• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Penerapan Model Pembelajaran Make A Match dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Penerapan Model Pembelajaran Make A Match dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

51

Langkah awal dari pelaksanaan penelitian di SD N Lerep 02 dan SD N Lerep 01 Kecamatan Ungaran Barat dengan melakukan permohonan izin di sekolah masing-masing. Setelah mendapat izin dari pihak kepala sekolah, dilanjutkan dengan menemui guru kelas 5 masing-masing sekolah sebagai pelaksana penerapan treatment pada subjek penelitian. Pada pertemuan pertama dengan guru kelas 5 baik di SD N Lerep 02 dan SD N Lerep 01, dimulai dengan perkenalan, setelah itu dilanjutkan dengan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ke sekolah.

Pertemuan dengan guru selanjutnya membahas validasi treatment dan RPP sebagai pedoman pembelajaran dengan model yang digunakan dalam penelitian ini. Validasi ini dilakukan agar guru sebagai pelaksana treatment dapat memahami benar dan memiliki kemampuan untuk menerapkan pembelajaran sesuai dengan sintak dalam penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah penjelasan secara langsung kepada guru, bertukar pikiran mengenai langkah-langkah pembelajaran, memberikan materi yang akan disajikan agar dapat dipelajari sebelumnya. Selain itu, guru diberikan penjelasan mengenai media yang digunakan dalam pembelajaran karena sebelumnya memang belum pernah menerapkan model pembelajaran Make A Match pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran

Picture And Picture pada kelompok kontrol. Sehingga guru perlu mempelajari RPP yang diberikan peneliti.

(2)

Tabel 4.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun Pelajaran 2014/2015

Pertemuan Hari/Tanggal Uraian Kegiatan

1. Senin, 23 Maret 2015 Memberikan pretest pada subjek penelitian yaitu kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N Lerep 01. Dalam hal ini untuk mengetahui keadaan awal dan menguji kesetaraan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Kamis, 26 Maret 2015 Memberikan treatment pertama pada kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture, materi ajar mengenai lapisan atmosfer. 3. Sabtu, 28 Maret 2015 Memberikan treatment pertama pada

kelompok eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match, materi ajar mengenai lapisan atmosfer. 4. Sabtu, 28 Maret 2015 Memberikan treatment kedua pada

kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture, materi ajar mengenai struktur bumi

5. Rabu, 1 April 2015 Memberikan treatment kedua pada kelompok eksperimen dengan menerapkan

a. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match

(3)

1) Pra Pembelajaran

Pada kelompok eksperimen dimulai pukul 07.00 WIB, pertemuan ini difokuskan untuk menyelesaikan indikator 1 dan 2. Kegiatan awal dimulai dari guru menyiapkan perlengkapan pembelajaran sebelum waktu pembelajaran dimulai, mengkondisikan dan mengorganisasi pembelajaran seperti berdoa sebelum memulai pembelajaran, presensi kelas, memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

(4)

memberikan apresiasi pada siswa yang aktif atau motivasi bagi siswa yang kurang aktif.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Make A Match

pada pertemuan pertama ini sudah terlaksana dengan baik, hanya saja dari 22 indikator yang harus dilakukan ada 1 tahapan yang terlewatkan yaitu merefleksi pembelajaran. Hal ini karena waktu yang sudah berakhir dan harus berganti dengan mata pelajaran lainnya.

Pada pertemuan kedua pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015 dimulai pukul 11.00 WIB. Proses belajar mengajar tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Hal ini dikarenakan pada pertemuan kedua difokuskan untuk menyelesaikan indikator berikutnya yaitu indikator 3 dan 4. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Pra Pembelajaran

Pada kegiatan awal guru mempersiapkan perlengkapan pembelajaran mengkondisikan agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian, guru mengorganisasi pembelajaran dengan berdoa terlebih dahulu dilanjutkan presensi kelas, saat itu seluruh siswa hadir. Sebelum ke materi, guru bertanya jawab mengenai materi minggu lalu yang telah dipelajari sebagai motivasi. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi sesuai dengan pedoman RPP yang digunakan serta tidak terlewatkan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa.

