• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jarak Sosial Masyarakat Elite dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jarak Sosial Masyarakat Elite dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

Kegiatan kemasyarakatan yang ada di Badur

Gambar 1 : Kegiatan perwiritan ibu-ibu Badur

(2)

Gambar 3: Musolah Badur sebagai ruang sosial yang ada di Badur

(3)

Gambar 5 : kehidupan masyarakat badur bawah yang sangat padat dan ramai

Gambar 6 : masyarakat Badur memamfaat sungai untuk menyuci

(4)

Gambar 8 : pemukiman masyarakat Badur atas

(5)

Informan masyarakat pemukiman pinggiran

Bapak Abdul Karim

(6)

Ibu maya

1. Informan masyarakat menengah

(7)

Ibu Yudia

(8)

Ibu Sera salah satu informan masyarakat elite

(9)

JL. H. MISBAH JL. ADE IRMA SURAYANI

JL. BADUR

JL. MULTATULI

PETA KELURAHAN HAMDAN

KECAMATAN MEDAN MAIMUN

JL. IMAM BONJOL

JL. PALANG MERAH

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana

Preneda Media Group

Narwoko J.Dwi. dan Suyanto Bagong. 2004. Pengantar Sosiologi Jakarta:

Kencana Prenada media

Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarat: Kencana Prenada

media

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

Andriani, Lusiana Lubis.2012. Konsep Kumunikasi Antar Budaya. Medan: Usu

Press Sjarizal, 2012. Ekologi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Press

Sumber lain :

Widhyhartono, S Derajad. 2009.Kumunitas berpagar antara inovasi dan

ketegangan sosial: Universitas Gajah Mada. Vol. 13,No 204-230

from jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/74/65 (diakses 25

November 2014)

(http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&nota

b=2

http:/blogspot.com/2013/2014/pemukiman–

kumuh-dan-pemukiman-kumunitas.html (diakses 10 januari 2015

Diakses 10 November 2014, pukul 20.12 Wib

http://sumut.bps.go.id/?qw-buktam diakses 10 november 2014, pukul 20.00 Wib

http://medankota.bps.go.id diakses 10 November 2014, pukul 20.00Wib

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualittaif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

bermaksud untuk memahami fenomena atau kejadian tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

untuk menggambarkan fenomena-fenoma yang terkait dengan masalah penelitian.

Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong,2006) yang dimaksud dengan

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri

dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan

peristilahannya.

Penelitian deskriptif kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di

masyarakat, yang menjadi objek penelitian dan menarik realitas itu ke permukaan

sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi,

situasi atau ataupun fenomena tertentu (Bungin,2007:68).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta

jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini lokasi akan dilaksanakan di jalan Badur

(12)

pertimbangan merupakan suatu kawasan yang mencerminkan polarisasi

masyarakat kota. Polarisasi kehidupan masyarakat kota dapat dilihat dari

keberagaman bentuk hunian dan kehidupan sosial masyarakat yang terlihat dari

bentuk infastruktur bangunan, sosial-ekonomi masyarakatnya. Kelurahan Hamdan

memperlihatkan permasalahan pemukiman kumuh yang berada bersampingan

dengan pemukiman elite, hal ini menyebabkan saya tertarik untuk melakukan

penelitian di lokasi ini.

3.2 Unit Analisis dan Informan

Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang

dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yang menjadi sumber

informan dalam penelitian ini adalah:

3.3.1.Unit Analisis

Karakteristik dari penelitian kualitatif adalah menggunakan apa yang

dimaksud dengan unit analisis. Unit analisis masalah kualitatif terdiri dari tingkat

mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling

makro, yaitu sistem dunia (Burham Bungin, 2007).

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang aktual

dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Informan adalah orang yang

diperkirakan menguasai dan memahami data, ataupun fakta dari suatu objek

penelitian (Bungin ;2007). Adapun yang menjadi informan dalam peneltian ini

(13)

 Masyarakat yang tinggal di lingkungan 10 sebanyak 413 KK dan memiliki

kriteria yaitu :

1. Sudah lebih 20 tahun tinggal di badur

2. Masyarakat yang mengenal dan pernah bertemu dengan masyarakat

pemukiman kumuh, menengah dan elie

3. Masyarakat tidak mengenal masyarakat pemukiman kumuh,

menengah dan masyarakat elite

1. Kepala Lingkungan 10 (kepling)

2. Masyarakat pemukiman bawah (slum area) 5 orang

Kriteria pemukiman slum area dalam penelitian ini diliha dari

kondisi hunian yakni :

1. Berdiri di atas lahan yang bukan milik dan hak nya

2. Berbahan dasar kayu/ papan dan setengah batu

3. Kondisi hunian yang padat penduduk

4. Memiliki ukuran 3x4 kecil (satu ruangang menampung semua

aktivitas)

5. Setiap rumah memilki bertangga

6. Status kepemilikan tanah yang tidak jelas

7. Memiliki rumah sendiri tetapi tidak memiliki hak tanah

3. Masyarakat pemukiman menengah 5 orang

Kriteria masyarakat pemukiman menengah dalam penelitian ini

yakni :

1. Memiliki rumah dan tanah sendiri

(14)

3. Berbahan dasar batu bata

4. Masyarakat pemukiman elite 4 orang

Masyarakat pemukiman elite dalam penelitian ini dilihat dari

kondisi hunian:

1. Rumah dan tanah milik sendiri

2. Kondisi hunian berpagar tinggi dilengkapi ccv

3. Memiliki garansi mobil

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa tehnik

penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi

yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi

wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses

penelitian. Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti

adalah sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah data yang langsung ditemukan

dilapnangan pada saat peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung ke lokasi

penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:

1. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

(15)

gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat/komuniti yang

ingin diteliti. Dalam hal ini peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung

ruang-ruang sosial seperti; jalan, tempat beribadah, pusat perbelanjaan yang dapat

mempertemukan masyarakat kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dengan informan telibat

dalam kehidupan sosial. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan

data dengan cara wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara

terhadap anggota masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Badur lingkungan

10, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun.

3.4.2 Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang

diperoleh secara tidak langsung dari objek melalui dukumenntasi. Dukumentasi

merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar,

dan internet yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan rumusan

masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik

(16)

umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi

dan dibuat kategori-kategori. Kemudian dari pengelompokan data tersebut,

data-data tersebut diabstraksikan dan dikaitkan antara yang satu dengan yang lainnya

sebagai satu kesatuan kejadian dan fakta yang terintegrasi.

Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu

dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian.

Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelolah, kemudian

dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil

observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses

ini dalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa

yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan

(Faisal,1989 ).

3.6 Keterbatasan Penelitian

Selama dalam penelitian ini, penulis mempunyai banyak kendala-kendala

dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data. Keterbatasan dalam penelitian

ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam

melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam

terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan

waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan

kesibukan informan sehari-hari.

Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti

menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses

penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung

(17)

penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin

(18)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun. Kelurahan Hamdan terdiri dari 10 lingkungan

memiliki jumlah penduduk 86.18 dengan 2.158 KK. Sejarah pemukiman

masyarakat Badur berdasarkan penuturan salah seorang informan yang sudah

lama tinggal di Badur berawal dari lahan kosong yang tidak terpakai mereka

membuka lahan menjadi pemukiman sehingga tidak berselang lama banyak

masyarakat lain yang mengikuti membuka lahan menjadi menjadi pemukiman

sampai saat ini dikenal dengan kampung Badur. Masyarakat Badur sebenarnya

sudah mendapat peringatan dari pemerintah Kota Medan agar pindah ke rumah

susun yang sudah disediakan yakni rusun Awa dan rusun Awi, namun mereka

menolak. Masyarakat Badur lebih memilih tinggal menetap disebabkan berada di

pusat kota sehingga memudahkan akses kemana saja, dikelilingi oleh

gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, dan perumahan elite menjadi

lebih mudah mencari pekerjaan terutama untuk ibu-ibu sehingga mereka bisa

menjadi buruh cuci, pembantu, pedagang keliling dlln.

