BERDAYA SAING
2.1 Geografis, Administratif Dan Kondisi Fisik .1 Geografis
2.1.3 Kondisi Fisik
Kondisi fisik alamiah Kota Banjarbaru yang dipaparkan di sini meliputi kondisi topografi dan kelerengan, kondisi fisik tanah, klimatologi dan hidrologi.
Paparan rona fisik ini diharapkan dapat mendeskripsikan kondisi bentang alam/geografis Banjarbaru yang berimplikasi pada pola pembangunan di Kota Banjarbaru.
a. Topografi Dan Kelerengan
Secara topografi, Kota Banjarbaru memiliki topografi bervariasi antara 0 – 500 m dari permukaan air laut (dpl), dengan bentuk bentang alam (morfologi) yang cukup variatif (beragam). Sebagian besar wilayah Kota Banjarbaru berada di ketinggian 7 – 25 m dpl yaitu sekitar 10.615 Ha atau 33,23% dari luas Kota Banjarbaru. Kondisi ketinggian ini mengindikasikan bahwa morfologi wilayah ini sangat cocok untuk budidaya tanaman.
Dari segi kemiringan tanah, Kota Banjarbaru memiliki kemiringan tanah bervariasi antara 0-15%, namun cenderung landai. Kemiringan berkaitan dengan kepekaan terhadap erosi tanah; semakin tinggi/terjal, semakin peka terhadap erosi.
Sebagian besar wilayah Kota Banjarbaru memiliki kelerengan 0 – 2%
(± 59,35%). Kondisi ini sangat cocok untuk budidaya pertanian maupun untuk kegiatan perkotaan;
BUKU PUTIH SANITASI
II
halaman
17
Kelerengan antara 2–8% (± 25,78%) berada di sebagian wilayah Cempaka, Banjarbaru Utara dan Selatan. Di kelas lereng ini, kegiatan budidaya masih dapat dilaksanakan, tetapi harus menggunakan teknologi yang tepat sebagai bentuk antisipasi erosi tanah;
Kelerengan antara 8–15% (± 12,08%) berada di sebagian wilayah Cempaka.
Kelas lereng ini masing memungkinkan untuk budidaya perkebunan atau kehutanan dengan jenis tanaman yang berakar dalam.
Tabel 2.7
Kelas Ketinggian Dari Permukaan Laut Kota Banjarbaru
No Kecamatan Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha) Luas 0-7 m >7-25 m >25
-100 m >100
-500 m >500 Ha %
1 Landasan Ulin 6.526 2.790,5 - - - 9.317 29,16
2 Liang Anggang 5.250 1.540 - - - 6.790 21,25
3 Cempaka 30 2.218,0 7.840 1.121 - 11.209 35,09
4 Bjb. Utara - 2.240,0 283 - - 2.523 7,90
5 Bjb. Selatan - 1.827,0 280 - - 2.107 6,60
TOTAL 11.806 10.615 8.403 1.121 - 31.945 100,00
Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka, 2011
Tabel 2.8
Kelas Lereng/Kemiringan Kota Banjarbaru
No. Kecamatan
Kelas Lereng/Kemiringan/Slope Class
(Ha) Luas
0-2 % >2-8 % >8-15 % >15 % Ha %
1 Landasan Ulin 9.316,5 - - - 9.317 29,16
2 Liang Anggang 6.789,5 - - - 6.790 21,25
3 Cempaka 7.734,0 2.242 112 1.121 11.209 35,09
4 Banjarbaru Utara 2.352,0 171 - - 2.523 7,90
5 Banjarbaru Selatan 1.937,0 170 - - 2.107 6,60 TOTAL 28.129,0 2.583 112 1.121 31.945 100,00
Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka, 2011
Secara umum, tanah di Kota Banjarbaru stabil dengan tingkat resiko erosi relatif kecil, kemampuan lahan yang baik dan bertekstur tanah halus. Hal ini sangat menunjang bagi pengembangan perkotaan serta pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan. Namun, di sisi lain menjadi kendala bagi pengembangan kota, karena kondisi topografi yang relatif datar tersebut menjadikan aliran air permukaan (surface run off) menjadi
BUKU PUTIH SANITASI
KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
b. Klimatologi
Berdasarkan sistem Koppen, dengan suhu udara bulanan
28,1°C dengan sedikit variasi musiman
pada bulan September (36,2°C) dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Juli (20,0°C). Rata
antara 1.010,60 mb sampai dengan angin sekitar 3,3 knots.
Curah hujan tahunan rata
mm/tahun dengan jumlah yang terendah terjadi pada bulan September (21 mm) dan tertinggi terjadi pada bulan Januari (384 mm). Sed
jumlah hari hujan 16 hari hujan dengan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari (30 hari), sebaliknya jumlah hari hujan terendah pada bulan Agustus (2 hari). Hal ini berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dalam beraktivitas (terutama aktivitas di luar ruangan
dari PDAM.