2) Kegiatan Inti

(5)

menit batas waktu berakhir dalam mencocokkan kartu dengan kelompok lain, siswa bersama pasangan mempresentasikan kartunya kepada tim penilai sebagai laporan hasil kerja.setelah siswa selesai melaporkan hasil kerjanya guru meluruskan pemahaman siswa tentang kebenaran atau kecocokkan kartu yang terpasang. Dalam kegiatan inti, guru sudah melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran Make A Match dengan baik, Hal itu terlihat pada hasil lembar observasi yang sebagian besar indikator kegiatan telah terlaksana.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru menyimpulkan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran dan mengakhiri pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini, penerapan pembelajaran dengan model Make A Match sudah terlaksana dengan baik, hanya saja dari 22 indikator yang harus dilakukan guru terdapat 3 tahapan yang tidak telaksana. Tahapan tersebut antara lain memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif ataupun motivasi kepada siswa yang kurang aktif saat pembelajaran. Selain itu, tahapan yang terlewatkan adalah mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat beberapa siswa masih menggunakan pakaian olahraga karena siswa masih sulit diberi peringatan agar menyiapkan diri setelah pergantian jam pelajaran. Tetapi, tidak begitu memperburuk kondisi belajar, karena guru sudah memahami karakteristik siswanya sehingga pembelajaran dapat berlangsung dan terlaksana dengan baik. Pertemuan ketiga pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015 pukul 09.00 WIB. Pada pertemuan ini difokuskan untuk memberikan

(6)

memberikan kesempatan bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum dipahami atau merefleksi pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya. Berikut ini disajikan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match.

Tabel 4.2

Hasil Observasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen

No. Aspek

Keterlaksanaan

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Ya Tidak Ya Tidak

1. Mengorganisasi pembelajaran √ √

2. Menyampaikan materi ajar √ √

3. Pembagian kelompok secara

heterogen √ √

4. Pembagian kartu √ √

5. Mencocokkan kartu-kartu

pasangan yang diperoleh √ √

6. Laporan hasil kerja √ √

7. Konfirmasi √ √

Berdasarkan hasil observasi di atas, pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Make A Match sudah terlaksana dengan baik. Hal ini mengacu pada hasil observasi menunjukkan sintak model pembelajaran Make A Match hampir keseluruhan aspek secara telah dilaksanakan oleh guru kelas sebagai pengajar.

b. Penerapan Model Pembelajaran Picture anda Picture

(7)

1) Pra Pembelajaran

Pada kelompok kontrol dimulai pukul 07.00 WIB, pertemuan ini difokuskan untuk menyelesaikan indikator 1 dan 2. Kegiatan awal dimulai dari guru mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sebelum waktu pembelajaran dimulain. Mengondisikan siswa untuk siap belajar, dilanjutkan dengan membuka pembelajaran seperti berdoa sebelum memulai pembelajaran, presensi kelas, memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru memulai untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan. Guru menyampaikan materi tentang lapisan atmosfer, sehingga saat menyampaikan materi pengantar guru memperhatikan pula kondisi belajar siswa agar suasana belajar dapat kondusif. Setelah itu, dilanjutkan dengan guru menyajikan gambar-gambar materi yang relevan. Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk aktif dalam mengamati gambar yang disajikan. Setelah siswa menyimak penjelasan guru tentang lapisan atmosfer dan mengamati gambar, guru menunjuk siswa secara undian atau siswa yang ramai untuk maju ke depan kelas. Siswa yang maju tersebut, dibimbing untuk mengurutkan dan memasangkan gambar-gambar berdasarkan pemahamannya menjadi urutan logis dan sistematis. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran siswa dalam memasangkan gambar menjadi urutan yang logis. Guru memfasilitasi siswa dalam menganalisa gambar-gambar yang dipasangkan menurut pendapat siswa tersebut. Langkah dalam memasangkan gambar ini dilakukan secara bergantian. Setelah itu dilanjutkan guru menanamkan konsep atau materi dengan menjelaskan kembali materi dan memfasilitasi agar semua siswa menyimak penjelasan guru dan mencatat informasi penting mengenai materi yang dipelajari.

3) Kegiatan Akhir

(8)

dengan baik, hanya saja dari 22 indikator yang harus dilakukan ada 2 tahapan yang terlewatkan yaitu membimbing siswa agar fokus saat menyimak penjelasan guru. Hal ini terlihat saat menerangkan materi beberapa siswa tidak menyimak dengan baik. Selain tahap terlewatkan tersebut, guru juga belum merefleksi pembelajaran.

