• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Higiene Penjamah Makanan berdasarkan Kepmenkes RI No.1098/Menkes/Per/VII/2003 di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum

PERLINDUNGAN MAKANAN DAN PERALATAN a. Penanganan makanan yang potensi berbahaya pada suhu, cara

5.1 Kondisi Higiene Penjamah Makanan berdasarkan Kepmenkes RI No.1098/Menkes/Per/VII/2003 di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum

Siti Hajar Medan Tahun 2016

Kondisi higiene penjamah makanan diukur dengan menggunakan kuesioner berdasarkan Kepmenkes RI No. 1098/ Menkes/ Per/V II/ 2003 yang meliputi sertifikat higiene sanitasi makanan, pakaian kerja, pemeriksaan kesehatan dan personal higiene. Berdasarkan hasil penelitian tentang kondisi higiene penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan semua pekerja instalasi gizi tidak memenuhi syarat kesehatan sebagai penjamah makanan (0%) dikarenakan total skor higiene penjamah makanan masing-masing pekerja instalasi gizi dibawah 70% dari skor yang dinilai berdasarkan standart kesehatan Kepmenkes RI No. 1098/ Menkes/ Per/V II/ 2003, dengan uraian sebagai berikut :

5.1.1 Sertifikat Higiene Sanitasi Makanan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hygiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Siti Hajar Medan diketahui bahwa hanya satu orang pekerja yang pernah mengikuti kursus hygiene sanitasi makanan (33,3%) dan seorang pekerja memiliki sertifikat khusus hygiene sanitasi makanan (33,3%).

Pekerja instalasi gizi pernah mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan hygiene sanitasi makanan, seperti pelatihan atau kursus khusus hygiene sanitasi makanan yang diadakan oleh pihak rumah sakit ataupun dari Dinas Kesehatan

Kota Medan. Program pelatihan atau kursus yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja instalasi gizi terhadap higiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi. Kepemilikan sertifikat tentang hygiene sanitasi makanan membuktikan bahwa semua pekerja telah mengetahui tentang hygiene sanitasi makanan.

Menurut Depkes (2002) diperlukan suatu program latihan yang berkesinambungan untuk menjamin mutu makanan dan setiap petugas yang terlibat dalam penyehatan makanan hendaknya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, antara lain penyakit yang ditularkan melalui makanan, kebersihan pribadi, kebiasaan yang berkaitan dengan pengolahan makanan serta cara-cara pengolahan makanan yang sehat.

5.1.2 Pakaian Kerja Penjamah Makanan

Hasil penelitian tentang pakaian kerja penjamah makanan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan bahwa semua pekerja menggunakan pakaian kerja yang bersih setiap kali bekerja (100%), tidak ada pekerja yang memeliki ketersediaan pakaian kerja seragam 2 stel atau lebih (0%), tidak ada pekerja yang menggunakan pakaian kerja khusus untuk bekerja sebanyak (0%) dan tidak ada pekerja yang menggunakan pakaian kerja lengkap dengan alat pelindung diri dan rapi (0%).

Pekerja instalasi gizi menggunakan pakaian sehari-hari sebagai pakaian kerja dikarenakan pihak rumah sakit tidak menyediakan pakaian kerja khusus

79

satu pasang baju saja, padahal kondisi pekerjaan yang mudah mengotori pakaian sehingga tidak nyaman untuk digunakan secara terus menerus. Pakaian yang mudah kotor tersebut juga disebabkan oleh pekerja instalasi gizi yang tidak mau menggunakan alat pelindung diri seperti celemek, masker, penutup kepala dan sarung tangan. Pekerja instalasi gizi tidak mau menggunakan alat pelindung diri disebabkan ketidaknyamanan menggunakannya saat bekerja. Pekerja instalasi gizi akan merasa lebih panas dan gerah jika menggunakan alat pelidung diri dalam keadaan ruangan yang sedang mengolah makanan. Keadaan pekerja instalasi gizi yang tidak menggunakan alat pelindung diri dengan begitu dapat mendorong terjadinya kontaminasi yang berasal dari rambut dan tangan penjamah makanan yang kurang dalam menjaga kebersihan diri.

