106
BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
CIPTA KARYA
7.1.
Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
7.1.1.
Kondisi Eksisting
i.
Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh
Untuk wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Selatan, kawasan perkotaan yang ditangani
dalam RKP Kumuh Perkotaan ini adalah kawasan di dalam wilayah administrasi kabupaten
yang didefinisikan sebagai kawasan perkotaan oleh RTRW Kabupaten Minahasa Selatan,
dimana sesuai dengan arahan dalam RTRW disebutkan sebagai kawasan perkotaan
Amurang-Tumpaan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam proses delineasi ini, yaitu:
•
pendekatan prioritas;
pendekatan ini adalah menggunakan prinsip seleksi/prioritas dalam pembangunan wilayah.
Analisa ini prinsipnya adalah untuk menghasilkan rekomendasi atas kawasan yang terseleksi
memiliki kemungkinan akan berkembang/tumbuh sebagai wilayah permukiman perkotaan
dalam rentang 20 tahun (sesuai waktu yang menjadiar ahan RKP Kumuh Perkotaan). Wilayah
perkotaan yang memiliki wilayah permukiman perkotaan sebagaimana rekomendasi tersebut,
inilah yang menjadi wilayah perencanaan RKP Kumuh Perkotaan kabupaten;
•
pendekatan pemerataan;
pendekatan ini secara otomatis memberikan konsekuensi bahwa wilayah perencanaan RKP
Kumuh Perkotaan adalah semua wilayah perkotaan termasuk kawasan yang "
remote
" atau jauh
dari ibukota Kabupaten, sebagaimana amanat RTRW Kabupaten.
Kawasan Kumuh Perkotaan Berdasarkan SK Bupati
Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 217 Tahun 2015 tentang
Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh, maka terdapat 23 lokasi kawasan permukiman
kumuh yang tersebar di 9 wilayah kecamatan, dengan luas keseluruhan kawasan permukiman
kumuh tersebut adalah
± 32,58 Ha.
Berdasarkan arahan dalam pelaksanaan RKP-KP Tahun 2015, maka lokasi penanganan
permukiman kumuh perkotaan akan mengacu pada kawasan kumuh yang berada di kawasan
perkotaan Amurang-Tumpaan. Jadi, dengan memperhatikan SK Bupati tentang Penetapan
Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Minahasa Selatan maka luasan kawasan
permukiman kumuh yang jadi kawasan studi (kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan) di Tahun
107
Dengan luasan yang hanya 9,94 Ha tersebut, maka sesuai arahan dan masukan pada saat tahapan
sosialisasi pekerjaan ini dimana minimal dalam suatu kawasan perkotaan sekurang-kurangnya
memiliki luas ± 15,0 Ha, maka luasan yang ada tersebut sangatlah tidak mencukupi, sehingga
berdasarkan diskusi dengan Pokjanis, maka delineasi kawasan kumuh perkotaan tersebut
ditinjau kembali dengan hasil sebagai berikut:
•
mengkaji kembali luasan kawasan permukiman kumuh yang ada di kawasan perkotaan
Amurang-Tumpaan karena masih banyak kawasan kumuh yang belum terdelineasi dalam
SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Minahasa Selatan,
bahkan ada beberapa kawasan yang secara fisik lebih parah kondisinya tidak termasuk dalam
SK Bupati tersebut;
•
menambahkan kawasan kumuh dengan memperhatikan aspek pendekatan pemerataan,
terutama lokasi kawasan kumuh yang ada di wilayah-wilayah kecamatan lainnya yang ada di
108
Tabel 7.1 Lampiran SK Bupati Kabupaten Minahasa Selatan
110
ii.
Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan
a.
Gambaran Umum Kawasan Kumuh Uwuran Satu
Kawasan permukiman Kumuh Uwuran Satu berada di wilayah Kecamatan Amurang dengan
tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai
Ranowangko). Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari
aktivitas sungai dan pantai yang dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai
nelayan.
Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Uwuran Satu adalah:
Lintang
: 1º11¹10,8096º LU
Bujur
: 124º34¹25,8708º BT
112
b.
Gambaran Umum Kawasan Kumuh Kapitu (Kec. Amurang Barat)
Kawasan permukiman Kumuh Kapitu berada di wilayah Kecamatan Amurang Barat dengan
tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai Kapitu).
Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari aktivitas sungai dan
113
Kawasan permukiman kumuh Kapitu yang berada di tepi sungai Kapitu dan kawasan pesisir
pantai yang cukup indah untuk dikembangkan sebagai aset wisata pantai.
Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Kapitu adalah:
Lintang
: 1º11¹17,6532º LU
114
117
c.
Gambaran Umum Kawasan Kumuh Ranoiapo Kecamatan Amurang
Kawasan permukiman Kumuh Ranoiapo berada di wilayah Kecamatan Amurang dengan
tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai
Ranoiapo). Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari aktivitas
sungai dan pantai yang dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.
Kawasan permukiman kumuh Ranoiapo yang berada di tepi sungai Ranoiapo (sungai terbesar di
Kab Minahasa Selatan) dan kawasan pesisir pantai yang cukup indah untuk dikembangkan
sebagai asep wisata pantai (berada di Teluk Amurang).
Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Ranoiapo adalah:
Lintang : 1º11¹3,4692º LU
118
119
iii.
Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman
•
Potensi Pengembangan Kawasan Permukiman
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) mengamanatkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat melalui penyediaan akses
air minum sebesar 100%, terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh, serta pemenuhan sanitasi
layak, pada tahun 2020. Selain itu, pengembangan permukiman tidak sekedar sebagai
120
menciptakan ruang kehidupan untuk memasyarakatkan dirinya, menampakkan jati diri,
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan karena
memiliki
multiplier effect
terhadap pertumbuhan ekonomi dan wilayah, peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), serta penciptaan lapangan kerja. Peran dan partisipasi aktif dari Pemerintah
Daerah dalam hal pendataan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan pembanguan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, masih bisa
dioptimalkan. Sebagai contoh, dukungan Pemerintah Daerah dalam pembangunan khususnya
sarana dan prasarana dasar terkait pembebasan tanah sangat besar, sehingga berpotensi untuk
diberdayakan dan ditingkatkan dalam kerangka sinergi pusat daerah. Namun demikian, terdapat
beberapa tantangan dan permasalahan, seperti 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan
perkotaan, salah satunya berasal TPA
Open Dumping
yang menghasilkan gas metana (CH4).
Bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap
konstruksi dan operasi. Berikut tantangan-tantangan yang perlu diperhatikan :
1.
hasil identifikasi kawasan kumuh pada tahun 2014 mencapai 38.431 Ha di 4.108
Kawasan;
2.
perlunya peningkatan peran daerah dalam pengentasan kawasan kumuh, saat ini sekitar
53 persen belum memiliki Perda bangunan gedung; dan
3.
peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah tidak layak huni belum
seluruhnya didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas umum yang
121
7.1.2.
Sasaran Program
124
127
130
7.2 Sektor Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
•
Kondisi Eksisting
Ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai permukiman nelayan produktif, 60% penduduk
kawasan bermata pencaharian sebagai nelayan, ditetapkan sebagai kawasan yang aman untuk
dibangun permukiman, memperhatikan persyaratan-persyaratan konservasi kawasan pesisir
yang dilindungi.
a.
Luas komponen kawasan yang diperbolehkan :
Luas daerah terbangun maksimal : 60%, luas daerah untuk prasarana lingkungan maksimal :
22,5 %, luas daerah untuk sarana lingkungan minimal : 17,5%
b.
Perhitungan Kapasitas Kawasan
i.
Ukuran luas TOD
Neighborhood
adalah 48 Ha dengan kepadatan minimal rata-rata
10-15 unit/ 0,4 Ha
ii.
1 Rukun Tetangga (RT) terdiri dari 150-250 jiwa
iii.
1 Rukun Warga (RW) terdiri dari 8-10 RT = 1.200
–
2.500 jiwa
iv.
1 Kelurahan terdiri dari 10-12 RW = 12.000-30.000 jiwa
c.
Peruntukan lahan meliputi penetapan jenis, jumlah, besaran dan luasan
komponen-komponen kawasan
d.
Luas peruntukan lahan dengan sifat topografi yang khusus mempertimbangkan kemiringan
lahan, daya dukung tanah, daya resap air, fungsi yang akan dibangun di atasnya, jenis, luas
dan perletakan sarana umum dan sarana sosial kondisi topografis daratan sbb :
Tabel 7.5 Jenis, Luas dan Perletakan Sarana
No Komponen
Kawasan
Luas Kawasan Perencanaan
5 Ha 30 Ha 60 Ha
1. Lahan terbangun
Maks. 60%xLuas
Min 450-675 unit Min 900-1350
unit
4 Jumlah Jiwa
Asumsi 1 unit dihuni oleh 5 jiwa
131
No Komponen
Kawasan
Luas Kawasan Perencanaan
5 Ha 30 Ha 60 Ha Luas min 500m2
Jarak jangkau: 500 m
Min 4 gedung Luas min 500m2
Jarak jangkau: Jarak jangkau :
1000m
Min 3 gedung Luas min 2000
m2 Jarak jangkau :
1000m Jarak jangkau :
3000m
11 Taman Bacaan
Penduduk 2.500 jiwa
Min 1 gedung Luas min 150m2
Jarak jangkau 1000m
Min 2 gedung Luas min 150m2
Jarak jangkau Luas min 300m2
Jarak jangkau 1000m
Min 3 gedung Luas min 300m2
Jarak jangkau 1000m
13 Tempat Praktek
Dokter
Penduduk 5000 jiwa
Min 1 gedung Disesuaikan
14 Apotik Disesuaikan
Kebutuhan
Disesuaikan Kebutuhan
15 Posyandu
Penduduk 1.250
Min 2 bangunan Luas min 60 m2 Jarak jangkau
500m
Min 3 bangunan Luas min 60 m2 Jarak jangkau
500m
16 Taman/Tempat
bermain
•
Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Kawasan Rawan Bencana Tsunami
Kawasan tepian pantai yang mempunyai resiko tinggi terkena dampak gelombang tsunami.
Dengan karakter kawasan:
i.
Berhadapan langsung dengan zona tumbukan lempeng bumi yang memiliki potensi
gempa bawah laut dengan ciri-ciri:
132
b.
kekuatan magnitude > 6,3 SR,
c.
bentuk patahan naik
–
turun.
ii.
Topografi kawasan merupakan pantai landai dan dangkal.
iii.
Ketinggian elevasi kawasan kurang dari 6 m dpl.
a.
Lampiran Sejarah Peta Rawan Bencana (ESDM & BMG),
b.
Lampiran Pengembangan Penelitian tentang Peta Rawan Bencana (Bakosurtanal &
PSBA UGM),
Zona Elevasi Rawan Bencana
•
Isu Strategis Pengembangan Kawasan
Sebagai wilayah yang terletak di lintasan jalur trans Sulawesi, wilayah ini menjadi sangat
strategis ditinjau dari pengembangan wilayah. Kabupaten Minahasa Selatan dengan kota
Amurang-nya menjadi pusat pelayanan wilayah untuk hinterlandnya. Disamping itu letaknya di
pesisir pantai, Teluk Amurang yang juga menjadi kota pelabuhan tua memegang peranan
penting dalam pengembangan kota kedepan. Fasilitas pelabuhan yang dikembangkan seperti
pelabuhan perikanan, pelabuhan umum dan pelabuhan industri baik yang dikelola oleh
Pemerintah maupun swasta akan mewarnai dan mengakselerasi pertumbuhan kota di kemudian
hari. Letaknya di bibir pantai akan menjadi pertimbangan serius dalam memperhatikan aspek
mitigasi bencana berupa bencana tsunami maupun abrasi pantai yang semakin membesar.
