• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Lumpur Selokan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biogas Dengan Metode Batch Feeding

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Lumpur Selokan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biogas Dengan Metode Batch Feeding"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LUMPUR SELOKAN SEBAGAI

BAHAN BAKU BIOGAS DENGAN METODE

BATCH FEEDING

USULAN PENELITIAN

Oleh :

FERNANDO SITORUS 040308015/TEKNIK PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PEMANFAATAN LUMPUR SELOKAN SEBAGAI

BAHAN BAKU BIOGAS DENGAN METODE

BATCH FEEDING

USULAN PENELITIAN

Oleh :

FERNANDO SITORUS 040308015/TEKNIK PERTANIAN

Proposal penelitian sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan seminar proposal di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

( Ainun Rohanah, STP, M.si ) ( Achwil P. Munir, STP, M.Si )

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 13 September 1986 dari

ayah Drs.Th Sitorus dan ibu R Br Sirait. Penulis merupakan putra keempat dari

empat bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1, Tanjung Balai dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknik Pertanian,

Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Agrosentra Lestari

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha kuasa, atas

segala rahmat dan karunianNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pemanfaatan Lumpur Selokan Sebagai Bahan Baku Pembuatan

Biogas Dengan Metode Batch Feeding”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terimakasih

sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan,

memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, MSi sebagai ketua komisi

pembimbing dan Bapak Achwil Putra Munir, STP, MSi selaku anggota yang telah

membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari

mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimaksih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan pertanian Departemen

Teknologi Pertanian, serta semua rekan yang tak dapat disebutkan satu persatu

disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

(5)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN LITERATUR ... 4

Biogas... 4

Bakteri Methanogen ... 7

Reaktor Biogas ... 9

Lumpur Selokan sebagai Penghasil Biogas ... 13

Jerami Padi ... 14

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas ... 14

Perbandingan C/N Bahan Baku Isian ... 15

Pengenceran Bahan Baku Isian ... 15

Derajat Keasaman (pH) ... 15

Suhu Pencernaan ... 16

Starter ... 16

Pengadukan ... 17

Faktor Penyebab Terjadinya Kesukaran Pemanfaatan Biogas ... 17

METODOLOGI PENELITIAN ... 19

Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Bahan dan Alat Penelitian ... 19

Metode Penelitian ... 20

Persiapan Penelitian ... 21

Pembuatan Digester ... 21

Persiapan Bahan ... 21

Prosedur Penelitian ... 22

Parameter yang diamati ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

KESIMPULAN ... 30

(6)

ABSTRAK

FERNANDO SITORUS:Pemanfaatan Lumpur Selokan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biogas dengan Metode Batch Feeding Dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan ACHWIL PUTRA MUNIR

Lumpur selokan identik dengan kotor yaitu baunya yang busuk dan menyengat serta banyaknya kuman penyakit . Solusi terbaik bagi masalah lumpur selokan adalah dengan memanfaatkan teknologi biogas. Biogas adalah energi alternatif hasil fermentasi dari kotoran organik yang menghasilkan gas metan. Penelitian ini merupakan pemanfaatan teknologi biogas yang berbahan lumpur selokan ditambah campuran kotoran sapi dan jerami padi. Parameter yang diamati adalah tekanan gas (Atm), waktu menghasilkan gas (hari), lama nyala api (detik), ratio C/N akhir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu mulai menghasilkan gas pada hari ke 9 dan tekanan tertinggi yang dihasilkan pada A2 yaitu sebesar 0.00205 Psi dan tekanan gas yang terendah dihasilkan pada A3 yaitu sebesar 0.000186 Psi, lama nyala api tertinggi yang dihasilkan terdapat pada A2 yaitu 30 detik dan yang terendah terdapat pada A3 yaitu 24 detik, ratio C/N tertinggi terdapat pada A3 yaitu sebesar 12.89 dan terendah pada A1 yaitu sebesar 6.56.

Kata kunci : biogas, tekanan gas, lama nyala api, ratio C/N.

