• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman - DOCRPIJM e6995af693 BAB VIIBAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA 7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman - DOCRPIJM e6995af693 BAB VIIBAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

106

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

CIPTA KARYA

7.1.

Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1.

Kondisi Eksisting

i.

Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh

Untuk wilayah administrasi Kabupaten Minahasa Selatan, kawasan perkotaan yang ditangani

dalam RKP Kumuh Perkotaan ini adalah kawasan di dalam wilayah administrasi kabupaten

yang didefinisikan sebagai kawasan perkotaan oleh RTRW Kabupaten Minahasa Selatan,

dimana sesuai dengan arahan dalam RTRW disebutkan sebagai kawasan perkotaan

Amurang-Tumpaan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam proses delineasi ini, yaitu:

pendekatan prioritas;

pendekatan ini adalah menggunakan prinsip seleksi/prioritas dalam pembangunan wilayah.

Analisa ini prinsipnya adalah untuk menghasilkan rekomendasi atas kawasan yang terseleksi

memiliki kemungkinan akan berkembang/tumbuh sebagai wilayah permukiman perkotaan

dalam rentang 20 tahun (sesuai waktu yang menjadiar ahan RKP Kumuh Perkotaan). Wilayah

perkotaan yang memiliki wilayah permukiman perkotaan sebagaimana rekomendasi tersebut,

inilah yang menjadi wilayah perencanaan RKP Kumuh Perkotaan kabupaten;

pendekatan pemerataan;

pendekatan ini secara otomatis memberikan konsekuensi bahwa wilayah perencanaan RKP

Kumuh Perkotaan adalah semua wilayah perkotaan termasuk kawasan yang "

remote

" atau jauh

dari ibukota Kabupaten, sebagaimana amanat RTRW Kabupaten.

Kawasan Kumuh Perkotaan Berdasarkan SK Bupati

Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 217 Tahun 2015 tentang

Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh, maka terdapat 23 lokasi kawasan permukiman

kumuh yang tersebar di 9 wilayah kecamatan, dengan luas keseluruhan kawasan permukiman

kumuh tersebut adalah

± 32,58 Ha.

Berdasarkan arahan dalam pelaksanaan RKP-KP Tahun 2015, maka lokasi penanganan

permukiman kumuh perkotaan akan mengacu pada kawasan kumuh yang berada di kawasan

perkotaan Amurang-Tumpaan. Jadi, dengan memperhatikan SK Bupati tentang Penetapan

Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Minahasa Selatan maka luasan kawasan

permukiman kumuh yang jadi kawasan studi (kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan) di Tahun

(2)

107

Dengan luasan yang hanya 9,94 Ha tersebut, maka sesuai arahan dan masukan pada saat tahapan

sosialisasi pekerjaan ini dimana minimal dalam suatu kawasan perkotaan sekurang-kurangnya

memiliki luas ± 15,0 Ha, maka luasan yang ada tersebut sangatlah tidak mencukupi, sehingga

berdasarkan diskusi dengan Pokjanis, maka delineasi kawasan kumuh perkotaan tersebut

ditinjau kembali dengan hasil sebagai berikut:

mengkaji kembali luasan kawasan permukiman kumuh yang ada di kawasan perkotaan

Amurang-Tumpaan karena masih banyak kawasan kumuh yang belum terdelineasi dalam

SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Minahasa Selatan,

bahkan ada beberapa kawasan yang secara fisik lebih parah kondisinya tidak termasuk dalam

SK Bupati tersebut;

menambahkan kawasan kumuh dengan memperhatikan aspek pendekatan pemerataan,

terutama lokasi kawasan kumuh yang ada di wilayah-wilayah kecamatan lainnya yang ada di

(3)

108

Tabel 7.1 Lampiran SK Bupati Kabupaten Minahasa Selatan

(4)
(5)

110

ii.

Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan

a.

Gambaran Umum Kawasan Kumuh Uwuran Satu

Kawasan permukiman Kumuh Uwuran Satu berada di wilayah Kecamatan Amurang dengan

tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai

Ranowangko). Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari

aktivitas sungai dan pantai yang dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai

nelayan.

Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Uwuran Satu adalah:

Lintang

: 1º11¹10,8096º LU

Bujur

: 124º34¹25,8708º BT

(6)
(7)

112

b.

Gambaran Umum Kawasan Kumuh Kapitu (Kec. Amurang Barat)

Kawasan permukiman Kumuh Kapitu berada di wilayah Kecamatan Amurang Barat dengan

tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai Kapitu).

Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari aktivitas sungai dan

(8)

113

Kawasan permukiman kumuh Kapitu yang berada di tepi sungai Kapitu dan kawasan pesisir

pantai yang cukup indah untuk dikembangkan sebagai aset wisata pantai.

Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Kapitu adalah:

Lintang

: 1º11¹17,6532º LU

(9)

114

(10)
(11)
(12)

117

c.

Gambaran Umum Kawasan Kumuh Ranoiapo Kecamatan Amurang

Kawasan permukiman Kumuh Ranoiapo berada di wilayah Kecamatan Amurang dengan

tipologi permukiman yang berada di pesisir pantai dan sungai (berada di muara sungai

Ranoiapo). Dengan kondisi yang demikian maka kawasan ini mendapat pengaruh dari aktivitas

sungai dan pantai yang dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Kawasan permukiman kumuh Ranoiapo yang berada di tepi sungai Ranoiapo (sungai terbesar di

Kab Minahasa Selatan) dan kawasan pesisir pantai yang cukup indah untuk dikembangkan

sebagai asep wisata pantai (berada di Teluk Amurang).

Letak posisi geografis kawasan permukiman kumuh Ranoiapo adalah:

Lintang : 1º11¹3,4692º LU

(13)

118

(14)

119

iii.

Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman

Potensi Pengembangan Kawasan Permukiman

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) mengamanatkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat melalui penyediaan akses

air minum sebesar 100%, terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh, serta pemenuhan sanitasi

layak, pada tahun 2020. Selain itu, pengembangan permukiman tidak sekedar sebagai

(15)

120

menciptakan ruang kehidupan untuk memasyarakatkan dirinya, menampakkan jati diri,

memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan karena

memiliki

multiplier effect

terhadap pertumbuhan ekonomi dan wilayah, peningkatan Pendapatan

Asli Daerah (PAD), serta penciptaan lapangan kerja. Peran dan partisipasi aktif dari Pemerintah

Daerah dalam hal pendataan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan pembanguan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, masih bisa

dioptimalkan. Sebagai contoh, dukungan Pemerintah Daerah dalam pembangunan khususnya

sarana dan prasarana dasar terkait pembebasan tanah sangat besar, sehingga berpotensi untuk

diberdayakan dan ditingkatkan dalam kerangka sinergi pusat daerah. Namun demikian, terdapat

beberapa tantangan dan permasalahan, seperti 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan

perkotaan, salah satunya berasal TPA

Open Dumping

yang menghasilkan gas metana (CH4).

Bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap

konstruksi dan operasi. Berikut tantangan-tantangan yang perlu diperhatikan :

1.

hasil identifikasi kawasan kumuh pada tahun 2014 mencapai 38.431 Ha di 4.108

Kawasan;

2.

perlunya peningkatan peran daerah dalam pengentasan kawasan kumuh, saat ini sekitar

53 persen belum memiliki Perda bangunan gedung; dan

3.

peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah tidak layak huni belum

seluruhnya didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas umum yang

(16)

121

7.1.2.

Sasaran Program

(17)
(18)
(19)

124

(20)
(21)
(22)

127

(23)
(24)
(25)

130

7.2 Sektor Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kondisi Eksisting

Ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai permukiman nelayan produktif, 60% penduduk

kawasan bermata pencaharian sebagai nelayan, ditetapkan sebagai kawasan yang aman untuk

dibangun permukiman, memperhatikan persyaratan-persyaratan konservasi kawasan pesisir

yang dilindungi.

a.

Luas komponen kawasan yang diperbolehkan :

Luas daerah terbangun maksimal : 60%, luas daerah untuk prasarana lingkungan maksimal :

22,5 %, luas daerah untuk sarana lingkungan minimal : 17,5%

b.

Perhitungan Kapasitas Kawasan

i.

Ukuran luas TOD

Neighborhood

adalah 48 Ha dengan kepadatan minimal rata-rata

10-15 unit/ 0,4 Ha

ii.

1 Rukun Tetangga (RT) terdiri dari 150-250 jiwa

iii.

1 Rukun Warga (RW) terdiri dari 8-10 RT = 1.200

2.500 jiwa

iv.

1 Kelurahan terdiri dari 10-12 RW = 12.000-30.000 jiwa

c.

Peruntukan lahan meliputi penetapan jenis, jumlah, besaran dan luasan

komponen-komponen kawasan

d.

Luas peruntukan lahan dengan sifat topografi yang khusus mempertimbangkan kemiringan

lahan, daya dukung tanah, daya resap air, fungsi yang akan dibangun di atasnya, jenis, luas

dan perletakan sarana umum dan sarana sosial kondisi topografis daratan sbb :

Tabel 7.5 Jenis, Luas dan Perletakan Sarana

No Komponen

Kawasan

Luas Kawasan Perencanaan

5 Ha 30 Ha 60 Ha

1. Lahan terbangun

Maks. 60%xLuas

Min 450-675 unit Min 900-1350

unit

4 Jumlah Jiwa

Asumsi 1 unit dihuni oleh 5 jiwa

(26)

131

No Komponen

Kawasan

Luas Kawasan Perencanaan

5 Ha 30 Ha 60 Ha Luas min 500m2

Jarak jangkau: 500 m

Min 4 gedung Luas min 500m2

Jarak jangkau: Jarak jangkau :

1000m

Min 3 gedung Luas min 2000

m2 Jarak jangkau :

1000m Jarak jangkau :

3000m

11 Taman Bacaan

Penduduk 2.500 jiwa

Min 1 gedung Luas min 150m2

Jarak jangkau 1000m

Min 2 gedung Luas min 150m2

Jarak jangkau Luas min 300m2

Jarak jangkau 1000m

Min 3 gedung Luas min 300m2

Jarak jangkau 1000m

13 Tempat Praktek

Dokter

Penduduk 5000 jiwa

Min 1 gedung Disesuaikan

14 Apotik Disesuaikan

Kebutuhan

Disesuaikan Kebutuhan

15 Posyandu

Penduduk 1.250

Min 2 bangunan Luas min 60 m2 Jarak jangkau

500m

Min 3 bangunan Luas min 60 m2 Jarak jangkau

500m

16 Taman/Tempat

bermain

Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Kawasan Rawan Bencana Tsunami

Kawasan tepian pantai yang mempunyai resiko tinggi terkena dampak gelombang tsunami.

Dengan karakter kawasan:

i.

Berhadapan langsung dengan zona tumbukan lempeng bumi yang memiliki potensi

gempa bawah laut dengan ciri-ciri:

(27)

132

b.

kekuatan magnitude > 6,3 SR,

c.

bentuk patahan naik

turun.

ii.

Topografi kawasan merupakan pantai landai dan dangkal.

iii.

Ketinggian elevasi kawasan kurang dari 6 m dpl.

a.

Lampiran Sejarah Peta Rawan Bencana (ESDM & BMG),

b.

Lampiran Pengembangan Penelitian tentang Peta Rawan Bencana (Bakosurtanal &

PSBA UGM),

Zona Elevasi Rawan Bencana

Isu Strategis Pengembangan Kawasan

Sebagai wilayah yang terletak di lintasan jalur trans Sulawesi, wilayah ini menjadi sangat

strategis ditinjau dari pengembangan wilayah. Kabupaten Minahasa Selatan dengan kota

Amurang-nya menjadi pusat pelayanan wilayah untuk hinterlandnya. Disamping itu letaknya di

pesisir pantai, Teluk Amurang yang juga menjadi kota pelabuhan tua memegang peranan

penting dalam pengembangan kota kedepan. Fasilitas pelabuhan yang dikembangkan seperti

pelabuhan perikanan, pelabuhan umum dan pelabuhan industri baik yang dikelola oleh

Pemerintah maupun swasta akan mewarnai dan mengakselerasi pertumbuhan kota di kemudian

hari. Letaknya di bibir pantai akan menjadi pertimbangan serius dalam memperhatikan aspek

mitigasi bencana berupa bencana tsunami maupun abrasi pantai yang semakin membesar.

