dan Masjid Sultan Hadlirin Mantingan

Desa Mantingan Kec.

Tahunan 2019 1 Kawasan 750.000.000 - 75.000.000 - - 2018 2018 ada DCKTRK

3. Penataan Kaawsan Benteng Portugis Kec. Donorojo 2019 1 Kawasan - 750.000.000 75.000.000

(35)

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD PROV. APBD

KAB./KOTA KPS CSR DED/ FS

AMDAL/

UKL/UPL LAHAN PENGELOLA RINCIAN

(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

4. Penataan Kawasan Ari-ari RA. Kartini Kec. Mayong 2019 1 Kawasan 750.000.000 - 75.000.000

- - 2018 2018 ada DCKTRK

5. Penataan Kawasan Musem Kartini Jepara Kec. Jepara 2019 1 Kawasan - -

-- 250.000.000 2019 2019 ada DCKTRK

6. Penataan Kawasan Benteng VOC Jepara Kec. Jepara 2021 1 Kawasan - 750.000.000 75.000.000

- - 2020 2020 ada DCKTRK

7. Studi Penataan Kawasan Kota Pusaka Kabupaten Jepara Kab. Jepara 2017 1 Dok - - 150.000.000

- - - - ada DCKTRK

8. Penataan Kawasan Kota Pusaka Kabupaten Jepara Kec. Jepara 2019 1 Kawasan 750.000.000 - 75.000.000

- - 2018 2018 ada DCKTRK

2413.005.004 Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

1. Penataan Kawasan Alun-alun Karimunjawa Kec. Karimunjawa 2020 1 Kawasan - 3.000.000.000 300.000.000

- - 2019 2019 ada DCKTRK

2. Penataan Kawasan Perbatasan Karimunjawa - Kemojan Kec. Karimunjawa 2020 1 Kawasan - 3.000.000.000 300.000.000

- - 2019 2019 ada DCKTRK

3. Penataan Kawasan Bandara Dewadaru Karimunjawa Kec. Karimunjawa 2021 1 Kawasan 3.000.000.000 - 300.000.000

- - 2019 2020 ada DCKTRK

4. Penataan Kawasan Dermaga Karimunjawa Kec. Karimunjawa 2021 1 Kawasan 3.000.000.000 - 300.000.000

- - 2019 2020 ada DCKTRK

5. Penataan Kawasan Pantai Pungkruk Mlonggo Desa Mororejo Kec.

Mlonggo 2018 1 Kawasan - 750.000.000 75.000.000 - - 2005 2017 ada DCKTRK

6. Penataan Kawasan Pantai Empurancak Kec. Mlonggo Desa Karanggondang

Kec. Mlonggo 2019 1 Kawasan - 750.000.000 75.000.000 - - 2015 2018 ada DCKTRK

7. Penataan Kawasan Bumi Perkemahan Pakisaji Desa Suwawal Timur

Kec. Pakisaji 2021 1 Kawasan - 750.000.000 75.000.000 - - 2020 2020 ada DCKTRK

8. Penataan Kawasan Wisata Pantai Bondo Desa Bondo Kec.

Bangsri 2019 1 Kawasan - 750.000.000 75.000.000 - - 2018 2018 ada DCKTRK

9. Penataan Kawasan Desa Wisata tempur Desa Tempur Kec.

Keling 2020 1 Kawasan - 750.000.000 75.000.000 - - 2009 2019 ada DCKTRK

2413.006 Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan

2413.006.002 Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Hijau

1 Pemanfaatan RTH Ujungbatu Kel. Ujungbatu Kec.

Jepara 2019 0,025 Ha 500.000.000 - 50.000.000 - - 2007 2017 ada DCKTRK

2 Pemanfaatan RTH Kecamatan Kembang Kec. Kembang 2020 0,025 Ha 500.000.000 - 50.000.000

- - 2016 2017 ada DCKTRK

3. Penataan RTH di Kawasan TPA Bandengan Kec. Jepara 2019 0,025 Ha 500.000.000 - 50.000.000

- - 2011 2017 ada DCKTRK

4. Penataan RTH di Kawasan TPA Krasak Kec. Bangsri 2018 0,025 Ha - - 300.000.000

- - 2014 2017 ada DCKTRK

5. Penataan RTH kec. Pecangaan Kec. Pecangaan 2019 0,025 Ha -

-325.000.000 - - 2012 2018 ada DCKTRK

6. Penataan RTH kec. Kalinyamatan Kec. Kalinyamatan 2019 0,025 Ha -

-325.000.000 - - 2014 2018 ada DCKTRK

7. Penataan RTH kec. Welahan Kec. Welahan 2019 0,025 Ha -

-325.000.000 - - 2014 2018 ada DCKTRK

8. Penataan RTH kec. Pakis Aji Kec. Pakis Aji 2020 0,025 Ha -

-350.000.000 - - 2019 2019 ada DCKTRK

9. Penataan RTH kec. Mlonggo Kec. Mlonggo 2020 0,025 Ha -

(36)