Pada pertemuan kedua pada kelompok kontrol dilaksnakan pada tanggal 28 Maret 2015 dimulai pukul 07.00 WIB. Proses belajar mengajar tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Hal ini dikarenakan pada pertemuan kedua difokuskan untuk menyelesaikan indikator berikutnya yaitu indikator 3 dan 4. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Pra Pembelajaran

Guru mempersiapkan perlengkapan pembelajaran dan mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama, presensi kelas, memberikan motivasi antara lain bertanya jawab mengenai materi lalu, atau bercerita. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru memulai mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan. Guru menjelaskan materi mengenai struktur bumi. Setelah menyajikan materi pengantar, guru menyajikan gambar-gambar kepada siswa. Selanjutnya, guru menunjuk siswa untuk memasangkan gambar tersebut menjadi urutan yang logis dan sistematis. Dalam menunjuk siswa, dilakukan dengan undian dan berlangsung secara bergantian. Guru membimbing siswa untuk memasangkan gambar pada tempat yang sudah disediakan. Guru menanyakan alasan atau hal-hal mengenai urutan gambar yang dipasangkan siswa, sehingga memfasilitasi siswa untuk berpendapat dalam menganalisa gambar yang diurutkan. Terakhir, guru menanamkan konsep materi yang dipelajari dan menyimpulkan pembelajaran.

3) Kegiatan Akhir

(9)

telah terlaksana dengan baik. Tetapi terdapat indikator yang terlewatkan yaitu guru belum membimbing siswa mencatat informasi penting mengenai materi dan tidak merefleksi pembelajaran pada kegiatan akhir.

Pertemuan ketiga kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015 pukul 07.00 WIB. Pertemuan ketiga ini, digunakan untuk memberikan

posttest setelah sebelumnya diberikan treatment. Pada kegiatan awal guru membuka pembelajaran diantaranya berdoa, presensi kelas yang pada pertemuan tersebut seluruh siswa hadir. Guru memberikan motivasi agar mengerjakan tes dengan baik. Setelah masing-masing siswa memperoleh soal tes dan lembar jawab, siswa segera mengerjakan tes selama 30 waktu yang telah ditentukan. setelah waktu mengerjakan berakhir, guru mengumpulkan lembar jawab siswa dan mengakhiri pembelajaran. Berikut ini disajikan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture.

Tabel 4.3

3. Menyampaikan materi pengatar √ √

4. Menyajikan gambar √

(10)

baik. Hanya saja secara teknis pelaksanaan, terdapat aspek tertentu yang tidak terlaksana.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. Deskripsi data melitputi data hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan post test. Sedangkan analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. 4.2.1 Deskripsi Data

Skor hasil belajar yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masih berupa data mentah, sehingga sulit untuk menarik kesimpulan yang berarti. Oleh karena itu, data tersebut perlu diolah terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan sebagai proses untuk memperoleh ringkasan dari data mentah dengan menggunakan cara atau rumus tertentu.

Data skor hasil belajar IPA yang diperoleh dari kelompok eksperimen yaitu siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan kelompok kontrol yaitu kelas 5 SD N Lerep 01 disajikan dan dianalisis secara deskriptif. Tujuannya agar data tersebut dapat dipaparkan secara baik dan dapat disimpulkan dengan jelas dan mudah dimengerti orang lain. Deskripsi data meliputi penyusunan data dalam bentuk tampilan yang mudah terbaca secara lengkap. Tabel distribusi frekuensi merupakan cara penyajian paling umum untuk deskripsi data,yang sering disimpulkan pula secara visual dalam bentuk diagram batang atau histogram. Untuk itu sebelum dilakukan analisi deskriptf, terlebih dahulu dibuat tabel frekuensi skor hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4.2.1.1 Data Hasil Belajar

Data belajar diperoleh dari posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan treatment. Skor hasil belajar dari hasil posttest

(11)

Berikut ini, disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar dari hasil

posttest pada kelompok eksperimen. Untuk mempermudah dalam membuat tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA, menurut Sugiono (2010: 36) pertama menentukan banyaknya kelas (K), setelah itu menghitung jangkauannya (Range), dan panjang Interval Kelas (I) menggunakan rumus seperti di bawah ini:

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 29 = 1 + 3,3 . 1,46 = 1 + 4,82

= 5,82 (dibulatkan menjadi 6 kelas) Jangkauan (Range) = (skor maksimal – skor minimal) + 1

= (95 – 60) + 1 = 36

Interval = Range

Banyak kelas = 36

6 = 6

(12)

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

No Interval Frekuensi Persentase

1 90 95 6 20,8%

2 84 89 4 13,8%

3 78 83 7 24,1%

4 72 77 4 13,8%

5 66 71 3 10,3%

6 60 65 5 17,2%

Jumlah 29 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen, dari seluruh siswa kelas 5 SD N Lerep 02, siswa yang mendapat skor pada interval 90-95 sebanyak 6 siswa dengan persentase 20,8%. Siswa yang mendapatkan skor pada interval 84-89 sebanyak 4 siswa dengan persentase 13,8%. Kemudian skor pada interval 78-83 sebanyak 7 siswa dengan persentase 24,1%. Siswa yang mendapatkan skor pada interval 72-77 terdiri dari 4 siswa dengan persentase 13,8%. Skor 66-71 sebanyak 3 siswa dengan persentase 10,3%. Sedangkan skor pada interval 60-65 sebanyak 5 siswa dengan persentase 17,2% dari jumlah seluruh siswa.

(13)

Gambar 5. Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Selanjutnya akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor posttest hasil belajar IPA kelompok kontrol. Pertama menghitung banyaknya kelas (K). kemudian menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelas (I) dengan rumus seperti berikut ini:

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 25 = 1 + 3,3 . 1,39 = 1 + 4,59

= 5,59 (dibulatkan menjadi 6 kelas) Jangkauan (Range) = (skor maksimal – skor minimal) + 1

= (95 – 60) + 1 = 36

Interval = Range

Banyak kelas = 36

6 = 6

Berdasarkan rumus tersebut, kemudian disusun tabel distribusi frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

0 1 2 3 4 5 6 7

(14)

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

No Interval Frekuensi Persentase

1 90 - 95 2 8%

2 84 - 89 1 4%

3 78 - 83 4 16%

4 72 - 77 6 24%

5 66 - 71 5 20%

6 60 - 65 7 28%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui skor hasil belajar IPA kelompok kontrol, siswa yang mendapat skor 90-95 terdiri dari 2 siswa dengan persentase 8%. Siswa yang mendapat skor antara 84-89 sebanyak 1 siswa atau 4% dari seluruh jumlah siswa SD N Lerep 01. Siswa yang mendapatkan skor 78-83 sebanyak 4 siswa dengan persentase 16%. Sedangkan skor antara 72-77 terdiri dari 6 siswa dengan persentase 24%. Siswa yang mendapat skor 66-71 sebanyak 5 siswa dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 60-65 sebanyak 7 siswa dengan perolehan persentase 28% dari 25 jumlah keseluruhan siswa.

(15)

Gambar 6. Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

4.2.2 Analisis Data

4.2.2.1 Analisis Deskriptif

Setelah dilakukan distribusi frekuensi berupa tabel dan grafik, kemudian dilakukan analisi deskriptif. Data deskritif statistik skor hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen yaitu kelas 5 SD N Lerep 02 dan kelompok kontrol yaitu siswa kelas 5 SD N Lerep 01, akan disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.6

Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 29 mempunyai nilai minimum 60,00 dan nilai maximum 95,00. Sedangkan rata-rata/mean pada kelompok eksperimen yaitu 78,4483 dan standart deviation yaitu 9,91963. Sedangkan hasil belajar IPA pada kelompok kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 25

0 1 2 3 4 5 6 7

90-95 84-89 78-83 72-77 66-71 60-65

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kelas_Eksperimen 29 60.00 95.00 78.4483 9.91963

Kelas_Kontrol 25 60.00 95.00 72.8000 9.47365

(16)

mempunyai nilai minimum 60,00 dan nilai maximum 95,00. Rata-rata/ mean pada kelompok kontrol yaitu 72,8000 sedangkan standart deviation yaitu 9,47365.

4.2.2.2 Uji Homogenitas

Langkah sebelum dilakukan uji hipotesis pada data posttest yang diperoleh antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilakukan uji prasyarat atau uji asumsi terlebih dahulu. Uji prasyarat yang harus dilakukan yaitu uji homogenitas dan uji normalitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varian skor yang diukur pada kedua kelas memiliki varian yang sama atau tidak.