Kelurahan Hamdan yang berada di pusat kota dikelilingi gedung

perkantoran, pemukiman elite, rumah sakit, sekolah, restoran, dan tempat hiburan

sehingga tipologi di kelurahan Hamdan mayoritas penduduk bekerja di sektor jasa

dan perdagangan. Mayoritas penduduk Badur Lingkungan 10 terdiri dari suku

(19)

yang tercatat 413 kepala keluarga, namun yang tercatat sudah pindah sekarang

kira –kira 265 kepala keluarga.

Masyarakat Badur berdasarkan lokasi pendirian pemukiman digolongan

menjadi dua yakni badur atas dan badur bawah. Masyarakat badur atas dan badur

bawah berada dalam satu lingkungan yang berdekatan namun saling

mengelompok.Pengelompokan pemukiman dapat diobservasi langsung

masyarakat elite lokasi pemukiman diatas tanah sedangkan masyarakat miskin

dibawah dengan pendirian pemukiman diatas sungai. Kondisi hunian juga sangat

berbeda, pemukiman masyarakat badur atas berbahan dasar batu, berdinding

tembok, serta berpagar sedangkan pemukiman masyarakat bawah berbahan dasar

kayu, papan dan setengah batu, serta memiliki tangga.

4.1.2 Letak dan batas wilayah

Kelurahan Hamdan merupakan bagian dari kecamatan Medan Maimun yang

berdiri pada tahun 1968 memiliki luas wilayah 52,50 ha. Dengan beriklim tropis

dataran rendah rawan banjir. Kelurahan Hamdan memiliki 10 lingkungan yang

menjadi tempat penelitian berada di jalan Badur lingkungan X. Jarak dari kantor

lurah Hamdan ke kantor Camat Medan Maimun pemerintah 100 M. Jarak dari

kantor Lurah Hamdan ke kantor pusat pemerintahan kota adalah sekitar 1 km.

Kelurahan Hamdan memiliki batas wilayah :

 Sebelah Utara berbatas dengan : Kelurahan Petisah Tengah

(20)

 Sebelah Timur berbatas dengan : Kelurahan Sukaraja dan Aur

 Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Madras Hulu dan Kel. Jati

4.1.3 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk kelurahan Hamdan 8.168 jiwa dengan jumlah

penduduk laki-laki 3.928 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.928 yang

tersebar di 10 lingkungan yang terdiri dari 2158 (kk) dengan jarak 1 km dari

pusat kota. (sumber data kelurahan Hamdan, juni 2014)

4.1.3.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbandingan jenis kelamin jumlah penduduk antara laki-laki dan

perempuan di kelurahan Hamdan di dominasi oleh jenis kelamin perempuan

dengan jumlah 4.240 jumlah persentasi 52% dan 3.928 jumlah penduduk laki-laki

dengan persentasi 48 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4.1.3.1Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis kelamin Frekuensi Persentasi %

1. Laki-laki 3.928 48%

2. Perempuan 4.240 52%

Jumlah 8.168 100 %

(Sumber data kelurahan Hamdan juni 2014)

4.1.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Usia adalah salah satu indicator yang menyatakan seseorang dewasa,

(21)

adalah pada saat seseorang telah berusia 17 tahun. Usia tersebut disebu usia

produktif. Berikut ini data usia penduduk dikelurahan Hamdan.

Tabel II

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No Tingkat Usia Jiwa Persentase

1. Usia 0 s/d 15 tahun 2025 25%

2. Usia 15 s/d 65 tahun 5700 68%

3. Usia 65 tahun ke atas 443 5,4%

Jumlah 81.68 100%

(Sumber, kantor kelurahan Hamdan juni 2014)

Data tabel II di atas menunjukan bahwa mayorias penduduk Hamdan

berusia 17-60 tahun dengan persentasi 68%. Penduduk usia produktif dapat

memenuhi kebutuhan hidup sehari –hari.Pada umumnya penduduk Hamdan

banyak yang di bidang jasa dan perdaganng disebabkan letak wilayah Hamdan

berada di pusat kota sehingga berada dekat dengan pusat perkantoran, pusat

pemerintahan sehingga mudah dalam dalam mencari pekerjaan khusus dibidang

jasa dan perdaganga. Kemudian disusul dengan penduduk usia non produktif yaitu

usia 0-15 tahun dengan persenasi sebesar 25%. Dan terakhir jumlah penduudk

(22)

4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel III

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jiwa Persentase

1. Islam 4649 65%

2. Kristen Protestan 1002 14%

3. Kristen Katolik 601 8.3%

4. Hindu 227 3.1%

5. Budha 694 9.7%

Jumlah 7.173 100%

Sumber kantor kelurahan Hamdan, Juni 2014

Berdasarkan data III tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa

komposisi penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Hamdan Kecamatan

Medan Maimun adalah berjumlah 7.173 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu

pada mayoritas Agama Islam dengan sebesar 4.649 jiwa dengan persentase 65%.

Lalu disusul oleh Agama Kriten Protestan yaitu sebesar 1002 jiwa dengan

persentase 14%. Kemudian pada Agama Budha yaitu sebesar 694 jiwa dengan

persentase 9,7%. Dan selanjutnya oleh Agama Kristen Kaolik yaitu sebesar 601

jiwa dengan persentase 8,3%. Dan yang terakhir merupakan jumlah yang paling

(23)

4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku Tabel IV

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Atau Suku

No. Etnis /Suku Jiwa Persentase

1. Jawa 1618 26%

2. Batak 953 15%

3. Melayu 568 9%

4. Minang 1196 19%

5. Aceh 237 3,8%

6. Tionghoa 921 15%

7. Lainnya 773 12%

Jumlah 6.266 100%

Sumber dari : Kantor Lurah Hamdan Juni 2014

Berdasarkan dengan data IV tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa

komposisi penduduk berdasarkan etnis atau suku di Kelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 6.266 jiwa. Dengan jumlah

terbanyak yaitu pada Suku Jawa sebesar 1.618 ..jiwa dengan persentase 26 %.

Lalu pada Suku Minang yaitu sebanyak 1196 jiwa dengan persentase 19%.

Kemudian pada Suku Batak dan tionghoa dengan selisih 32 angka yaitu batak

sebanyak 9.53 jiwa dengan persentase 15%. Selanjutnya pada Suku Tionghoa

yaitu sebanyak 9.21 jiwa dengan persentase 15%. Dan pada Suku lainnya yaitu

773 jiwa dengan persentase 12%. Setelah itu pada Suku Melayu yaitu sebanyak

5.68 jiwa dengan persentase 9%. Dan yang terakhir pada suku Aceh yaitu

(24)

4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Tabel V

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

No. Mata Pencaharian Jiwa Persentase

1. Pegawai Negeri Sipil 600 8%

2. POLRI dan ABRI 60 0,8%

3. Karyawan Swasta 1382 18%

4. Wiraswasta/Pedagang 2.895 39%

5. Buruh 895 12%

6. Pensiunan 300 3,9%

7. Lainnya 1.386 18%

8. Jumlah 7.518 100%

Sumber kantor lurah Hamdan juni 2014

Berdasarkan dengan data V tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa

komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 7.518 jiwa. Dimana dengan jumlah

terbanyak pada mata pencaharian sebagai wiraswasta/pedagang yaitu sebesar

2.895 jiwa dengan persentase 39%. Selanjutnya pada mata pencaharian lainnya

yaitu sebesar 1.386 dengan persentasi 18%. Pekerjaan lainnya dapat digolongkan

jenis pekerjaan nonformal seperti penarik becak, buruh cuci, pemulung, kuli

bangunan, pertukangan dan pekerjaan serabutan lainnya. Lalu selanjutnya pada

mata pencaharian sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 1.382 jiwa dengan

persentase 18%. Kemudian pada mata pencaharian sebagai Buruh yaitu sebesar

(25)

yaitu sebesar 600 jiwa dengan persentase 8%. Dan selanjutnya pada mata

pencaharian sebagai pensiunan sebesar 300 jiwa dengan persentase 3,9%. Dan

yang terakhir pada mata pencaharian sebagai POLRI/ABRI yaitu sebesar 60 jiwa

dengan persentase 0,8%.