Kenaikan muka air laut perlu menjadi perhatian serius mengingat bahaya

Rob

, naiknya air laut

sampai ke daratan yang mengakibat banjir air laut; sehingga dalam perencanaan kawasan aspek

ini merupakan issue-isue strategis yang perlu mendapat perhatian serius maupun peranan yang

sangat penting wilayah ini dalam perkembangan wilayah Sulawesi Utara secara keseluruhan.

Laut

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Zona Bahaya (0 – 6

m)

Zona Aman Sementara (6 –10

m)

(28)

133

Karakteristik potensi alam maupun morfologi wilayah yang demikian telah mewarnai terjadinya

pemanfaatan ruang dan tata guna lahan yang didominasi oleh fungsi campuran baik fungsi

industri, perkantoran dan permukiman. Pola pertumbuhan yang demikian telah melahirkan juga

kawasan yang tumbuh cepat terutama pada koridor utama. Pertimbangan-pertimbangan tersebut

mendasari Pemerintah Daerah terutama instansi yang terkait: BAPPEDA dan Dinas PU, untuk

memperhatikan kawasan Tumbuh Cepat Koridor Kapitu-Teep yang terletak dalam Kecamatan

Amurang Barat untuk ditetapkan sebagai kawasan perencanaan.

Potensi Pengembangan

Kedua desa yang menjadi kawasan perencanaan RTBL semula merupakan daerah hutan dan

perkebunan rakyat serta permukiman tradisional nelayan, namun sejak pemekaran Kabupaten

Minahasa Selatan dari Kabupaten Minahasa Induk pada tahun 2003 maka kawasan ini

cenderung berkembang secara pesat. Berdasarkan arahan

Tata Guna Lahan dalam RTRW

Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2006-2016

, Desa Kapitu dan Desa Teep diarahkan untuk

pengembangan Kawasan Industri

dengan tetap mempertahankan permukiman tradisional

nelayan yang ada. Namun dalam perkembangannya, tidak hanya bangunan industri yang

dibangun namun juga sejumlah sarana perkantoran pemerintah dan tempat usaha milik

masyarakat.

Desa Kapitu dan Teep berada di koridor jalan arteri primer yang berjarak sekitar 5-7 Km dari

Pusat Kota Amurang yang merupakan Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan. Dalam perspektif

regional hal ini menjadikan kawasan perencanaan be

rada pada posisi “strategis”, karena berada

pada jalur lintas darat

Trans Sulawesi

yang menghubungkan jalur jalan seluruh propinsi di

Pulau Sulawesi. Dengan demikian kawasan ini menjadi daerah

perlintasan (transit)

. Posisi

demikian menguntungkan karena secara geografis akan menjadi jalur transit perdagangan dan

jasa di Propinsi Sulawesi Utara, bahkan secara regional, nasional serta internasional.

Predikat sebagai jalur transit itu ditopang oleh adanya rencana pengembangan Pelabuhan

Amurang di daerah Mobongo (Kelurahan Kawangkoan Bawah) yang letaknya berbatasan

dengan kawasan studi RTBL, yang mampu menampung jenis kapal laut dalam ukuran besar

serta pelabuhan bongkar muat peti kemas. Untuk itu, secara bertahap Pelabuhan Amurang perlu

segera diperluas kapasitasnya, dengan pembangunan dermaga dan fasilitas kontainer yang

mampu melakukan aktivitas bongkar-muat komoditi ekspor dan impor dari kapal-kapal yang

menggunakan pelabuhan tersebut sebagai tempat persinggahan ataupun

stop over

.

Mengantisipasi

perkembangan pembangunan pada jalur Trans Sulawesi, telah dibangun pula

jalur

Ring Road

Kapitu

Tumpaan yang merupakan titik simpul jaringan transportasi wilayah.

Hal ini menjadi pemicu sehingga kawasan perencanaan cenderung berkembang pesat secara

(29)

134

Karena berada dalam lingkup wilayah Kota Amurang yang merupakan Ibukota sekaligus Pusat

Pertumbuhan Kabupaten Minahasa Selatan, maka jaringan prasarana dan sarana perkotaan

cukup tersedia dengan baik, meliputi prasarana listrik dan air bersih serta sarana sosial,

ekonomi, pendidikan, budaya, kesehatan, keagamaan, dll.

Ancaman Pengembangan

- Kondisi geografis kawasan perencanaan yang berada di daerah Teluk, menyebabkan kawasan

ini rawan terhadap bencana tsunami dan

rob

(naiknya permukaan air laut). Bahkan diperoleh

informasi dari warga bahwa pada musim-musim tertentu gelombang pasang naik ke

rumah-rumah penduduk hingga ke badan jalan desa. Hal ini perlu diantisipasi dengan perencanaan

mitigasi bencana.

- Keberadaan sejumlah pabrik yang dapat mengancam sistem permukiman karena dekat dengan

sumber mata air seperti PLTU yang berdekatan dengan Sungai Moinit di perbatasan Desa Teep,

PT TMC yang berdekatan dengan Sungai Liwason, PT Silo Dryer dan pabrik gula aren yang

berdekatan dengan Sungai Tetesalu.

- Lemahnya sistem penegakan hukum terhadap pembangunan sejumlah fasilitas/fungsi baru,

dikuatirkan akan menyebabkan alih fungsi lahan dan menimbulkan

urban sprawl

.

Peluang Pengembangan

- Dukungan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dan Provinsi Sulut bagi pengembangan

dan penataan ruang kawasan, karena kawasan ini termasuk salah satu Kawasan Prioritas

Provinsi untuk Pengembangan Jalan Arteri Primer antar Provinsi (Trans Sulawesi).

- Masyarakat setempat juga turut mendukung pengembangan kawasan karena hal ini dianggap

akan turut memicu peningkatan usaha ekonomi dan pendapatan masyarakat.

- Prosentase ruang-ruang belum terbangun masih cukup besar, sehingga masih memungkinkan

untuk dilakukan pengaturan dan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang pada kawasan.

7.3.

Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

7.1.3.

Kondisi Eksisting

i.

Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan

Perpipaan

Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari 17 kecamatan, dimana dari seluruh kecamatan

tersebut yang sudah terlayani oleh sistem penyediaan air minum PDAM baru 8 Kecamatan

yaitu Kecamatan Amurang, Kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang Barat,

Kecamatan Tumpaan, Kecamatan Tareran, Kecamatan Motoling, Kecamatan Motoling Timur

dan Kecamatan Sinonsayang (Desa Poigar). Adapun Kecamatan lainnya belum terlayani SPAM

jaringan perpipaan PDAM, tetapi pada umumnya sudah memiliki SPAM jaringan perpipaan

(30)

135

wilayah Kecamatan bersangkutan. Pada umumnya SPAM-SPAM ini menggunakan sumber air

baku yang berasal dari mata air atau sungai kecil yang ada di wilayahnya masing-masing.

Adapun wilayah-wilayah yang telah memiliki SPAM jaringan perpipaan Non PDAM di

masing-masing kecamatan diperlihatkan pada tabrel berikut.

Tabel 7.6 Letak SPAM Perpipaan dan Non PDAM Masing Masing Kecamatan

No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/

Pengaliran Keterangan

1 Amurang 1. Ranoketang Tua Mata Air/Gravitasi

- 2. Kilometer Tiga Mata Air/Pompa

2 Amurang

Timur

1. Pinaling Mata Air/Gravitasi

2. Kota Menara Mata Air/Gravitasi

3. Maliku Mata Air/Gravitasi

4. Ritey Mata Air/Gravitasi

5. Malenos Baru Mata Air/Gravitasi

3 Amurang Barat

1. Pondos Sumur/Pompa Tidak berfungsi

2. Elusan Mata Air/Gravitasi

3. Tewasen Mata Air/Gravitasi

4. Wakan Mata Air/Gravitasi

4 Tumpaan

1. Popontolen Mata Air/Gravitasi

2. Lelema Mata Air/Gravitasi

3. Tangkuney Mata Air/Gravitasi

4. Munte Mata Air/Gravitasi

5 Tareran

1. Kaneyan Mata Air/Gravitasi

2. Koreng Mata Air/Gravitasi

3. Tumaluntung Mata Air/Gravitasi

4. Tumaluntung Satu Mata Air/Gravitasi

5. Pinamorongan Mata Air/Gravitasi

6 Motoling

1. Lalumpe 2. Raanan Lama 3. Motoling 4. Motoling Satu 5. Motoling Dua 6. Motoling Mawale

Mata Air/Gravitasi

1. Wanga Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM

2. Wanga Amongena Mata Air/Gravitasi Sebagian dilayani PDAM

3. Tokin Mata Air/Gravitasi

4. Karimbow Mata Air/Gravitasi

8 Motoling Barat

1. Toyopon Mata Air/Gravitasi

2. Keroit Mata Air/Gravitasi

3. Raanan Baru Mata Air/Gravitasi

4. Raanan Baru Satu Mata Air/Gravitasi 5. Raanan Baru Dua Mata Air/Gravitasi

6. Tondei Mata Air/Gravitasi

7. Tondei Satu Mata Air/Gravitasi

8. Tondei Dua Mata Air/Gravitasi

9 Ranoyapo

1. Poopo Mata Air/Gravitasi

2. Poopo Barat Mata Air/Gravitasi

3. Poopo Utara Mata Air/Gravitasi

4. Pontak Mata Air/Gravitasi

5. Mopolo Mata Air/Gravitasi

6. Mopolo Esa Mata Air/Gravitasi

7. Powalutan Mata Air/Gravitasi

8. Beringin Mata Air/Gravitasi

10 Tompaso Baru

1. Tompaso Baru Satu 2. Tompaso Baru Dua 3. Raraatean

Ex PDAM/Tidak berfungsi

(31)

136

No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/

Pengaliran Keterangan

5. Torout Mata Air/Gravitasi

11 Maesaan

1. Tambelang Mata Air/Gravitasi

2. Kinamang Mata Air/Gravitasi

3. Kinamang Satu Mata Air/Gravitasi

4. Bojonegoro Mata Air/Gravitasi

5. Tumani Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

6. Tumani Utara Mata Air/Gravitasi

7. Tumani Selatan Mata Air/Gravitasi

8. Lowian Mata Air/Gravitasi

9. Temboan Mata Air/Gravitasi

10. Liningaan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

12 Modoinding

1. Kakenturan Mata Air/Gravitasi

2. Linelean Mata Air/Gravitasi

3. Sinisir Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

4. Pinasungkulan Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

5. Makaaruyen Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

6. Palelon Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

7. Wulurmaatus Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

8. Mokobang Mata Air/Gravitasi Ex PDAM/Tidak berfungsi

13 Kumalambuay

1. Malola 2. Malola Satu 3. Kumalambuay 4. Kumalambuay Atas 5. Kumalambuay Satu 6. Kumalambuay Dua

Mata Air/Gravitasi

1. Kapoya Mata Air/Gravitasi

2. Kapoya Satu Mata Air/Gravitasi

3. Pinapangkow Mata Air/Gravitasi

4. Suluun Satu Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

5. Suluun Dua Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

6. Suluun Tiga Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

7. Suluun Empat Mata Air/Pompa Tidak berfungsi

8. Talaitad Sumur/Pompa

15 Tenga

1. Boyong Atas Mata Air/Gravitasi

2. Pakuure Mata Air/Gravitasi

3. Pakuure Satu Mata Air/Gravitasi

4. Pakuure Dua Mata Air/Gravitasi

5. Pakuure Tiga Mata Air/Gravitasi

6. Pakuure Kinamang Mata Air/Gravitasi 7. Pakuure Tinanian Mata Air/Gravitasi

8. Pakuweru Mata Air/Gravitasi

9. Pakuweru Utara Mata Air/Gravitasi

10. Tenga Mata Air/Gravitasi

11. Radey Mata Air/Gravitasi

12. Molinow Mata Air/Gravitasi

16 Sinonsayang

1. Durian 2. Tanamon 3. Tanamon Utara 4. Aergale

5. Ongkaw Satu 6. Ongkaw Dua 7. Ongkaw Tiga 8. Tiniawangko 9. Boyong Pante 10. Boyong Pante Dua 11. Blongko

1. Sulu Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi

2. Paslaten Mata Air/Gravitasi Tidak berfungsi

3. Wawona Mata Air/Gravitasi

4. Sondaken Mata Air/Gravitasi

(32)

137

Non Perpipaan

Selain sistem jaringan perpipaan baik PDAM maupun Non PDAM, pemenuhan kebutuhan air

minum di Kabupaten Minahasa Selatan dilayani pula oleh sistem bukan jaringan perpipaan.

Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air minum melalui sistem bukan jaringan perpipaan

dilakukan dengan cara mamanfaatkan air tanah dangkal (sumur gali/bor), air sungai atau mata

air.

ii.

Luas cakupan pelayanan per kecamatan

Saat ini PDAM Kabupaten Minahasa Selatan melayani 5,270 sambungan di seluruh wilayah

pelayanannya. Dari total jumlah sambungan rumah tersebut tercatat terdapat 2.756 unit

sambungan aktif, 2.194 unit sambungan ATT (aktif tidak terlayani), 147 unit sambungan segel,

dan 168 unit sambungan cabut.

Total persentase pelayanan untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa

Selatan adalah sebesar 19% dengan total jiwa yang terlayani sebanyak 11.024 jiwa dari total

jumlah penduduk wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 58.006

jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak

197.755 jiwa, maka persentase pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebesar

5,57%.

Tabel 7.7 Prosentase Pelayan PDAMKabupaten Minahasa Selatan Per Wilayah Pelayanan

No. Unit SPAM

FOTO PEMANFAATAN SUMUR DANGKAL UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM

(33)

138

II. SPAM PERDESAAN

1. Wuwuk 279 1.116 1.775 62,87

2. Poigar 33 132 1.460 9,04

Total 2.756 11.024 58.006 19,00

Berdasarkan Laporan Operasional PDAM Kabupaten Minahasa Selatan bulan Desember 2012,

diketahui bahwa :

-

Volume air produksi

: 79.134 m

3

/bulan

= 2.552,71 m

3

/hari

Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat diketahui besarnya tingkat konsumsi air rata-rata

untuk seluruh wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Minahasa Selatan yaitu sebesar 106,95

liter/orang/hari.

Data-data tersebut diatas perlu diuji kembali akurasinya, karena tidak terdapat alat ukur debit

pada unit-unit produksi yang ada, sehingga angka-angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil

perkiraan.

Ditinjau berdasarkan sistem pengalirannya, pelayanan PDAM dibedakan antara sistem

pemompaan dan sistem gravitasi. Sistem gravitasi dapat beroperasi selama 24 jam, namun

wilayah pelayanan yang menggunakan pemompaan baru terlayani rata-rata selama 6

13

jam/hari.

iii.

Lokasi dan kapasitas air baku

Air Permukaan

Air permukaan yang terdapat di daerah ini berupa air sungai yang mengalir sepanjang tahun

(

permanent stream

) dan sungai tadah hujan (

intermittent stream

). Adapun sungai

sungai utama

yang mengalir sepanjang tahun yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebagai

berikut :

1. Sungai Ranoyapo

12

Sungai Malulu

2. Sungai Moyondok

13

Sungai Pentu

3. Sungai Sukuyon

14

Sungai Ranowea

(34)

139

5. Sungai Poigar

16

Sungai Sosogian

6. Sungai Kaluntai

17

Sungai Ranotuana

7. Sungai Molinau

18

Sungai Tuunan

8. Sungai Mayaan

19

Kali Rora

9

Sungai Tongop

20

Sungai Tumicakal

10 Sungai Sidate

21

Kali Koladon

11 Sungai Popontelan

22

Sungai Rurumen

Tabel 7.8 Sungai Utama Di Kab. Minahasa Selatan Dan Daerah Yang Dilaluinya

No. Sungai Panjang

(km) Bermuara ke Daerah yang dilalui

1 Ranoyapo 64 Laut Kec. Tompaso Baru : Ds. Tompaso B. I, Ds.

Tompaso B. II; Kec. Ranoyopo : Ds. Pontak; Kec. Motoling : Ds. Motoling; Kec. Amurang Barat : Ds. Kawangkoan Bawah.

2 Moyondok 11 S. Ranoyapo Kec. Ranoyopo : Ds. Mopolo, Ds. Pontak;

Tiniawangko, Kec. Motoling Barat : Ds. Tondey

17 Ranotuana 20 Laut Kec. Tumpaan, Ds. Pinamorongan, Ds.

Matani

Di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan terdapat juga danau yang dimanfaatkan sebagai sumber

air baku, yaitu : Danau Moat dengn luas 2 Ha,di Kecamatan Modoinding, danau Mokobang luas

(35)

140

Air Tanah

Mata Air

Dengan kondisi alam Kabupaten Minahasa Selatan yang didominasi oleh pegunungan

dan perbukitan dan sedikit dataran pantai, yang juga dibentuk oleh batuan gunung

api muda dengan vegetasi cukup lebat, maka potensi sumber mata air cukup besar

apalagi ditambah dengan curah hujan yang relatif besar.

Mata air diwilayah ini banyak ditemukan tersebar hampir disemua lereng, dengan

debit bervariasi, juga fluktuasi debitnya cukup besar (fluktuasi musiman). Mata air

umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan

relatif bebas pencemaran.

Mata air adalah air tanah yang muncul kepermukaan tanah secara alami, atau

tempat dimana air tanah keluar ke permukaan secara alamiah. Sedangkan air tanah

pada umumnya mengalami pengisian kembali oleh air hujan pada daerah resapan.

Karena air hujan tidak konstan setiap tahun, maka jumlah air yang keluar dari mata

airpun umumnya berfluktuasi. Pemunculan mata air secara alami tersebut dapat

diakibatkan karena pemancungan topografi ataupun akibat adanya rekahan/atau

patahan.

Model Pemunculan Mata Air Akibat Pemancungan Topografi dan Akibat Adanya Struktur Patahan

(36)

141

Mata air diwilayah Kabupaten Minahasa Selatan banyak ditemukan tersebar hampir

disemua lereng, dengan debit bervariasi, juga berfluktuasi seiring musiman. Mata air

umumnya merupakan sumber air baku ideal, mengingat airnya umumnya bersih dan

relaitf bebas pencemaran. Jenis mata air dapat dibedakan berdasarkan akibat gejala

geologi, yaitu ada mata air akibat pemcungan topografi dan mata air akibat

terjadinya patahan.

