LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PBL, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH
B. Kondisi Eksisting 1 Aspek Teknis
FINAL REPORTVlll-94 Pengolahan persampahan di Kabupaten Luwu Timur umumnya masih dikelolah secara konvensional yaitu dengan cara dikumpul, timbun dan bakar. Sedangkan pada kawasan perkotaan Malili (ibukota Kabupaten) telah melalui pengolahan melalui penyediaan tempat pembuangan sementara, dan pengangkutan ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA).
Seperti halnya kota-kota lainnya di Indonesia, penanganan persampahan di Kabupaten Luwu Timur, menjadi salah satu permasalahan perkotaan yang sulit teratasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti (i) tingginya tingkat urbanisasi, sehingga produksi sampah terus bertambah, (ii) perilaku masyarakat dalam menangani, (iii) penerapan regulasi yang kurang tegas dalam penanganannya, (iv) faktor pembiayaan yang relatif besar, serta beberapa kendala teknis lainnya.
Tabel 8.32
Data Pengelolaan Persampahan
No Lokasi Produksi Sampah Sampah terbuang ke TPA TPA
1 Kota Tomoni (Kec.
Mangkutana) 23 m
3 - -
2 Kota Malili (Ibu
Kota Kabupaten) 19 m 3 15 m3 TPA Ussu 3 Kota Soroako (Kec. Nuha) 28 m 3 28 m3 TPA Kopatea Sumber : RPIJM Kab. Luwu Timur Tahun 2012
a. Pendanaan
Perhatian terhadap pengelolaan persampahan masih belum memadai baik dari pihak kepala daerah maupu DPRD. Secara
FINAL REPORTVlll-95 umum alokasi pembiayaan untuk sektor persampahan masih dibawah 5% dari total anggaran APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pengelolaan persampahan masih belum menjadi prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang ala kadarnya tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Demikian juga dengan rendahnya dana penarikan retribusi (secara nasional hanya mencapai 0,41%), sehingga biaya pengelolaan sampah masih menjadi beban APBD. Rendahnya biaya pengelolaan persampahan pada umumnya karena masalah persampahan belum mendapatkan perhatian yang cukup selalu akan berdampak buruk pada kualitas pengamanan sampah trmasuk pencemaran lingkungan di TPA. b. Kelembagaan
Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit sejalan dengan makin besanya kategori kota.
c. Peraturan Perundangan
Pemerintah daerah secepatnya member Instruksi guna mengatasi secara intensif permasalahan persampahan dengan
FINAL REPORTVlll-96 kapasitas dan tanggung jawab yang lebih terfokus pada pengeloaan persampahan. Hal ini juga harus diimbangi dengan legitimasi Peraturan daerahyang terkait dengan pengelolaan persampahan, misalnya evaluasi /peninjaunckembali biaya retribusi persampahan yang applicable, sanksi hukum bagi yang melanggar peraturan kebersihan, dll.
d. Peran Serta Masyarakat
Sudah sejak lama masyarakat (individu maupun kelompok) sebenarnya telah mampu melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah baik untuk skala individual maupun skala lingkungan terutama dilingkungan permukimannya.
Upaya untuk menarik swasta kedalam komponen kegiatan pengelolaan sampah belum dilakukan secara memadai termasuk memberikan insentif baik berupa pengurangan pajak bea masuk bahan atau instalasi yang berkaitan dengan dengan proses pengolahan sampah.
C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan
Persampahan
1.Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Luwu Timur adalah :
a. Aspek Kelembagaan :
1) Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan pelayanan yang dibutuhkan;
2) Dukungan peraturan belum memadai;
3) Terbatasnya SDM yang dimiliki untuk pengoperasian persampahan;
FINAL REPORTVlll-97 pengelolaan yang berperan sebagai operator dan regulator;
5) Manajemen pelayanan persampahan masih perlu ditingkatkan;
6) Belum optimalnya pelaksanaan perda yang ada dan tindakan sanksi yang tegas bagi pelanggaran;
b. Aspek Operasional / Teknik
1) Armada alat berat di lokasi TPA belum ada ( excavator dan wheel loader) sementara bulldozer yang ada sudah sering rusak;
2) Armada angkutan sampah masih kurang dibandingkan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari;
3) Jumlah personil Subdin Kebersihan masih sangat kurang;
4) Sistem operasional TPA masih open dumping;
5) Sarana pengolahan sampah belum ada, untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA;
6) Jalan masuk kelokasi TPA masih sertu;
7) Sarana dan prasarana operasional yang dibutuhkan meliputi garasi bulldozer/ pos jaga, jalan masuk, pagar, kolam lindi, workshop, dan talud;
c. Aspek Pembiayaan :
1) belum optimalnya potensi pendanaan masyarakat; 2) terbatasnya dana yang di alokasikan
untukpengeloalaan persampahan;
FINAL REPORTVlll-98 meliputi biaya operasi dan pemeliharaan;
4) Aspek Peran Serta Masyarakat :
5) rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingya kebersihan;
6) bentuk partisipasi masyarakat belum optimal, terbatasnya pada retribusi yang rendah;
7) pembangunan di bidang persampahan yang berbasis masyarakat masih sangat terbatas;
8) badan usaha swasta tidak tertarik untuk investasi di bidang persampahan;
2. Tantangan
Tantangan dalam penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Persampahan Kabupaten Luwu Timur yaitu :
a. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah.
b. Pengembangan TPA Regional
8.4.2.3 Analisis Kebutuhan Persampahan
Pengembangan sistem persampahan secara intensif diarahkan pada pusat-pusat pelayanan, sedangkan bagian-bagian wilayah lebih diarahkan pada cara pengelolaan sampah yang ramah terhadap lingkungan.
Jumlah produksi sampah berdasarkan kecamatan, relatif lebih banyak dihasilkan pada kawasan perkotaan (Kecamatan Malili) dengan jumlah timbulan sampah sekitar. Untuk menunjang pengelolaan persampahan dibutuhkan prasarana persampahan yang terdiri dari gerobak, TPS dan container untuk menangani timbulan sampah yang diproduksi. Sedangkan penyediaan tempat pembuangan sementara (TPS) dan prasarana pendukung
FINAL REPORTVlll-99 berdasarkan pada jumlah produksi sampah.
8.4.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengelolaan Persampahan A. Pembangunan Prasarana TPA
1. Lingkup Kegiatan TPA (Tempat Pembuangan Akhir)Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL;
a. Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; b. Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho,
iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
2. Kriteria Kesiapan
a. Memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP; b. Minat/permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk prasarana yang direncanakan;
c. Dokumen Master Plan Persampahan/Studi/DED d. Kesiapan lahan
e. Adanya kesiapan institusi pengelola