• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.3. Hasil Interprestasi Data

4.3.4 Kondisi Jarak Sosial Masyarakat elite dan Masyarakat

Dalam setiap interaksi sosial yang dilakukan di masyarakat memiliki fakor yang mempengaruhi sehingga terjadi perbedaan pola dan bentuk interaksi yang ada. Dalam interaksi terdapat aturan dan ruang yang mempengaruhi terjadi interaksi sosial. Menurut W.I Thomas aturan mengenai jarak berinteraksi mempengaruhi proses terjadi interaksi. Saat terjadi jarak dalam interaksi dimana seorang harus membatasi proses interaksi yang terjadi disebabkan banyak faktor sehingga menimbulkan perbedaan dalam hubungan sosial. Beberapa faktor yang mempengaruhi memberikan pengaruh sehingga terjadi jarak sosial diantara dalam proses terjadinyaa interaksi sosial. Berdasarkan data lapangan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadi jarak sosial dalam interaksi antara masyarakat elite dan masyarakat slum area/pinggiran.

Faktor pertama adanya perbedaan kelas ekonomi yang semakin melebarkan jarak sosial antara masyarakat elite dan masyarakat slum area. Semakin tinggi penghasilan seseorang akan semakin terlihat jarak sosial yang terjadi dalam interaksi antara masyarakat elite dan masyarakat slum area/pinggiran. Adanya kecendenrungan pemisahan yang harus dibedakan antara kedua masyarakat yang lebih dikenal dengan segregasi. Hal ini dapat dilihat dari pengelompokan masyarakat slum area/pinggiran tinggal di badur bawah sedangkan masyarakat elite berada di atas. Dalam proses interaksi yang terjadi kedua masyarakat saling mengelompok berdasarkan kesamaan kriteria jika masyarakat elite lebih terbuka dengan masyarakat elite dan sebaliknya masyarakat slum area dengan slum area. Pola interaksi yang terjadi bersifat disharmonisasi diantara masyarakat atas dan bawah tidak saling mengenal. Disharmonisasi disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinhya,

pertama sikap tertutup masyarakat atas terhadap masyarakat bawah sehingga menyulitkan mereka bertemu. Dalam setiap kesempatan kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat badur masyarakat atas khusus masyarakat ekonomi elite tidak ingin membuka diri mengikuti kegiatan bersama-sama sehingga mengakibatkan interaksi yang kurang baik. kedua perbedaan latar belakang budaya masyarakat atas terdiri dari suku tionghoa, padang, minang, batak dan lainnya serta mayoritas beragama budha, hindu, islam dan Kristen.

Masyarakat bawah terdiri dari suku minang, jawa, padang dan campuran dengan mayoritas beragama islam menyebabkan tidak pernah ada ruang sosial yang dapat mempertemukan mereka untuk saling berinteraksi. Perbedaan latarbelakang budaya menyulitkan terjadi interaksi sosial diantara mereka, serta adanya anggapan pemikiran masyarakat atas tidak suka membuang waktu untuk hal yang tidak penting. Ketiga, bentuk interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi artinya individu diharuskan mengerti dengan bagaimana cara berinteraksi dengan individu yang memiliki kedudukan dan kondisi yang lebih dari individu lainnya.

Pada umum masyarakat badur atas termasuk kedalam golongan ekonomi menengah dan elite sehingga masyarakat badur bawah harus dapat membedakan cara berinteraksi dengan mereka yang memiliki kedudukan.Masyarakat badur atas khusus masyarakat elite hampir keseluruhan etnis tionghoa serta mereka memiliki perusahaan untuk bertemu dengan mereka sangat sulit harus menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan dengan membuat sebuah proposal kunjungan kerja. Keselurah hal diatas mendorong terjadi jarak sosial antara masyarakat slum area/pinggiran dan masyarakat elite. Selanjutnya faktor yang menyebabkan terjadi

jarak sosial ruang-ruang sosial yang tersedia namun masyarakat elite tidak ingin membuka diri sehingga sangat sulit untuk dapat berinteraksi untuk mempereratkan hubungan sosial antara masyarakat elite dan masyarakat slum area/ pinggiran yang berada dalam satu kawasan lingkungan namun tidak saling mengenal.