4.1.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel VI

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase

1. SD 1156 17%

2. SMP 1177 17%

3. SMA 2230 32%

4. Akademi/D1-D3 234 3,3%

5. Sarjana 1007 14%

6. Pascasarjana 215 3%

7. Tidak Sekolah 934 13%

Jumlah 6.953 100%

sumber kantor kelurahan Hamdan juni 2014

Berdasarkan dengan data tabel VI di atas, maka dapat kita ketahui bahwa

komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun adalah sebanyak 6.953 jiwa. Dimana jumlah

terbanyak terdapat pada berdasarkan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak

2.230 jiwa dengan persentase 32%. Selanjutnya terdapat pada berdasarkan tingkat

pendidikan SMP yaitu sebanyak 1177 jiwa dengan persentase 18%. Dan sama

(26)

18%. Dan selanjutnya pada tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 1007 jiwa

dengan persentase 14%. Kemudian selanjutnya tingkat pendidikan tidak tamat

sekolah yaitu sebanyak 934 jiwa de4ngan persentase 13%. Lalu selanjutnya

terdapat pada tingkat pendidikan berdasarkan akademi/D1-D3 yaitu sebanyak 234

jiwa dengan persentase 3,3%. Dan yang terakhir tingkat pendidikan berdasarkan

pada pascasarjana yaitu sebanyak 215 jiwa dengan persentase adalah 3%.

4.1.4 Prasarana Umum Di Kelurahan Hamdan

4.1.4.1 Sarana Kesehatan

Di kelurahan Hamdan terdapat sarana kesehatan yang dapat dimamfaatka

oleh masyarakatnya.Sarana kesehatan tersebut memudahkan masyarakat untuk

memperoleh pelayanan kesehatan guna menunjang aktivitas kebutuhan akan

peyalanann kesehatan. Adapun Sarana kesehatan yang ada di kelurahan Hamdan

yaitu: Tabel VII

Berdasarkan data table VII diatas maka dapat kita ketahui jumlah Sarana

kesehatan di kelurahan Hamdan ada 18 buah. Dimana prasarana kesehatan yang

tertinggi posyandu yaitu sebanyak 6 buah. Selanjunya prasarana kesehatan klinik

(27)

prasarana klinik gigi ada 2 buah. Dan yang terakhir prasarana kesehatan

puskesmas dan toko obat masing-masing terdiri dari 1 buah.prasarana kesehatan

di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik dalam memberikan pelayan

kesehatan kepada masyarak. Melalui penggunaan sarana tersebut diharapkan

dapat menunjang aktivias masyarakat, serta menjadikan kelurahan Hamdan

semakin berkembang .

4.1.4.2 Sarana Peribadatan

Kelurahan Hamdan memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi

kebutuhan rohaniah masyarakat kelurahan Hamdan yaitu:

Berdasarkan data table VIII diatas maka dapat diketahui jumlah sarana

peribadahan di kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun sebanyak 13 buah.

Prasana ibadah seperi mesjid ada 4 buah. Dan selanjutnyan prasarana ibadah

seperti mesjid ada 4 buah. Prasarana ibadah wihara ada 2 buah. Dan yang terakhir

prasarana ibadah seperti gereja, pura dan kelenteng masing-masing 1 buah. Sarana

peribadahan di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik sehingga dapat

(28)

4.1. Profil Informal

Informan pertama

“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elie”

Nama : Abdul karim

Usia : 59 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku : Melayu

Tamatan : SMA

Jenis pekerjaan : Bilal mesjid

Penghasilan : Rp. 1500.000

Bapak Karim adalah seorang tokoh masyarakat di kelurahan Hamdan, beliau

sudah 40 tahun tinggal di kelurahan Hamdan. Bapak karim sehari-hari berprofesi

sebagai marbot mesjid, bilal mayat dan pembawa acara pengantin melayu. Peneliti

memilih bapak karim sebagai tokoh masyarakat disebabkan hampir seluruh

masyaraka mengenalnya. Apabila masyarakat Badur mengalami musibah seperti

kemalangan atau perkelahian mereka selalu mengadu kepada saya untuk mencari

pemecahan masalahnya.

Berdasarkan wawancara dengan bapak karim mengatakan masyarakat yang

tinggal dikampung badur ini dikenal dengan dua kategori yaitu masyarakat atas

dan masyarakat bawah.Masyarakat atas di dominasi oleh masyarakat menengah

dan masyarakat elite. Sedangkan masyarakat badur bawah seperi kami lah maksud

bapak karim masyarakat pribumi..Bapak karim juga mengatakan masyarakat atas

(29)

menyusahkan atau tidak merepotkan anggota masyarakat yang lain. Apabila

bertemu di jalan sebagai sarana masyarakat atas dan bawah bertegur saat sapa.

Biasanya betemu di kede pada saat membeli sarapan pagi atau membeli pulsa.

Jika bertemu hanya senyum saja, saya tidak mengenal masyarakat tionghoa ini

semua namun karena mereka terkadang lewat di depan musola sering

membunyikan klakson jadi saya mengenal mobil dan BK nya,, tibaa-tiba tak

berapa lama kemudian lewat sebuah mobil CRV bapak karim mengatakan itu dia

salah seorang cina yang tinggal di perumahan elite.

Bapak karim juga mengatakan jika bertemu bersikap biasa saja seperti

senyum kadang dia membunyikan mengklakson mobil saya lambaikan tangan

begitulah, seperti kita berperilaku dengan jiran tetangga biasanya. Jika bertemu

dengan masyarakat elite hanya begitu saja tidak pernah lebih jauh seperti

mengobrol itu tidak pernah lah, cina ini mana suka bahas masalah dengan kita.

Adapun bertemu hanya di mesjid pada saat dia ingin memberi sumbangan

sembako biasanya diantar ke mesjid, itu pun yang mengantar biasanya ajudannya

bukan orang yang bersangkutan lalu pergi itu saja tidak ada yang lain

Bapak Karim juga mengatakan jarang dapat melakukan kegiatan bersama

dengan masyarakat atas. Apabila ada kegiaan yang sering mengikuti masyarakat

badur bawah dan masyarakat menengah lainnya. Jika masyarakat yang rumahnya

berpagar tinggi sangat tertutup tidak pernah ikut kegiatan bersama kami. kegiataan

yang sering kami mengadakan gotong royong dua minggu sekali atau sebulan

sekali. Saya dengan masyarakat yang lain bersama-sama membersihkan sampah

dari sungai, parit dan mesjid. Masyarakat yang diatas rata-rata pengusaha tidak

(30)

baik, menyumbang makanan dan minuman untuk kami namun hanya beberapa

kali saja. Rumah didepan musola kia baik orangnya, jika akan diadakan pemilihan

umum dia selalu di halaman depan rumahnya. Dulu di depan halaman nya dibuat

tempat bermain bola voly namun sekarang sudah tidak lagi, masyarakat bawah

banyak yang tidak mau bermain voly. Pada saat ada permain bola voly disitulah

biasa ngumpul nya antara masyarakat atas dan masyarakkat bawah, namun ya

begitu hanya masyarakat atas yang menengah saja yang mau bergabung, Berbeda

dengan masyarakat atas yang tinggal di perumah sebelah, kami sama sekali tidak

pernah berkumunikasi dengan mereka, jika pernah hanya mengantarkan surat

undangan pemilu sajalah, itu pun mereka susah sekali membuka pintunya.

Sampai-sampai saja bilang saya tidak minta sumbangan hanya mengantar

undangan pemilu saja, akhirnya saya pulang dimaki-maki sama dia. Masyarakat

cina berprasangka negative saja dengan kita mereka mengganggap kita minta

uang mereka. Sehingga mereka selalu takut jika kita datang kerumahnya Mereka

jika di undang atas pesta perkawinan masyarakat bawah masih mau datang.

Begitulah penuturan bapak karim mengenai hubungan sosial dengan masyarakat

badur atas.

Informan kedua

“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elite dan menengah

Nama : Lidi Hana S

Umur : 42 tahun

Agama : Islam

(31)

Pendidikan : SMP

Pekerjaaan : buruh cuci

Ibu Hana adalah wakil kepling di badur bawah. Ibu hanya sering

membantu anggota masyarakat dalam membuat KTP, KK atau menyampaikan

informasi mengenai program bantuan dari pemerintah dari ibu kepala lingkungan.