Dapat dibedakan dua jenis mata air, yaitu mata air gravitasi dan mata air artesis.

Mata air gravitasi dapat dibedakan menjadi 3 tipe mata air yaitu :

-

Mata air defresi, terdapat bila permukaan tanah menurun dan memotong muka

air tanah dalam batuan yang lulus air. Fluktuasi umumnya besar dan kebanyakan

kurang baik sebagai sumber air baku, kecuali bila Akuifernya bersifat regional

atau mempunyai penyebaran luas.

-

Mata air kontak gravitasi, terjadi bila pergerakan turun darai air tanah terhalang

oleh lapisan kedap air. Umumnya untuk memperlihatkan fluktuasi kecil dan dan

merupakan sumber air baku yang baik.

-

Mata air rekahan/ rongga, terjadi bila air muncul dari dalam tanah dari suatu

rekahan atau pepotongan rekahan, juga suatu rongga didalam batuan yang

umumnya kekar. Tipe mata air ini umumnya merupakan sumber air baku yang

baik dan mudah dilindungi. Mata air karst merupakan salah satu jenis mata air

rekahan/ rongga.

Mata air artesis muncul bila air yang tersekat antara dua lapisan kedap air, dan oleh

karenanya besifat tertekan, terus muncul kepermukaan. Berdasarkan pemunculannya

mata air jenis ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :

-

Mata air artesis rekahan, dimana air tertekan mencapai permukaan tanah

melalui suatu rekahan. Umumnya merupakan sumber air baku yang baik.

-

Mata air aliran artesis, airtanah tertekan muncul pada perpotongan topografi.

Sumber air baku yang baik umumnya terdapat pada lereng perbukitan.

Survey mata air yang dilakukan pada Awal Bulan September, di Kabupaten Minahasa

Selatan termasuk bulan kering (pancaroba).

Mata air yang ditemukan (teridentifikasi) di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan

umumnya berupa jenis mata air gravitasi dan artesis, yang keluar dari batupasir

produk Gunungapi muda, dimana mata air potensial yang ada yang telah disurvey

(37)

142

1)

Mata Air Amio 1 dan Mata air Animo 2 di Desa Malola Kecamatan

Kumelembuay, dengan debit total sesaat yang terukur di awal Bulan

September sebesar 29,4 lit/det.

2)

Mata Air Terung di Desa Malola Kecamatan Kumelembuay, dengan debit

sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 11,92 lit/det.

3)

Mata Air Makebo di Desa Motoling Kecamatan Motoling, dengan debit sesaat

yang terukur di awal Bulan September sebesar 98,92 lit/det.

4)

Mata air Lolom Bulan di Desa Raanan Baru Kecamatan Motoling Barat

dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 82,36

lit/det.

5)

Mata Air Usel di Desa Suluun Kecamatan Tareran dengan debit sesaat yang

terukur di awal Bulan September sebesar 12,23 lit/det.

6)

Mata Air Rasen di Desa Kumelembuay Dua Kecamatan Kumelembuay

dengan debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 21,43

lit/det.

7)

Mata Air Konaron di Desa Tambelang Kecamatan Maesaan dengan debit

sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 118,84 lit/det.

8)

Mata Air Lopana di Desa Pakuweru Kecamatan Tenga, dengan debit sesaat

yang terukur di awal Bulan September sebesar 26,6 lit/det.

9)

Mata air Kembes Dalam-1 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan

debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 12,6 lit/det.

10)

Mata air Kembes Dalam-2 di Desa Ongkaw Kecamatan Sinonsayang dengan

debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 29,11 lit/det.

11)

Mata Air Sinonsayang di Desa Tanamon Kecamatan Sinonsayang, dengan

debit sesaat yang terukur di awal Bulan September sebesar 15,26 lit/det.

Air Tanah Bebas

Air tanah terdapat di daerah endapan aluvium dan endapan danau dengan kedalaman muka air

tanah bebas berkisar antara 0,5 - 3 m di bawah muka tanah setempat. Pada tanah pelapukan tufa

kedalaman muka air tanah bebas berkisar antara 2

5 m di bawah permukaan tanah setempat,

sedangkan pada endapan volkanik yang dibentuk oleh batupasir lapilian dan pasir lepas pada

(38)

143

iv.

Kinerja PDAM

v.

Permasalahan/Tantangan Pengembangan SPAM

Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Minahasa Selatan diuraikan per unit

SPAM sebagai berikut:

Tabel 7.9 Permasalahan PDAM Per Unit

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

SPAM IKK Amurang

I.1. Unit Air Baku • Air baku diindikasikan sudah tercemar oleh mercury akibat penambangan emas di bagian hulu sungai Ranoyapo

•Menertibkan kegiatan

penambangan emas atau mencari sumber air baku lain sebagai pengganti

•Pompa air baku hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam

• Menambah 1 unit pompa air baku agar sistem bisa beroperasi selama 24 jam

I.2. Unit Pengolahan •Pemeliharaan terhadap bangunan IPA masih kurang sehingga kebersihannya kurang terjaga

• Pemeliharaan terhadap bangunan IPA perlu ditingkatkan lagi

•Unit pengolahan air tidak dilengkapi laboratorium

• Melengkapi unit pengolahan dengan laboratorium untuk penentuan dosis optimum bahan kimia

I.3. Unit Distribusi • Pompa distribusi hanya berjumlah 1 unit sehingga sistem tidak bisa beroperasi selama 24 jam

•Menambah minimal 1 unit pompa distribusi agar dapat beroperasi secara bergantian selam 24 jam

• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

I.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih sangat rendah yaitu rata-rata hanya ± 6 jam/hari

•Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari

• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 8,45%

•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru melalui meningkatkan jam pelayanan

• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 35,94%

•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

II. SPAM IKK Amurang Timur

1.1.Unit Air Baku • Terdapat kebocoran pada bangunan Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)

•Memperbaiki kebocoran dan menagkap air yang terbuang di lokasi Bronkaptering Mata Air Pale (Sumber Pinaling I)

1.2.Unit Pengolahan • Kapasitas produksi IPA Pinaling

(39)

144

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

IPA terpasang pelanggan atau membantu

pelayanan IKK Amurang

• Pompa dossing alum dalam kondisi rusak sehingga pembubuhan alum dilakukan secara manual dan darurat

• Perbaikan pompa dossing alum agar dosis pembubuhan alum dapat terukur sehingga diperoleh kualitas air yang optimal

• Fasilitas laboratorium belum dimanfaatkan

• Memanfaatkan fasilitas laboratorium agar proses pengolahan berjalan secara optimal

2.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

1.3.Unit Pelayanan • Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 17,87%

•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru untuk memanfaatkan idle capacity.