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI TAHUN VOL SATUAN

SUMBER DANA READINESS CRITERIA

INDIKATOR OUTPUT

APBN APBD PROV. APBD

KAB./KOTA KPS CSR DED/ FS

AMDAL/

UKL/UPL LAHAN PENGELOLA RINCIAN

(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

10. Penataan RTH kec. Donorojo Kec. Donorojo 2020 0,025 Ha -

-350.000.000 - - 2019 2019 ada DCKTRK

11. Penataan RTH kec. Keling Kec. Keling 2021 0,025 Ha -

-375.000.000 - - 2020 2020 ada DCKTRK

12. Penataan RTH kec. Nalumsari Kec. Nalumsari 2021 0,025 Ha -

-375.000.000 - - 2014 2020 ada DCKTRK

13. Penataan RTH kec. Mayong Kec. Mayong 2021 0,025 Ha -

-375.000.000 - - 2012 2020 ada DCKTRK

TOTAL 16.400.000.000 11.250.000.000 6.965.000.000

- 250.000.000

(37)

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

7.3.1 Kondisi Eksisting Sistem Penyediaan Air Minum

a. Aspek Teknis

Jumlah penduduk yang sudah dapat mengakes secara berkelanjutan sumber air minum layak di Kabupaten Jepara, pada tahun 2014, baik di perkotaan maupun di perdesaan mencapai 844.729 jiwa atau sebesar 73,25% dari total jumlah penduduk di tahun 2014 sebesar 1.153.213 jiwa . Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Wilayah perkotaan sebesar 14,54 % yang dilayani oleh PDAM berupa perpipaan.

b. Wilayah perdesaan sebesar 58,71 %. Berupa sumur bor, sumur gali dan mata air.

Sebagian besar kebutuhan tersebut berasal dari sumur, yaitu mencapai 436.118 jiwa, diikuti oleh perpipaan (PDAM) sebesar 167.730 jiwa. Untuk lebih jelasnya, cakupan layanan air minum di Kabupaten Jepara sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat tabel berikut.

Tabel VII.8

Cakupan Layanan Air Minum Kabupaten Jepara Menurut Sumber Air Minum

No. Kecamatan Perkotaan Perdesaan

Perpipaan Sumur Gali Sumur Bor Mata Air Perpipaan

1 Kedung 20.195 51.779 3.725 -

-2 Pecangaan 5.855 20.318 31.250 -

-3 Kalinyamatan 14.575 55.103 13.695 -

-4 Welahan 6.490 15.998 33.750 -

-5 Mayong 2.090 40.456 20.000 3.425 9.875

6 Nalumsari 2.145 34.403 - - 5.250

7 Batealit 3.725 30.467 500 - 14.000

8 Tahunan 10.310 25.829 - -

-9 Jepara 74.300 20.264 - -

-10 Mlonggo 9.135 33.539 - -

-11 Pakisaji 9.500 11.317 - - 15.600

12 Bangsri 8.030 46.317 - - 10.875

13 Kembang 1.285 12.301 1.500 3.016 11.750

14 Keling 95 18.040 - - 13.800

15 Donorojo 13.992 1.250 - 43.595

16 Karimunjawa 5.589 - 1.200 2.825

Jumlah Penduduk 167.730 436.118 105.670 7.641 127.570

Sumber : Jakstrada Air Minum Kab. Jepara, 2015

(38)

Tabel VII.9

Cakupan Pelayanan PDAM Kabupaten Jepara Tahun 2016

No. Unit SPAM

1 JEPARA BNA 211,5 54,2 99.437 9.308 55.848 56,2%

KEC. JEPARA, TAHUNAN, BATEALIT,

2 BANGSRI 28,5 8,7 49.082 901 5.403 11,0% KEC. BANGSRI

3 MLONGGO 40 19,8 41.211 1.059 6.354 15,4% KEC. MLONGGO

4 PECANGAAN 10 5,7 40.655 235 1.410 3,5% KEC.

PECANGAAN

5 TAHUNAN 40,5 12,1 36.511 859 5.154 14,1% KEC. TAHUNAN

6 PAKIS AJI 57,5 39,8 19.353 711 4.264 22,0% KEC. PAKIS AJI

7 KALINYAMAT

AN 26 18,9 30.852 1.215 7.287 23,6%

KEC.