Jarak sosial digunakan untuk mengukur jauh atau dekatnya kedekatan emosi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Jarak sosial dapat dilihat dari indikator perilaku menjauhi kelompok lain, perilaku berteman dan bergaul dengan teman sendiri dan bemukim hanya dengan anggota kelompok sendiri. Perilaku jarak sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat badur bawah dan badur atas berupa perilaku mengelompok bermukim dengan anggota kelompok yang sama dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Masyarakat slum area/pinggiran mendirikan rumah diatas sungai, dengan kondisi bangun terbuat dari kayu serta bertangga dengan tujuan pada saat terjadi hujan air tidak masuk kedalam rumah serta saat banjir mereka naik keatas. Masyarakat badur atas yang terdiri dari golongan masyarakat menengah mendirikan rumah di atas tanah bahan bangunan terbuat dari batu, hampir keseluruhan milik rumah sendiri serta berpagar. Masyarakat badur atas khusus masyarakat elite memilih mendirikan rumah mengelompok dengan pola bersebelahan dengan masyarakat elite juga dengan kondisi rumah mewah, berpagar tinggi dilengkapi dengan cctv serta masing-masing rumah memiliki penjaganya.

Perilaku berinteraksi yang di tunjukkan juga memperlihatkan adanya jarak sosial antara masyarakat badur bawah dan masyarakat badur atas yakni, keengganan masyarakat badur atas khusus masyarakat elite untuk membuka diri

menjalin interaksi dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Kesibukan masyarakat elite dalam bekerja menjadi alasan mereka tidak pernah bisa mengikuti kegiatan yang dilakukan masyarakat badur bawah. Hanya sebagian masyarakat badur atas khusus masyarakat menengah yang membuka diri bergaul dengan masyarakat badur bawah. Interaksi yang terjalin antara masyarakat badur bawah dengan masyarakat badur bawah bersifat disharmonisasi diantara kedua anggota masyarakat tidak saling mengenal, ataupun jika mengenal hanya sekedar kenal tidak sampai mengenal namanya dan identitas diri lainnya. Jarak sosial menyebabkan adanya perbedaan dalam berhubungan sosial sehingga menyebabkan perilaku mengelompok dalam proses interaksi yang didasari oleh kesamaan diantara anggotanya masing-masing.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data maka didapat beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Masyarakat badur dibedakan menjadi dua kategori untuk memudahkan dalam interaksi yakni dikenal menjadi masyarakat bawah dan masyarakat atas. Masyarakat badur bawah umumnya beragama islam sedangkan masyarakat badur atas terdiri dari agama Kristen, budha, hindu, dan islam menyebabka tidak pernah ada kegiatan perayaan keagamaan yang dilakukan bersama-sama sehingga semakin merenggangkan hubungan sosial diantara mereka.

2. Pola interaksi yang terjadi antara masyarakat elite dan masyarakat pinggiran/slum area bersifat disharmonisasi. Meskipun masyarakat atas dan masyarakat bawah berada dalam satu kawasan tetapi mereka tidak saling mengenal dalam hanya ini hanya sebatas mengenal wajah tanpa memiliki ikatan emosial. Kesibukan mereka dalam bekerja menyebabkan sulitnya mereka bertemu untuk berinteraksi. Kedudukan yang dimiliki masyarakat atas khusunya masyarakat elite menyebabkan setiap individu harus mengerti bagaimana berinteraksi dengan individu yang memiliki kedudukan yang lebih baik dari mereka. Dalam hal ini masyarakat bawah khusunya masyarakat slum area/ pinggiran untuk dapat bertemu dengan masyarakat atas khususnya masyarakat elite harus membuat proposal kunjungan kerja yang diberikan kepada ajudan atau orang kepercayaan masyarakat elite.

3. Dalam setiap interaksi yang terjadi di masyarakat terdapat faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi perbedaan pola dan bentuk interaksi. Dalam interaksi terdapat aturan dan ruang yang mempengaruhi terjadi interaksi sosial. Menurut W.I Thomas aturan mengenai jarak berinteraksi mempengaruhi proses terjadi interaksi. Saat terjadi jarak dalam interaksi dimana seorang harus membatasi proses interaksi yang terjadi menimbulkan perbedaan dalam hubungan sosial. pembatasan dalam interaksi ditunjukkan dengan sikap kurang terbuka masyarakat atas khusus masyarakat elite dalam bentuk kegiatan kemasyarakatan yang diadakan masyarakat badur semakin meregangkan hubungan sosial diantara mereka. Masyarakat elite memiliki pemikiran untuk kegiatan yang tidak penting hanya akan membuang waktu mereka sehingga mereka merasa tidak jika tidak penting tidak akan mengikuti.

4. Kondisi jarak sosial yang terjadi pada masyarakat badur yang berada dalam satu kawasan tetapi tidak saling mengenal disebabkan beberapa faktor adanya perbedaan kelas ekonomi yang semakin melebarkan jarak sosial antara masyarakat elite dan masyarakat slum area. Semakin tinggi penghasilan seseorang akan semakin terlihat jarak sosial yang terjadi dalam interaksi antara masyarakat elite dan masyarakat slum area/pinggiran.