Gambar 2.10 Rata
(Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka
Penyinaran matahari rata
di musim kemarau 6,5 jam/hari dengan kelembaban udara rata antara 47% – 97%.
pada bulan Januari
± 47% – 74%. Evaporasi d dan pengaruh angin rata
4,1 mm/hari di musim kemarau. Evaporasi maksimum yang pernah terjadi sebesar 11,4 mm/hari dan minimum 0,2 mm/hari. Dengan kondisi
KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Berdasarkan sistem Koppen, Banjarbaru beriklim Hutan Tropika Humid suhu udara bulanan rata-rata berkisar antara 26,4
dengan sedikit variasi musiman. Suhu udara maksimum
pada bulan September (36,2°C) dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Juli (20,0°C). Rata-rata tekanan udara di Kota Banjarbaru tahun 2009 berkisar antara 1.010,60 mb sampai dengan 1012,70 mb sedangkan rata
angin sekitar 3,3 knots.
Curah hujan tahunan rata-rata Kota Banjarbaru berkisar 180,8 mm/tahun dengan jumlah yang terendah terjadi pada bulan September (21 mm) dan tertinggi terjadi pada bulan Januari (384 mm). Sed
jumlah hari hujan 16 hari hujan dengan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari (30 hari), sebaliknya jumlah hari hujan terendah pada bulan Agustus Hal ini berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dalam beraktivitas tama aktivitas di luar ruangan) serta tingkat pelayanan suplai air bersih
Rata-Rata Curah Hujan Kota Banjarbaru Tahun 2005
Kota Banjarbaru dalam Angka)
Penyinaran matahari rata-rata pada saat musim hujan 2,8 jam/hari di musim kemarau 6,5 jam/hari dengan kelembaban udara rata
. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata ter Januari yaitu ± 89% – 94% dan terendah pada bulan
%. Evaporasi dari permukaan air bebas karena penyinaran matahari dan pengaruh angin rata-rata harian sebesar 3,4 mm/hari di musim hujan dan 4,1 mm/hari di musim kemarau. Evaporasi maksimum yang pernah terjadi sebesar 11,4 mm/hari dan minimum 0,2 mm/hari. Dengan kondisi
II
halaman
18
beriklim Hutan Tropika Humid
°C sampai dengan Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan September (36,2°C) dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan rata tekanan udara di Kota Banjarbaru tahun 2009 berkisar 1012,70 mb sedangkan rata-rata kecepatan
rata Kota Banjarbaru berkisar 180,8 mm/tahun dengan jumlah yang terendah terjadi pada bulan September (21 mm) dan tertinggi terjadi pada bulan Januari (384 mm). Sedangkan rata-rata jumlah hari hujan 16 hari hujan dengan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari (30 hari), sebaliknya jumlah hari hujan terendah pada bulan Agustus Hal ini berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dalam beraktivitas serta tingkat pelayanan suplai air bersih
Rata Curah Hujan Kota Banjarbaru Tahun 2005-2009
rata pada saat musim hujan 2,8 jam/hari dan di musim kemarau 6,5 jam/hari dengan kelembaban udara rata-rata berkisar rata tertinggi jatuh bulan September yaitu penyinaran matahari rata harian sebesar 3,4 mm/hari di musim hujan dan 4,1 mm/hari di musim kemarau. Evaporasi maksimum yang pernah terjadi sebesar 11,4 mm/hari dan minimum 0,2 mm/hari. Dengan kondisi fisik
BUKU PUTIH SANITASI
tersebut, kenyamanan bangunan di
peredaran udara (sirkulasi udara), pembatasan radiasi panas sebagai sistem pengendalian iklim serta penggunaan struktur dan bahan bangunan.
Gambar 2.11 Rata
(Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka
c. Kondisi Fisik Tanah
Secara umum, jenis tanah (63,82%), organosol
Kuning (Ultisols)
Banjarbaru; sedangkan Aluvial (
dan Spodosols tersebar di Kecamatan Landasan Ulin.
mempunyai ciri tanah
terhadap erosi. Walaupun demikian, di dikembangkan budidaya pertanian (padi,
tetapi disertai dengan teknologi pengolahan yang tepat.
organosol mempunyai ciri tanah
potensial untuk pengembangan budidaya tanaman pangan (khususnya padi sawah dan holtikultura).
Dilihat dari segi tekstur tanah, wilayah tekstur tanah, yaitu halus, sedang dan kasar.
tengah (seluas 88% dari luas keseluruhan) memiliki tekstur tanah cenderung halus dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm, sedangkan tekstur tanah kasar hanya sebagian kecil di bagian
Kondisi ini mengindikasikan adanya potensi pengembangan tanaman budidaya, karena tanah dengan
90 cm memiliki kecenderungan baik untuk ditanami dan tahan terhadap erosi.