Dalam penelitian ini, uji homogenitas (kesamaan varian) menggunakan teknik Levene Test. Data homogen jika diperoleh nilai signifikansi > 0,05 dan data tidak homogen jika nilai signifikansi < 0,05. Output dari uji homogenitas data

posttest untuk hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Lerep 02 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas 5 SD N Lerep 01 sebagai kelompok kontrol terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui angka Levene Statistic

menunjukkan 0,123. Kemudian df1 = jumlah kelompok data -1 atau 2 – 1 = 1 sedangkan df2 = jumlah data – jumlah kelompok data atau 54 – 2 = 52. Dari

Output tersebut, dapat diketahui signifikansi sebesar 0,727. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua variansi (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) memiliki varian yang sama.

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(17)

4.2.2.3 Uji Normalitas

Setelah dilakukan uji homogenitas, berikutnya dilakukan uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05. Berikut disajikan Tabel 4.8 hasil uji normalitas dari hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

subjek_penelitian

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

posttest kelompok eksperimen .148 29 .102

kelompok kontrol .128 25 .200*

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

(18)

Gambar 7. Grafik Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Gambar 8. Grafik Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, langkah berikutnya dilakukan uji hipotesis.Teknik analisis data yang dilakukan untuk uji hipotesis menggunakan uji

(19)

rata-rata skor posttest hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut ini disajikan Tabel 4.7 rata-rata skor hasil belajar IPA antara dua kelompok tersebut:

Tabel 4.9

Rata-rata Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

subjek_penelitian N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

posttest kelompok eksperimen 29 78.45 9.920 1.842

kelompok kontrol 25 72.80 9.474 1.895

Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat rata-rata (mean) untuk kelompok eksperimen adalah 78,45 sedangkan untuk kelompok kontrol adalah 72,80. Artinya, bahwa rata-rata skor posttest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor posttest kelompok kontrol.

4.2.2.4 Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dilakukan uji hipotesis berhubungan dengan ketentuan penerimaan atau penolakan pada hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah hipotesis nol (H0), karena memang tidak diharapkan adanya perbedaan data. Sehingga kebenaran dari hipotesis harus dibuktikan melalui data yang terkumpul, yaitu data posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan diketahui kedua kelompok memiliki varian yang sama, dilanjutkan uji t-test

yaitu Independent Samples T-Test.

(20)

berdasarkan signifikansi yaitu jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Hipotesis penelitian ini yaitu sebagai beriku:

H0 : μ1 = μ2 artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N Lerep 01 semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

Ha : μ1 ≠ μ2 artinya terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N Lerep 01 semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 4.10

Hasil Uji t Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 4.8, uji t menggunakan Equal Variances Assumsed karena sebelumnya diketahui pada uji kesamaan varian (homogenitas) antara kedua kelompok memiliki varian yang sama. Pada kolom Sig. (2-tailed)

(21)

signifikansinya sebesar 0,038. Hal ini menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel (2,130 > 2,006) dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,038 < 0,05). Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N Lerep 01 semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

4.3 Pembahasan

Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian untuk dimaknai hasil analisis data termasuk hasil uji hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan terlihat terdapat perbedaan rata-rata skor hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil belajar IPA yang diperoleh kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 29 mempunyai nilai terendah 60,00 dan nilai tertinggi 95,00. Tak jauh berbeda hasil nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh pada kelompok kontrol yang berjumlah 25 siswa. Nilai terendah pada kelompok kontrol yaitu 60,00 dan nilai tertinggi juga 95,00.

Pada Group Statistic terlihat rata-rata (mean) untuk kelompok eksperimen adalah 78,4483 dan untuk kelompok kontrol adlah 72,8000. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata skor hasil belajar IPA kelompok kontrol. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar 5,6483 (78,4483 – 72,8000).