Menurut Moehyi (2000), Penyelenggaraan makanan hendaklah menyediakan pakaian kerja yang harus dikenakan oleh pekerja dalam jumlah cukup dan harus dicuci dengan sabun atau detergen. Pekerja hendaknya tidak menggunakan pakaian kerja dari rumah.

5.1.3 Pemeriksaan Kesehatan Penjamah Makanan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemeriksaan kesehatan penjamah makanan diketahui bahwa tidak ada pekerja yang semua pekerja memeriksakan kesehatannya 6 bulan sekali (0%), tidak ada pekerja yang melakukan vaksinasi thypoid (0%), tidak ada pekerja yang melakukan pemeriksaan penyakit khusus (0%), pekerja yang ketika sakit tidak bekerja dan berobat ke dokter sebanyak 3 orang (100%) dan tidak ada pekerja yang memiliki buku kesehatan (0%).

Pemeriksaan kesehatan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan memperkecil resiko terjadinya penularan penyakit melalui makanan. Pemeriksaan secara rutin 6 bulan sekali ini tidak dilakukan oleh pihak rumah sakit. Tidak hanya pemeriksaan rutin 6 bulan sekali, pada saat penerimaan dan penempatan kerja pihak rumah sakit seharusnya sangat ketat dalam pengawasan status kesehatan calon pekerjanya, terutama pada penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Siti Hajar Medan.

Penjamah makanan tetap bekerja meskipun dalam keadaan sakit. Penjamah makanan tetap melakukan aktifitas menjamah makanan bila hanya sekedar batuk, pilek, dan pusing sedikit saja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada salah seorang pekerja, pekerja yang mengalami sakit ringan seperti demam biasa, batuk, pilek, tidak berobat ke dokter dan hanya meminum obat-obat yang dibeli di apotek terdekat. Sebaiknya tindakan ini tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan makanan yang diolah terkontaminasi oleh kuman penyakit yang dideritanya, kecuali penjamah makanan mencuci tangan pakai sabun dengan bersih. Menurut Mubarak (2009), bahwa dari seorang penjamah yang tidak sehat, penyakit dapat menyebar ke masyarakat konsumen seperti kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah makanan yang batuk atau luka ditangannya.

5.1.4 Personal Higiene Penjamah Makanan

81

bekerja (100%), semua pekerja mencuci tangan ketika akan bekerja (100%), tidak ada pekerja yang menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk atau bersin (0%), dan tidak ada pekerja yang menggunakan alay yang sesuai dan bersih (0%).

Pada umumnya pekerja penjamah makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Siti Hajar Medan memiliki latar belakang pendidikan tingkat SMA dan tingkat pendidikan sarjana. Pekerja instalasi gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan pernah mengikuti pelatihan atau kursus hygiene sanitasi makanan. Tingkat pendidikan yang tinggi didukung dengan pengetahuan tentang hygiene sanitasi makanan yang didapat dari pelatihan akan menciptakan perilaku personal hygiene yang baik dan sehat. Hal ini terlihat dari perilaku mencuci tangan sebelum akan mengolah makanan, membersihkan peralatan setelah digunakan, dan selalu berpaiakan bersih dan rapi saat bekerja. Menurut Mubarak (2009) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang, maka semakin besar untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan perilakunya.

Penjamah makanan tidak menutup mulut dengan sapu tangan disaat bersin atau batuk karena penjamah makanan jarang membawa sapu tangan pada saat bekerja. Tindakan menutup mulut dengan tangan pada saat batuk atau bersin merupakan tindakan yang kurang higienis. Kebiasaan ini dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada tangan dan pada gilirannya mengkontaminasi makanan. Sesuai dengan yang disyaratkan bahwa setiap tenaga penjamah makanan harus menutup mulut dengan sapu tangan bila bersin atau batuk pada saat mengolah makanan. Hal ini dapat dicegah jika pekerja yang batuk atau bersin menutup mulutnya dengan masker dan selalu mencuci tangan. Kebersihan

penjamah makanan atau personal higiene merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat (Purnawijayanti, 2001).

