GAMBARAN UMUM BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN DI 12 PROVINSI
5) Pulau Rondo
4.1.3. Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan a. Fisiografi
Sumber : 1. Draft RTR KSN Perbatasan Aceh‐Sumut, Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU, 2011 2. Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, BNPP, 2011 4.1.3. Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan a. Fisiografi Kawasan perbatasan Provinsi Aceh meliputi sebagian besar Kabupaten Aceh Besar, Aceh Pidie, dan bagian Utara Aceh Barat merupakan wilayah pegunungan utara. Pegunungan yang terdapat di wilayah ini adalah pegunungan yang rendah dan bukan merupakan bukit yang terkait satu sama lainnya. Unsur yang terpenting yang terdapat di wilayah ini adalah lembah Krueng Aceh yang struktur sebenarnya adalah sebuah slenk atau patahan turun. Unsur fisik ini menandakan bahwa wilayah ini belum stabil, sehingga sewaktu‐waktu bisa terjadi gempa dan berkelanjutan ke dasar laut dan diujung lain sampai ke Jantho. Sabang sebagai kawasan perbatasan dan merupakan kelanjutan wilayah pegunungan utara juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung‐palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh.
Kota Sabang sebagai ODTW (Obyek Daerah Tujuan Wisata) bahari memiliki tempat‐tempat wisata bawah laut dengan beragam jenis binatang dan tumbuhan laut yang ada di dalamnya, antara lain: Pantai Iboih di lokasi Pulau Rubiah (dikenal juga dengan taman lautnya), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Arus Balee, Seulako’s Drift, Batee Tokong, Shark Plateau, Pantee Ideu, Batee Gla, Pantee Aneuk Seuke, Pantee Peunateung, Lhong Angen, Pantee Gua, Limbo Gapang, Batee Meuduro, dan lain‐lain.
Fauna di pulau ini menunjukkan contoh evolusi pembentukan suatu daerah "zoogeografis" tersendiri walaupun pada umumnya kehidupan binatang di pulau ini mempunyai pola yang sama dengan kehidupan di pulau induknya, Sumatera. Jenis satwa yang ada antara lain kera (Macacus), babi hutan (Sus vittasus, ular sawah, ular sendok, dan berbagai jenis burung seperti rri gunting, celemeh, alap‐
alap, punai, but‐but, bayan tiung yang sering terdengar suaranya, serta burung dara Nikobar yang pada musim‐musim tertentu melakukan migrasi ke Pulau Weh. Marina fauna di sekitar Kota Sabang/Pulau Weh terdiri dari banyak spesies ikan bertulang dan bertulang rawan yang cukup menarik bagi penyelidikan zoologis. Di dalam karang yang membentuk taman laut yang sangat indah, di kedalaman 8‐10 meter terdapat ikan kecil aneka warna yang merupakan representasi marina tropis yang amat mengagumkan, terutama di taman laut Pulau Rubiah. Perpaduan antara keindahan dan kejernihan air dengan berjenis‐jenis bunga karang, ahinoderma, malussca, arthopoda dan ikan kecil dengan beragam jenis bunga karang dan biota laut lainnya yang beraneka warna.
Pulau Rubiah merupakan salah satu daerah wisata bahari yang berada di Pulau Weh‐Kota Sabang. Objek daerah tujuan wisata di pulau Rubiah yakni kawasan taman laut atau lebih di kenal dengan sebuatan Taman Laut Rubiah (Sea Garden Of Rubiah) yang luasnya 2.600 ha, lokasi berada di Desa Iboih ‐ Kecamatan Suka Karya dengan luas daratan 50 ha. Jaraknya sekitar 29 km disebelah Barat Kota Sabang atau sekitar 7 km, apabila ditempuh dengan transportasi laut. Sebelah Barat Pulau Rubiah dengan jarak tempuh 350 m terdapat daerah wisata pantai Iboih yang luasnya 1.300 ha dan 3 km sebelah Barat Laut terdapat lokasi Tugu Kilometer Nol, sebelah Utara pulau ini berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan daerah wisata pantai Gapang. Untuk mencapai daerah Pulau Rubiah yang ada di kawasan pantai Iboih, dapat dicapai dengan minibus dengan jarak tempuh sekitar 45 menit dari kota Sabang, Pulau Rubiah tidak berpenghuni, namun pulau ini ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan, salah satunya yakni pohon kelapa dan dihuni oleh beberapa jenis hewan seperti monyet, ular, burung, serangga dan kadal. Pulau Rubiah juga memiliki pantai yang berpasir putih dan dari Pulau ini dapat melihat dengan jelas kapal‐kapal besar yang melintas serta suasana tenggelamnya matahari (Sunset). Ada 6 pulau kecil terluar yang terletak di 4 kabupaten/kota di atas, yakni pulau Rusa di Kecamatan Lhoong ‐ Kabupaten Aceh Besar; pulau Simeulucut termasuk dalam wilayah Desa Kampung Air, Kecamatan Simeulue dan pulau Salaut Besar yang kedua‐dua pulau tersebut termasuk dalam Kabupaten Simeuleu; dan pulau Raya termasuk dalam desa Pulo Raya, Kecamatan Sampoiniet ‐ Kabupaten Aceh Jaya; pulau Benggala dan pulau Rondo termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang. Dari 6 pulau kecil terluar, pulau Rondo merupakan pulau kecil terluar yang diprioritaskan untuk penanganannya.