5. Tersegregasi yang memang harus dipisahkan terlihat dari pengelompokan masyarakat slum area/pinggiran tinggal di badur bawah sedangkan masyarakat elite berada di atas. Dalam proses interaksi yang terjadi kedua masyarakat saling mengelompok berdasarkan kesamaan kriteria jika

masyarakat elite lebih terbuka dengan masyarakat elite dan sebaliknya. Jarak sosial menyebabkan adanya perbedaan dalam berhubungan sosial sehingga menyebabkan perilaku mengelompok dalam proses interaksi yang didasari oleh kesamaan diantara anggotanya masing-masing.

5.1SARAN

1. Perlu adanya wadah kegiatan sosial sebagai sarana pemersatu masyarakat badur bawah dan masyarakat badur atas dengan keikutsertaan secara aktif serta kepala lingkungan X diharapkan tidak bosan untuk mengajak warga dilingkungannya mengkikuti kegiatan yang akan dilakukan dengan tujuan untuk mempererat hubungan sosial masyarakat badur atas dan masyarakat badur bawah.

2. Masyarakat badur atas diharapkan mau membuka diri untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga terjadi hubungan yang harmonis sesuai dengan harapan masyarakat dan pemerintah.

3. Masyarakat badur bawah diharapkan lebih menjaga lingkungan tempat tinggal dari sampah yang berserekan di sekitar rumah, maupun di sungai agar pengunjung yang datang merasa nyaman saat berkunjung ke bawah. 4. Pemerintah setempat khususnya PEMKO MEDAN harus memperbaiki

rumah –rumah yang ada di badur bawah dengan merenovasi rumah atau memberikan bantuan untuk perbaikan kondisi hunian masyarakat badur bawah agar kelihatan lebih indah serta tidak semberautan mengingat lokasi hunian mereka berada di pusat kota.

BAB II

TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik

Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori interaksionisme simbolik dengan pandangan tenteng sosiologi interpetatif yang sedikit banyaknya terispirasi dari tokoh kennamaan Marx Weber dengan tindakan socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan makna subjektif yang diberikan individu. Dan tindakan ini memperhatikan unsur tindakan orang lain. Yang setelah meninggalnya Mead dikembangkan oleh teman sejawatnya Herbert Blumert yang kemudian lebih dikenal dengan interaksionisme simbolik adalah suatu pendekatan yang di bangun atas dasar formasi social dari symbol – symbol, makna - makna yang dipahami bersama, dan penggunaan dalam komunikasi, baik di dalam diri self maupun di dalam orientasi self terhadap orang lain, dalam berbagai interaksi di antara agen – agen atau pelaku- pelaku sosial.

Interaksionisme simbolis yang diketengahkan Blumer (Poloma 2010 :258) bertumpu pada tiga premis :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial” seseorang dengan orang lain.

3. Makna-makna tersebut di sempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.

Teoritisi Interaksionisme simbolik memusatkan perhatian terutama pada dampak dari makna dan symbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial manusia dan pada interaksi sosial manusia. Dalam melakukan tindakan seorang actor mencoba menafsirkan pengaruhnya terhadapa actor lain yang terlibat. Dalam proses interaksi sosial manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang yang lain yang terlibat. Dengan kata lain dalam interaksi sosial para aktor terlibat dalam proses saling memengaruhi. Manusia mempunyai kemampuan dalam menggunakan arti dan makna symbol maka manusia mempunyai kemampuan dalam membuat pilihan tindakan di mana mereka terlibat. Dalam teoritisi interaksi simbolik aktor setidak mempunyai kebebasan dalam membuat pilihan yang unik dan bebas. W.I Thomas dan Dorothy Thomas membantu menekan kemampuan kreatif manusia dalam konsep mereka tentang “definisi situasi “. Menurut W.I Thomas bila manusia telah mendefenisikan situasi sebagai sesuatu yang nyata maka akibatnyapun nyata”. Thomas mengatakan “individu mendefinisikan situasi secara spontan yang memungkinkan mereka mengubah dan memodifikasi arti dan symbol”.