Ibu Hana sudah dari kecil tinggal di badur semenjak menikah dengan suami

kira-kira sudah 40 tahun tinggal di badur. Ibu Hana mengatakan saya dipercaya

sebagai wakil kepling untuk masyarakat badur bawah agar urusan masyarakat

badur lebih gampang jika ada yang mau buat KTP dan KK melalui saya data

setelah itu saya berikan kepada ibu kepling. Selama saya tinggal di badur ini saya

kenal masyarakat atas dan bawah meskipun tidak tahu mananya. Jika masyarakat

badur bawah hampir seluruhnya saya kenal, tetapi jika masyarakat badur atas

hanya sebagian saja yang saya kenal disebabkan diatas itu masyarakat sudah

campuran ada etnis tionghoanya. Salah satu masyarakat yang tinggal di Saija

kebanyakan etnis cina, dan di gang buntu itu masyarakat campuran terdiri dari

pendatang anak kost, masyarakat etnis tionghoa dan masyakat pribumi. Jika

masyarkat badur bawah hampir setiap hari bertemu saya tidak betah dirumah

biasanya ngumpul-ngumpul setelah selesi nyuci, bisa dikatakan masyarakat badur

bawah ini semua kompak-kompak tertutama ibu-ibunya.

Ibu Hana juga mengatakan selama tinggal di badur semua aman-aman saja

,tetapi itulah banyak masyarakat luar tertutama pemuda-pemuda yang datang

kemari jadi kurang aman. Disini sampai pagi masih rame, banyak anak muda yang

suka datang kemari seperti biasalah dek, disini semua ada kadang mereka hanya

(32)

nyaman saja saya sudah lama tinggal disini. Ibu rasa kurang nyaman tinggal

disini banyak pengaruh kurang baik dari lingkung terhadap masyarakatnya. Anak

–anak disini banyak yang rusak karena pengaruh narkoba, masih kecil saja

permainan mereka sudah berjudi guli begitulah dek, ibu juga tidak bilang memang

sudah zamannya lah.

Ibu Hana mengatakan masyarakat badur ada dua dek ada badur bawah ya

kami lah yang dekat sungai dan badur atas mereka yang rumahnya di atas. Jika

masyarakat badur atas ada sebagian yang saya kenal, namun jika pendatang hanya

kenal begitu saja. Sebagian masyarakat atas orang kaya ada juga yang saya kenal

dek, namun tidak dekat. Saya pernah bekerja pada masyarakat atas tapi sudah

lama sekali sekarang tidak lagi majikan saya dahulu juga sudah pindah dek. Jika

bertemu dengan mereka biasanya di jalan pada saat saya lewat saija hanya senyum

saja tetapi kami tidak pernah sampai berbicara apalagi bercerita.

Ibu juga mengatakan jarang bertemu dengan masyarakat atas khusus etnis

tionghoa. Setahu ibu mereka sibuk sekali bekerja keluar rumah pun mereka

jarang, hanya satu-satulah yang ibu nampak sering jalan-jalan pagi atau sore-sore.

Di badur memang sering mengadakan kegiatan, terutama badur bawah seperti

kegiatan gotong royong, tempat kami tinggak sarangnya sampah jika sungai sudah

banyak sampah biasanya kami bersama-sama membersihkannya. Selama ibu

tinggal di badur belum ada kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat atas

khusu etnis tionghoa. Seperti yang kita ketahui etnis tionghoa mereka kurang

terbuka dengan kami dek, biasanya orang cina memang begitu, ada juga sebagian

masyarakat atas yang elite orang kita tapi sama sajalah tertutup juga mereka sibuk

(33)

menaiki mobil sedangkan kami jalan jarang kami bisa tegur sapa, kadang jika ada

yang kenal bertemu dijalan mereka membunyikan klakson ibu hanya senyum

saja, seperti itu saja kami biasanya bertemu.

Ibu hana juga menganggap masyarakat etnis tionghoa di badur atas baik dan

ramahnya sebenarnya jika kita bersikap baik dengan mereka, mereka juga akan

begitu dek, selama saya tinggal disini belum pernah terjadi keributan dengan

mereka. Kami sesama masyarakat badur meskipun tidak dekat namun tetap

bersikap baik dengan tetangga yang diatas. Ibu hanya juga mengatakan meskipun

begitu orang cina disini mau membantu, sebentar lagi akan mengadakan acara 17

agustus biasanya kami kerumah mereka memberikan proposal dikasih juga sama

mereka biasanya anatara Rp. 100-000-Rp. 300.000 tiap rumah dek. Kegiatan

acaranya sering kami adakan di badur bawah yang menghadiri sebagian

masyarakat atas yang biasa saja dan menengah lah, jika yang masyarakat kaya

jarang mereka ke bawah. Dibadur ini sering banjir apabila terjadi hujan deras

rumah kami selalu terendam banjir, biasanya kami mengungsi ke atas di mesjid

atau dikantor PTPN V dek, tidak pernah di rumah masyarakat cinanya. Mana

mungkin lah dek dirumah mereka mana mau mereka menampung kami.Namun

jika diundang ke acara pesta pernikahan masyarakat badur bawah mereka selalu

datang berbaur juga dengan kami, tidak menyendirilah mereka. Ibu Hana juga

menuturkan kami yang tidak pernah mendapat undangan dari mereka, sebab

mereka jarang mengadakan acara dirumah dan kami tidak pernah diundang di

acara mereka.

(34)

“Masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal di badur namun tidak bertemu dengan

masyarakat elite”

3. Nama : Kariti

Umur : 55 tahun

Agama : Islam

Suku : Padang

Pendidikan : SD

Penghasilan : Rp. 1500.000

Pekerjaan : Pedagang

Ibu Kariti adalah satu warga masyarakat sudah lama tinggal di badur bawah

sejak dia menikah dengan suaminya, ia mengaku lebih dari 20 tahun tinggal di

badur. Ibu kariti berkerja sebagai penjual sambal lauk, kue dan buah-buahan di

badur bawah. Ibu kariti berjualan dari pagi hari hingga sore. Ia menjajakan

dagangannya didepan rumahnya. Ibu kariti juga mengatakan walaupun sudah

lama tinggal namun hanya sebagian mengenal masyarakat atas khusus masyarakat

elite. “saya sudah lama tinggal dibadur namun jarang bertemu dengan mereka

(masyarakat elite). Kami berbeda dengan mereka tidak mungkin dapat bertemu.

Kita orang susah malu berkunjung kerumah mereka. Jika bertemu saat saya lewat

depan rumah mereka ada sebagian yang saya kenal saling memberikan senyum

tidak pernah menyapa atau mengobrol dengan mereka. Meskipun kami tidak

saling mengenal namun mereka baik, apabila terjadi banjir besar di Badur mereka

mau memberi bantuan seperti roti kaleng, makanan uang dlln. Biasanya juga

(35)

Apabila terjadi kemalangan di masyarakat bawah masyalat atas ada juga yang

berdatangan namun kebanyakan hanya yang muslin saja, disebabkan masyarakat

atas campuran ada sebagian yang muslim, sedangkan yang cina tidak pernah, kita

kan beda dengan mereka mana mau mereka datang. Ibu kariti juga mengatakan

meskipun sudah lama bertentangga dengan masyarakat atas namun tidak memiliki

teman yang tinggal di badur atas sehingga saya tidak pernah berkunjung kerumah

masyarakat atas. Berdasarkan penuturan ibu kariti “masyarakat atas sangat

tertutup jika tidak ada kepentingan sangat sulit menjumpai mereka.

Di badur sendiri memiliki perkumpulan seperti gotong royong, perwiritan

dan STM. Saya sendiri tidak ikut wirit dek tidak ada yang jaga warung, saya

hanya ikut STM saja. Gotong royong disini biasaya hanya masyarakat bawah saja

sedangkan masyarakat atas manalah mereka mau, apalagi cina-cina mereka sudah

punya pembantu untuk membersihkan rumah mereka ujar ibu kariti. Selama saya

tinggal di badur nyamanlah saya sudah lama tinggal disini dek jadi uda terbiasa,

disini sampai malam pun rame kalau malam banyak pemuda yang datang ke badur

ini. keamanan ibu rasa kurang aman sering juga kehilangan sepeda motor disini

dek, namanya banyak yang datang kemari. Jika terjadi keributan pernah juga

biasanya anak muda masalah apa saya juga tidak terlalu tahu, namun yang sering

terjadi keributan ibu-ibu karena masalah anak nya berantam.