Kenaikan muka air laut perlu menjadi perhatian serius mengingat bahaya
Rob
, naiknya air laut
sampai ke daratan yang mengakibat banjir air laut; sehingga dalam perencanaan kawasan aspek
ini merupakan issue-isue strategis yang perlu mendapat perhatian serius maupun peranan yang
sangat penting wilayah ini dalam perkembangan wilayah Sulawesi Utara secara keseluruhan.
Laut0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Zona Bahaya (0 – 6
m)
Zona Aman Sementara (6 –10
m)
133
Karakteristik potensi alam maupun morfologi wilayah yang demikian telah mewarnai terjadinya
pemanfaatan ruang dan tata guna lahan yang didominasi oleh fungsi campuran baik fungsi
industri, perkantoran dan permukiman. Pola pertumbuhan yang demikian telah melahirkan juga
kawasan yang tumbuh cepat terutama pada koridor utama. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
mendasari Pemerintah Daerah terutama instansi yang terkait: BAPPEDA dan Dinas PU, untuk
memperhatikan kawasan Tumbuh Cepat Koridor Kapitu-Teep yang terletak dalam Kecamatan
Amurang Barat untuk ditetapkan sebagai kawasan perencanaan.
•
Potensi Pengembangan
Kedua desa yang menjadi kawasan perencanaan RTBL semula merupakan daerah hutan dan
perkebunan rakyat serta permukiman tradisional nelayan, namun sejak pemekaran Kabupaten
Minahasa Selatan dari Kabupaten Minahasa Induk pada tahun 2003 maka kawasan ini
cenderung berkembang secara pesat. Berdasarkan arahan
Tata Guna Lahan dalam RTRW
Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2006-2016
, Desa Kapitu dan Desa Teep diarahkan untuk
pengembangan Kawasan Industri
dengan tetap mempertahankan permukiman tradisional
nelayan yang ada. Namun dalam perkembangannya, tidak hanya bangunan industri yang
dibangun namun juga sejumlah sarana perkantoran pemerintah dan tempat usaha milik
masyarakat.
Desa Kapitu dan Teep berada di koridor jalan arteri primer yang berjarak sekitar 5-7 Km dari
Pusat Kota Amurang yang merupakan Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan. Dalam perspektif
regional hal ini menjadikan kawasan perencanaan be
rada pada posisi “strategis”, karena berada
pada jalur lintas darat
Trans Sulawesi
yang menghubungkan jalur jalan seluruh propinsi di
Pulau Sulawesi. Dengan demikian kawasan ini menjadi daerah
perlintasan (transit)
. Posisi
demikian menguntungkan karena secara geografis akan menjadi jalur transit perdagangan dan
jasa di Propinsi Sulawesi Utara, bahkan secara regional, nasional serta internasional.
Predikat sebagai jalur transit itu ditopang oleh adanya rencana pengembangan Pelabuhan
Amurang di daerah Mobongo (Kelurahan Kawangkoan Bawah) yang letaknya berbatasan
dengan kawasan studi RTBL, yang mampu menampung jenis kapal laut dalam ukuran besar
serta pelabuhan bongkar muat peti kemas. Untuk itu, secara bertahap Pelabuhan Amurang perlu
segera diperluas kapasitasnya, dengan pembangunan dermaga dan fasilitas kontainer yang
mampu melakukan aktivitas bongkar-muat komoditi ekspor dan impor dari kapal-kapal yang
menggunakan pelabuhan tersebut sebagai tempat persinggahan ataupun
stop over
.
Mengantisipasi
perkembangan pembangunan pada jalur Trans Sulawesi, telah dibangun pula
jalur
Ring Road
Kapitu
–
Tumpaan yang merupakan titik simpul jaringan transportasi wilayah.
Hal ini menjadi pemicu sehingga kawasan perencanaan cenderung berkembang pesat secara
134
Karena berada dalam lingkup wilayah Kota Amurang yang merupakan Ibukota sekaligus Pusat
Pertumbuhan Kabupaten Minahasa Selatan, maka jaringan prasarana dan sarana perkotaan
cukup tersedia dengan baik, meliputi prasarana listrik dan air bersih serta sarana sosial,
ekonomi, pendidikan, budaya, kesehatan, keagamaan, dll.
•
Ancaman Pengembangan
- Kondisi geografis kawasan perencanaan yang berada di daerah Teluk, menyebabkan kawasan
ini rawan terhadap bencana tsunami dan
rob
(naiknya permukaan air laut). Bahkan diperoleh
informasi dari warga bahwa pada musim-musim tertentu gelombang pasang naik ke
rumah-rumah penduduk hingga ke badan jalan desa. Hal ini perlu diantisipasi dengan perencanaan
mitigasi bencana.
- Keberadaan sejumlah pabrik yang dapat mengancam sistem permukiman karena dekat dengan
sumber mata air seperti PLTU yang berdekatan dengan Sungai Moinit di perbatasan Desa Teep,
PT TMC yang berdekatan dengan Sungai Liwason, PT Silo Dryer dan pabrik gula aren yang
berdekatan dengan Sungai Tetesalu.
- Lemahnya sistem penegakan hukum terhadap pembangunan sejumlah fasilitas/fungsi baru,
dikuatirkan akan menyebabkan alih fungsi lahan dan menimbulkan
urban sprawl
.
•
Peluang Pengembangan
- Dukungan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dan Provinsi Sulut bagi pengembangan
dan penataan ruang kawasan, karena kawasan ini termasuk salah satu Kawasan Prioritas
Provinsi untuk Pengembangan Jalan Arteri Primer antar Provinsi (Trans Sulawesi).