5.2 Sanitasi Instalasi Gizi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes RI No.1096/ Menkes/Per/VI/2011 dan Permenkes RI No.1204/Menkes/ SK/X/2004

di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan Tahun 2016 Berdasarkan hasil observasi sanitasi instalasi gizi yang telah dilakukan pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan yaitu berdasarkan Permenkes RI No.1096/ Menkes/Per/VI/2011 bahwa sanitasi instalasi gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan tidak memenuhi syarat kesehatan dengan total skor yang didapat yaitu 29 skor dari 50 skor (standart kesehatan minimal 90.2% dari skor yang dinilai) dan berdasarkan Permenkes RI No. 1204 /Menkes/ SK/X/2004 bahwa sanitasi instalasi gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan memenuhi syarat kesehatan dengan total skor yang didapat yaitu 1130 skor dari 1300 skor (standart kesehatan minimal 90% dari skor yang dinilai), dengan uraian sebagai berikut :

5.2.1 Lokasi Bangunan Dan Fasilitas Instalasi Gizi

Lokasi bangunan dan fasilitas instalasi gizi berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011, pada umumnya tidak memenuhi syarat. Lokasi bangunan dan fasilitas Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajat Medan berada di

83

bagian belakang rumah sakit, hal ini untuk menghindari keramaian akan tetapi terdapat tempat sampah di dalam instalasi gizi/dapur yang menimbulkan bau tidak sedap. Bangunan permanen yang kokoh, dengan luas 5x3 cm2, aman dan terpelihara walaupun tidak terlalu bersih.

Lantai instalasi gizi yang dilapisi semen, masih terdapat retakan-retakan dilantai, sebahagian dilapisi dengan karpet alas meja. Lantai sedikit licin dikarenakan tumpahan air dari tempat pencucian, hal ini dapat membahayakan pekerja seperti terjatuh dan terpelanting saat akan beraktifitas. Selain itu pada instalasi gizi tidak ada pertemuan sudut lantai dan dinding lengkung (konus) sehingga sulit untuk dibersihkan dan dapat menjadi tempat berkembangnya mikroba pathogen yang nantinya akan mencemari peralatan, bahan makanan, dan sebagainya. Menurut Anwar (2000) sudut pertemuan dinding dengan lantai seharusnya dibuat melengkung dengan jari-jari minimal 7,62 cm dari lantai sehingga akan memudahkan dalam pembersihannya.

Dinding bangunan instalasi gizi terlihat kotor dan terdapat sarang laba-laba dibagian sisi-sisi dinding, bagian dinding yang berhadapan langsung dengan kompor, terdapat gumpalan-gumpalan pada dinding, berminyak dan kotor. Percikan-percikan air saat mencuci bahan makanan juga menyebabkan dinding menjadi mudah terkelupas dan kotor. Hal ini dikarenakan dinding tidak dilapisi dengan bahan kedap air. Pintu dan jendela juga belum memenuhi syarat kesehatan, pintu dibuat terbuka lebar dan jendela kotor dan banyak menempel debu-debu.

Menurut Depkes RI (2003), Instalasi gizi rumah sakit harus terletak pada lokasi yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu, asap, serangga, dan tikus. Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan terpisah dengan tempat tinggal.