• Tingkat kebocoran sangat tinggi, yaitu sebesar 69,01%

•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

III.SPAM IKK Amurang Barat

3.1. Unit Air Baku • Sering terjadi akumulasi

endapan lumpur pada bangunan intake, terutama pada waktu musim hujan sehingga harus sering dilakukan pengurasan lumpur

•Melakukan rehabilitasi konstruksi bendungan pada bangunan intake agar lumpur tidak terakumulasi di dalam bangunan intake

• Proses pengurasan lumpur relatif sulit karena harus dilakukan secara manual karena tidak terdapat fasilitas untuk pengurasan lumpur

•Membuat fasilitas pengurasan lumpur berupa pintu air atau pipa penguras untuk memudahkan proses pengurasan lumpur

3.2.Unit Pengolahan • Konstruksi IPA rusak berat di beberapa bagian sehingga air yang masuk IPA tidak melalui proses pengolahan

•Memperbaiki kerusakan IPA jika masih bisa dilakukan perbaikan, atau jika tidak bisa harus diganti dengan IPA baru

• Bangunan penunjang IPA tidak terpelihara sehingga fasilitas perlengkapan IPA banyak yang rusak bahkan sebagian sudah hilang

• Dilakukan pemeliharaan dan pengamanan terhadap aset yang ada di dalam bangunan penunjang IPA

3.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya

(40)

145

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

tingkat kehilangan air

• Pada saat air keruh sebagian pelanggan menginginkan untuk tetap dilayani, hal ini dapat mengakibatkan akumulasi pengendapan lumpur di jaringan pipa distribusi

•Dibuat fasilitas pengurasan lumpur di beberapa lokasi jaringan pipa distribusi yang diindikasikan sebagai tempat terjadinya akumulasi pengendapan lumpur

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

3.4. Unit Pelayanan • Kualitas air yang dialirkan ke pelanggan tidak memenuhi standar kualitas air minum karena tidak dilakukan proses pengolahan

•Melakukan proses pengolahan air baku agar pelanggan memperoleh pelayanan air dengan kualitas yang lebih baik

• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 8,72%

•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru diikuti dengan perbaikan kualitas air

• Tingkat kebocoran sangat tinggi, yaitu sebesar 70,86%

•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

IV.IKK Tumpaan

4.1. Unit Air Baku • Pompa air baku efisiensinya sudah sangat menurun sehingga debit dan headnya sudah menurun

•Melakukan penggantian pompa air baku

4.2. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

4.3. Unit Pelayanan • Tekanan air di wilayah pelayanan sudah menurun sehingga sebagian wilayah pelayanan tidak dapat terlayani lagi

•Untuk menaikan tekanan air di wilayah pelayanan dapat dilakukan dengan mengganti pompa air baku serta memperbesar dimensi pipa distribusi

• Karena di sebagian wilayah pelayanan air tidak lancar maka menyulitkan dalam proses penagihan rekening air sehingga di wilayah pelayanan ini

penagihan dilakukan setiap 2 s/d 3 bulan sekali

•Memperlancar aliran dengan mengganti pompa air baku atau memperbesar dimensi pipa distribusi

• Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 14,5 jam/hari

(41)

146

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

• Prosentase pelayanan masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 35,23%

•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah sambungan baru.

• Tingkat kebocoran sangat tinggi, yaitu sebesar 33,48%

•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

V. SPAM IKK Tareran

5.1. Unit Air Baku • Sering terjadi akumulasi

endapan lumpur pada bangunan intake, terutama pada waktu musim hujan sehingga harus sering dilakukan pengurasan lumpur

•Melakukan rehabilitasi konstruksi terhadap posisi mulut intake agar tidak langsung menghadap arah aliran air untuk mengurangi masuknya lumpur kedalam bangunan intake

• Proses pengurasan lumpur relatif sulit karena harus dilakukan secara manual karena tidak terdapat fasilitas untuk pengurasan lumpur

•Membuat fasilitas pengurasan lumpur berupa pintu air atau pipa penguras untuk memudahkan proses pengurasan lumpur

5.2. Unit Pengolahan •Unit pengolahan air tidak dilengkapi peralatan laboratorium

• Melengkapi unit pengolahan dengan peralatan laboratorium untuk penentuan dosis optimum bahan kimia

5.3. Unit Distribusi • Reservoir baru kap. 400 m3

belum dimanfaatkan secara optimal karena pipa outlet reservoir ini belum terhubung dengan pipa distribusi sehingga hanya menampung air

sementara sebelum dialirkan ke reservoir lama kap. 150 m3

•Memanfaatkan reservoir kap. 400 m3 secara optimal dengan

menghubungkan pipa outlet dengan pipa distribusi eksisting sehingga tekanan air di wilayah pelayanan akan semakin tinggi karena lokasi reservoir ini elevasinya lebih tinggi dari reservoir kap. 150 m3

• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Tingginya tingkat pencurian air yang dilakukan dengan dengan cara membuka water meter karena water meter mudah dibuka

•Memperbaiki instalasi pemasangan water meter agar tidak mudah dibuka oleh konsumen

• Jaringan pipa distribusi

diindikasikan sudah mengalami penyempitan terutama pada pipa distribusi yang dipasang pada tahun 1981 sehingga menghambat aliran air

•Merehabilitasi jaringan pipa distribusi yang dipasang pada tahun 1981 untuk memperlancar aliran dan menaikan tekanan air

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

5.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 13 jam/hari

(42)

147

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

• Prosentase pelayanan masih relatif rendah yaitu hanya sekitar 37,39%

•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru dan mambah jam pelayanan

• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 25,17%

•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

VI.SPAM IKK Motoling & Motoling Timur

6.1. Unit Distribusi • Di wilayah pelayanan Motoling Timur terdapat Reservoir baru kap. 250 m3 belum

dimanfaatkan

•Memanfaatkan reservoir kap. 250 m3 untuk melayani wilayah

pelayanan di sekitar lokasi reservoir

• Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Dimensi jaringan pipa induk distribusi terlalu kecil sehingga tidak dapat menjangkau seluruh wilayah pelayanan Motoling Timur

•Memperbesar diameter pipa induk induk distribusi untuk

memperlancar aliran dan menaikan tekanan air di wilayah pelayanan Motoling Timur

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

6.2. Unit Pelayanan • Prosentase pelayanan masih relatif rendah yaitu hanya sekitar 22,31%

•Meningkatkan prosentase pelayanan dengan menambah sambungan baru dan memperluas jaringan

• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 48,67%

•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

VII. SPAM Desa Wuwuk

7.1. Unit Air Baku • Bendungan pada bangunan intake dalam kondisi rusak

•Perlu perbaikan bendungan intake untuk memperlancar aliran air yang masuk kedalam bangunan intake

• Untuk mengalirkan air baku dari bangunan intake hanya

digunakan 1 unit pompa sehingga sistem tidak dapat beroperasi selama 24 jam

•Perlu penambahan minimal 1 unit pompa agar sistem dapat

beroperasi selama 24 jam

• Saat terjadi kerusakan pompa sistem berhenti operasi karena menunggu perbaikan pompa

•Perlu penambahan minimal 1 unit pompa agar sistem tetap

beroperasi jika salah satu pompa mengalami kerusakan

• Efisiensi pompa sudah menurun karena umur teknisnya sehingga kapasitas produksi menurun sampai dengan 50%

•Mengganti pompa untuk

meningkatkan kapasitas produksi

7.2. Unit Pengolahan • Ketebalan media filter SPL sudah berkurang ± 25 cm, sehigga kualitas air yang

(43)

148

Unit SPAM/

Unit Sistem Permasalahan Usulan Penyelesaian

dihasilkan kurang baik

• Beberapa katup operasi pada bangunan SPL dalam kondisi rusak sehingga menyulitkan dalam pengoperasian SPL

•Mengganti katup operasi agar pengoperasian SPL berjalan lancar

7.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak terpasang. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehilangan air

•Mengganti/memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Sering terjadi pecah pipa pada lokasi jalan raya sepanjang ± 300 m karena kedalaman penanaman pipa hanya 10 s/d 20 cm

•Menambah kedalaman penanaman pipa agar aman dari pengaruh getaran kendaraan yang menyebabkan pecahnya pipa

• Belum mempunyai peta jaringan pipa distribusi yang lengkap dan up to date

•Membuat peta jaringan pipa distribusi dan melakukan up date data secara berkala termasuk aksesoris pipa seperti katup operasional, dll

7.4. Unit Pelayanan • Jam pelayanan masih relatif rendah yaitu rata-rata hanya ± 10 jam/hari

•Meningkatkan jam pelayanan menjadi 24 jam/hari

• Prosentase pelayanan sudah lebih tinggi dari wilayah lainnya yaitu sekitar 62,87%

•Prosentase pelayanan masih perlu ditingkatkan dengan menambah sambungan baru dan mambah jam pelayanan

• Tingkat kebocoran relatif tinggi, yaitu sebesar 47,11%

•Menurunkan tingkat kebocoran fisik maupun non fisik menjadi minimal sebesar 20%

VIII.SPAM Desa Poigar

8.1. Unit Air Baku • Bronkaptering yang ada belum melindungi mata air dari pencemaran aliran air hujan, dedaunan, dll

•Membuat bangunan perlindungan mata air dari pencemaran

8.2. Unit Transmisi • Aliran air dari bronkaptering menuju reservoir distribusi sedikit terhambat karena terdapat ruas pipa transmisi yang dipasang diatas garis hidrolisnya

•Memindahkan lokasi jalur pipa ke tempat yang lebih rendah agar aliran lancar

8.3. Unit Distribusi • Tidak terdapat water meter induk pada pipa distribusi utama untuk mengukur kapasitas air distribusi

•Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala

• Sebagian konsumen belum dilengkapi dengan water meter

•Memasang water meter konsumen dan melakukan tera ulang secara berkala untuk menurunkan tingkat kebocoran

• Banyak terdapat lokasi kebocoran pada jaringan pipa distribusi

•Memperbaiki kebocoran pada jaringan pipa distribusi

(44)

149

7.4.

Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

7.4.1.

Kondisi Eksisting

i.

Pengelolaan Air Limbah Eksisting Kabupaten Minahasa Selatan

Tabel 7. 10 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Minahasa Selatan

(45)

150

ii.

Kondisi eksisting pengelolaan persampahan Kabupaten Minahasa Selatan

Tabel 7.11 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Minahasa Selatan

(46)

151

iii.

Kondisi eksisting drainase Kabupaten Minahasa Selatan

Tabel 7.12 Kondisi Eksisting Drainase Kabupaten Minahasa Selatan

Gambar

Tabel 7.1 Lampiran SK Bupati Kabupaten Minahasa Selatan Tentang Penatapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh
Tabel 7.2 Penanganan Permukiman Kumuh Uwuran Satu
Tabel 7.3 Penanganan Permukiman Kumuh Kapitu
Tabel 7.4 Penanganan Permukiman Kumuh Ranoiapo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ari Eko Wibawanto. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Widya

Pesan-pesan yang disampaikan dalam novel ini bisa dijadikan bahan pembelajaran dalam dunia pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat

untuk arus lebih atau arus hubung singkat yang pada saat itu juga bimetal yang. ada akan bekerja dengan

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang maha esa, penulis sudah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Motif pembaca Suplemen Khusus Persebaya di Koran Jawa Pos

Peneliti memilih kegiatan employee relations untuk diteliti, hal tersebut karena belum ada penelitian mengenai employee relations dalam hal family gathering di

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Kabupaten Sambas

Perlu dilakukan pengelolaan potensi kawasan ekowisata Danau Linting sehingga dapat dilakukan juga perencanaan program interpretasi lingkungan yang nantinya akan

Karena itik, entog dan mandalung merupakan unggas air diduga pengukuran produksi panas pada saat pemberian pakan produksi uap air (H 2 O) meningkat, kelembaban dan