Lampiran
Kegiatan kemasyarakatan yang ada di Badur
Gambar 1 : Kegiatan perwiritan ibu-ibu Badur
Gambar 3: Musolah Badur sebagai ruang sosial yang ada di Badur
Gambar 5 : kehidupan masyarakat badur bawah yang sangat padat dan ramai
Gambar 6 : masyarakat Badur memamfaat sungai untuk menyuci
Gambar 8 : pemukiman masyarakat Badur atas
Informan masyarakat pemukiman pinggiran
Bapak Abdul Karim
Ibu maya
1. Informan masyarakat menengah
Ibu Yudia
Ibu Sera salah satu informan masyarakat elite
JL. H. MISBAH JL. ADE IRMA SURAYANI
JL. BADUR
JL. MULTATULI
PETA KELURAHAN HAMDAN
KECAMATAN MEDAN MAIMUN
JL. IMAM BONJOL
JL. PALANG MERAH
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana
Preneda Media Group
Narwoko J.Dwi. dan Suyanto Bagong. 2004. Pengantar Sosiologi Jakarta:
Kencana Prenada media
Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarat: Kencana Prenada
media
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Andriani, Lusiana Lubis.2012. Konsep Kumunikasi Antar Budaya. Medan: Usu
Press Sjarizal, 2012. Ekologi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Press
Sumber lain :
Widhyhartono, S Derajad. 2009.Kumunitas berpagar antara inovasi dan
ketegangan sosial: Universitas Gajah Mada. Vol. 13,No 204-230
from jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/74/65 (diakses 25
November 2014)
(http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬a
b=2
http:/blogspot.com/2013/2014/pemukiman–
kumuh-dan-pemukiman-kumunitas.html (diakses 10 januari 2015
Diakses 10 November 2014, pukul 20.12 Wib
http://sumut.bps.go.id/?qw-buktam diakses 10 november 2014, pukul 20.00 Wib
http://medankota.bps.go.id diakses 10 November 2014, pukul 20.00Wib
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualittaif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
bermaksud untuk memahami fenomena atau kejadian tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
untuk menggambarkan fenomena-fenoma yang terkait dengan masalah penelitian.
Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong,2006) yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya.
Penelitian deskriptif kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di
masyarakat, yang menjadi objek penelitian dan menarik realitas itu ke permukaan
sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi,
situasi atau ataupun fenomena tertentu (Bungin,2007:68).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta
jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini lokasi akan dilaksanakan di jalan Badur
pertimbangan merupakan suatu kawasan yang mencerminkan polarisasi
masyarakat kota. Polarisasi kehidupan masyarakat kota dapat dilihat dari
keberagaman bentuk hunian dan kehidupan sosial masyarakat yang terlihat dari
bentuk infastruktur bangunan, sosial-ekonomi masyarakatnya. Kelurahan Hamdan
memperlihatkan permasalahan pemukiman kumuh yang berada bersampingan
dengan pemukiman elite, hal ini menyebabkan saya tertarik untuk melakukan
penelitian di lokasi ini.
3.2 Unit Analisis dan Informan
Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang
dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yang menjadi sumber
informan dalam penelitian ini adalah:
3.3.1.Unit Analisis
Karakteristik dari penelitian kualitatif adalah menggunakan apa yang
dimaksud dengan unit analisis. Unit analisis masalah kualitatif terdiri dari tingkat
mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling
makro, yaitu sistem dunia (Burham Bungin, 2007).
3.3.2 Informan
Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang aktual
dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, ataupun fakta dari suatu objek
penelitian (Bungin ;2007). Adapun yang menjadi informan dalam peneltian ini
Masyarakat yang tinggal di lingkungan 10 sebanyak 413 KK dan memiliki
kriteria yaitu :
1. Sudah lebih 20 tahun tinggal di badur
2. Masyarakat yang mengenal dan pernah bertemu dengan masyarakat
pemukiman kumuh, menengah dan elie
3. Masyarakat tidak mengenal masyarakat pemukiman kumuh,
menengah dan masyarakat elite
1. Kepala Lingkungan 10 (kepling)
2. Masyarakat pemukiman bawah (slum area) 5 orang
Kriteria pemukiman slum area dalam penelitian ini diliha dari
kondisi hunian yakni :
1. Berdiri di atas lahan yang bukan milik dan hak nya
2. Berbahan dasar kayu/ papan dan setengah batu
3. Kondisi hunian yang padat penduduk
4. Memiliki ukuran 3x4 kecil (satu ruangang menampung semua
aktivitas)
5. Setiap rumah memilki bertangga
6. Status kepemilikan tanah yang tidak jelas
7. Memiliki rumah sendiri tetapi tidak memiliki hak tanah
3. Masyarakat pemukiman menengah 5 orang
Kriteria masyarakat pemukiman menengah dalam penelitian ini
yakni :
1. Memiliki rumah dan tanah sendiri
3. Berbahan dasar batu bata
4. Masyarakat pemukiman elite 4 orang
Masyarakat pemukiman elite dalam penelitian ini dilihat dari
kondisi hunian:
1. Rumah dan tanah milik sendiri
2. Kondisi hunian berpagar tinggi dilengkapi ccv
3. Memiliki garansi mobil
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa tehnik
penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi
yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi
wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses
penelitian. Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
3.4.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah data yang langsung ditemukan
dilapnangan pada saat peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung ke lokasi
penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:
1. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat/komuniti yang
ingin diteliti. Dalam hal ini peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung
ruang-ruang sosial seperti; jalan, tempat beribadah, pusat perbelanjaan yang dapat
mempertemukan masyarakat kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dengan informan telibat
dalam kehidupan sosial. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan
data dengan cara wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara
terhadap anggota masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Badur lingkungan
10, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun.
3.4.2 Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang
diperoleh secara tidak langsung dari objek melalui dukumenntasi. Dukumentasi
merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar,
dan internet yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan rumusan
masalah yang diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik
umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi
dan dibuat kategori-kategori. Kemudian dari pengelompokan data tersebut,
data-data tersebut diabstraksikan dan dikaitkan antara yang satu dengan yang lainnya
sebagai satu kesatuan kejadian dan fakta yang terintegrasi.
Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu
dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian.
Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelolah, kemudian
dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil
observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses
ini dalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa
yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan
(Faisal,1989 ).
3.6 Keterbatasan Penelitian
Selama dalam penelitian ini, penulis mempunyai banyak kendala-kendala
dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data. Keterbatasan dalam penelitian
ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam
melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam
terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan
waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan
kesibukan informan sehari-hari.
Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti
menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses
penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung
penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun. Kelurahan Hamdan terdiri dari 10 lingkungan
memiliki jumlah penduduk 86.18 dengan 2.158 KK. Sejarah pemukiman
masyarakat Badur berdasarkan penuturan salah seorang informan yang sudah
lama tinggal di Badur berawal dari lahan kosong yang tidak terpakai mereka
membuka lahan menjadi pemukiman sehingga tidak berselang lama banyak
masyarakat lain yang mengikuti membuka lahan menjadi menjadi pemukiman
sampai saat ini dikenal dengan kampung Badur. Masyarakat Badur sebenarnya
sudah mendapat peringatan dari pemerintah Kota Medan agar pindah ke rumah
susun yang sudah disediakan yakni rusun Awa dan rusun Awi, namun mereka
menolak. Masyarakat Badur lebih memilih tinggal menetap disebabkan berada di
pusat kota sehingga memudahkan akses kemana saja, dikelilingi oleh
gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, dan perumahan elite menjadi
lebih mudah mencari pekerjaan terutama untuk ibu-ibu sehingga mereka bisa
menjadi buruh cuci, pembantu, pedagang keliling dlln.