- Masyarakat setempat juga turut mendukung pengembangan kawasan karena hal ini dianggap
akan turut memicu peningkatan usaha ekonomi dan pendapatan masyarakat.
- Prosentase ruang-ruang belum terbangun masih cukup besar, sehingga masih memungkinkan
untuk dilakukan pengaturan dan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang pada kawasan.
7.3.
Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
7.1.3.
Kondisi Eksisting
i.
Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan
•
Perpipaan
Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari 17 kecamatan, dimana dari seluruh kecamatan
tersebut yang sudah terlayani oleh sistem penyediaan air minum PDAM baru 8 Kecamatan
yaitu Kecamatan Amurang, Kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang Barat,
Kecamatan Tumpaan, Kecamatan Tareran, Kecamatan Motoling, Kecamatan Motoling Timur
dan Kecamatan Sinonsayang (Desa Poigar). Adapun Kecamatan lainnya belum terlayani SPAM
jaringan perpipaan PDAM, tetapi pada umumnya sudah memiliki SPAM jaringan perpipaan
135
wilayah Kecamatan bersangkutan. Pada umumnya SPAM-SPAM ini menggunakan sumber air
baku yang berasal dari mata air atau sungai kecil yang ada di wilayahnya masing-masing.
Adapun wilayah-wilayah yang telah memiliki SPAM jaringan perpipaan Non PDAM di
masing-masing kecamatan diperlihatkan pada tabrel berikut.
Tabel 7.6 Letak SPAM Perpipaan dan Non PDAM Masing Masing Kecamatan
No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/
Pengaliran Keterangan
1 Amurang 1. Ranoketang Tua Mata Air/Gravitasi
- 2. Kilometer Tiga Mata Air/Pompa
2 Amurang
Timur
1. Pinaling Mata Air/Gravitasi
2. Kota Menara Mata Air/Gravitasi
3. Maliku Mata Air/Gravitasi
4. Ritey Mata Air/Gravitasi
5. Malenos Baru Mata Air/Gravitasi
3 Amurang Barat
1. Pondos Sumur/Pompa Tidak berfungsi
2. Elusan Mata Air/Gravitasi
3. Tewasen Mata Air/Gravitasi
4. Wakan Mata Air/Gravitasi
4 Tumpaan
1. Popontolen Mata Air/Gravitasi
2. Lelema Mata Air/Gravitasi
3. Tangkuney Mata Air/Gravitasi
4. Munte Mata Air/Gravitasi
5 Tareran
1. Kaneyan Mata Air/Gravitasi
2. Koreng Mata Air/Gravitasi
3. Tumaluntung Mata Air/Gravitasi
4. Tumaluntung Satu Mata Air/Gravitasi
5. Pinamorongan Mata Air/Gravitasi
6 Motoling
1. Lalumpe 2. Raanan Lama 3. Motoling 4. Motoling Satu 5. Motoling Dua 6. Motoling Mawale
Mata Air/Gravitasi
1. Wanga Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM
2. Wanga Amongena Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM
3. Tokin Mata Air/Gravitasi
4. Karimbow Mata Air/Gravitasi
8 Motoling Barat
1. Toyopon Mata Air/Gravitasi
2. Keroit Mata Air/Gravitasi
3. Raanan Baru Mata Air/Gravitasi
4. Raanan Baru Satu Mata Air/Gravitasi 5. Raanan Baru Dua Mata Air/Gravitasi
6. Tondei Mata Air/Gravitasi
7. Tondei Satu Mata Air/Gravitasi
8. Tondei Dua Mata Air/Gravitasi
9 Ranoyapo
1. Poopo Mata Air/Gravitasi
2. Poopo Barat Mata Air/Gravitasi
3. Poopo Utara Mata Air/Gravitasi
4. Pontak Mata Air/Gravitasi
5. Mopolo Mata Air/Gravitasi
6. Mopolo Esa Mata Air/Gravitasi
7. Powalutan Mata Air/Gravitasi
8. Beringin Mata Air/Gravitasi
10 Tompaso Baru
1. Tompaso Baru Satu 2. Tompaso Baru Dua 3. Raraatean
Ex PDAM/Tidak berfungsi
136
No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/
Pengaliran Keterangan
5. Torout Mata Air/Gravitasi
11 Maesaan
1. Tambelang Mata Air/Gravitasi
2. Kinamang Mata Air/Gravitasi
3. Kinamang Satu Mata Air/Gravitasi
4. Bojonegoro Mata Air/Gravitasi
5. Tumani Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
6. Tumani Utara Mata Air/Gravitasi
7. Tumani Selatan Mata Air/Gravitasi
8. Lowian Mata Air/Gravitasi
9. Temboan Mata Air/Gravitasi
10. Liningaan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
12 Modoinding
1. Kakenturan Mata Air/Gravitasi
2. Linelean Mata Air/Gravitasi
3. Sinisir Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
4. Pinasungkulan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
5. Makaaruyen Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
6. Palelon Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
7. Wulurmaatus Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
8. Mokobang Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi
13 Kumalambuay
1. Malola 2. Malola Satu 3. Kumalambuay 4. Kumalambuay Atas 5. Kumalambuay Satu 6. Kumalambuay Dua
Mata Air/Gravitasi
1. Kapoya Mata Air/Gravitasi
2. Kapoya Satu Mata Air/Gravitasi
3. Pinapangkow Mata Air/Gravitasi
4. Suluun Satu Mata Air/Pompa Tidak berfungsi
5. Suluun Dua Mata Air/Pompa Tidak berfungsi
6. Suluun Tiga Mata Air/Pompa Tidak berfungsi
7. Suluun Empat Mata Air/Pompa Tidak berfungsi
8. Talaitad Sumur/Pompa
15 Tenga
1. Boyong Atas Mata Air/Gravitasi
2. Pakuure Mata Air/Gravitasi
3. Pakuure Satu Mata Air/Gravitasi
4. Pakuure Dua Mata Air/Gravitasi
5. Pakuure Tiga Mata Air/Gravitasi
6. Pakuure Kinamang Mata Air/Gravitasi 7. Pakuure Tinanian Mata Air/Gravitasi
8. Pakuweru Mata Air/Gravitasi
9. Pakuweru Utara Mata Air/Gravitasi
10. Tenga Mata Air/Gravitasi
11. Radey Mata Air/Gravitasi
12. Molinow Mata Air/Gravitasi
16 Sinonsayang
1. Durian 2. Tanamon 3. Tanamon Utara 4. Aergale
5. Ongkaw Satu 6. Ongkaw Dua 7. Ongkaw Tiga 8. Tiniawangko 9. Boyong Pante 10. Boyong Pante Dua 11. Blongko
1. Sulu Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi
2. Paslaten Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi
3. Wawona Mata Air/Gravitasi
4. Sondaken Mata Air/Gravitasi
137
•
Non Perpipaan
Selain sistem jaringan perpipaan baik PDAM maupun Non PDAM, pemenuhan kebutuhan air
minum di Kabupaten Minahasa Selatan dilayani pula oleh sistem bukan jaringan perpipaan.
Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air minum melalui sistem bukan jaringan perpipaan
dilakukan dengan cara mamanfaatkan air tanah dangkal (sumur gali/bor), air sungai atau mata
air.
ii.
Luas cakupan pelayanan per kecamatan
Saat ini PDAM Kabupaten Minahasa Selatan melayani 5,270 sambungan di seluruh wilayah
pelayanannya. Dari total jumlah sambungan rumah tersebut tercatat terdapat 2.756 unit
sambungan aktif, 2.194 unit sambungan ATT (aktif tidak terlayani), 147 unit sambungan segel,
dan 168 unit sambungan cabut.
Total persentase pelayanan untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa
Selatan adalah sebesar 19% dengan total jiwa yang terlayani sebanyak 11.024 jiwa dari total
jumlah penduduk wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 58.006
jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak
197.755 jiwa, maka persentase pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebesar
5,57%.
Tabel 7.7 Prosentase Pelayan PDAMKabupaten Minahasa Selatan Per Wilayah Pelayanan
No. Unit SPAM
FOTO PEMANFAATAN SUMUR DANGKAL UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM
138
II. SPAM PERDESAAN
1. Wuwuk 279 1.116 1.775 62,87
2. Poigar 33 132 1.460 9,04
Total 2.756 11.024 58.006 19,00
Berdasarkan Laporan Operasional PDAM Kabupaten Minahasa Selatan bulan Desember 2012,
diketahui bahwa :
-
Volume air produksi
: 79.134 m
3/bulan
= 2.552,71 m
3/hari
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat diketahui besarnya tingkat konsumsi air rata-rata
untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan yaitu sebesar 106,95
liter/orang/hari.
Data-data tersebut diatas perlu diuji kembali akurasinya, karena tidak terdapat alat ukur debit
pada unit-unit produksi yang ada, sehingga angka-angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil
perkiraan.
Ditinjau berdasarkan sistem pengalirannya, pelayanan PDAM dibedakan antara sistem
pemompaan dan sistem gravitasi. Sistem gravitasi dapat beroperasi selama 24 jam, namun
wilayah pelayanan yang menggunakan pemompaan baru terlayani rata-rata selama 6
–
13
jam/hari.
iii.
Lokasi dan kapasitas air baku
Air Permukaan
Air permukaan yang terdapat di daerah ini berupa air sungai yang mengalir sepanjang tahun
(
permanent stream
) dan sungai tadah hujan (
intermittent stream
). Adapun sungai
–
sungai utama
yang mengalir sepanjang tahun yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebagai
berikut :
1. Sungai Ranoyapo
12
Sungai Malulu
2. Sungai Moyondok
13
Sungai Pentu
3. Sungai Sukuyon
14
Sungai Ranowea
139
5. Sungai Poigar
16
Sungai Sosogian
6. Sungai Kaluntai
17
Sungai Ranotuana
7. Sungai Molinau
18
Sungai Tuunan
8. Sungai Mayaan
19
Kali Rora
9
Sungai Tongop
20
Sungai Tumicakal
10 Sungai Sidate
21
Kali Koladon
11 Sungai Popontelan
22
Sungai Rurumen
Tabel 7.8 Sungai Utama Di Kab. Minahasa Selatan Dan Daerah Yang Dilaluinya
No. Sungai Panjang
(km) Bermuara ke Daerah yang dilalui
1 Ranoyapo 64 Laut Kec. Tompaso Baru : Ds. Tompaso B. I, Ds.
Tompaso B. II; Kec. Ranoyopo : Ds. Pontak; Kec. Motoling : Ds. Motoling; Kec. Amurang Barat : Ds. Kawangkoan Bawah.
2 Moyondok 11 S. Ranoyapo Kec. Ranoyopo : Ds. Mopolo, Ds. Pontak;
Tiniawangko, Kec. Motoling Barat : Ds. Tondey
17 Ranotuana 20 Laut Kec. Tumpaan, Ds. Pinamorongan, Ds.
Matani
Di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan terdapat juga danau yang dimanfaatkan sebagai sumber
air baku, yaitu : Danau Moat dengn luas 2 Ha,di Kecamatan Modoinding, danau Mokobang luas
140
Air Tanah
➢
Mata Air
Dengan kondisi alam Kabupaten Minahasa Selatan yang didominasi oleh pegunungan
dan perbukitan dan sedikit dataran pantai, yang juga dibentuk oleh batuan gunung
api muda dengan vegetasi cukup lebat, maka potensi sumber mata air cukup besar
apalagi ditambah dengan curah hujan yang relatif besar.