2.2 Jarak sosial

Konsep jarak sosial menurut Edward T. Hall dalam (Suanarto: 2004) merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dapat berbicara secara wajar tetapi tidak saling menyentuh. Menurut Utoyo dalam (ayu kartika:2010) jarak social merupakan hubungan yang dapat di terima Individu dengan anggota kelompok lain. Jarak sosial di pengararuhi oleh beberapa factor diantaranya

kelompok primer. Kelompok primer dalam jarak sosial dalam jarak sosial disebut juga dengan face to face group merupakan suatu hubungan kelompok sosial yang paling sederhana dimana anggotanya saling mengenal serta adanya kerja sama yang erat. Dalam kamus sosiologi jarak sosial (sosial distance) mengacu pada perasaan yang terpisah atau bejarak di antara kelompok-kelompok sosial. istilah ini untuk mengidinkasi tingkat keterpisahan atas kedekatan antar anggota kelompok etnis yang berlainan. Menurut Emory S. Borgadus (1882-1972) jarak sosial digunakan untuk mengukur jauh atau dekatnya kedekatan emosi antara individu dengan individu lain. Jarak sosial dapat dilihat dari indikator perilaku menjauhi kelompok lain, perilaku berteman dan bergaul dengan teman sendiri dan bemukim hanya dengan anggota kelompok sendiri. Jarak sosial melandasi adanya perbedaan hubungan antara kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu.

Jarak sosial dalam penelitian ini digunakan untuk mengambarkan hubungan sosial yang terjalin diantara masyarakat yang berbeda, berdasarkan kriteria diantara :

1. Keakraban dalam hubungan sosial diantara masyarakat pemukiman kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite

2. Pola interaksi yang terjalin diantara ketiga golongan masyarakat yang berbeda.

3. Kedekatan yang terjalin antara masyarakat kumuh, menengah, dan elite

2.3 Interaksi Sosial

Interaksi social merupakan bagian dari proses- proses social sebagai pengaruh hubungan timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama di dalam

kehidupan social. Interaksi social merupakan hubungan antara manusia yang sifat dari hubungan tersebut bersifat dinamis artinya hubungan itu selalu mengalami dinamika. Interaksi social berasal dari kata “antar” dan “aksi” yaitu aksi dan reaksi. Ketika dua orang bertemu, berjabat tangan dan saling berbicara bahkan samapai terjadi perkelahian. dalam peristiwa tersebut salah satu pihak memberikan aksinya kemudian pihak lain memberikan respon (reaksi) terhadap aksi tersebut maka dari sini kegiatan aksi reaksi terjadi, maka peristiwa tersebut di sebut interaksi socia. Interaksi social merupakan kegiatan manusia dan manusia bukan manusia dengan benda mati. Dengan demikian selama ada aksi dan reaksi tidak antar manusia, maka aktivitas tersebut bukan interaksi social .(Kolip dan Elly.M, 2011).

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi social akan berlangsung apabila seorang Individu melakukan, tindakan dan tindakan tersebut menimbulkan reaksi Individu lain. Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat terjadinya interaksi social yaitu terjadi kontak social dan kumunikasi. Terjadi kontak social tidaklah semata-mata tergantung pada tindakan, tetapi tergantung pada adanya anggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dalam kumunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perilaku orang lain.(Bagong,2004 :16).

Dalam interaksi sosial juga memilikin aturan, dan aturan itu dilihat dalam dimensi ruang dan waktu dari Robert T. hall dan Defenisi Situasi dari W.I

Thomas mengenai ruang Hall membagi ruang dalam interaksi menjadi empat batasa yaitu :

a) Jarak intim berkisar antara 0-18 inci menunjukkan adanya keterlibatan tubuh individu dalam beinteraksi.

b) Jarak pribadi berkisar antara 18 inchi – 4 kaki hubungan interaksi yang saling menyentuh, misalnya bersalaman.

c) Jarak sosial atau jarak psikologis 4 kaki -10 kaki , dimana seseorang mulai merasa cemas saat orang lain memasuki wilayahnya (zona transaksi personal.) orang yang berinteraksi tidak saling menyentuh.

d) Jarak public beriksar 10 kaki-tidak terbatas, interaksi yang dilakukan di depan umum seperti politikus.(Kamanto-Sunarto 2004:41)

Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat. Seseorang mendefiniskan tindakan berdasarkan situasi yang ditafsirkan tanpa memandang penafsiran individu yang lain. Interaksi social tidak cukup hanya dijelaskan sebagai hubungan timbal-balik antar manusia berdasarkan pola-pola tertentu, maka interaksi social memiliki ciri-ciri tertentu tertentu yaitu :

a. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu kriteria ini merupakan persyaratan mutlak sebab tidak mungkin terjadi aksi dan reaksi dari tindakan manusia jika tidak ada teman atau lawan.

b. Ada kumunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol-simbol tertentu.Yang dimaksud symbol dalam hal ini adalah benda, bunyi, gerak atau tulisan yang memiliki arti. Adapun kumunikasi merupakan hubungan timbale balik seseorang atau sekelompok dengan pihak lain menggunakan symbol- symbol yang berupa suara, tulisan, gerakan sehingga kedua belah pihak saling menafsirkan dilakukan pihak lain.

c. Ada dimensi waktu (yaitu, lampau kini, dan mendatang) yang menetukan sifat aksi sedang berlangsung. Interaksi social akan senantiasa terjadi dalam kuru dan waktu, artinya kapan dan dimana-mana.(Kolip dan Elly.M, 2011).