Kelurahan Hamdan yang berada di pusat kota dikelilingi gedung
perkantoran, pemukiman elite, rumah sakit, sekolah, restoran, dan tempat hiburan
sehingga tipologi di kelurahan Hamdan mayoritas penduduk bekerja di sektor jasa
dan perdagangan. Mayoritas penduduk Badur Lingkungan 10 terdiri dari suku
yang tercatat 413 kepala keluarga, namun yang tercatat sudah pindah sekarang
kira –kira 265 kepala keluarga.
Masyarakat Badur berdasarkan lokasi pendirian pemukiman digolongan
menjadi dua yakni badur atas dan badur bawah. Masyarakat badur atas dan badur
bawah berada dalam satu lingkungan yang berdekatan namun saling
mengelompok.Pengelompokan pemukiman dapat diobservasi langsung
masyarakat elite lokasi pemukiman diatas tanah sedangkan masyarakat miskin
dibawah dengan pendirian pemukiman diatas sungai. Kondisi hunian juga sangat
berbeda, pemukiman masyarakat badur atas berbahan dasar batu, berdinding
tembok, serta berpagar sedangkan pemukiman masyarakat bawah berbahan dasar
kayu, papan dan setengah batu, serta memiliki tangga.
4.1.2 Letak dan batas wilayah
Kelurahan Hamdan merupakan bagian dari kecamatan Medan Maimun yang
berdiri pada tahun 1968 memiliki luas wilayah 52,50 ha. Dengan beriklim tropis
dataran rendah rawan banjir. Kelurahan Hamdan memiliki 10 lingkungan yang
menjadi tempat penelitian berada di jalan Badur lingkungan X. Jarak dari kantor
lurah Hamdan ke kantor Camat Medan Maimun pemerintah 100 M. Jarak dari
kantor Lurah Hamdan ke kantor pusat pemerintahan kota adalah sekitar 1 km.
Kelurahan Hamdan memiliki batas wilayah :
Sebelah Utara berbatas dengan : Kelurahan Petisah Tengah
Sebelah Timur berbatas dengan : Kelurahan Sukaraja dan Aur
Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Madras Hulu dan Kel. Jati
4.1.3 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk kelurahan Hamdan 8.168 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki 3.928 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.928 yang
tersebar di 10 lingkungan yang terdiri dari 2158 (kk) dengan jarak 1 km dari
pusat kota. (sumber data kelurahan Hamdan, juni 2014)
4.1.3.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbandingan jenis kelamin jumlah penduduk antara laki-laki dan
perempuan di kelurahan Hamdan di dominasi oleh jenis kelamin perempuan
dengan jumlah 4.240 jumlah persentasi 52% dan 3.928 jumlah penduduk laki-laki
dengan persentasi 48 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4.1.3.1Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis kelamin Frekuensi Persentasi %
1. Laki-laki 3.928 48%
2. Perempuan 4.240 52%
Jumlah 8.168 100 %
(Sumber data kelurahan Hamdan juni 2014)
4.1.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Usia adalah salah satu indicator yang menyatakan seseorang dewasa,
adalah pada saat seseorang telah berusia 17 tahun. Usia tersebut disebu usia
produktif. Berikut ini data usia penduduk dikelurahan Hamdan.
Tabel II
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No Tingkat Usia Jiwa Persentase
1. Usia 0 s/d 15 tahun 2025 25%
2. Usia 15 s/d 65 tahun 5700 68%
3. Usia 65 tahun ke atas 443 5,4%
Jumlah 81.68 100%
(Sumber, kantor kelurahan Hamdan juni 2014)
Data tabel II di atas menunjukan bahwa mayorias penduduk Hamdan
berusia 17-60 tahun dengan persentasi 68%. Penduduk usia produktif dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari –hari.Pada umumnya penduduk Hamdan
banyak yang di bidang jasa dan perdaganng disebabkan letak wilayah Hamdan
berada di pusat kota sehingga berada dekat dengan pusat perkantoran, pusat
pemerintahan sehingga mudah dalam dalam mencari pekerjaan khusus dibidang
jasa dan perdaganga. Kemudian disusul dengan penduduk usia non produktif yaitu
usia 0-15 tahun dengan persenasi sebesar 25%. Dan terakhir jumlah penduudk
4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel III
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jiwa Persentase
1. Islam 4649 65%
2. Kristen Protestan 1002 14%
3. Kristen Katolik 601 8.3%
4. Hindu 227 3.1%
5. Budha 694 9.7%
Jumlah 7.173 100%
Sumber kantor kelurahan Hamdan, Juni 2014
Berdasarkan data III tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Hamdan Kecamatan
Medan Maimun adalah berjumlah 7.173 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu
pada mayoritas Agama Islam dengan sebesar 4.649 jiwa dengan persentase 65%.
Lalu disusul oleh Agama Kriten Protestan yaitu sebesar 1002 jiwa dengan
persentase 14%. Kemudian pada Agama Budha yaitu sebesar 694 jiwa dengan
persentase 9,7%. Dan selanjutnya oleh Agama Kristen Kaolik yaitu sebesar 601
jiwa dengan persentase 8,3%. Dan yang terakhir merupakan jumlah yang paling
4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku Tabel IV
Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Atau Suku
No. Etnis /Suku Jiwa Persentase
1. Jawa 1618 26%
2. Batak 953 15%
3. Melayu 568 9%
4. Minang 1196 19%
5. Aceh 237 3,8%
6. Tionghoa 921 15%
7. Lainnya 773 12%
Jumlah 6.266 100%
Sumber dari : Kantor Lurah Hamdan Juni 2014
Berdasarkan dengan data IV tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan etnis atau suku di Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 6.266 jiwa. Dengan jumlah
terbanyak yaitu pada Suku Jawa sebesar 1.618 ..jiwa dengan persentase 26 %.
Lalu pada Suku Minang yaitu sebanyak 1196 jiwa dengan persentase 19%.
Kemudian pada Suku Batak dan tionghoa dengan selisih 32 angka yaitu batak
sebanyak 9.53 jiwa dengan persentase 15%. Selanjutnya pada Suku Tionghoa
yaitu sebanyak 9.21 jiwa dengan persentase 15%. Dan pada Suku lainnya yaitu
773 jiwa dengan persentase 12%. Setelah itu pada Suku Melayu yaitu sebanyak
5.68 jiwa dengan persentase 9%. Dan yang terakhir pada suku Aceh yaitu
4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
Tabel V
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
No. Mata Pencaharian Jiwa Persentase
1. Pegawai Negeri Sipil 600 8%
2. POLRI dan ABRI 60 0,8%
3. Karyawan Swasta 1382 18%
4. Wiraswasta/Pedagang 2.895 39%
5. Buruh 895 12%
6. Pensiunan 300 3,9%
7. Lainnya 1.386 18%
8. Jumlah 7.518 100%
Sumber kantor lurah Hamdan juni 2014
Berdasarkan dengan data V tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 7.518 jiwa. Dimana dengan jumlah
terbanyak pada mata pencaharian sebagai wiraswasta/pedagang yaitu sebesar
2.895 jiwa dengan persentase 39%. Selanjutnya pada mata pencaharian lainnya
yaitu sebesar 1.386 dengan persentasi 18%. Pekerjaan lainnya dapat digolongkan
jenis pekerjaan nonformal seperti penarik becak, buruh cuci, pemulung, kuli
bangunan, pertukangan dan pekerjaan serabutan lainnya. Lalu selanjutnya pada
mata pencaharian sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 1.382 jiwa dengan
persentase 18%. Kemudian pada mata pencaharian sebagai Buruh yaitu sebesar
yaitu sebesar 600 jiwa dengan persentase 8%. Dan selanjutnya pada mata
pencaharian sebagai pensiunan sebesar 300 jiwa dengan persentase 3,9%. Dan
yang terakhir pada mata pencaharian sebagai POLRI/ABRI yaitu sebesar 60 jiwa
dengan persentase 0,8%.