Mata air diwilayah ini banyak ditemukan tersebar hampir disemua lereng, dengan
debit bervariasi, juga fluktuasi debitnya cukup besar (fluktuasi musiman). Mata air
umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan
relatif bebas pencemaran.
Mata air adalah air tanah yang muncul kepermukaan tanah secara alami, atau
tempat dimana air tanah keluar ke permukaan secara alamiah. Sedangkan air tanah
pada umumnya mengalami pengisian kembali oleh air hujan pada daerah resapan.
Karena air hujan tidak konstan setiap tahun, maka jumlah air yang keluar dari mata
airpun umumnya berfluktuasi. Pemunculan mata air secara alami tersebut dapat
diakibatkan karena pemancungan topografi ataupun akibat adanya rekahan/atau
patahan.
Model Pemunculan Mata Air Akibat Pemancungan Topografi dan Akibat Adanya Struktur Patahan
141
Mata air diwilayah Kabupaten Minahasa Selatan banyak ditemukan tersebar hampir
disemua lereng, dengan debit bervariasi, juga berfluktuasi seiring musiman. Mata air
umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan
relaitf bebas pencemaran. Jenis mata air dapat dibedakan berdasarkan akibat gejala
geologi, yaitu ada mata air akibat pemcungan topografi dan mata air akibat
terjadinya patahan.
Dapat dibedakan dua jenis mata air, yaitu mata air gravitasi dan mata air artesis.
Mata air gravitasi dapat dibedakan menjadi 3 tipe mata air yaitu :
-
Mata air defresi, terdapat bila permukaan tanah menurun dan memotong muka
air tanah dalam batuan yang lulus air. Fluktuasi umumnya besar dan kebanyakan
kurang baik sebagai sumber air baku, kecuali bila Akuifernya bersifat regional
atau mempunyai penyebaran luas.
-
Mata air kontak gravitasi, terjadi bila pergerakan turun darai air tanah terhalang
oleh lapisan kedap air. Umumnya untuk memperlihatkan fluktuasi kecil dan dan
merupakan sumber air baku yang baik.
-
Mata air rekahan/ rongga, terjadi bila air muncul dari dalam tanah dari suatu
rekahan atau pepotongan rekahan, juga suatu rongga didalam batuan yang
umumnya kekar. Tipe mata air ini umumnya merupakan sumber air baku yang
baik dan mudah dilindungi. Mata air karst merupakan salah satu jenis mata air
rekahan/ rongga.
Mata air artesis muncul bila air yang tersekat antara dua lapisan kedap air, dan oleh
karenanya besifat tertekan, terus muncul kepermukaan. Berdasarkan pemunculannya
mata air jenis ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
-
Mata air artesis rekahan, dimana air tertekan mencapai permukaan tanah
melalui suatu rekahan. Umumnya merupakan sumber air baku yang baik.
-
Mata air aliran artesis, airtanah tertekan muncul pada perpotongan topografi.
Sumber air baku yang baik umumnya terdapat pada lereng perbukitan.
Survey mata air yang dilakukan pada Awal Bulan September, di Kabupaten Minahasa
Selatan termasuk bulan kering (pancaroba).
Mata air yang ditemukan (teridentifikasi) di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan
umumnya berupa jenis mata air gravitasi dan artesis, yang keluar dari batupasir
produk Gunungapi muda, dimana mata air potensial yang ada yang telah disurvey
142
1)
Mata Air Amio 1 dan Mata air Animo 2 di Desa Malola Kecamatan
Kumelembuay, dengan debit total sesaat yang terukur di awal Bulan
September sebesar 29,4 lit/det.
2)
Mata Air Terung di Desa Malola Kecamatan Kumelembuay, dengan debit
sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 11,92 lit/det.
3)
Mata Air Makebo di Desa Motoling Kecamatan Motoling, dengan debit sesaat
yang terukur di awal Bulan September sebesar 98,92 lit/det.
4)
Mata air Lolom Bulan di Desa Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat
dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 82,36
lit/det.
5)
Mata Air Usel di Desa Suluun Kecamatan Tareran dengan debit sesaat yang
terukur di awal Bulan September sebesar 12,23 lit/det.
6)
Mata Air Rasen di Desa Kumelembuay Dua Kecamatan Kumelembuay
dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 21,43
lit/det.
7)
Mata Air Konaron di Desa Tambelang Kecamatan Maesaan dengan debit
sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 118,84 lit/det.
8)
Mata Air Lopana di Desa Pakuweru Kecamatan Tenga, dengan debit sesaat
yang terukur di awal Bulan September sebesar 26,6 lit/det.
9)
Mata air Kembes Dalam-1 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan
debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 12,6 lit/det.
10)
Mata air Kembes Dalam-2 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan
debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 29,11 lit/det.
11)
Mata Air Sinonsayang di Desa Tanamon Kecamatan Sinonsayang, dengan
debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 15,26 lit/det.
➢
Air Tanah Bebas
Air tanah terdapat di daerah endapan aluvium dan endapan danau dengan kedalaman muka air
tanah bebas berkisar antara 0,5 - 3 m di bawah muka tanah setempat. Pada tanah pelapukan tufa
kedalaman muka air tanah bebas berkisar antara 2
–
5 m di bawah permukaan tanah setempat,
sedangkan pada endapan volkanik yang dibentuk oleh batupasir lapilian dan pasir lepas pada
143
iv.
Kinerja PDAM
v.