Informan keempat

“Masyarakat sudah 20 tahun tinggal badur namun tidak pernah bertemu

masyarakat elite”

(36)

Umur : 20 tahun

Agama : Islam

Suku : Minang

Pendidikan : Sekolah Dasar

Penghasilan : Rp. 2000.000

Pekerjaan : Pedagang Bensin

Maya adalah salah seorang masyarakat yang tinggal di pemukiman bawah, ia

bekerja sehari-hari sebagai penjual bensin. Maya mengatakan saya tidak pernah

bertemu dengan masyarakat pemukiman elite disebelah, disebabkan mereka

sangat tertutup dan jarang dirumah. Namun walaupun tidak pernah bertemu saya

merasa senang bertetangga dengan mereka karena mereka sopan dan tidak pernah

membuat keributan di Badur. Apabila bertemu hanya masyarakat atas menegah

sesekali bertemu di jalan kami biasanya saling memberikan senyum saja. Sebab

saya juga jarang keatas sehingga tidak ada yang saya kenal.

Maya juga mengatakan jika masyarakat atas menengah sebagaian mereka

mau menjalin interaksi dengan kami, jika kami memberi undangan mereka mau

datang. Namun jika masyarakat atas mengundang masyarakat bawah itu jarang

terjadi, masyarakat atas jika mengadakan acara di gedung tidak pernah dirumah.

Selain itu masyarakat pemukiman atas kebanyakan etnis tionghoa, mereka sangat

tertutup sehingga kami jarang berinteraksi. Maya juga mengatakan saya tidak

memiliki teman di pemukiman atas, disebabkan saya jarang keatas.

Informan kelima

(37)

Nama :Yuma atau Ummi

Umur :45 tahun

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Pedagang sate

Ibu Yuma adalah anggota perwiritan di kampong Badur, ia mengatakan sering

bertemu dengan masyarakat pemukiman atas baik masyarakat elite dan

masyarakat menengah. Ibu Yuma mengatakan jika bertemu dengan masyarakat

elite biasanya dijalan, hanya senyum sajalah. Walaupun bertemu kami tidak

pernah sampai berkenalan siapa namanya. Jika masyarakat menengah sebagian

ada yang sering kebawah untuk belanja sayur sering juga kami bertemu, seperti

ibu makliang jika ingin belanja sayur ke bawah atau mencari pembantunya yang

belum datang sering datang kerumah pembantunya. Ibu Yuma juga mengatakan

dulunya kami pernah juga berkunjung dengan masyarakat elite yang di atas pada

waktu mereka kemalangan, kami datang memberikan ucapan belasengkawa.

Namun saat ini kami tidak pernah lagi berkunkung karena tidak pernah mereka

mengalami kemalangan mungkin sudah tidak boleh mengadakan dirumah di bawa

kewihara langsung. Jika bertemu masyarakat elite yang saya kenal bertegur sapa

saja sebab dia tidak tahu nama saya begitu saya sebaliknya. Tapi kebanyakan

masyarakat pemukiman elite sudah banyak yang pindah digantikan dengan yang

baru jadi tidak saling kenal.

Dulu kita bebas masuk ke pemukiman mereka namun saat ini sudah ada

palang pintunya, diatas sering terjadi kemalingan sehingga dibuat palang pintu.

Setiap malam ada yang meronda diatas berasal dari masyarakat bawah juga. Jika

(38)

sarapan di kedai nasi yang diatas, namum majikakan nya kami tidak pernah

bertemu. Mereka sibuk bekerja jika pulang kerja juga malam, jadi tidak pernah

bertemu. Bagaimana mau bertemu mereka mengendari mobil yang tertutup kaca,

mana mungkin kami bisa saling mengenal, terkadang saya mau mengantar

undangan pemilu meminta tanda tangan nya saja sulit bertemu. Namun ada

sebagian masyarakat elite mau memberi sumbangan kepada kami, seperti hari

raya idul fitri dan tahun baru kami di beri macam-macamlah sembako seperti:

beras, minyak goreng,susu,roti dan kain sarung. Jika kami ingin mengadakan

kegiatan seperti 17 Agustus kemarin kami membawa proposal mau juga mereka

memberi sumbangan. Jika masyarakat bawah mengadakan acara pesta pernikahan

sebagian masyarakat elite yang kami undang dan masyarakat menengah juga kami

undang mereka mau datang, namun yang pasti datang masyarakat menengahnya.

Tapi kami tidak pernah diundang oleh masyarakat elite pada saat acara mereka.

Mereka kebanyakan etnis tionghoa manalah mau mengundang kami, mereka juga

tidak pernah mengadakan acara dirumah.

Kami disini sering mengadakan kegiatan seperti posyandu, gotong royong,

dln. Seminggu yang lalu kami mengadakan posyandu lansia kami undang semua

masyarakat bawah maupun masyarakat atas, tetapi biasaya yang kami undang

masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite sudah pasti tidak bisa

datang, mereka sibuk. Jika perwiritan ibu-ibu diadakan seminggu sekali setiap

hari sabtu pukul 3 sore, yang mengikuti campuran ada masyarakat badur bawah

ada juga masyarakat badur atas. Namun kebanyakan masyarakat atas yang

menengah jika yang masyarakat elite kebanyakan etnis tionghoa, yang muslim

(39)

pernah mengikuti perwiritan kami hanya ikut STM saja. Jika masyarakat ata

menengah mereka masih mau berbaur dengan kami, baik masyarakat etnis

tionghoa seperti ibu pekliang namun jika yang masyarakat elite sangant tertutup

disebabkan mereka sangat sibuk bekerja. Begitulah penuturan ibu Yuma.

Informan keenam

“masyaraka yang tinggal 20 tahun di badur tetapi tidak pernah bertemu

Nama : Halimahtu Sakdiah

Usia : 43 tahun

Pekerjaan : Pembantu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Suku : aceh

Berdasarkan penuturan ibu Atu nama panggilan sehari-hari ia mengatakan

hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman atas itu pun jika masyarakat

menengahnya saja, tetapi jika masyarakat elite tidak pernah tahu saya. Saya juga

sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk berkumunikasi dengan

mereka. Masyarakat atas campuran tetapi kebanyakan cina mereka sangat

tertutup. Saya sudah 25 tahun tinggal disini tetapi kami tidak pernah saling kenal.

Kegiatan bersama yang sering diadakan di badur gotong royong, biasanya setiap

hari minggu namun tidak tentu juga. Kadang sebulan sekali atau dua minggu

sekali. Biasaya yang ikut kegiatan gotong royong masyarakat badur bawah saja,

(40)

sebagian yang baik juga, tidak pelitlah jika kami mengadakan acara selalu

mengantar proposal ke rumah mereka, Alhamdulillah selalu dikasih. Saya tidak

tahu berapa saja sumbangan mereka tetapi kadang mereka kasih antara Rp.

100.000-Rp. 500.000. setahu saya masyarakat pemukiman elite kebanyakan

pengusaha sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bergabung dalam

kegiatan kami. Mereka juga sangat tertutup, biasanya jika ingin bertemu mereka

harus membuat proposal itu pun biasanya diwakili saja oleh anak buahnya tidak

pernah majikan secara langsung, sehingga kami juga tidak pernah tahu seperti apa

wajaahnya.

Informan masyarakat pemukiman menegah

Informan ketujuh

“masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal dihamdan pernah bertemu masyarakat

bawah (slum area) dan masyarakat elite

Nama : Liang

Usia : 53

Agama : Budha

Suku : Tionghoa

Pendidikan : SD

Pekerjaan :Ibu rumah tangga

Ibu liang salah salah satu etnis tionghoa yang mau berbaur dengan masyarakat

(41)

atas. Ibu makliang termasuk masyarat tionghoa menengah. Sehari-hari ia

mengurus cucunya disebabkan suaminya sudah meninggal. Dia mengatakan

mengenal masyarakat badur bawah dan masyarakat badur atas. Ibu makliang juga

mengatakan pernah berkunjung ke badur bawah jika malas ke pasar untuk

membeli sayur saya beli di kedai di bawah saja dari pada repot- repot kata ibu

liang.