4.1.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel VI
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase
1. SD 1156 17%
2. SMP 1177 17%
3. SMA 2230 32%
4. Akademi/D1-D3 234 3,3%
5. Sarjana 1007 14%
6. Pascasarjana 215 3%
7. Tidak Sekolah 934 13%
Jumlah 6.953 100%
sumber kantor kelurahan Hamdan juni 2014
Berdasarkan dengan data tabel VI di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun adalah sebanyak 6.953 jiwa. Dimana jumlah
terbanyak terdapat pada berdasarkan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak
2.230 jiwa dengan persentase 32%. Selanjutnya terdapat pada berdasarkan tingkat
pendidikan SMP yaitu sebanyak 1177 jiwa dengan persentase 18%. Dan sama
18%. Dan selanjutnya pada tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 1007 jiwa
dengan persentase 14%. Kemudian selanjutnya tingkat pendidikan tidak tamat
sekolah yaitu sebanyak 934 jiwa de4ngan persentase 13%. Lalu selanjutnya
terdapat pada tingkat pendidikan berdasarkan akademi/D1-D3 yaitu sebanyak 234
jiwa dengan persentase 3,3%. Dan yang terakhir tingkat pendidikan berdasarkan
pada pascasarjana yaitu sebanyak 215 jiwa dengan persentase adalah 3%.
4.1.4 Prasarana Umum Di Kelurahan Hamdan
4.1.4.1 Sarana Kesehatan
Di kelurahan Hamdan terdapat sarana kesehatan yang dapat dimamfaatka
oleh masyarakatnya.Sarana kesehatan tersebut memudahkan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan guna menunjang aktivitas kebutuhan akan
peyalanann kesehatan. Adapun Sarana kesehatan yang ada di kelurahan Hamdan
yaitu: Tabel VII
Berdasarkan data table VII diatas maka dapat kita ketahui jumlah Sarana
kesehatan di kelurahan Hamdan ada 18 buah. Dimana prasarana kesehatan yang
tertinggi posyandu yaitu sebanyak 6 buah. Selanjunya prasarana kesehatan klinik
prasarana klinik gigi ada 2 buah. Dan yang terakhir prasarana kesehatan
puskesmas dan toko obat masing-masing terdiri dari 1 buah.prasarana kesehatan
di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik dalam memberikan pelayan
kesehatan kepada masyarak. Melalui penggunaan sarana tersebut diharapkan
dapat menunjang aktivias masyarakat, serta menjadikan kelurahan Hamdan
semakin berkembang .
4.1.4.2 Sarana Peribadatan
Kelurahan Hamdan memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi
kebutuhan rohaniah masyarakat kelurahan Hamdan yaitu:
Berdasarkan data table VIII diatas maka dapat diketahui jumlah sarana
peribadahan di kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun sebanyak 13 buah.
Prasana ibadah seperi mesjid ada 4 buah. Dan selanjutnyan prasarana ibadah
seperti mesjid ada 4 buah. Prasarana ibadah wihara ada 2 buah. Dan yang terakhir
prasarana ibadah seperti gereja, pura dan kelenteng masing-masing 1 buah. Sarana
peribadahan di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik sehingga dapat
4.1. Profil Informal
Informan pertama
“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elie”
Nama : Abdul karim
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tamatan : SMA
Jenis pekerjaan : Bilal mesjid
Penghasilan : Rp. 1500.000
Bapak Karim adalah seorang tokoh masyarakat di kelurahan Hamdan, beliau
sudah 40 tahun tinggal di kelurahan Hamdan. Bapak karim sehari-hari berprofesi
sebagai marbot mesjid, bilal mayat dan pembawa acara pengantin melayu. Peneliti
memilih bapak karim sebagai tokoh masyarakat disebabkan hampir seluruh
masyaraka mengenalnya. Apabila masyarakat Badur mengalami musibah seperti
kemalangan atau perkelahian mereka selalu mengadu kepada saya untuk mencari
pemecahan masalahnya.
Berdasarkan wawancara dengan bapak karim mengatakan masyarakat yang
tinggal dikampung badur ini dikenal dengan dua kategori yaitu masyarakat atas
dan masyarakat bawah.Masyarakat atas di dominasi oleh masyarakat menengah
dan masyarakat elite. Sedangkan masyarakat badur bawah seperi kami lah maksud
bapak karim masyarakat pribumi..Bapak karim juga mengatakan masyarakat atas
menyusahkan atau tidak merepotkan anggota masyarakat yang lain. Apabila
bertemu di jalan sebagai sarana masyarakat atas dan bawah bertegur saat sapa.
Biasanya betemu di kede pada saat membeli sarapan pagi atau membeli pulsa.
Jika bertemu hanya senyum saja, saya tidak mengenal masyarakat tionghoa ini
semua namun karena mereka terkadang lewat di depan musola sering
membunyikan klakson jadi saya mengenal mobil dan BK nya,, tibaa-tiba tak
berapa lama kemudian lewat sebuah mobil CRV bapak karim mengatakan itu dia
salah seorang cina yang tinggal di perumahan elite.
Bapak karim juga mengatakan jika bertemu bersikap biasa saja seperti
senyum kadang dia membunyikan mengklakson mobil saya lambaikan tangan
begitulah, seperti kita berperilaku dengan jiran tetangga biasanya. Jika bertemu
dengan masyarakat elite hanya begitu saja tidak pernah lebih jauh seperti
mengobrol itu tidak pernah lah, cina ini mana suka bahas masalah dengan kita.
Adapun bertemu hanya di mesjid pada saat dia ingin memberi sumbangan
sembako biasanya diantar ke mesjid, itu pun yang mengantar biasanya ajudannya
bukan orang yang bersangkutan lalu pergi itu saja tidak ada yang lain
Bapak Karim juga mengatakan jarang dapat melakukan kegiatan bersama
dengan masyarakat atas. Apabila ada kegiaan yang sering mengikuti masyarakat
badur bawah dan masyarakat menengah lainnya. Jika masyarakat yang rumahnya
berpagar tinggi sangat tertutup tidak pernah ikut kegiatan bersama kami. kegiataan
yang sering kami mengadakan gotong royong dua minggu sekali atau sebulan
sekali. Saya dengan masyarakat yang lain bersama-sama membersihkan sampah
dari sungai, parit dan mesjid. Masyarakat yang diatas rata-rata pengusaha tidak
baik, menyumbang makanan dan minuman untuk kami namun hanya beberapa
kali saja. Rumah didepan musola kia baik orangnya, jika akan diadakan pemilihan
umum dia selalu di halaman depan rumahnya. Dulu di depan halaman nya dibuat
tempat bermain bola voly namun sekarang sudah tidak lagi, masyarakat bawah
banyak yang tidak mau bermain voly. Pada saat ada permain bola voly disitulah
biasa ngumpul nya antara masyarakat atas dan masyarakkat bawah, namun ya
begitu hanya masyarakat atas yang menengah saja yang mau bergabung, Berbeda
dengan masyarakat atas yang tinggal di perumah sebelah, kami sama sekali tidak
pernah berkumunikasi dengan mereka, jika pernah hanya mengantarkan surat
undangan pemilu sajalah, itu pun mereka susah sekali membuka pintunya.
Sampai-sampai saja bilang saya tidak minta sumbangan hanya mengantar
undangan pemilu saja, akhirnya saya pulang dimaki-maki sama dia. Masyarakat
cina berprasangka negative saja dengan kita mereka mengganggap kita minta
uang mereka. Sehingga mereka selalu takut jika kita datang kerumahnya Mereka
jika di undang atas pesta perkawinan masyarakat bawah masih mau datang.
Begitulah penuturan bapak karim mengenai hubungan sosial dengan masyarakat
badur atas.
Informan kedua
“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elite dan menengah
Nama : Lidi Hana S
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaaan : buruh cuci
Ibu Hana adalah wakil kepling di badur bawah. Ibu hanya sering
membantu anggota masyarakat dalam membuat KTP, KK atau menyampaikan
informasi mengenai program bantuan dari pemerintah dari ibu kepala lingkungan.