Ditinjau segi drainase tanah,
tingkat drainase yang tidak pernah tergenang. Hal ini mengindikasikan bahwa tersebut, kenyamanan bangunan di Banjarbaru dipengaruhi oleh sistem peredaran udara (sirkulasi udara), pembatasan radiasi panas sebagai sistem pengendalian iklim serta penggunaan struktur dan bahan bangunan.
Rata-Rata Kelembaban Udara Kota Banjarbaru Tahun 2005
Kota Banjarbaru dalam Angka)
Kondisi Fisik Tanah
Secara umum, jenis tanah di Banjarbaru terdiri dari tanah
, organosol (29,82%) dan lathosol (6,36%). Jenis tanah Podsolik Merah ) tersebar sebagian besar di Kecamatan Cempaka dan Banjarbaru; sedangkan Aluvial (Entisols dan Inceptisols), Gambut (
dan Spodosols tersebar di Kecamatan Landasan Ulin. Jenis tanah mempunyai ciri tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah terhadap erosi. Walaupun demikian, di Kota Banjarbaru
dikembangkan budidaya pertanian (padi, palawija, sayuran, perkebunan), tetapi disertai dengan teknologi pengolahan yang tepat. Sedangkan jenis tanah mempunyai ciri tanah dengan tingkat kesuburan yang baik, sehingga potensial untuk pengembangan budidaya tanaman pangan (khususnya padi sawah dan holtikultura).
Dilihat dari segi tekstur tanah, wilayah Banjarbaru
tanah, yaitu halus, sedang dan kasar. Sebagian besar wilayah
tengah (seluas 88% dari luas keseluruhan) memiliki tekstur tanah cenderung dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm, sedangkan tekstur tanah kasar hanya sebagian kecil di bagian selatan (4% dari luas keseluruhan).
mengindikasikan adanya potensi pengembangan tanaman budidaya, karena tanah dengan tekstur halus dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm memiliki kecenderungan baik untuk ditanami dan tahan terhadap erosi.
Ditinjau segi drainase tanah, secara umum wilayah Banjarbaru
drainase yang tidak pernah tergenang. Hal ini mengindikasikan bahwa
II
halaman
19
dipengaruhi oleh sistem peredaran udara (sirkulasi udara), pembatasan radiasi panas sebagai sistem pengendalian iklim serta penggunaan struktur dan bahan bangunan.
Kota Banjarbaru Tahun 2005-2009
di Banjarbaru terdiri dari tanah podsolik Jenis tanah Podsolik Merah tersebar sebagian besar di Kecamatan Cempaka dan ), Gambut (Histosols) Jenis tanah podsolik dengan tingkat kesuburan yang rendah dan peka Kota Banjarbaru tetap dapat palawija, sayuran, perkebunan), Sedangkan jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang baik, sehingga potensial untuk pengembangan budidaya tanaman pangan (khususnya padi
Banjarbaru memiliki 3 (tiga) Sebagian besar wilayah bagian tengah (seluas 88% dari luas keseluruhan) memiliki tekstur tanah cenderung dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm, sedangkan tekstur (4% dari luas keseluruhan).
mengindikasikan adanya potensi pengembangan tanaman budidaya, dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm memiliki kecenderungan baik untuk ditanami dan tahan terhadap erosi.
Banjarbaru memiliki drainase yang tidak pernah tergenang. Hal ini mengindikasikan bahwa
BUKU PUTIH SANITASI
KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II
halaman
20
Namun, terdapat daerah yang tergenang periodik – tergenang kurang dari 6 bulan – yaitu Kecamatan Landasan Ulin sebagai peralihan daerah rawa (persawahan) di Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh.
d. Hidrologi
Secara hidrologi, Kota Banjarbaru terdiri dari air permukaan dan air tanah. Kondisi air permukaan di Banjarbaru ditunjang oleh adanya 2 (dua) buah DAS (Daerah Aliran Sungai) sebagai catchment area, yaitu DAS Barito/Riam Kanan dan DAS Taboneo. Daerah Aliran Sungai tersebut merupakan asset kawasan yang berpotensi besar bagi aspek-aspek kehidupan masyarakat, yakni sebagai bahan baku untuk minum, perikanan dan pariwisata. Namun, Di sepanjang hamparan aliran DAS/Sub-DAS telah mengalami degradasi lahan (kategori lahan kritis) disebabkan kegiatan penduduk yang tidak sesuai peruntukan. Sedangkan air tanah di Kota Banjarbaru dapat ditemukan dengan kulitas yang cukup baik.
Tabel 2.9 Daerah Aliran Sungai (Das) Di Wilayah Kota Banjarbaru
NAMA DAS LUAS (Ha) DEBIT (M3/Dtk)
DAS RIAM KANAN 113.445
DAS TABONIO 338.083
Sumber : Balai Wilayah Sungai Kalimantan II
2.2 Demografi