Menurut saya ibu-ibu di badur bawah baik mereka kompak-kompak, saya

sering datang belanja kebawah ketika mereka sedang ngumpul-ngumpul di

warung buk umi. Tetapi saya tidak pernah gabung dengan mereka jika sudah

selesai belanja ya langsung pulang kerumah. Ibu liang juga mengatakan saya

biasanya duduk dengan ibu-ibu badur atas jika ke bawah saya jarang gabung

dengan mereka. Saya merasa lebih nyaman saja dengan mereka ketimbang di

badur bawah. Udara di bawah sangat lembab dan kotor saya tidak tahan

lama-lama berada di sana. Masyarakat atas hampir rata-rata saya kenal dek, saya juga

hobby jalan biasanya ke warung gorengan ibu jasmine saya bawa cucu duduk di

sana. Saya lebih sering duduk di atas di warung ibu jasmine.

Di badur ini setahu saya khusus badur atas masyarakat campuran ada yang

etnis cina, jika etnis cina disini semua orang penting pemilik perusahaan setahu

saya. Kadang jika berjumpa dengan mereka saya tegur sapa juga, tetapi yang

jalan kaki atau sering keluar naik becak saya berteman juga mereka, namun untuk

yang menaiki mobil jarang saya berinteraksi, saya juga tidak kenal kaca mobil

tertutup warna hitan tidak tahu siapa yang berada dalam mobil tersebut. Disini

tidak perumahan cina-cina kebanyakan tinggal di jalan depan ini dek, jalan saija

(42)

kerampokan minta izin nya mereka saya ibu kepling untuk mendiri portal atau

palang pintu. Jika sudah malam ada yang jaga dan biasnaay di tutup dari depan

dan belakang sehinga tidak dapat masuk. Interaksi saya dengan masyarakat di

pemukiman Saija jarang karena tidak pernah saling kenal mereka semua sibuk

bekerja loh. Bekerja tidak ada waktu kadang pergi nya pagi atau siang tidak

tentulah mananya juga bos sesuka hati mereka kadang mereka tidak pulang.

Rumah-rumah disana jarang ada penghuninya apalagi sudah mendekati hari libur

hanya pembantunya dan pekerja yang menempati mereka sering keluar negeri.

Satu tidak semua mengenal namun ada satu-satu di Saija yang saya kenal seperti

ibu bapak steven biasanya dipanggil ibu ester. Jika bertemu dengan dia biasanya

dijalan pada saat jalan pagi. Jika bertemu mengatakan apa kabar, mau kemana tu

sajalah. Ibu itulah salah satu masyarakat di Saija yang mau senyum jika bertemu

dengan masyarakat badur mau badur bawah maupun badur atas. Ibu Ester

pengsiunan seorang guru jadi dia mau berbaur dengan semua kalangan

masyarakat walau hanya sekedar memebrikan senyum, jika masyarakat cian

yanga ada disini mana ada yang begitu semuan keluar rumah sudah di antar

samam supirnya. Mereka sangat tertutup jika ada perlu sangat penting saja baru

bisa menjumpai mereka itupun dengan mengantar proposal atau melalui ajudan

mereka. Tidak bisa kita langsung bertemu dengan mereka biasanya pagar rumah

selalu tertutup. Kegiatan kemasyaratan di badur saya tidak tahu apa saja yang saya

lihat perwiritan ibu-ibu. Jika yang lain gotong royong itupun saat ini sudah jarang

dilakukan namun saya pernah mengikutinya. Pernah juga saya ikut membersihkan

(43)

biasanya diadakan hari minggu terkadang hari minggu saya pergi jalan-jalan

dengan anak saya sehinga tidak sempat ikut.

Informan Kedelapan

“masyaraka yang sudah 20 tahun di badur mengenal masyarakat bawah namun

sebagian masyarakat elite

Nama : Linda

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Padang

Tamatan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Ibu Linda salah seorang masyarakat bawah yang menikah dengan

masayarakat atas dan kini sudah memiliki satu putra dan putri. Ibu linda

mengatakan mengenal masyarakat atas dan bawah dengan baik, namun jika

perumah dibelakang rumah nya dia mengaku dia tidak mengenal karena mereka

tidak pernah keluar. Jika keluar itu hanya pembantunya saja misal membeli pulsa

itu sajalah. Biasanya bertemu di jalan dan kami hanya senyum saja. Jika

masyarakat menengahnya kami sering bertemu misal nya pada saat membeli

pulsa. Jika pertemuan yang lain tidak mereka mayoritas budha atau hindu.

Walaupun di kelurahan Hamdan ada perkumpulan ibu-ibu seperti wirit saya

jarang mengikuti dan dirumah saja mengurus anak saya. Kalaupun saya kebawah

kerumah mamak saya saja mengobrol dengan mereka untuk menghilangkan

(44)

dan bawah saya undang dan mereka datang. Ibu linda juga mengatakan jika

anaknya juga bergaul dengan masyarakat yang tinggal di bawah namun pada saat

libur sekolah saja, selebihnya mereka dirumah saja. Saya tidak mau anak saya

terganggu belajar jika terlalu banyak bermain. Saya juga tidak mau perilaku anak

saya berubah seperti anak di badur bawah sehingga saya sangat membatasi

pergaulan anak saya. Begitulah penuturan ibu linda mengenai interaksinya dengan

masyarakat yang tinggal dibawah dan atas.

Informan kesembilan

Masyarakat 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat badur bawah (slum

area)

Nama :Yudia

Umur : 51 tahun

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Suku : Padang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan ibu yudia, dia

mengatakan sebagian mengenal masyarakat atas dan masyarakat bawah. Ibu yudia

mengatakan sering bertemu masyarakat atas jika sedang duduk di kedai ibu

ginting. Ibu yudia merupakan istri dari etnis suku tionghoa sehingga ia dapat

berbahasa cina. Saya mengenal masyarakat atas seperti ibu ester biasa di

panggilnya, saya bertemu saat di sedang di kedai ibu ginting. Jika bertemu kami

(45)

kami sering berjumpa kebutulan rumah anak ibu ester di sebelah rumah saya. Jika

bertemu dengan ibu ester kami selalu mengobrol tentang anak atau apa sajalah

tetapi dalam bahasa cinalah, ujar ibu yudia. Ibu yudia sudah 15 tahun tinggal di

badur atas, menurut ibu yudia masyarakat badur semua memang tertutup

disebabkan rawan kerampokan. Di badur atas sangat sepi yang membuat rame

hanya lalu lalang mobil lewat saja, selama saya tinggal di badur atas saya merasa

kurang aman kurang aman sudah disebabkan sudah beberapa kali kendaraan

hilang, sehingga hampir setiap rumah memiliki berpagar. Kami memilih berpagar

agar lebih aman.

Lagi pula setiap tetangga cuek terhadap tetangga jika terjadi apa mereka

mana mau buka pintu untuk menolong, apalagi rumah cina-cina sangat tertutup

bahkan ada yang dijaga oleh PM setiap malam. Kami walaupun bertentangga

jangan bertegur sapa. Mereka semua individu sekali, jika tetangga apa kamu

teriak-teriak mana mau dia buka pintu mungkin mereka mau buka pinti pada saat

kebakaran saja.Ibu yudia juga mengatakan mengenal masyarakat badur bawah

namun hanya sebagianlah, saya kurang akrab dengan masyarakat badur bawah

sebab saya jarang ke bawah. Dulu pernah juga sesekali saya ke bawah namun saat

ini tidak pernah lagi, semenjak kaki saya sakit. Jika kebawah mau ngapin juga

tidak nyaman dan aman di bawah tu, semua ada saja disana. Saya takut juga jika

saya ke bawah di waktu penggerebekan pula kan malu jika tertangkap ujar ibu

yudia. Ibu yudia juga mengatakan di badur ada perkumpulan seperti STM,

perwiritan dan gotong –royong. Namuan setahu saya yang masih aktif hanya

perwiritan ibu-ibu. Saya sendiri tidak mengikuti disebabkan repot sesekali

(46)

Informan kesepuluh

Masyarakat sudah 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat badur bawah

Nama : Br. Ginting

Umur : 49 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

Etnis : Batak karo

Agama : Kristen

Ibu ginting salah seorang masyarakat yang sudah 17 tahun tinggal di

Badur. Berdasarkan penuturan ibu Ginting tidak mengenal masyarakat badur

bawah, disebabkan saya tidak pernah ke bawah. Ibu ginting juga mengaku tidak

pernah mengikuti kegiatan dengan masyarakat badur bawah. Jika mereka

melakukan kegiatan gotong royong tidak sampai sini,lagian jalan kami sudah ada

yang menyapu dan tukang kebersihan sampai sini. Mayoritas di badur bawah

islam yang Kristen masih bisa di hitung, sehingga tidak pernah bertemu. Namun

ada sebagian yang saya kenal yang tahu nama itu ibu serik yang jual sarapan pagi,

ibu parida yang jual nasi goreng itu pun mereka masyarakat badur atas namun

dapat dikatakan menengahlah. Jika bertemu di warung merekalah pada saat saya

malas masak beli dengan mereka itu saja.Terkadang saya diundang juga dengan

masyarakat badur bawah yang mengadakan acara, ya saya sempatkan datang.