Permasalahan/Tantangan Pengembangan SPAM
Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Minahasa Selatan diuraikan per unit
SPAM sebagai berikut:
Tabel 7.9 Permasalahan PDAM Per Unit
Unit SPAM/
Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian
SPAM IKK Amurang
I.1. Unit Air Baku • Air baku diindikasikan sudah tercemar oleh mercury akibat penambangan emas di bagian hulu sungai Ranoyapo
•Menertibkan kegiatan
penambangan emas atau mencari sumber air baku lain sebagai pengganti
•Pompa air baku hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam
• Menambah 1 unit pompa air baku agar sistem bisa beroperasi selama 24 jam
I.2. Unit Pengolahan •Pemeliharaan terhadap bangunan IPA masih kurang sehingga kebersihannya kurang terjaga
• Pemeliharaan terhadap bangunan IPA perlu ditingkatkan lagi
•Unit pengolahan air tidak dilengkapi laboratorium
• Melengkapi unit pengolahan dengan laboratorium untuk penentuan dosis optimum bahan kimia
I.3. Unit Distribusi • Pompa distribusi hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam
•Menambah minimal 1 unit pompa distribusi agar dapat beroperasi secara bergantian selam 24 jam
• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air
•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran
• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date
•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll
I.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih sangat rendah yaitu rata-rata hanya ± 6 jam/hari
•Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari
• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 8,45%
•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru melalui meningkatkan jam pelayanan
• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 35,94%
•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%
II. SPAM IKK Amurang Timur
1.1.Unit Air Baku • Terdapat kebocoran pada bangunan Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)
•Memperbaiki kebocoran dan menagkap air yang terbuang di lokasi Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)
1.2.Unit Pengolahan • Kapasitas produksi IPA Pinaling
144
Unit SPAM/
Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian
IPA terpasang pelanggan atau membantu
pelayanan IKK Amurang
• Pompa dossing alum dalam kondisi rusak sehingga pembubuhan alum dilakukan secara manual dan darurat
• Perbaikan pompa dossing alum agar dosis pembubuhan alum dapat terukur sehingga diperoleh kualitas air yang optimal
• Fasilitas laboratorium belum dimanfaatkan
• Memanfaatkan fasilitas laboratorium agar proses pengolahan berjalan secara optimal
2.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air
•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran
• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date
•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll
1.3.Unit Pelayanan • Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 17,87%
•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru untuk memanfaatkan idle capacity.
• Tingkat kebocoran sangat tinggi, yaitu sebesar 69,01%
•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%
III.SPAM IKK Amurang Barat
3.1. Unit Air Baku • Sering terjadi akumulasi
endapan lumpur pada bangunan intake, terutama pada waktu musim hujan sehingga harus sering dilakukan pengurasan lumpur
•Melakukan rehabilitasi konstruksi bendungan pada bangunan intake agar lumpur tidak terakumulasi di dalam bangunan intake
• Proses pengurasan lumpur relatif sulit karena harus dilakukan secara manual karena tidak terdapat fasilitas untuk pengurasan lumpur
•Membuat fasilitas pengurasan lumpur berupa pintu air atau pipa penguras untuk memudahkan proses pengurasan lumpur
3.2.Unit Pengolahan • Konstruksi IPA rusak berat di beberapa bagian sehingga air yang masuk IPA tidak melalui proses pengolahan
•Memperbaiki kerusakan IPA jika masih bisa dilakukan perbaikan, atau jika tidak bisa harus diganti dengan IPA baru
• Bangunan penunjang IPA tidak terpelihara sehingga fasilitas perlengkapan IPA banyak yang rusak bahkan sebagian sudah hilang
• Dilakukan pemeliharaan dan pengamanan terhadap aset yang ada di dalam bangunan penunjang IPA
3.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya
145
Unit SPAM/
Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian
tingkat kehilangan air
• Pada saat air keruh sebagian pelanggan menginginkan untuk tetap dilayani, hal ini dapat mengakibatkan akumulasi pengendapan lumpur di jaringan pipa distribusi
•Dibuat fasilitas pengurasan lumpur di beberapa lokasi jaringan pipa distribusi yang diindikasikan sebagai tempat terjadinya akumulasi pengendapan lumpur
• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date
•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll
3.4. Unit Pelayanan • Kualitas air yang dialirkan ke pelanggan tidak memenuhi standar kualitas air minum karena tidak dilakukan proses pengolahan
•Melakukan proses pengolahan air baku agar pelanggan memperoleh pelayanan air dengan kualitas yang lebih baik
• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 8,72%
•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru diikuti dengan perbaikan kualitas air
• Tingkat kebocoran sangat tinggi, yaitu sebesar 70,86%
•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%
IV.IKK Tumpaan
4.1. Unit Air Baku • Pompa air baku efisiensinya sudah sangat menurun sehingga debit dan headnya sudah menurun
•Melakukan penggantian pompa air baku
4.2. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air
•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran
• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date
•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll
4.3. Unit Pelayanan • Tekanan air di wilayah pelayanan sudah menurun sehingga sebagian wilayah pelayanan tidak dapat terlayani lagi
•Untuk menaikan tekanan air di wilayah pelayanan dapat dilakukan dengan mengganti pompa air baku serta memperbesar dimensi pipa distribusi
• Karena di sebagian wilayah pelayanan air tidak lancar maka menyulitkan dalam proses penagihan rekening air sehingga di wilayah pelayanan ini
penagihan dilakukan setiap 2 s/d 3 bulan sekali
•Memperlancar aliran dengan mengganti pompa air baku atau memperbesar dimensi pipa distribusi
• Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 14,5 jam/hari
146
Unit SPAM/
Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian
• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 35,23%
•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah sambungan baru.