Ibu Hana sudah dari kecil tinggal di badur semenjak menikah dengan suami
kira-kira sudah 40 tahun tinggal di badur. Ibu Hana mengatakan saya dipercaya
sebagai wakil kepling untuk masyarakat badur bawah agar urusan masyarakat
badur lebih gampang jika ada yang mau buat KTP dan KK melalui saya data
setelah itu saya berikan kepada ibu kepling. Selama saya tinggal di badur ini saya
kenal masyarakat atas dan bawah meskipun tidak tahu mananya. Jika masyarakat
badur bawah hampir seluruhnya saya kenal, tetapi jika masyarakat badur atas
hanya sebagian saja yang saya kenal disebabkan diatas itu masyarakat sudah
campuran ada etnis tionghoanya. Salah satu masyarakat yang tinggal di Saija
kebanyakan etnis cina, dan di gang buntu itu masyarakat campuran terdiri dari
pendatang anak kost, masyarakat etnis tionghoa dan masyakat pribumi. Jika
masyarkat badur bawah hampir setiap hari bertemu saya tidak betah dirumah
biasanya ngumpul-ngumpul setelah selesi nyuci, bisa dikatakan masyarakat badur
bawah ini semua kompak-kompak tertutama ibu-ibunya.
Ibu Hana juga mengatakan selama tinggal di badur semua aman-aman saja
,tetapi itulah banyak masyarakat luar tertutama pemuda-pemuda yang datang
kemari jadi kurang aman. Disini sampai pagi masih rame, banyak anak muda yang
suka datang kemari seperti biasalah dek, disini semua ada kadang mereka hanya
nyaman saja saya sudah lama tinggal disini. Ibu rasa kurang nyaman tinggal
disini banyak pengaruh kurang baik dari lingkung terhadap masyarakatnya. Anak
–anak disini banyak yang rusak karena pengaruh narkoba, masih kecil saja
permainan mereka sudah berjudi guli begitulah dek, ibu juga tidak bilang memang
sudah zamannya lah.
Ibu Hana mengatakan masyarakat badur ada dua dek ada badur bawah ya
kami lah yang dekat sungai dan badur atas mereka yang rumahnya di atas. Jika
masyarakat badur atas ada sebagian yang saya kenal, namun jika pendatang hanya
kenal begitu saja. Sebagian masyarakat atas orang kaya ada juga yang saya kenal
dek, namun tidak dekat. Saya pernah bekerja pada masyarakat atas tapi sudah
lama sekali sekarang tidak lagi majikan saya dahulu juga sudah pindah dek. Jika
bertemu dengan mereka biasanya di jalan pada saat saya lewat saija hanya senyum
saja tetapi kami tidak pernah sampai berbicara apalagi bercerita.
Ibu juga mengatakan jarang bertemu dengan masyarakat atas khusus etnis
tionghoa. Setahu ibu mereka sibuk sekali bekerja keluar rumah pun mereka
jarang, hanya satu-satulah yang ibu nampak sering jalan-jalan pagi atau sore-sore.
Di badur memang sering mengadakan kegiatan, terutama badur bawah seperti
kegiatan gotong royong, tempat kami tinggak sarangnya sampah jika sungai sudah
banyak sampah biasanya kami bersama-sama membersihkannya. Selama ibu
tinggal di badur belum ada kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat atas
khusu etnis tionghoa. Seperti yang kita ketahui etnis tionghoa mereka kurang
terbuka dengan kami dek, biasanya orang cina memang begitu, ada juga sebagian
masyarakat atas yang elite orang kita tapi sama sajalah tertutup juga mereka sibuk
menaiki mobil sedangkan kami jalan jarang kami bisa tegur sapa, kadang jika ada
yang kenal bertemu dijalan mereka membunyikan klakson ibu hanya senyum
saja, seperti itu saja kami biasanya bertemu.
Ibu hana juga menganggap masyarakat etnis tionghoa di badur atas baik dan
ramahnya sebenarnya jika kita bersikap baik dengan mereka, mereka juga akan
begitu dek, selama saya tinggal disini belum pernah terjadi keributan dengan
mereka. Kami sesama masyarakat badur meskipun tidak dekat namun tetap
bersikap baik dengan tetangga yang diatas. Ibu hanya juga mengatakan meskipun
begitu orang cina disini mau membantu, sebentar lagi akan mengadakan acara 17
agustus biasanya kami kerumah mereka memberikan proposal dikasih juga sama
mereka biasanya anatara Rp. 100-000-Rp. 300.000 tiap rumah dek. Kegiatan
acaranya sering kami adakan di badur bawah yang menghadiri sebagian
masyarakat atas yang biasa saja dan menengah lah, jika yang masyarakat kaya
jarang mereka ke bawah. Dibadur ini sering banjir apabila terjadi hujan deras
rumah kami selalu terendam banjir, biasanya kami mengungsi ke atas di mesjid
atau dikantor PTPN V dek, tidak pernah di rumah masyarakat cinanya. Mana
mungkin lah dek dirumah mereka mana mau mereka menampung kami.Namun
jika diundang ke acara pesta pernikahan masyarakat badur bawah mereka selalu
datang berbaur juga dengan kami, tidak menyendirilah mereka. Ibu Hana juga
menuturkan kami yang tidak pernah mendapat undangan dari mereka, sebab
mereka jarang mengadakan acara dirumah dan kami tidak pernah diundang di
acara mereka.
“Masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal di badur namun tidak bertemu dengan
masyarakat elite”
3. Nama : Kariti
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Suku : Padang
Pendidikan : SD
Penghasilan : Rp. 1500.000
Pekerjaan : Pedagang
Ibu Kariti adalah satu warga masyarakat sudah lama tinggal di badur bawah
sejak dia menikah dengan suaminya, ia mengaku lebih dari 20 tahun tinggal di
badur. Ibu kariti berkerja sebagai penjual sambal lauk, kue dan buah-buahan di
badur bawah. Ibu kariti berjualan dari pagi hari hingga sore. Ia menjajakan
dagangannya didepan rumahnya. Ibu kariti juga mengatakan walaupun sudah
lama tinggal namun hanya sebagian mengenal masyarakat atas khusus masyarakat
elite. “saya sudah lama tinggal dibadur namun jarang bertemu dengan mereka
(masyarakat elite). Kami berbeda dengan mereka tidak mungkin dapat bertemu.
Kita orang susah malu berkunjung kerumah mereka. Jika bertemu saat saya lewat
depan rumah mereka ada sebagian yang saya kenal saling memberikan senyum
tidak pernah menyapa atau mengobrol dengan mereka. Meskipun kami tidak
saling mengenal namun mereka baik, apabila terjadi banjir besar di Badur mereka
mau memberi bantuan seperti roti kaleng, makanan uang dlln. Biasanya juga
Apabila terjadi kemalangan di masyarakat bawah masyalat atas ada juga yang
berdatangan namun kebanyakan hanya yang muslin saja, disebabkan masyarakat
atas campuran ada sebagian yang muslim, sedangkan yang cina tidak pernah, kita
kan beda dengan mereka mana mau mereka datang. Ibu kariti juga mengatakan
meskipun sudah lama bertentangga dengan masyarakat atas namun tidak memiliki
teman yang tinggal di badur atas sehingga saya tidak pernah berkunjung kerumah
masyarakat atas. Berdasarkan penuturan ibu kariti “masyarakat atas sangat
tertutup jika tidak ada kepentingan sangat sulit menjumpai mereka.