5.2.2 Fasilitasi Sanitasi Instalasi Gizi

Fasilitas sanitasi adalah kebutuhan dasar sebagai penunjang sarana kebersihan yang terdapat di instalasi gizi. Hasil observasi fasilitas sanitasi instalasi gizi berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 yang dilakukan bahwa Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan menggunakan air bersih PDAM untuk kebutuhan sehari-hari proses pengolahan makanan seperti mencuci bahan makanan, membersihkan peralatan masak, kebutuhan kebersihan diri pekerja instalasi gizi dan lainnya. Sumber air bersih yang digunakan untuk mengolah makanan berasal dari air PDAM yang umumnya kualitas dan kuantitasnya baik dan aman untuk dikonsumsi sesuai syarat kesehatan.

Pembuangan air limbah, airnya mengalir lancar dan kedap air, telah disalurkan dengan baik dan lancar ke IPAL rumah sakit dan terdapat grease trap pada salurannya tetapi tidak tertutup. Fungsi dari grease trap untuk menyaring sampah-sampah yang mengalir bersama dengan air limbah agar saluran pembuangan limbah tidak tersumbat. Di instalasi gizi hanya memiliki 1 (satu)

85

cukup, dimana berhubungan langsung dengan dapur karena ruangan tidak terlalu besar sehingga toilet pria dan wanita. Apabila mencuci tangan setelah dari kamar mandi dapat mencegah terkontaminasi kuman pathogen dengan bahan-bahan makanan maupun peralatan yang ada di instalasi gizi sehingga terjaga hygiene sanitasi makanan. Akan tetapi sabun yang digunakan adalah sabun batangan yang tidak dianjurkan dalam kesehatan. Sabun batang yang sudah dipegang oleh beberapa orang dapat terkontaminasi oleh bakteri.

Tempat sampah di instalasi gizi juga belum memenuhi syarat kesehatan, pekerja mengalihfungsikan tempat cat menjadi tempat, hanya tersedia satu tempat sampah, diletakkan di dalam ruang instalasi/dapur dan tidak dilakukan pemisahan sampah antara sampah organik dan sampah nonorganik. Tempat sampah belum dilengkapi dengan penutup dan tidak dilapisi oleh plastik. Pengangkutan sampah ke tempat penampungan sampah dinilai kurang baik, hal ini dikarenakan tempat sampah selalu penuh dan menimbulkan bau tidak sedap di dalam instalasi tersebut. Sampah diwilayah dapur hendaknya dimasukkan ke dalam tempat sampah yang tertutup dan kedap air, dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering masing-masing mempunyai tempat sendiri, waktu pengangkutan sampah ke tempat penampungan lainnya supaya diperhatikan jangan sampai berceceran atau menimbulkan pengotoran (Sihite,2000).

5.2.3 Perlindungan Makanan dan Peralatan

Perlindungan makanan dan peralatan berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011, penanganan yang dilakukan terhadap makanan di

Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan yang potensi berbahaya pada suhu, cara dan waktu yang memadai selama penyimpanan peracikan, persiapan, penyajian dan pengakutan makanan serta melunakkan makanan beku sebelum dimasak terlihat memenuhi syarat kesehatan karena setiap harinya bahan makanan seperti ikan dan sayur dibeli dan dimasak setiap hari, sehingga tidak dilakukan penyimpanan bahan makanan terlalu lama. Untuk penanganan makanan saat penyajian seperti menutup makanan dan tidak menyajikan ulang makanan sudah dianggap sangat baik karena makanan yang diolah selalu cukup setiap harinya dan hampir tidak pernah bersisa.

Perlindungan peralatan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan dianggap cukup baik. Tahap atau proses pencucian peralatan di mulai dari pembersihan sisa makanan, pencucian dan pembilasan tanpa melakukan perendaman peralatan terlebih dahulu. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara mendasar, karena pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Tetapi pada bak pencucian hanya terdapat 1 bak dan tidak dilengkapi saluran air panas untuk pencucian, hal ini tidak memenuhi syarat kesehatan.