KALINYAMATAN

8 KEDUNG I 27 13,6 18.607 1.107 6.642 35,7% KEC. KEDUNG

9 KEDUNG II 28,5 10,5 18.607 1.107 6.642 35,7% KEC. KEDUNG

10 BATEALIT 15 7,2 20.556 224 1.344 6,5% KEC. BATEALIT

11 NALUMSARI 10 4,5 35.606 271 1.626 4,6% KEC.

NALUMSARI

12 KEMBANG 7,5 3,8 33.660 188 1.125 3,3% KEC. KEMBANG

13 MAYONG 9,5 5,8 43.304 236 1.416 3,3% KEC. MAYONG

14 KELING 7,5 6,9 30.068 56 333 1,1% KEC. KELING

JUMLAH

TOTAL 519 211,5 517.508 17.475 104.848 20,3%

Sumber : PDAM Kabupaten Jepara, 2016

Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat bahwa cakupan pelayanan air minum oleh PDAM masih sangat mendominasi pada unit pelayanan Jepara BNA dengan capaian sebesar 56,2% atau melayani 99.437 jiwa dari total penduduk yang dilayani oleh PDAM yaitu sejumlah 517.508 jiwa.

(39)

Tabel VII.10

Proyeksi Kebutuhan air Minum untuk Perkotaan (PDAM) 2016 - 2021

NO KETERANGAN SATUAN PROYEKSI

2016 2017 2018 2019 2020 2021

1 Jumlah Unit Pelayanan unit 3 3 3 3 3 3

2 Kapasitas Unit Produksi Terpasang l/dt 566 604 654 704 804 904

Kebutuhan tambahan unit ptoduksi l/dt 47 38 50 50 100 100

3 Produksi air minum m3/tahun 9.855.779 10.831.612 13.013.918 15.209.112 18.494.289 21.779.465

l/dt 312,5 343,5 412,7 482,3 586,5 690,6

4 Air terjual m3/tahun 7.687.508 8.448.657 10.150.856 11.863.107 14.425.545 16.987.983

5 Kehilangan Air (NRW) m3/tahun 2.168.271 2.382.955 2.863.062 3.346.005 4.068.743 4.791.482

% 22% 22% 22% 22% 22% 22%

6 Rata2 pemanfaatan kapasitas l/dt 312,52 343,47 412,67 482,28 586,45 690,62

7 Kapasitas Belum Dimanfaatkan l/dt 253 261 241 222 218 213

8 Jumlah sambungan unit 39.629 43.552 52.327 61.153 74.363 87.572

9 (potensi) Kenaikan jumlah sambungan unit/tahun 4.823 3.924 8.775 8.827 13.209 13.209

10 Penduduk dilayani/sambungan orang/samb 6 6 6 6 6 6

11 Jumlah Penduduk Kab/Kota jiwa 1.117.395 1.134.156 1.151.169 1.168.436 1.185.963 1.203.752

Persentase pertambahan penduduk % 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5%

12 Penduduk dilayani jiwa 237.771 261.313 313.961 366.920 446.175 525.430

% 21% 23% 27% 31% 38% 44%

13 Konsumsi rata2 m3/samb/bln 16,17 16,17 16,17 16,17 16,17 16,17

(40)

Kebutuhan terhadap air minum menjadi sebuah kebutuhan pokok manusia. Hal ini berimbas pada kelangsungan hidup dan aktivitas bagi masyarakat. Sebagai perusahaan daerah yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat, PDAM memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Kapasitas produksi yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan air minum masyarakat. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat bagi pelayanan air minum. Tabel berikut memperlihatkan kapasitas terpasang dan kapasitas produksi PDAM.