Di badur sendiri memiliki perkumpulan seperti gotong royong, perwiritan
dan STM. Saya sendiri tidak ikut wirit dek tidak ada yang jaga warung, saya
hanya ikut STM saja. Gotong royong disini biasaya hanya masyarakat bawah saja
sedangkan masyarakat atas manalah mereka mau, apalagi cina-cina mereka sudah
punya pembantu untuk membersihkan rumah mereka ujar ibu kariti. Selama saya
tinggal di badur nyamanlah saya sudah lama tinggal disini dek jadi uda terbiasa,
disini sampai malam pun rame kalau malam banyak pemuda yang datang ke badur
ini. keamanan ibu rasa kurang aman sering juga kehilangan sepeda motor disini
dek, namanya banyak yang datang kemari. Jika terjadi keributan pernah juga
biasanya anak muda masalah apa saya juga tidak terlalu tahu, namun yang sering
terjadi keributan ibu-ibu karena masalah anak nya berantam.
Informan keempat
“Masyarakat sudah 20 tahun tinggal badur namun tidak pernah bertemu
masyarakat elite”
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : Sekolah Dasar
Penghasilan : Rp. 2000.000
Pekerjaan : Pedagang Bensin
Maya adalah salah seorang masyarakat yang tinggal di pemukiman bawah, ia
bekerja sehari-hari sebagai penjual bensin. Maya mengatakan saya tidak pernah
bertemu dengan masyarakat pemukiman elite disebelah, disebabkan mereka
sangat tertutup dan jarang dirumah. Namun walaupun tidak pernah bertemu saya
merasa senang bertetangga dengan mereka karena mereka sopan dan tidak pernah
membuat keributan di Badur. Apabila bertemu hanya masyarakat atas menegah
sesekali bertemu di jalan kami biasanya saling memberikan senyum saja. Sebab
saya juga jarang keatas sehingga tidak ada yang saya kenal.
Maya juga mengatakan jika masyarakat atas menengah sebagaian mereka
mau menjalin interaksi dengan kami, jika kami memberi undangan mereka mau
datang. Namun jika masyarakat atas mengundang masyarakat bawah itu jarang
terjadi, masyarakat atas jika mengadakan acara di gedung tidak pernah dirumah.
Selain itu masyarakat pemukiman atas kebanyakan etnis tionghoa, mereka sangat
tertutup sehingga kami jarang berinteraksi. Maya juga mengatakan saya tidak
memiliki teman di pemukiman atas, disebabkan saya jarang keatas.
Informan kelima
Nama :Yuma atau Ummi
Umur :45 tahun
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Pedagang sate
Ibu Yuma adalah anggota perwiritan di kampong Badur, ia mengatakan sering
bertemu dengan masyarakat pemukiman atas baik masyarakat elite dan
masyarakat menengah. Ibu Yuma mengatakan jika bertemu dengan masyarakat
elite biasanya dijalan, hanya senyum sajalah. Walaupun bertemu kami tidak
pernah sampai berkenalan siapa namanya. Jika masyarakat menengah sebagian
ada yang sering kebawah untuk belanja sayur sering juga kami bertemu, seperti
ibu makliang jika ingin belanja sayur ke bawah atau mencari pembantunya yang
belum datang sering datang kerumah pembantunya. Ibu Yuma juga mengatakan
dulunya kami pernah juga berkunjung dengan masyarakat elite yang di atas pada
waktu mereka kemalangan, kami datang memberikan ucapan belasengkawa.
Namun saat ini kami tidak pernah lagi berkunkung karena tidak pernah mereka
mengalami kemalangan mungkin sudah tidak boleh mengadakan dirumah di bawa
kewihara langsung. Jika bertemu masyarakat elite yang saya kenal bertegur sapa
saja sebab dia tidak tahu nama saya begitu saya sebaliknya. Tapi kebanyakan
masyarakat pemukiman elite sudah banyak yang pindah digantikan dengan yang
baru jadi tidak saling kenal.
Dulu kita bebas masuk ke pemukiman mereka namun saat ini sudah ada
palang pintunya, diatas sering terjadi kemalingan sehingga dibuat palang pintu.
Setiap malam ada yang meronda diatas berasal dari masyarakat bawah juga. Jika
sarapan di kedai nasi yang diatas, namum majikakan nya kami tidak pernah
bertemu. Mereka sibuk bekerja jika pulang kerja juga malam, jadi tidak pernah
bertemu. Bagaimana mau bertemu mereka mengendari mobil yang tertutup kaca,
mana mungkin kami bisa saling mengenal, terkadang saya mau mengantar
undangan pemilu meminta tanda tangan nya saja sulit bertemu. Namun ada
sebagian masyarakat elite mau memberi sumbangan kepada kami, seperti hari
raya idul fitri dan tahun baru kami di beri macam-macamlah sembako seperti:
beras, minyak goreng,susu,roti dan kain sarung. Jika kami ingin mengadakan
kegiatan seperti 17 Agustus kemarin kami membawa proposal mau juga mereka
memberi sumbangan. Jika masyarakat bawah mengadakan acara pesta pernikahan
sebagian masyarakat elite yang kami undang dan masyarakat menengah juga kami
undang mereka mau datang, namun yang pasti datang masyarakat menengahnya.
Tapi kami tidak pernah diundang oleh masyarakat elite pada saat acara mereka.
Mereka kebanyakan etnis tionghoa manalah mau mengundang kami, mereka juga
tidak pernah mengadakan acara dirumah.
Kami disini sering mengadakan kegiatan seperti posyandu, gotong royong,
dln. Seminggu yang lalu kami mengadakan posyandu lansia kami undang semua
masyarakat bawah maupun masyarakat atas, tetapi biasaya yang kami undang
masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite sudah pasti tidak bisa
datang, mereka sibuk. Jika perwiritan ibu-ibu diadakan seminggu sekali setiap
hari sabtu pukul 3 sore, yang mengikuti campuran ada masyarakat badur bawah
ada juga masyarakat badur atas. Namun kebanyakan masyarakat atas yang
menengah jika yang masyarakat elite kebanyakan etnis tionghoa, yang muslim
pernah mengikuti perwiritan kami hanya ikut STM saja. Jika masyarakat ata
menengah mereka masih mau berbaur dengan kami, baik masyarakat etnis
tionghoa seperti ibu pekliang namun jika yang masyarakat elite sangant tertutup
disebabkan mereka sangat sibuk bekerja. Begitulah penuturan ibu Yuma.
Informan keenam
“masyaraka yang tinggal 20 tahun di badur tetapi tidak pernah bertemu
Nama : Halimahtu Sakdiah
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Suku : aceh
Berdasarkan penuturan ibu Atu nama panggilan sehari-hari ia mengatakan
hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman atas itu pun jika masyarakat
menengahnya saja, tetapi jika masyarakat elite tidak pernah tahu saya. Saya juga
sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk berkumunikasi dengan
mereka. Masyarakat atas campuran tetapi kebanyakan cina mereka sangat
tertutup. Saya sudah 25 tahun tinggal disini tetapi kami tidak pernah saling kenal.
Kegiatan bersama yang sering diadakan di badur gotong royong, biasanya setiap
hari minggu namun tidak tentu juga. Kadang sebulan sekali atau dua minggu
sekali. Biasaya yang ikut kegiatan gotong royong masyarakat badur bawah saja,
sebagian yang baik juga, tidak pelitlah jika kami mengadakan acara selalu
mengantar proposal ke rumah mereka, Alhamdulillah selalu dikasih. Saya tidak
tahu berapa saja sumbangan mereka tetapi kadang mereka kasih antara Rp.
100.000-Rp. 500.000. setahu saya masyarakat pemukiman elite kebanyakan
pengusaha sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bergabung dalam
kegiatan kami. Mereka juga sangat tertutup, biasanya jika ingin bertemu mereka
harus membuat proposal itu pun biasanya diwakili saja oleh anak buahnya tidak
pernah majikan secara langsung, sehingga kami juga tidak pernah tahu seperti apa
wajaahnya.