Interaksi social adalah bentuk social, yaitu pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang sering mengadakan hubumgan baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi social dapat berupa kerja sama (cooeperation), persaingan (competition), pertentangan (conflict) dan akomodasi (akomodation). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

kerjasama (coorperation) merupakan bentuk interaksi yang dilakukan oleh Individu dengan Individu maupun individu dengan kelompok yang didorong kesamaan tujuan yang di peroleh dalam kelompok tersebut. Menurut Charles H.Cooley kerja sama timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri sendiri untuk memenuhi kepentingan mereka.

Persaingan (competition) merupakan proses social dimana orang perorangan atau kelompok manusia yang terlibat dalam proses tersebut saling berebut keuntungan melalui bidang kehidupan tertentu tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Pertentangan (conflict) merupakan interaksi social yang berlangsung antara masing-masing pihak karena adanya perbedaan penafsiran terhadap perilaku Individu sehingga menimbulkan ketidak serasian diantara kepentingan- kepentingan maka unruk mencapai tujuan saling menghancurkan, menyingkirkan, mengalahkan pihak lawan.

Akomodasi (acomodation) merupakan bentuk interaksi social untuk meyelesaikan suatu pertikaian atau konflik. Biasanya komodasi di awali dengan upaya-upaya oleh pihak bertikai untuk saling mengurangi pertentangan diantara kedua belah pihak.

Manusia sebagai mahkluk social tidak dapat hidup sendiri melainkan, ia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi guna memenuhi kebutuhan dasar akan hidupnya. Interaksi social tidak terbatas oleh waktu dan tempat terjadinya, melainkan interaksi dapat terjadi kapan dan dimana saja. Interaksi sangat penting dalam aktivitas-aktivitas social merupakan hubungan dinamis yang menyangkut hubungan Individu dengan Individu maupun Individu dengan kelompok sehingga membentuk hubungan social yang di dahului oleh kontak social dengan adanya kumunikasi secara langsung atau tidak langsung.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi interaksi social dalam hubungan maupun interaksi sosial diantaranya :

1. Kedekatan : hubungan kedekatan akan terkait dengan factor geografis. Di suatau tempat tertentu anggota kelompok menjalin interaksi lebih banyak di banding antar kelompok diluar daerahnya. Hal ini lah yang memunculkan adanya kelompok dalam in group dan kelomok luar out group. Ikatan kelompok dalam bermain dapat tercermin dari perasaan ikatan solidaritas, kesamaan identitas, karakter dan sebagainya. Dalam kelompok ini tersusun atas Individu yang saling beriteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang semakin mungkin memiliki tingkat keseringan berinteraksi seperti berbicara, melihat dan bersosialisasi

2. Kesamaan : selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat factor kesamaan antar mereka yang menyebabkan timbulnya rasa keanggotaan. Ada kecenderungan manusia untuk memilih berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan seperti kesamaan minat, agama,nilai, usia, tingkat pendidika dan karakter personal lainnya. (Elly M. dan Usman Kolip 2011:102).

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau jarak psikologis. Jarak sosial menunjukkan penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan terjadi diantara mereka. Secara definisi jarak sosial adalah sejauh mana orang bersedia untuk menerima dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Salah satu bentuk jarak sosial dapat dilihat dalam dimensi Rasisme yang dikenal dengan sistem apartheid. Sistem apartheid memisahkan masyarakat berdasarkan warna kulit, sehingga ada

anggapan kulit putih lebih unggul dari pada kulit hitam (white supremy). System apartheid menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap individu dari golongan rasisme tersebut yang mengakibatkan ada diskriminasi. (Sunarto :2004).

Menurut Edward T. Hall dalam (Sunarto 2004 ) jarak social merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dalam satu wilayah geogerafis yang berdekatan berbicara tetapi tidak saling menyentuh. Pemahaman lain menurut Dobb (1985) jarak sosial adalah perasaan tertentu yang memisahkan individu dari kelompok lain dengan suatu tingkat penerimaan tertentu (atribut yang melekat dalam diri mereka).Jarak sosial

kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu. Apabila dalam hubungan sosial antara individu memiliki banyak kesamaan maka hubungan sosial yang

Dokumen terkait