ABSTRACT

FERNANDO SITORUS : The utilisation of ditch mud as the production raw

material biogas with the method batch feeding was led by ainun rohanah and achwil Putra munir

Ditch mud was identical dirtily that is smelly him that was rotten and stang as well as the number of germs penyakit.Solusi best for the problem of ditch mud was by making use of technology biogas.Biogas was alternative energy produced by fermentation of the organic waste that produced gas

metan.Penelitian this was the utilisation of technology biogas that have material ditch mud was increased by the waste mixture of cattle and straw padi.Parameter that was observed being the gas pressure (the Atm), time produced gas (the day), old the flame (the second), the ratio of C/N the end.

The results showed that the time started producing gas on day 9 and the highest pressures generated in the A2 in the number 0.00205 Psi and the

lowest pressure of the gas produced in the A3 in the number 0.000186 Psi,

producing an old flame who is found in highest A2 is 30 seconds and the lowest is

in the A3 is 24 seconds, the ratio C / N is highest in the A3 for 12.89 and lowest at

6:56 in the amount of A1.

(7)

ABSTRAK

FERNANDO SITORUS:Pemanfaatan Lumpur Selokan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biogas dengan Metode Batch Feeding Dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan ACHWIL PUTRA MUNIR

Lumpur selokan identik dengan kotor yaitu baunya yang busuk dan menyengat serta banyaknya kuman penyakit . Solusi terbaik bagi masalah lumpur selokan adalah dengan memanfaatkan teknologi biogas. Biogas adalah energi alternatif hasil fermentasi dari kotoran organik yang menghasilkan gas metan. Penelitian ini merupakan pemanfaatan teknologi biogas yang berbahan lumpur selokan ditambah campuran kotoran sapi dan jerami padi. Parameter yang diamati adalah tekanan gas (Atm), waktu menghasilkan gas (hari), lama nyala api (detik), ratio C/N akhir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu mulai menghasilkan gas pada hari ke 9 dan tekanan tertinggi yang dihasilkan pada A2 yaitu sebesar 0.00205 Psi dan tekanan gas yang terendah dihasilkan pada A3 yaitu sebesar 0.000186 Psi, lama nyala api tertinggi yang dihasilkan terdapat pada A2 yaitu 30 detik dan yang terendah terdapat pada A3 yaitu 24 detik, ratio C/N tertinggi terdapat pada A3 yaitu sebesar 12.89 dan terendah pada A1 yaitu sebesar 6.56.

Kata kunci : biogas, tekanan gas, lama nyala api, ratio C/N.

ABSTRACT

FERNANDO SITORUS : The utilisation of ditch mud as the production raw

material biogas with the method batch feeding was led by ainun rohanah and achwil Putra munir

Ditch mud was identical dirtily that is smelly him that was rotten and stang as well as the number of germs penyakit.Solusi best for the problem of ditch mud was by making use of technology biogas.Biogas was alternative energy produced by fermentation of the organic waste that produced gas

metan.Penelitian this was the utilisation of technology biogas that have material ditch mud was increased by the waste mixture of cattle and straw padi.Parameter that was observed being the gas pressure (the Atm), time produced gas (the day), old the flame (the second), the ratio of C/N the end.

The results showed that the time started producing gas on day 9 and the highest pressures generated in the A2 in the number 0.00205 Psi and the

lowest pressure of the gas produced in the A3 in the number 0.000186 Psi,

producing an old flame who is found in highest A2 is 30 seconds and the lowest is

in the A3 is 24 seconds, the ratio C / N is highest in the A3 for 12.89 and lowest at

6:56 in the amount of A1.

(8)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lumpur selokan identik dengan kotor yaitu baunya yang busuk dan

menyengat serta banyaknya kuman penyakit. Di kota besar lumpur selokan

merupakan pemandangan yang sudah umum karena banyak di jumpai di got–got

kompleks pemukiman atau perumahan penduduk. Jika diperhatikan secara

seksama lumpur yang baunya sangat kuat biasanya mengeluarkan gelembung–

gelembung udara di atas permukaannya. Terutama lumpur selokan yang banyak

mengandung bahan organik seperti sampah daun, sayuran, nasi dan limbah

aktivitas manusia lainnya. Gelembung udara yang ada jika ditampung dalam suatu

tempat kemudian didekatkan dengan sumber api maka akan tampak terbakar

seperti kompor gas pada umumnya. Hal ini sebenarnya adalah gas metana hasil

fermentasi bakteri yang disebut biogas lumpur selokan (Sigit, 2007).