Informan masyarakat pemukiman menegah
Informan ketujuh
“masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal dihamdan pernah bertemu masyarakat
bawah (slum area) dan masyarakat elite
Nama : Liang
Usia : 53
Agama : Budha
Suku : Tionghoa
Pendidikan : SD
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Ibu liang salah salah satu etnis tionghoa yang mau berbaur dengan masyarakat
atas. Ibu makliang termasuk masyarat tionghoa menengah. Sehari-hari ia
mengurus cucunya disebabkan suaminya sudah meninggal. Dia mengatakan
mengenal masyarakat badur bawah dan masyarakat badur atas. Ibu makliang juga
mengatakan pernah berkunjung ke badur bawah jika malas ke pasar untuk
membeli sayur saya beli di kedai di bawah saja dari pada repot- repot kata ibu
liang.
Menurut saya ibu-ibu di badur bawah baik mereka kompak-kompak, saya
sering datang belanja kebawah ketika mereka sedang ngumpul-ngumpul di
warung buk umi. Tetapi saya tidak pernah gabung dengan mereka jika sudah
selesai belanja ya langsung pulang kerumah. Ibu liang juga mengatakan saya
biasanya duduk dengan ibu-ibu badur atas jika ke bawah saya jarang gabung
dengan mereka. Saya merasa lebih nyaman saja dengan mereka ketimbang di
badur bawah. Udara di bawah sangat lembab dan kotor saya tidak tahan
lama-lama berada di sana. Masyarakat atas hampir rata-rata saya kenal dek, saya juga
hobby jalan biasanya ke warung gorengan ibu jasmine saya bawa cucu duduk di
sana. Saya lebih sering duduk di atas di warung ibu jasmine.
Di badur ini setahu saya khusus badur atas masyarakat campuran ada yang
etnis cina, jika etnis cina disini semua orang penting pemilik perusahaan setahu
saya. Kadang jika berjumpa dengan mereka saya tegur sapa juga, tetapi yang
jalan kaki atau sering keluar naik becak saya berteman juga mereka, namun untuk
yang menaiki mobil jarang saya berinteraksi, saya juga tidak kenal kaca mobil
tertutup warna hitan tidak tahu siapa yang berada dalam mobil tersebut. Disini
tidak perumahan cina-cina kebanyakan tinggal di jalan depan ini dek, jalan saija
kerampokan minta izin nya mereka saya ibu kepling untuk mendiri portal atau
palang pintu. Jika sudah malam ada yang jaga dan biasnaay di tutup dari depan
dan belakang sehinga tidak dapat masuk. Interaksi saya dengan masyarakat di
pemukiman Saija jarang karena tidak pernah saling kenal mereka semua sibuk
bekerja loh. Bekerja tidak ada waktu kadang pergi nya pagi atau siang tidak
tentulah mananya juga bos sesuka hati mereka kadang mereka tidak pulang.
Rumah-rumah disana jarang ada penghuninya apalagi sudah mendekati hari libur
hanya pembantunya dan pekerja yang menempati mereka sering keluar negeri.
Satu tidak semua mengenal namun ada satu-satu di Saija yang saya kenal seperti
ibu bapak steven biasanya dipanggil ibu ester. Jika bertemu dengan dia biasanya
dijalan pada saat jalan pagi. Jika bertemu mengatakan apa kabar, mau kemana tu
sajalah. Ibu itulah salah satu masyarakat di Saija yang mau senyum jika bertemu
dengan masyarakat badur mau badur bawah maupun badur atas. Ibu Ester
pengsiunan seorang guru jadi dia mau berbaur dengan semua kalangan
masyarakat walau hanya sekedar memebrikan senyum, jika masyarakat cian
yanga ada disini mana ada yang begitu semuan keluar rumah sudah di antar
samam supirnya. Mereka sangat tertutup jika ada perlu sangat penting saja baru
bisa menjumpai mereka itupun dengan mengantar proposal atau melalui ajudan
mereka. Tidak bisa kita langsung bertemu dengan mereka biasanya pagar rumah
selalu tertutup. Kegiatan kemasyaratan di badur saya tidak tahu apa saja yang saya
lihat perwiritan ibu-ibu. Jika yang lain gotong royong itupun saat ini sudah jarang
dilakukan namun saya pernah mengikutinya. Pernah juga saya ikut membersihkan
biasanya diadakan hari minggu terkadang hari minggu saya pergi jalan-jalan
dengan anak saya sehinga tidak sempat ikut.
Informan Kedelapan
“masyaraka yang sudah 20 tahun di badur mengenal masyarakat bawah namun
sebagian masyarakat elite
Nama : Linda
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Padang
Tamatan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Ibu Linda salah seorang masyarakat bawah yang menikah dengan
masayarakat atas dan kini sudah memiliki satu putra dan putri. Ibu linda
mengatakan mengenal masyarakat atas dan bawah dengan baik, namun jika
perumah dibelakang rumah nya dia mengaku dia tidak mengenal karena mereka
tidak pernah keluar. Jika keluar itu hanya pembantunya saja misal membeli pulsa
itu sajalah. Biasanya bertemu di jalan dan kami hanya senyum saja. Jika
masyarakat menengahnya kami sering bertemu misal nya pada saat membeli
pulsa. Jika pertemuan yang lain tidak mereka mayoritas budha atau hindu.
Walaupun di kelurahan Hamdan ada perkumpulan ibu-ibu seperti wirit saya
jarang mengikuti dan dirumah saja mengurus anak saya. Kalaupun saya kebawah
kerumah mamak saya saja mengobrol dengan mereka untuk menghilangkan
dan bawah saya undang dan mereka datang. Ibu linda juga mengatakan jika
anaknya juga bergaul dengan masyarakat yang tinggal di bawah namun pada saat
libur sekolah saja, selebihnya mereka dirumah saja. Saya tidak mau anak saya
terganggu belajar jika terlalu banyak bermain. Saya juga tidak mau perilaku anak
saya berubah seperti anak di badur bawah sehingga saya sangat membatasi
pergaulan anak saya. Begitulah penuturan ibu linda mengenai interaksinya dengan
masyarakat yang tinggal dibawah dan atas.
Informan kesembilan
Masyarakat 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat badur bawah (slum
area)
Nama :Yudia
Umur : 51 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Padang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan ibu yudia, dia
mengatakan sebagian mengenal masyarakat atas dan masyarakat bawah. Ibu yudia
mengatakan sering bertemu masyarakat atas jika sedang duduk di kedai ibu
ginting. Ibu yudia merupakan istri dari etnis suku tionghoa sehingga ia dapat
berbahasa cina. Saya mengenal masyarakat atas seperti ibu ester biasa di
panggilnya, saya bertemu saat di sedang di kedai ibu ginting. Jika bertemu kami
kami sering berjumpa kebutulan rumah anak ibu ester di sebelah rumah saya. Jika
bertemu dengan ibu ester kami selalu mengobrol tentang anak atau apa sajalah
tetapi dalam bahasa cinalah, ujar ibu yudia. Ibu yudia sudah 15 tahun tinggal di
badur atas, menurut ibu yudia masyarakat badur semua memang tertutup
disebabkan rawan kerampokan. Di badur atas sangat sepi yang membuat rame
hanya lalu lalang mobil lewat saja, selama saya tinggal di badur atas saya merasa
kurang aman kurang aman sudah disebabkan sudah beberapa kali kendaraan
hilang, sehingga hampir setiap rumah memiliki berpagar. Kami memilih berpagar
agar lebih aman.