Untuk penyimpanan bahan beracun / pestisida sudah baik, disimpan tersendiri di tempat yang aman, terlindung, menggunakan label / tanda yang jelas untuk digunakan dan terpisah dari tempat penyimpanan makanan. Untuk perlindungan bahan makanan dari serangga, tikus dan hewan pengganggu lainnya masih menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dan ditangani langsung oleh

87

Akan tetapi, jika dirasa belum cukup oleh pekerja, maka pekerja melakukan pembasmian serangga dan tikus itu secara langsung dengan tangan mereka sendiri. Pembasmian harus dilakukan dengan benar, karena jika salah saat pembasmian serangga dan tikus maka bahan kimia tersebut dapat mencemari dan mengkontaminasi bahan makanan. Hal lain yang tak kalah penting harus diperhatikan adalah setelah memegang bahan kimia pembasmi serangga dan tikus, pekerja harus segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, agar pekerja tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi terhadap makanan.

5.2.4 Bahan Makanan Dan Makanan Jadi

Berdasarkan hasil observasi bahan makanan dan makanan jadi di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu kondisi bahan makanan dan makanan jadi baik secara fisik dan sesuai syarat. Pemilihan bahan makanan langsung dilakukan oleh pekerja di instalasi gizi dengan tujuan agar terjamin kesegaran dari bahan makanan yang akan dimasak. Berdasarkan observasi, bahan makanan setiap pagi hari dibeli untuk satu hari menu, pekerja membeli bahan makanan di pajak sore seperti ikan, sayuran dan bumbu-bumbu lainnya. Walaupun belanja di pasar tradisional, pekerja sangat teliti dalam memilih bahan makanan, memilih bahan yang segar, dan pekerja juga memeriksa kesegaran dari bahan makanan yang akan dibeli seperti memilih sayuran yang segar, ikan dipilih dengan melihat insang yang berwarna merah darah, dan lainnya.

Bahan makanan kemasan (olahan) yang dipilih juga telah memiliki label dan merek yang jelas serta dalam keadaan baik. Jika label dan merek dalam keadaan yang sudah tidak baik, tentu akan mempengaruhi isi dari bahan makanan kemasan tersebut. Menurut pendapat Purnawijayanti (2001) bahwa bahan makanan dapat menjadi racun apabila di dalam makanan terdapat racun, baik racun kimia maupun racun intoksikasi (racun yang ada dalam makanan tersebut).

Menurut FAO Indonesia (2009), bahwa dalam memilih bahan makanan sebaiknya makanan yang bergizi, sehat, aman, tidak mengandung bahan pewarna, disajikan pada wadah yang bersih, tidak rusak secara fisik, tidak tercemar secara fisik, kimiawi dan mikroba. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan bahan makanan yang sebaik-baiknya, agar bahan makanan tersebut tidak menimbulkan racun bagi yang mengkonsumsinya

5.2.5 Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Dan Makanan Jadi

Berdasarkan hasil observasi tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan pada umumnya telah sesuai Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 dimana bahan makanan disimpan didalam gudang bahan makanan dan kulkas pada suhu yang telah ditentukan. Gudang bahan makanan digunakan untuk penyimpanan beras dan kulkas untuk tempat penyimpanan ikan, daging, buah-buahan, sayur-sayuran dan jus untuk sementara waktu karena bahan makanan akan selalu habis setiap harinya. Jadi tidak ada bahan makanan yang tersisa atau disimpan.

89

Menurut Soebagio (2001) bahwa penyimpanan bahan makanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus/gudang untuk bahan makanan kering dan dalam lemari pendingin untuk bahan makanan basah serta penyimpanan harus diatur dan disusun dengan baik. Pada gudang bahan makanan kering masih terlihat debu dan kotor serta terdapat benda-benda selain bahan makanan. Tentu hal ini akan mempengaruhi keadaan bahan makanan dan tempat penyimpanan bahan makanan. Berdasarkan Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.