Solusi terbaik bagi masalah lumpur selokan adalah dengan memanfaatkan

teknologi biogas. Biogas adalah energi alternatif hasil fermentasi dari kotoran

organik yang menghasilkan gas metan. Pembuatan dan penggunaan biogas

sebagai energi layaknya energi dari kayu bakar, minyak tanah, gas, dan

sebagainya sudah dikenal sejak lama, terutama di kalangan petani Inggris, Rusia

dan Amerika Serikat. Sedangkan di benua Asia, tercatat negara India sejak dijajah

Inggris sebagai pelopor dan pengguna energi biogas yang sangat luas, bahkan

sudah disatukan dengan WC biasa (Haflan, 2007).

Biogas di Indonesia mulai diperkenalkan tahun 1970. Reaktor yang

dibangun hingga saat ini kurang dari 500 buah. Pada umumnya dibangun sebagai

(9)

Reaktor adalah sumur tembok dan drum yang dibangun dengan biaya sangat

mahal. Perkembangan biogas di Indonesia, era sebelum 2005, terkendala oleh

harga BBM bersubsidi yang masih murah (Nusa, 2008)

Biogas dari lumpur selokan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

bahan bakar yaitu merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan dapat

diperbaharui (renewable energy), tidak berbau sehingga aman untuk memasak.

Pembuatan biogas mengurangi pencemaran lingkungan akibat bau dari lumpur

selokan dengan proses fermentasi dalam digester, bau tak sedap dapat dihilangkan

dan akan terbentuk gas metan yang bermanfaat. Pengambilan lumpur juga

berdampak positif dalam memperlancar aliran selokan sehingga mengurangi

resiko meluapnya air got, dan terakhir dapat meringankan beban belanja karena

tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan bakar minyak. Proses

pembuatan tergolong sangat sederhana hanya membutuhkan dirigen sebagai

digester sederhana dan beberapa instalasi tambahan seperti selang plastic dan

kompor sederhana. Digester berfungsi untuk menampung gas metan yang

terbentuk. Sistem pengisian bahan biogas adalah sekali penuh kemudian ditunggu

sampai biogas dihasilkan. Setelah biogas tidak berproduksi lagi, isian digester

dibongkar dan diisi kembali dengan lumpur selokan baru. Sistem ini dikenal

dengan istilah batch fedding. Bahan pengisi biogas yaitu lumpur selokan tidak

perlu penambahan starter ataupun air karena memang kandungan dari lumpur

selokan sudah bercampur dengan air dan bakteri. Lumpur langsung diambil dari

selokan dengan sedikit air kemudian dimasukkan dalam digester kurang lebih

setengah penuh, tutup rapat dan simpan dalam ruang teduh. Dalam 1 -2 minggu

(10)

jauh berbeda dengan biogas dari kotoran sapi atau limbah pertanian. Warna api

biru dan tidak berbau sehingga cocok diterapkan untuk memasak sehari-hari

sebagai pengganti minyak tanah ataupun gas LPG (Sigit, 2007).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung tekanan biogas yang dihasilkan,

volume gas, waktu menghasilkan gas, lama nyala api, serta ratio C/N akhir dari

biogas yang berbahan baku lumpur selokan.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di

Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian pada

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang

berhubungan dengan pemanfaatan lumpur selokan dan beberapa jenis limbah

pertanian untuk menghasilkan biogas.

3. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam hal pemanfaatan biogas sebagai

(11)

TINJAUAN PUSTAKA

Biogas

Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses

fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup

dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa

diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat

dan cair) homogen seperti kotoran dan urin (air kencing) hewan ternak yang

cocok untuk sistem biogas sederhana. Disamping itu juga sangat mungkin

menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem

biogas (Suyatmiko, 2007).

Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik

dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan

oksigen disebut anaerobik digestion. Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50

%) berupa metana. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan

diuraikan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama

material organik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan

bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat

hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau

senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang

sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa

sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap

kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan

bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina,

(12)

Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2), dan beberapa kandungan gas yang jumlahnya kecil diantaranya hidrogen (H2),hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3) serta nitrogen (N) yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi

metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana

(CH4) semakin kecil nilai kalor (Pambudi, 2008).