Ibu ginting juga mengatakan masyarakat badur atas dan bawah jika

diundang mau juga mereka datang., namun hanya sebagian juga jika kenal. Jika

tetangga depan saya etnis tionghoa bertemunya jaranglah, terkadang sesekali pada

(47)

bertetangga, tetapi saya tidak pernah diajak kerumahnya, jika mereka hari raya

saya di kasih kue bakul, terkadang jika dia baru pulang dari luar negeri saya

dikasih tas, sepatu. Jika ingin bertemu dengan mereka susahlah mereka keluar dari

rumah tidak tentu kadang pagi, siang namanya juga pengusaha. Rumah mereka

pagarnya tinggi, tidak semabarangan bisa masuk. Jika kita bel belum tentu

dibukakn pintu, hampir tiap rumah punya cctv jika tidak kenal tidak mau mereka

membuka pintu. Begitulah penuturan ibu ginting tetang interaksi dengan

masyarakat badur bawah dan badur atas.

Informan kesebelas

Masyarakat 20 tahun tinggal di badur mengenal masyarakat elite dan masyarakat bawah (slum area)

Nama : lilis

Umur : 35 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Kios pulsa

Agama : Islam

Suku : Padang

Ibu lilis merupakan warga badur atas, ia mengatakan sudah 35 tahun

tinggal dibadur. Ibu lilis juga mengatakan selama tinggal di badur masyarakat atas

dan masyarakat bawah akur-akur saja, jarang ada keributan. Apalagi di badur atas

sangat sepi jika menjelang sore hanya mobil saja yang lewat. Ibu lilis mengatakan

jika bertemu dengan masyarakat elite biasanya dijalan atau di toko saya, itu saja di

(48)

bertemu di jalan itu pun yang sering beli pulsa saja, seperti cina depan rumah saya

kenal karena dekat rumah saya. Kebetulan cina depan rumah saya istri orang

bawah. Saya selama tinggal di badur tidak pernah menjalin kumunikasi dengan

masyarakat elite, orang ini jarang keluar jika keluar hanya belanja. Disini ada juga

perkumpulan perwiritan ibu-ibu setiap hari sabtu tetapi hanya masyarakat badur

bawah tetapi tidak gabung dengan masyarakat badur elite. Walaupun kami tidak

pernah berinteraksi tetapi ada juga masyarakat elite yang mau memberikan

sumbangan kepada kami. seperti rumah besar itu ada lah mereka kasih waktu

puasa kemarin memberikan bingkisan kepada kami, tetapi yang memberikan anak

buah nya. Ibu lilis mengatakan sudah lama tinggal dibadur tidak pernah tahu

bagaimana wajah pemilik rumah yang sering memberikan sumbangan kepada

masyarakat badur. Ibu lilies juga mengatakan mereka kalau keluar rumah

menggendari mobil dengan kaca mobilnya tertutup berwarna hitam tidak pernah

ada interaksi. Meskipun begitu ibu Lilis mengatakan kami setiap tahun diberikan

sumbangan oleh pemilik rumah besar berupa sembako seperti minyak, gula,

roti.susu dan lainnya. Semua masyarakat badur dapat tidak pandang masyarakat

bawah yang pinggiran maupun masyarakat menengah semua kebagian.

Berdasarkan observasi peneliti di kios pulsa ibu lilies menjadi tempat

bertemu masyarakat atas dan bawah ketika membeli pulsa mereka saling

berinteraksi, ketika saya mewawancarai ibu lilies tiba-tiba ibu yudia singgah

diwarung bu lilies, mereka berdua saling mengobrol-ngobrol dengan penuh canda.

Peneliti melihat ibu Yudia dan lilies sangat akrab. Mereka berteman sudah lama,

namun ibu lilies mengatakan walaupun kami berteman tetapi saya tidak pernah

(49)

Ibu lilis juga mengatakan hubungan antara masyarakat atas dan bawah

berjalan baik, meskipun saya jarang kebawah tetapi jika masyarakat bawah

mengadakan acara mereka selalu mengundang saya maupun masyarakat elite,

namun hanya sebagian jika mereka mengenalnya jika tidak pernah kenal tidak

diundang. Sebalik jika hubungan sosail dengan masyarakat atas kami jarang

berinteraksi mereka jarang dirumah dan sangat tertutup paling yang saya kenal

hanya pembantunya itupun bertemu di kios pada saat mengisi pulsa biasanya kami

mengobrol sebentar saja, tetapi dengan majikannya tidak pernah berinteraksi.

Ibu lilis juga mengatakan terdapat perkumpulan di badur seperti;

perwiritan, STM dan gotong royong. Namun yang masih aktif hanya perwiritan

ibu yang diadakan setiap hari sabtu saya sendiri tidak ikut karena tidak ada yang

jaga kios kami. Kegiatan STM tidak ada namun aktif pada saat ada orang

meninggal saja, biasa kami mengutip sumbangan beras dan uang. Jika kegiatan

gotong sudah lama jarang dilakukan anatara masyarakat atas dan bawah. Biasanya

kegiatan gotong ikut-ikutan jika ada yang mengadakan gotong royong sebagian

masyarakat ikut bergotong royong.

Informan masyarakat elite

masyarakat 20 tahun tinggal di badur tidak mengenal masyarakat bawah (slum

area)

Nama : Sri Veriati

Umur : 45 tahun

Pendidikan : SMA

(50)

Etnis : Jawa

Agama : Islam

Berdasarkan wawancara dengan ibu Sri, sudah 35 tahun tinggal di badur

atas. ibu Sri mengatakan hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman

bawah,yang aktif di kegiatan STM. Ibu sri mengatakan jika ada kegiatan atau

apapun saya yang selalu ditemui disebabkan saya hanya tinggal berdua dengan

anak. Jarang bertemu dengan masyarakat badur bawah disebabkan sibuk menjaga

toko.

Meskipun ada masyarakat badur bawah yang saya kenal yang sering

membeli gas di toko, namun saya tidak tahu nama nya hanya wajahnya saja.

Apabila pergi keluar jarang mampir di badur bawah hampir tidak pernah, jika

perlu apa-apa ya saya keluar dengan anak saya. Kami hanya tinggal berdua suami

saya sudah tidak ada. Namun jika mereka mengundang saya pada acara pesta saya

sempatkan datang, biasanya mereka mengadakan acara hari sabtu atau minggu

jadi saya bisa datang. Namun saya belum pernah mengadakan acara sehingga

tidak pernah mengundang mereka.

Dibadur sendiri sering juga mengadakan gotong royong tapi mereka saja

lah, saya tidak pernah ikut. Terkadang saya sumbang snak seperi roti, kerupuk dan

kopi untuk mereka. Saya jarang dapat mengikuti kegiatan bersama dengan ibu-ibu

badur, kemarin ada kegiatan yang diadakan di rumah ibu kepling posyandu lansia

namun kesibukan bekerja sehingga tidak punya waktu untuk ikut, apabila ikut

tidak ada yang menjaga toko.Pada saat akan mengadakan kegiatan seperti 17

agustus kemarin yang diadakan di bawah, mereka mengajukan proposal kepada

(51)

tidak ingin menyebutkan berapa nominal yang diberikannya. Namun pada saat

perayaan 17 agustus kebetulan pergi keluar dengan anak sehingga tidak ikut

merayakan dengan masyarakat badur bawah.