Lagi pula setiap tetangga cuek terhadap tetangga jika terjadi apa mereka
mana mau buka pintu untuk menolong, apalagi rumah cina-cina sangat tertutup
bahkan ada yang dijaga oleh PM setiap malam. Kami walaupun bertentangga
jangan bertegur sapa. Mereka semua individu sekali, jika tetangga apa kamu
teriak-teriak mana mau dia buka pintu mungkin mereka mau buka pinti pada saat
kebakaran saja.Ibu yudia juga mengatakan mengenal masyarakat badur bawah
namun hanya sebagianlah, saya kurang akrab dengan masyarakat badur bawah
sebab saya jarang ke bawah. Dulu pernah juga sesekali saya ke bawah namun saat
ini tidak pernah lagi, semenjak kaki saya sakit. Jika kebawah mau ngapin juga
tidak nyaman dan aman di bawah tu, semua ada saja disana. Saya takut juga jika
saya ke bawah di waktu penggerebekan pula kan malu jika tertangkap ujar ibu
yudia. Ibu yudia juga mengatakan di badur ada perkumpulan seperti STM,
perwiritan dan gotong –royong. Namuan setahu saya yang masih aktif hanya
perwiritan ibu-ibu. Saya sendiri tidak mengikuti disebabkan repot sesekali
Informan kesepuluh
Masyarakat sudah 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat badur bawah
Nama : Br. Ginting
Umur : 49 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Etnis : Batak karo
Agama : Kristen
Ibu ginting salah seorang masyarakat yang sudah 17 tahun tinggal di
Badur. Berdasarkan penuturan ibu Ginting tidak mengenal masyarakat badur
bawah, disebabkan saya tidak pernah ke bawah. Ibu ginting juga mengaku tidak
pernah mengikuti kegiatan dengan masyarakat badur bawah. Jika mereka
melakukan kegiatan gotong royong tidak sampai sini,lagian jalan kami sudah ada
yang menyapu dan tukang kebersihan sampai sini. Mayoritas di badur bawah
islam yang Kristen masih bisa di hitung, sehingga tidak pernah bertemu. Namun
ada sebagian yang saya kenal yang tahu nama itu ibu serik yang jual sarapan pagi,
ibu parida yang jual nasi goreng itu pun mereka masyarakat badur atas namun
dapat dikatakan menengahlah. Jika bertemu di warung merekalah pada saat saya
malas masak beli dengan mereka itu saja.Terkadang saya diundang juga dengan
masyarakat badur bawah yang mengadakan acara, ya saya sempatkan datang.
Ibu ginting juga mengatakan masyarakat badur atas dan bawah jika
diundang mau juga mereka datang., namun hanya sebagian juga jika kenal. Jika
tetangga depan saya etnis tionghoa bertemunya jaranglah, terkadang sesekali pada
bertetangga, tetapi saya tidak pernah diajak kerumahnya, jika mereka hari raya
saya di kasih kue bakul, terkadang jika dia baru pulang dari luar negeri saya
dikasih tas, sepatu. Jika ingin bertemu dengan mereka susahlah mereka keluar dari
rumah tidak tentu kadang pagi, siang namanya juga pengusaha. Rumah mereka
pagarnya tinggi, tidak semabarangan bisa masuk. Jika kita bel belum tentu
dibukakn pintu, hampir tiap rumah punya cctv jika tidak kenal tidak mau mereka
membuka pintu. Begitulah penuturan ibu ginting tetang interaksi dengan
masyarakat badur bawah dan badur atas.
Informan kesebelas
Masyarakat 20 tahun tinggal di badur mengenal masyarakat elite dan masyarakat bawah (slum area)
Nama : lilis
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kios pulsa
Agama : Islam
Suku : Padang
Ibu lilis merupakan warga badur atas, ia mengatakan sudah 35 tahun
tinggal dibadur. Ibu lilis juga mengatakan selama tinggal di badur masyarakat atas
dan masyarakat bawah akur-akur saja, jarang ada keributan. Apalagi di badur atas
sangat sepi jika menjelang sore hanya mobil saja yang lewat. Ibu lilis mengatakan
jika bertemu dengan masyarakat elite biasanya dijalan atau di toko saya, itu saja di
bertemu di jalan itu pun yang sering beli pulsa saja, seperti cina depan rumah saya
kenal karena dekat rumah saya. Kebetulan cina depan rumah saya istri orang
bawah. Saya selama tinggal di badur tidak pernah menjalin kumunikasi dengan
masyarakat elite, orang ini jarang keluar jika keluar hanya belanja. Disini ada juga
perkumpulan perwiritan ibu-ibu setiap hari sabtu tetapi hanya masyarakat badur
bawah tetapi tidak gabung dengan masyarakat badur elite. Walaupun kami tidak
pernah berinteraksi tetapi ada juga masyarakat elite yang mau memberikan
sumbangan kepada kami. seperti rumah besar itu ada lah mereka kasih waktu
puasa kemarin memberikan bingkisan kepada kami, tetapi yang memberikan anak
buah nya. Ibu lilis mengatakan sudah lama tinggal dibadur tidak pernah tahu
bagaimana wajah pemilik rumah yang sering memberikan sumbangan kepada
masyarakat badur. Ibu lilies juga mengatakan mereka kalau keluar rumah
menggendari mobil dengan kaca mobilnya tertutup berwarna hitam tidak pernah
ada interaksi. Meskipun begitu ibu Lilis mengatakan kami setiap tahun diberikan
sumbangan oleh pemilik rumah besar berupa sembako seperti minyak, gula,
roti.susu dan lainnya. Semua masyarakat badur dapat tidak pandang masyarakat
bawah yang pinggiran maupun masyarakat menengah semua kebagian.
Berdasarkan observasi peneliti di kios pulsa ibu lilies menjadi tempat
bertemu masyarakat atas dan bawah ketika membeli pulsa mereka saling
berinteraksi, ketika saya mewawancarai ibu lilies tiba-tiba ibu yudia singgah
diwarung bu lilies, mereka berdua saling mengobrol-ngobrol dengan penuh canda.
Peneliti melihat ibu Yudia dan lilies sangat akrab. Mereka berteman sudah lama,
namun ibu lilies mengatakan walaupun kami berteman tetapi saya tidak pernah
Ibu lilis juga mengatakan hubungan antara masyarakat atas dan bawah
berjalan baik, meskipun saya jarang kebawah tetapi jika masyarakat bawah
mengadakan acara mereka selalu mengundang saya maupun masyarakat elite,
namun hanya sebagian jika mereka mengenalnya jika tidak pernah kenal tidak
diundang. Sebalik jika hubungan sosail dengan masyarakat atas kami jarang
berinteraksi mereka jarang dirumah dan sangat tertutup paling yang saya kenal
hanya pembantunya itupun bertemu di kios pada saat mengisi pulsa biasanya kami
mengobrol sebentar saja, tetapi dengan majikannya tidak pernah berinteraksi.
Ibu lilis juga mengatakan terdapat perkumpulan di badur seperti;
perwiritan, STM dan gotong royong. Namun yang masih aktif hanya perwiritan
ibu yang diadakan setiap hari sabtu saya sendiri tidak ikut karena tidak ada yang
jaga kios kami. Kegiatan STM tidak ada namun aktif pada saat ada orang
meninggal saja, biasa kami mengutip sumbangan beras dan uang. Jika kegiatan
gotong sudah lama jarang dilakukan anatara masyarakat atas dan bawah. Biasanya
kegiatan gotong ikut-ikutan jika ada yang mengadakan gotong royong sebagian
masyarakat ikut bergotong royong.
Informan masyarakat elite
masyarakat 20 tahun tinggal di badur tidak mengenal masyarakat bawah (slum
area)
Nama : Sri Veriati
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SMA
Etnis : Jawa
Agama : Islam
Berdasarkan wawancara dengan ibu Sri, sudah 35 tahun tinggal di badur
atas. ibu Sri mengatakan hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman
bawah,yang aktif di kegiatan STM. Ibu sri mengatakan jika ada kegiatan atau
apapun saya yang selalu ditemui disebabkan saya hanya tinggal berdua dengan
anak. Jarang bertemu dengan masyarakat badur bawah disebabkan sibuk menjaga
toko.
Meskipun ada masyarakat badur bawah yang saya kenal yang sering
membeli gas di toko, namun saya tidak tahu nama nya hanya wajahnya saja.