Tabel VII.11

Kapasitas Terpasang dan Idle Capacity PDAM Tahun 2015

No SPAM

Kapasitas

terpasang Volume Produksi

Idle capacity

Air Baku Minimum reservoir

Sistem Pengaliran Kecamatan Dilayani Jenis/nama Kapasitas Jumlah

Unit

Kap. total

l/dt m3/tahun l/dt l/dt l/dt m3 Transmisi Distribusi

1 JEPARA BNA 211,5 4.960.564 157,3 54,2 SUMUR 211,5 3 1.250 Pompa Gravitasi dan Pompa

KEC. JEPARA, TAHUNAN, BATEALIT,

2 BANGSRI 28,5 623.087 19,8 8,7 SUMUR 28,5 Pompa Pompa KEC. BANGSRI

3 MLONGGO 40 637.469 20,2 19,8 SUMUR 40 Pompa Pompa KEC. MLONGGO

4 PECANGAAN 10 136.989 4,3 5,7 SUMUR 10 Pompa Pompa KEC. PECANGAAN

5 TAHUNAN 40,5 895.734 28,4 12,1 SUMUR 40,5 Pompa Pompa KEC. TAHUNAN

6 PAKIS AJI 57,5 556.729 17,7 39,8 SUMUR 57,5 Pompa Pompa KEC. PAKIS AJI

7 KALINYAMATAN 26 225.276 7,1 18,9 SUMUR 26 Pompa Pompa KEC.

KALINYAMATAN

8 KEDUNG I 27 423.054 13,4 13,6 SUMUR 27 Pompa Pompa KEC. KEDUNG

9 KEDUNG II 28,5 568.352 18,0 10,5 SUMUR 28,5 Pompa Pompa KEC. KEDUNG

10 BATEALIT 15 246.287 7,8 7,2 SUMUR 15 1 250 Pompa

Gravitasi dan

Pompa KEC. BATEALIT

11 NALUMSARI 10 172.333 5,5 4,5 SUMUR 10 Pompa Pompa KEC. NALUMSARI

12 KEMBANG 7,5 115.163 3,7 3,8 SUMUR 7,5 1 250 Pompa

Gravitasi dan

Pompa KEC. KEMBANG

13 MAYONG 9,5 117.381 3,7 5,8 SUMUR 9,5 Pompa Pompa KEC. MAYONG

14 KELING 7,5 20.226 0,6 6,9 SUMUR 7,5 1 250 Pompa

Gravitasi dan

Pompa KEC. KELING 15

16 0,0 0,0 gravitasi gravitasi

TOTAL 519 9.698.644 307,5 211,5 519 6 2.000

Sumber : PDAM Kabupaten Jepara, 2016

(41)

Tabel VII.12

Jumlah Reservoir dan Kapasitas Reservoir PDAM Kabupaten Jepara

NO LOKASI VOLUME (M3) JUMLAH

1 JEPARA 500 2

2 KECAPI 250 1

3 TAHUNAN 300 1

4 WELAHAN 36 1

5 KEMBANG 300 1

6 KELING 300 1

7 BATEALIT 200 1

Sumber : PDAM Kabupaten Jepara

SPAM memiliki suatu target yang harus dipenuhi demi terselenggaranya penyediaan air minum bagi masyarakat. Lampiran memperlihatkan kinerja SPAM yang dilaksanakan oleh PDAM Kabupaten Jepara dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Jepara atas tersedianya air minum yang layak konsumsi.

Tabel berikut memperlihatkan bahwa sumur-sumur sumber air baku sudah mulai dibangun sejak tahun 1984 dengan jaringan yang mulai terbangun pada tahun 1983. Tercatat bahwa PDAM Kabupaten Jepara telah mampu menjual air sebanyak 509.217 m3 kepada masyarakat yang sebagian besar (>50%) berasal dari BNA Jepara. Data mengenai sumber air baku PDAM dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel VII.13

Sumber Air Baku PDAM Jepara KOTA/

Pekalongan 2 1,87 0,13 1,87

261.053

Bulungan 2,5 2,16 0,34 2,16

1985 1986 Sumur JT 05

Bulungan 3,5 3,1 0,4 3,1

1984 1986 Sumur JT 06

Bulungan 4,5 4,5 - 4,5

1999 2000 Sumur JT 08

Kecapi 2 1,41 0,59 1,41

Gambar

Tabel VII.2
Tabel VII.3
Tabel VII.4
Tabel VII.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, juga terdapat pesan nasionalisme yang terlihat dalam scene film, saat Fang Yin dinasehati oleh papa mamanya untuk kembali ke Indonesia dengan alasan bahwa bagaimana

Fokus penelitian yang peneliti ambil adalah mencari data yang mendalam menegenai teknik pembelajaran Clearest Point dan Student summary dalam meningkatkan

Hipotesis pada penelitian ini adalah: Terdapat hubungan positif antara pola asuh permisif orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswi artinya semakin

22 Saya takut tidak mampu memutuskan segala sesuatu apabila tidak bersama pacar 23 Berpisah dengan pacar merupakan hal yang..

ntcmerlukau alat tes kn=ativitas verbal. SehubWJgan dcngan Ita! terscbut kmni mohtm sudi klran)·a Jbu mcmb&lt;mtu m~h.wa t~out. Atas terkubulnya p¢rmoru;;nan iru,

Djoko dan Sofyan (2014) juga telah melakukan penelitian mengenai kualitas briket dari cangkang kelapa sawit dengan perekat pati singkong... Faktor-faktor yang mempengaruhi

Tesis yang berjudul ”Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur” merupakan salah

Perlu dilakukan pengelolaan potensi kawasan ekowisata Danau Linting sehingga dapat dilakukan juga perencanaan program interpretasi lingkungan yang nantinya akan