Berdasarkan observasi makanan jadi langsung ditutup untuk menghindari debu dari langit-langit yang dapat mencemari makanan, makanan jadi diletakkan di atas meja secara teratur dalam wadah khusus yang bersihyang kemudian akan diantar ke setiap kamar pasien rawat inap. Menurut Depkes RI (2003) bahwa tempat penyimpanan makanan yang sudah matang harus terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus dan hewan lainnya. Selain itu, antara bahan makanan dan makanan jadi juga diletakkan secara terpisah agar tidak mencemari makanan jadi pada saat pengolahan makanan.

5.2.6 Penyajian Makanan

Berdasarkan hasil observasi penyajian makanan sesuai Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan bahwa makanan yang telah diolah oleh pekerja instalasi gizi, kemudian dituangkan pada peralatan makan yang bersih. Wadah makanan yang digunakan

untuk diantar ke ruang pasien terbuat dari bahan plastik dan bertutup. Setelah makanan siap, ditutup rapat dan diantar ke ruang pasien.

Makanan diangkut ke seluruh ruangan pasien menggunakan kereta dorong yang terbuka dan bersih melalui jalur umum. Berdasarkan observasi, pengangkutan dengan kereta dorong makanan selalu diisi penuh dengan wdah makanan yang akan diantar ke ruang pasien, dikarenakan terbatasnya ketersediaan kereta dorong. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 bahwa isi kereta dorong makanan tidak boleh penuh karena untuk menghindari penguapan makanan yang mencair.

Menurut Depkes RI (2003), persyaratan penyajian makanan adalah harus terhindar dari pencemaran, peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya, harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih dan penyajian dalam keadaan hangat.

5.2.7 Tempat Pengolahan Makanan Atau Dapur

Hasil observasi tempat pengolahan makanan atau dapur Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 adalah Dapur Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan setiap harinya selalu dibersihkan dengan antiseptik setiap sebelum dan sesudah bekerja. Dapur dilengkapi dengan cerobong asap dan ventilasi untuk mencegah penghawaan yang kurang baik atau sirkulasi udara yang buruk karena pada saat memasak akan mengeluarkan asap sangat banyak. Dapur memiliki luas lantai yang cukup dan terpisah dengan tempat istirahat, toilet, tempat penyajian

91

kontaminasi kuman akibat adanya kegiatan selain pengolahan makanan. Menurut Depkes (2003), bahwa ruang makan bagi penjamah makanan harus terpisah dengan ruang pengolahan makanan.

Dapur instalasi gizi memiliki pencahayaan yang kurang baik (<200 lux), sedikit remang dan kurang terang. Dimungkinkan karena dapur terletak dibagian paling belakang instalasi gizi, dan jendela yang minim, sehingga penerangan alami dari sinar matahari tidak cukup menerangi dapur. Pencahayaan pada dapur instalasi gizi sangatlah berguna untuk proses pengolahan makanan karena pada saat pengolahan makanan sangat diperlukan pencahayaan yang baik agar tidak terjadi penyakit akibat kerja atau kecelekaan kerja seperti kelelahan mata, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat-alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur, 2009).

5.2.8 Peralatan

Peralatan makan yang digunakan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan sudah diketegorikan memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa peralatan makan yang digunakan selalu dalam keadaan yang bersih, tahan karat, tidak mengandung bahan beracun, utuh, tidak retak, dicuci dengan disinfektan dan dikeringkan dengan cara ditiriskan atau ditelungkupkan tanpa menggunakan kain. Sehingga tidak akan terjadi kontaminasi makanan oleh bakteri dan zat kimia berbahaya. Peralatan yang utuh dan tidak retak akan mencegah tempat perindukan bakteri pada lubang atau pun retakan pada peralatan dan juga terhindar dari bahaya

kecelakaan yang tak terduga seperti tertelan serpihan kaca dari piring yang retak atau tertusuk garpu yang retak. Peralatan yang ditiriskan akan sangat membantu untuk mengeringkan peralatan dari air bekas pencucian. Jika peralatan makan dibiarkan lama dalam keadaan basah, akan memudahkan debu dan kuman menempel pada peralatan makan. Oleh karena itu, Peralatan makan yang

Dokumen terkait