Apabila pergi keluar jarang mampir di badur bawah hampir tidak pernah, jika
perlu apa-apa ya saya keluar dengan anak saya. Kami hanya tinggal berdua suami
saya sudah tidak ada. Namun jika mereka mengundang saya pada acara pesta saya
sempatkan datang, biasanya mereka mengadakan acara hari sabtu atau minggu
jadi saya bisa datang. Namun saya belum pernah mengadakan acara sehingga
tidak pernah mengundang mereka.
Dibadur sendiri sering juga mengadakan gotong royong tapi mereka saja
lah, saya tidak pernah ikut. Terkadang saya sumbang snak seperi roti, kerupuk dan
kopi untuk mereka. Saya jarang dapat mengikuti kegiatan bersama dengan ibu-ibu
badur, kemarin ada kegiatan yang diadakan di rumah ibu kepling posyandu lansia
namun kesibukan bekerja sehingga tidak punya waktu untuk ikut, apabila ikut
tidak ada yang menjaga toko.Pada saat akan mengadakan kegiatan seperti 17
agustus kemarin yang diadakan di bawah, mereka mengajukan proposal kepada
tidak ingin menyebutkan berapa nominal yang diberikannya. Namun pada saat
perayaan 17 agustus kebetulan pergi keluar dengan anak sehingga tidak ikut
merayakan dengan masyarakat badur bawah.
Selain itu kegiatan bersamaaan lainnya setahu saya acara menyambut
tahun baru mereka mengadakan hiburan dengan menyewa kibot, jika
mengadakan acara masyarakat badur bawah selalu datang proposalnya kepada
saya, saya berikan saja namun saya tidak pernah datang mengikutinya. Jika
dengan tetangga depan rumah, kami jarang bertemu, biasanya yang belanja sopir
atau pembantunya membeli gas atau aqua. Majikan jarang keluar rumah jika
bertemu pada saat belanja ditoko hanya senyum setelah itu dia langsung masuk
kerumah. Kebanyakan di badur atas masyarakat elite etnis tiongho mereka sangat
tertutup dengan etnis pribumi bahkan dengan sesama mereka saja tidak saling
tertegur sapa. Pagar rumah mereka liatlah sangat tinggi keluar mengendari mobil,
kemudian pulang naik mobil, tidak akan terjadi interaksi.
Ibu sri mengatakan mereka jarang membuka pintu gerbang kemungkinan
takut disebabkan rata-rata yang tinggal diatas pengusaha, seperti depan rumah
saya pemilik pabrik ban, sebelahnya direktur surat kabar analisa, depannya lagi
pengusaha wallet. Mereka tidak akan mau membuka pintu jika tidak mereka
kenal. Di badur atas ini sering terjadi kemalingan sehingga rata-rata rumah
berpagar bahkan pagar nya menggunakan cctv serta remote kontrol. Apabila kita
ingin bertemu dengan mereka sangat sulit, hanya
Informan 2
Nama : Sera
Usia : 27 tahun
Pekerjaan : Guru les privat
Suku : Jawa
Penghasilan : Rp. 5.000.000
Pendidikan : SI-Sasta Inggris
Berdasarkan wawancara dengan ibu Sera sudah sejak kecil tinggal tinggal di
badur atas bersama orang tua hingga menikah. Ia mengatakan saya jarang bertemu
dengan masyarakat badur sesekali jika acara dirumah saya diundang oleh ibu
saya, kebetulan ibu saya mengikuti perwiritan jadi sering bertemu, namun saya
tidak sampai mengenal namanya. Jika bertemu hanya tegur sapa, kadang
tersenyum. Saya juga jarang keluar rumah jadi tidak terlalu akrab dengan mereka.
Kami juga sering diundang dengan mereka jika ada acara pesta saya datang begitu
sebaliknya. Apabila masyarakat badur mengalami kemalangan saya datang itu pun
yang saya kenal. Tetapi jika masyarakat badur bawah saya tidak semua kenal
karena saya juga tidak pernah kebawah. Anak saya tidak pernah saya kasih keluar,
jika bermain dengan keponakan yang lain atau adik saya. Saya bukan melarang
anak saya bermain dengan anak-anak badur bawah tetapi lebih baik anak saya
dirumah saja lebih aman. Jika badur bawah apa saja ada tidak mau anak saya salah
bergaul. Kegiatan bersama yang sering dilakukan itu wirit dan gotong royong,
namun saya sibuk tidak sempat mengikuti. Biasanya yang ikut kegiatan gotong
royong hanya masyarakat badur bawah saja. Jika wirit dilakukan seminggu sekali
setiap hari sabtu. Saya kerja tidak bisa ikut, ibu saya yang ikut. Di badur atas
depan tidak pernah tegur sapa. Jika keluar rumah selalu menaiki mobil, pagar juga
tinggi sangat sulit bertemu mereka. Liatlah pagar rumah mereka sampai ditulis
slogan kami tidak melayani segala bentuk sumbangan dan pungutan dalam bentuk
apapun tanpa izin tertulis dari RT/RW.
Jika kita datang kerumah mereka dikira meminta sumbangan, sehingga kami
pun tidak pernah tegur sapa dengan mereka. Pemilik rumahnya sangat tertutup
dan jarang menerima tamu dari luar. Pembantu mereka juga jarang keluar rumah.
Biasanya keluar membeli pulsa hanya sebentar kemudian masuk lagi. Kebanyakan
yang saya tahu cina-cina mengambil pemabantu dari yayasan, yang saya tahu
pembantu depan rumah saya berasal dari jawa. Namun jika bertemu kami hany
saling tersenyum tidak lama kemudian dia langsung masuk kedalam rumah.
Menurut ibu Sera di badur masyarakat bersifat individu sehingga jika tidak merasa
penting mereka tidak akan peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Informan 3
“masyarakat 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat bawah (slum area)
Nama : NANA
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : S1- Perhotelan
Ibu Nana adalah salah satu anggota masyarakat di Badur atas yang tinggal
dibadur dari kecil hingga menikah. Ibu Ana merupakan anak dari bapak H.Anas
yang banyak dikenal oleh masyarakat badur. Bapak Anas salah satu anggota
masyarakat atas khusus masyarakat elite yang mau bergaul dengan bapak-bapak
di badur bawah. Salah satu teman dekat nya bapak karim, berdasarkan penuturan
bapak karim bahwa bapak Anas sebelum menderita penyakit jantung, stroke
sering main kerumah saya atau kami mengobrol di musola setelah shalat. Bapak
anas jika shalat selalu di musolah badur ini, namun semenjak sakit parah beliau
tidak pernah keluar rumah dan bapak (karim) jarang bertemu lagi dengan bapak
Anas. Ibu nana mengatakan meskipun sudah lama tinggal di badur namun tidak
kenal ingan ibu-ibu badur disebabkan ia sehari-hari dirumah saja. Sejak dulu saya
keluar rumah selalu ada supir yang mengatarkan sehingga tidak pernah menjalin
interaksi dengan masyarakat badur bawah. Namun ada juga yang saya kenal
biasaya yang sering mengantar proposal kerumah. Walaupun kami tidak saling
kenal namun ibu-ibu badur bawah baik orangnya, mereka mau mengundang kami
jika mengadakan pesta. Biasanya yang datang ibu saya kalau saya jarang bisa
datang, terkadang saya sibuk harus mengurus rumah. ibu nana mengatakan
masyarakat badur hampir rata-rata mengenal ayah saya, mereka biasa panggil
bapak Haji Anas. Biasanya masyarakat badur bawah jika akan mengadakan
kegiatan seperti mauied, lomba 17 agustus dll selalu nyampe proposalnya
kerumah. Namun saya tidak pernah berkenalan jika sudah terima proposal ya
bilang nanti saya kasih ma ayah saya setelah itu saya masuk kedalam rumah. Jika
bertemu dijalan karena saya sudah pernah bertemu dirumah hanya sekedar