Pulau Rondo terletak di ujung utara Pulau Weh yang berbatasan dengan India. Jarak pulau ini dari Kota Sabang sejauh 15,6 kilometer, dengan luas wilayah 0,43
DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY Institution Building for the Accelerated Development of Border Areas
10 | B a b IV
Km2 dan dapat dicapai dengan waktu selama 40 menit dari Kelurahan Ujung Bau yang sejauh 4,8 kilometer.
Kondisi pantai pulau Rondo terjal sehingga sulit didarati dari arah laut. Perairan sekitarnya memiliki kekayaan hayati yang melimpah berupa jenis ikan dan terumbu karang seperti ikan tuna, tenggiri, kembung, kakap; sedangkan terumbu karang yang dominan berupa karang keras, karang mati dan karang lunak. Terumbu karang yang terdapat di pulau Rondo dari berbagai jenis. Jenis karang yang dominan yaitu berupa karang keras sebanyak 32,3%, jenis karang lunak sebanyak 2,6%. Biota yang hidup dan berasosiasi dengan terumbu karang di perairan Rondo didominasi oleh kelompok ikan yang berukuran ≥ 1 inchi. Jenis lain yang terdapat disini antara lain bulu babi, ikan yang berukuran ≤ inchi seperti sipu, kima, teripang dan echinometra. Kondisi terumbu karang di dasar perairan pulau Rondo banyak mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh beberapa faktor sehingga karang menajdi patah, hancur dan rusak. Kerusakan karang disebabkan jangkar kapal nelayan (26,7%), perubahan suhu (16,7%), pembentukan massa putih 13,3%, kerusakan lain 10%, ledakan bom 6,7% dan penyakit karang 3,3%. Posisi pulau yang berada di laut lepas dengan gelombang yang cukup besar menyebabkan pulau ini rawan abrasi. Di sisi lain pulau ini sangat strategis karena berada pada alur pelayaran internasional. Jalur ini mempunyai tingkat kepadatan pelayaran cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan potensi ancaman dari luar. Salah satu ancaman cukup serius ada penangkapan ikan secara ilegal oleh nelayan asing.
b. Iklim
Curah hujan di Provinsi Aceh sangat beragam. Ada bagian yang sangat basah dan ada juga bagian yang hampir beriklim sabana. Curah hujan di pesisir timur dan utara seperti Sigli dan Lhoseumawe, termasuk Sabang berkisar antara 1.000 mm‐ 2.000 mm per tahun, sedangkan di bagian tengah, pesisir barat dan selatan curah hujannya lebih tinggi antara 2.000 mm ‐ 3.000 mm per tahun. Lebih rendahnya hujan di bagian timur karena arah hujan sejajar dengan pantai. Meskipun ada perbedaan dalam jumlah rata‐rata curah hujan, namun rezim hujan adalah sama untuk seluruh provinsi. Hujan maksimum jatuh pada bulan Nopember dan minimum pada bulan Juli. Di bagian selatan provinsi hujan jatuh pada bulan April sebagai maksimum skunder.
Sejalan dengan letak DKAT (Daerah Konvergensi Antar Tropis), udara di Provinsi Aceh paling tidak stabil pada bulan‐bulan Nopember dan April yang membahayakan untuk penerbangan dan terlebih lagi bagi kapal‐kapal kecil.
Penggunaan tanah di Kecamatan Sukakarya – Kota Sabang Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa penggunaan tanah terluas adalah penggunaan tanah perkebunan 2.657,00 ha di Kecamatan Sukakarya, kemudian diikuti oleh hutan lindung seluas 2.168,25 ha.
Tabel 4.3. Penggunaan Tanah di Kecamatan Sukakarya – Kota Sabang Tahun 2008 (Dalam Ha)
Jenis Penggunaan Tanah Kota Sabang Kecamatan Sukakarya
Perkampungan 1.046,00 419,00 Sawah 60,00 60,00 Tanah Tegalan/Kebun 1.389,24 449,24 Tanah Ladang 35,00 10,00 Padang Penggembalaan 14,00 6,00 Hutan Lindung 4.963,00 2.168,25 Hutan Wisata 1.413,50 1.413,50 Perkebunan 5.751,28 2.657,00 Rawa 30,00 30,00 Tambak 37,00 25,00 Lain‐lain 660,00 262,01 Jumlah 15.400,00 7.500,00 Sumber : Sabang Dalam Angka – 2009