• Tingkat kebocoran sangat tinggi, yaitu sebesar 33,48%
•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%
V. SPAM IKK Tareran
5.1. Unit Air Baku • Sering terjadi akumulasi
endapan lumpur pada bangunan intake, terutama pada waktu musim hujan sehingga harus sering dilakukan pengurasan lumpur
•Melakukan rehabilitasi konstruksi terhadap posisi mulut intake agar tidak langsung menghadap arah aliran air untuk mengurangi masuknya lumpur kedalam bangunan intake
• Proses pengurasan lumpur relatif sulit karena harus dilakukan secara manual karena tidak terdapat fasilitas untuk pengurasan lumpur
•Membuat fasilitas pengurasan lumpur berupa pintu air atau pipa penguras untuk memudahkan proses pengurasan lumpur
5.2. Unit Pengolahan •Unit pengolahan air tidak dilengkapi peralatan laboratorium
• Melengkapi unit pengolahan dengan peralatan laboratorium untuk penentuan dosis optimum bahan kimia
5.3. Unit Distribusi • Reservoir baru kap. 400 m3
belum dimanfaatkan secara optimal karena pipa outlet reservoir ini belum terhubung dengan pipa distribusi sehingga hanya menampung air
sementara sebelum dialirkan ke reservoir lama kap. 150 m3
•Memanfaatkan reservoir kap. 400 m3 secara optimal dengan
menghubungkan pipa outlet dengan pipa distribusi eksisting sehingga tekanan air di wilayah pelayanan akan semakin tinggi karena lokasi reservoir ini elevasinya lebih tinggi dari reservoir kap. 150 m3
• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air
•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran
• Tingginya tingkat pencurian air yang dilakukan dengan dengan cara membuka water meter karena water meter mudah dibuka
•Memperbaiki instalasi pemasangan water meter agar tidak mudah dibuka oleh konsumen
• Jaringan pipa distribusi
diindikasikan sudah mengalami penyempitan terutama pada pipa distribusi yang dipasang pada tahun 1981 sehingga menghambat aliran air
•Merehabilitasi jaringan pipa distribusi yang dipasang pada tahun 1981 untuk memperlancar aliran dan menaikan tekanan air
• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date
•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll
5.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 13 jam/hari
147
Unit SPAM/
Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian
• Prosentase pelayanan masih relatif rendah yaitu hanya sekitar 37,39%
•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru dan mambah jam pelayanan
• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 25,17%
•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%
VI.SPAM IKK Motoling & Motoling Timur
6.1. Unit Distribusi • Di wilayah pelayanan Motoling Timur terdapat Reservoir baru kap. 250 m3 belum
dimanfaatkan
•Memanfaatkan reservoir kap. 250 m3 untuk melayani wilayah
pelayanan di sekitar lokasi reservoir
• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air
•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran
• Dimensi jaringan pipa induk distribusi terlalu kecil sehingga tidak dapat menjangkau seluruh wilayah pelayanan Motoling Timur
•Memperbesar diameter pipa induk induk distribusi untuk
memperlancar aliran dan menaikan tekanan air di wilayah pelayanan Motoling Timur
• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date
•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll
6.2. Unit Pelayanan • Prosentase pelayanan masih relatif rendah yaitu hanya sekitar 22,31%
•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru dan memperluas jaringan
• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 48,67%
•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%
VII. SPAM Desa Wuwuk
7.1. Unit Air Baku • Bendungan pada bangunan intake dalam kondisi rusak
•Perlu perbaikan bendungan intake untuk memperlancar aliran air yang masuk kedalam bangunan intake
• Untuk mengalirkan air baku dari bangunan intake hanya
digunakan 1 unit pompa sehingga sistem tidak dapat beroperasi selama 24 jam
•Perlu penambahan minimal 1 unit pompa agar sistem dapat
beroperasi selama 24 jam
• Saat terjadi kerusakan pompa sistem berhenti operasi karena menunggu perbaikan pompa
•Perlu penambahan minimal 1 unit pompa agar sistem tetap
beroperasi jika salah satu pompa mengalami kerusakan
• Efisiensi pompa sudah menurun karena umur teknisnya sehingga kapasitas produksi menurun sampai dengan 50%
•Mengganti pompa untuk
meningkatkan kapasitas produksi
7.2. Unit Pengolahan • Ketebalan media filter SPL sudah berkurang ± 25 cm, sehigga kualitas air yang
148
Unit SPAM/
Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian
dihasilkan kurang baik
• Beberapa katup operasi pada bangunan SPL dalam kondisi rusak sehingga menyulitkan dalam pengoperasian SPL
•Mengganti katup operasi agar pengoperasian SPL berjalan lancar
7.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air
•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran
• Sering terjadi pecah pipa pada lokasi jalan raya sepanjang ± 300 m karena kedalaman penanaman pipa hanya 10 s/d 20 cm
•Menambah kedalaman penanaman pipa agar aman dari pengaruh getaran kendaraan yang menyebabkan pecahnya pipa
• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date
•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll
7.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 10 jam/hari
•Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari
• Prosentase pelayanan sudah lebih tinggi dari wilayah lainnya yaitu sekitar 62,87%
•Prosentase pelayanan masih perlu ditingkatkan dengan menambah sambungan baru dan mambah jam pelayanan
• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 47,11%
•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%
VIII.SPAM Desa Poigar
8.1. Unit Air Baku • Bronkaptering yang ada belum melindungi mata air dari pencemaran aliran air hujan, dedaunan, dll
•Membuat bangunan perlindungan mata air dari pencemaran
8.2. Unit Transmisi • Aliran air dari bronkaptering menuju reservoir distribusi sedikit terhambat karena terdapat ruas pipa transmisi yang dipasang diatas garis hidrolisnya
•Memindahkan lokasi jalur pipa ke tempat yang lebih rendah agar aliran lancar
8.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi
•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala
• Sebagian konsumen belum dilengkapi dengan water meter
•Memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran
• Banyak terdapat lokasi kebocoran pada jaringan pipa distribusi
•Memperbaiki kebocoran pada jaringan pipa distribusi
149
7.4.
Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)
7.4.1.
Kondisi Eksisting
i.
Pengelolaan Air Limbah Eksisting Kabupaten Minahasa Selatan
Tabel 7. 10 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Minahasa Selatan
150
ii.
Kondisi eksisting pengelolaan persampahan Kabupaten Minahasa Selatan
Tabel 7.11 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Minahasa Selatan
151