Selain itu kegiatan bersamaaan lainnya setahu saya acara menyambut

tahun baru mereka mengadakan hiburan dengan menyewa kibot, jika

mengadakan acara masyarakat badur bawah selalu datang proposalnya kepada

saya, saya berikan saja namun saya tidak pernah datang mengikutinya. Jika

dengan tetangga depan rumah, kami jarang bertemu, biasanya yang belanja sopir

atau pembantunya membeli gas atau aqua. Majikan jarang keluar rumah jika

bertemu pada saat belanja ditoko hanya senyum setelah itu dia langsung masuk

kerumah. Kebanyakan di badur atas masyarakat elite etnis tiongho mereka sangat

tertutup dengan etnis pribumi bahkan dengan sesama mereka saja tidak saling

tertegur sapa. Pagar rumah mereka liatlah sangat tinggi keluar mengendari mobil,

kemudian pulang naik mobil, tidak akan terjadi interaksi.

Ibu sri mengatakan mereka jarang membuka pintu gerbang kemungkinan

takut disebabkan rata-rata yang tinggal diatas pengusaha, seperti depan rumah

saya pemilik pabrik ban, sebelahnya direktur surat kabar analisa, depannya lagi

pengusaha wallet. Mereka tidak akan mau membuka pintu jika tidak mereka

kenal. Di badur atas ini sering terjadi kemalingan sehingga rata-rata rumah

berpagar bahkan pagar nya menggunakan cctv serta remote kontrol. Apabila kita

ingin bertemu dengan mereka sangat sulit, hanya

Informan 2

(52)

Nama : Sera

Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Guru les privat

Suku : Jawa

Penghasilan : Rp. 5.000.000

Pendidikan : SI-Sasta Inggris

Berdasarkan wawancara dengan ibu Sera sudah sejak kecil tinggal tinggal di

badur atas bersama orang tua hingga menikah. Ia mengatakan saya jarang bertemu

dengan masyarakat badur sesekali jika acara dirumah saya diundang oleh ibu

saya, kebetulan ibu saya mengikuti perwiritan jadi sering bertemu, namun saya

tidak sampai mengenal namanya. Jika bertemu hanya tegur sapa, kadang

tersenyum. Saya juga jarang keluar rumah jadi tidak terlalu akrab dengan mereka.

Kami juga sering diundang dengan mereka jika ada acara pesta saya datang begitu

sebaliknya. Apabila masyarakat badur mengalami kemalangan saya datang itu pun

yang saya kenal. Tetapi jika masyarakat badur bawah saya tidak semua kenal

karena saya juga tidak pernah kebawah. Anak saya tidak pernah saya kasih keluar,

jika bermain dengan keponakan yang lain atau adik saya. Saya bukan melarang

anak saya bermain dengan anak-anak badur bawah tetapi lebih baik anak saya

dirumah saja lebih aman. Jika badur bawah apa saja ada tidak mau anak saya salah

bergaul. Kegiatan bersama yang sering dilakukan itu wirit dan gotong royong,

namun saya sibuk tidak sempat mengikuti. Biasanya yang ikut kegiatan gotong

royong hanya masyarakat badur bawah saja. Jika wirit dilakukan seminggu sekali

setiap hari sabtu. Saya kerja tidak bisa ikut, ibu saya yang ikut. Di badur atas

(53)

depan tidak pernah tegur sapa. Jika keluar rumah selalu menaiki mobil, pagar juga

tinggi sangat sulit bertemu mereka. Liatlah pagar rumah mereka sampai ditulis

slogan kami tidak melayani segala bentuk sumbangan dan pungutan dalam bentuk

apapun tanpa izin tertulis dari RT/RW.

Jika kita datang kerumah mereka dikira meminta sumbangan, sehingga kami

pun tidak pernah tegur sapa dengan mereka. Pemilik rumahnya sangat tertutup

dan jarang menerima tamu dari luar. Pembantu mereka juga jarang keluar rumah.

Biasanya keluar membeli pulsa hanya sebentar kemudian masuk lagi. Kebanyakan

yang saya tahu cina-cina mengambil pemabantu dari yayasan, yang saya tahu

pembantu depan rumah saya berasal dari jawa. Namun jika bertemu kami hany

saling tersenyum tidak lama kemudian dia langsung masuk kedalam rumah.

Menurut ibu Sera di badur masyarakat bersifat individu sehingga jika tidak merasa

penting mereka tidak akan peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Informan 3

“masyarakat 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat bawah (slum area)

Nama : NANA

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Suku : Minang

Pendidikan : S1- Perhotelan

(54)

Ibu Nana adalah salah satu anggota masyarakat di Badur atas yang tinggal

dibadur dari kecil hingga menikah. Ibu Ana merupakan anak dari bapak H.Anas

yang banyak dikenal oleh masyarakat badur. Bapak Anas salah satu anggota

masyarakat atas khusus masyarakat elite yang mau bergaul dengan bapak-bapak

di badur bawah. Salah satu teman dekat nya bapak karim, berdasarkan penuturan

bapak karim bahwa bapak Anas sebelum menderita penyakit jantung, stroke

sering main kerumah saya atau kami mengobrol di musola setelah shalat. Bapak

anas jika shalat selalu di musolah badur ini, namun semenjak sakit parah beliau

tidak pernah keluar rumah dan bapak (karim) jarang bertemu lagi dengan bapak

Anas. Ibu nana mengatakan meskipun sudah lama tinggal di badur namun tidak

kenal ingan ibu-ibu badur disebabkan ia sehari-hari dirumah saja. Sejak dulu saya

keluar rumah selalu ada supir yang mengatarkan sehingga tidak pernah menjalin

interaksi dengan masyarakat badur bawah. Namun ada juga yang saya kenal

biasaya yang sering mengantar proposal kerumah. Walaupun kami tidak saling

kenal namun ibu-ibu badur bawah baik orangnya, mereka mau mengundang kami

jika mengadakan pesta. Biasanya yang datang ibu saya kalau saya jarang bisa

datang, terkadang saya sibuk harus mengurus rumah. ibu nana mengatakan

masyarakat badur hampir rata-rata mengenal ayah saya, mereka biasa panggil

bapak Haji Anas. Biasanya masyarakat badur bawah jika akan mengadakan

kegiatan seperti mauied, lomba 17 agustus dll selalu nyampe proposalnya

kerumah. Namun saya tidak pernah berkenalan jika sudah terima proposal ya

bilang nanti saya kasih ma ayah saya setelah itu saya masuk kedalam rumah. Jika

bertemu dijalan karena saya sudah pernah bertemu dirumah hanya sekedar

Gambar

Gambar  1 : Kegiatan perwiritan ibu-ibu Badur
Gambar 3: Musolah Badur sebagai ruang sosial yang ada di Badur
Gambar  7 : anak-anak  Badur sedang bermain
Gambar  8 : pemukiman masyarakat Badur atas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan Ilmiah ini, penulis membuat aplikasi Visual Basic 6.0 untuk Pengolahan Data Penjualan Pada Toko Komputer Delta Comp untuk membantu pengolahan data, sehinga

Nomor Pendaftaran Informasi Publik Informasi yang diminta Tujuan Penggunaan Informasi Alasan pengajuan keberatan Keputusan atasan PPID Hari dan tanggal Pemberian

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN.

In our study we classified grassland vegetation types of an alkali landscape (Eastern Hungary), using different image classification methods for hyperspectral data.. Our aim was to

INDIKATOR KINERJA RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN YANG. MENGACU PADA TUJUAN DAN

The final image corresponds to a slanted slice of the original object hyperspectral cube (mid- dle), and there is no wavelength dependent spatial shift on the recorded image

1) Pengetahuan tentang perilaku di sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila dalamlambang negara Garuda Pancasila 2) Pengetahuan

The use of a “double - extraction” technique which combines an NMF-SBSS algorithm to isolate the soil spectra and a PLSR model to predict the clay content over