Oleh karena itu, dapat diketahui t hitung sebesar 2,130 dan signifikansi sebesar 0,038. Hal ini menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel (2,130 > 2,006) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,038 < 0,05). Sehingga hipotesis yang dapat diambil adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Dalam kaitannya dengan hipotesis yang telah ditentukan tersebut, berarti dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan analisis data hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match

(22)

dilihat dari hasil perbedaan rata-rata dua kelompok menggunakan Independent Samples T-Test. Penerapan model pembelajaran yang diterapkan pada masing-masing kelompok membuktikan bahwa model pembelajaran Make A Match

menunjukkan hasil belajar IPA yang lebih baik dari pada model pembelajaran

Picture and Picture.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N Lerep semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai hal, antara lain: Menurut Huda (2013: 251) “Make A Match” merupakan model yang saat ini menjadi salah satu model pembelajaran yang penting dalam ruang kelas. Model pembelajaran ini juga bertujuan untuk pendalaman materi ajar, penggalian materi , dan edutainment. Selain itu, menurut Rusman (2013: 223), salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa disuruh mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Jadi, proses berkenalan, bekerja sama dan berbagi pengetahuan menjadi suatu kondisi yang menyenangkan. Adanya unsur permainan dalam mencari kartu soal dan jawaban, keunggulan model ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. Selain itu, model pembelajaran ini memang efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi serta melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu untuk belajar.

Dalam situasi semacam ini, siswa menjadi lebih terbuka dalam menyerap pelajaran serta dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan. Sehingga penerapan model pembelajaran Make A Make dapat menunjukkan hasil belajar IPA yang lebih baik. Hal ini didukung pula pada teknis pelaksanaan model pembelajaran Make A Match, hampir keseluruhan aspek telah telaksana dengan baik.

(23)

2012/2013. Dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebesar 19,55. Hasil belajar IPA pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,79. Sedangkan rata-rata nilai pada kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional yaitu 60,24. Sementara itu, pengujian t-test dibuktikan bahwa nilai t hitung sebesar 8,041 dengan probabilitas signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA antara model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nofiyanto tersebut, dibandingkan dengan penelitian ini terlihat ada perbedaan. Perbedaan hasil belajar pada penelitian sebelumnya yaitu 79,79 > 60,24 dengan prebedaan sebesar 19,55. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean difference) pada penelitian ini sebesar 5,6483 (78,4483 – 72,8000). Dari perbedaan rata-rata antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, terlihat bahwa perbedaan pada penelitian ini lebih kecil dari penelitian sebelumnya. Hal ini dapat dikarenakan salah satunya pada penelitian sebelumnya pembandingnya menerapkan model pembelajaran konvensioonal. Namun, berbeda dalam penelitian ini, pemberian treatment yaitu dengan membandingkan penerapan model pembelajaran Make A Match pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture. Tetapi ditinjau dari hasil belajar IPA, model pembelajaran Picture and Picture belum memberikan hasil yang signifikan dibanding model Make A Match pada kelompok eksperimen. Hal ini bukan karena hakikat model pembelajaran Picture and Picture itu sendiri,namun lebih kepada teknis operasional pelaksanaan pembelajaran yang masih perlu diperbaiki.

(24)

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Tabel 4.3 Hasil Observasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
gambar 5 diagram distribusi hasil belajar IPA dari hasil posttest sebagai berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

tangon atau cerita rakyat Kadazandusun (di Sabah) yang pernah dijadikan sebagai hiburan.. ketika zaman kanak-kanaknya

Untuk menghubungkan dua buah file database yang sedang dibuka dengan suatu ekspresi kunci yang terdapat pada kedua file. • File yang aktif File Induk; • File yang dikaitkan

Analisis ini menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan sistem diskriminatif berasal dari frekuensi gaya berjalan (Irama) dan ada penurunan yang signifikan dalam kemampuan

Sedangkan Desa Siaga dilaksanakan melalui pembentukan Poskesdes, yaitu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat ( UKBM ) yang dibentuk di desa dalam rangka

Pada penelitian tersebut digunakan jaringan syaraf tiruan, keakuratan model JST yang paling ideal adalah menggunakan parameter hasil pengolahan citra sebagai data masukan

citra yang telahdirekam yang berasal dari interaksi antaragelombang elektromagnetik dengan sutauobjek.Pemanfaatannya telah lama dilakukan di beberapa negara

Dari makalah yang telah disusun, maka dapat disampaikan beberapasimpulan, antaralain: Media transmisi adalah media yang menghubungkan antara pengirim danpenerima informasi

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil dan kadar bioetanol dari tongkol jagung dengan yield dan kadar yang optimal ( Zea mays L.) ditinjau dari nisbah