Secara ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas

yang mudah terbakar (flammable). Gas ini dihasilkan dari proses fermentasi

bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi

tanpa udara). Umumnya, semua jenis bahan organik bisa diproses untuk

menghasilkan biogas. Tetapi hanya bahan organik homogen, baik padat maupun

cair yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik

tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Tapi, hanya CH4 yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar (Said, 2008).

Bahan bakar yang berasal dari biogas mengandung berbagai macam zat,

baik yang dapat dibakar maupun yang tidak dapat terbakar. Zat yang tidak dapat

terbakar ini biasanya sebagai penghalang atau pengurang nilai energi dari biogas.

Untuk lebih jelasnya kandungan gas bio diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi dan persentase jumlah gas bio

Jenis gas Hadi (1981) Uli et al (1989)

Metana (CH4) 54 % - 70 % 40% - 70 %

Karbondioksida (CO2) 27 % - 35 % 30 % - 60 %

Nitrogen (N2) - -

(13)

Oksigen (O2) 0.1 % - Hidrogen sulfida (H2S) kecil 0 % - 3 %

Gas lain - 1 % - 5 %

Hidrogen (H2) - 0 % - 1 %

Menurut Hadi (1981) dan Kadarwati (1981), gas bio mempunyai nilai

kalori antara 5500 sampai 6700 kkal/m3. Selanjutnya dijelaskan bahwa setiap satu meter kubik biogas equivalent dengan lampu 60 watt yang menyala 6 sampai 7

jam, sehingga biogas mempunyai potensi yang cukup besar dalam menggantikan

energi lain yang tak terbarukan seperti minyak bumi, yang persediaannya di bumi

semakin menipis dan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk mendapatkannya

kembali.

Gas metan (CH4) adalah komponen penting dan utama dari biogas karena merupakan bahan bakar yang berguna dan memiliki nilai kalor yang cukup tinggi,

mempunyai sifat tidak berbau dan tidak berwarna. Jika gas yang dihasilkan dari

proses fermentasi anaerobik ini dapat terbakar, berarti mengandung sedikitnya

45% gas metan. Untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900

Kkal/m3. Ketika dibakar 1ft3 gas bio menghasilkan sekitar 10 BTU (2,52 Kkal) energi panas per persentase komposisi metan (Harahap, 1978).

Energi biogas mengandung nilai kalori lebih dari bahan bakar lainnya,

artinya akan lebih banyak panas yang dihasilkan untuk mamasak dan lebih cepat

proses memasak tersebut. Dalam pemakaian biogas, bau bahan baku akan

berkurang karena proses penguraian bahan organik yang berlangsung. Selain itu

pencemaran karena asap seperti pada proses memasak dengan kayu sedikit saja

(14)

Tabel 2. Nilai kalori bahan bakar.

Bahan bakar Nilai kalori (KJ/gr)

Bakteri berasal dari kat

sangat kecil (mikroskopik) dan kebanyakan

struktur sel yang relatif sederhana tanp

lain seperti

Methanogen adalah mikroba yang dikenal dengan nama archaea dan

hampir serupa dengan bakteri. Mikroba tersebut menggunakan karbon dioksida

untuk membuat methane, komponen terbesar dari gas alam yang mudah terbakar.

Methanogen memproduksi sekitar 1 milyar ton methane setiap tahunnya. Methane

merupakan gas rumah kaca yang 23 kali lebih efektif menyimpan panas

dibandingkan dengan karbon dioksida. Methanogen bisa hidup di lingkungan

yang tidak mengandung oksigen, seperti dalam usus ternak, manusia dan bahkan

rayap, juga dapat hidup di lumpur dan danau. Dengan memanfaatkan methane

yang diproduksi oleh methanogen sebagai sumber bahan bakar, dapat mengurangi

jumlah methane yang dilepas ke atmosfir dan sekaligus menggunakan karbon

dioksida di dalam prosesnya (James, 2008).

Proses atau reaksi sebagai berikut :

(15)

Proses hidrolisa dan fermentasi ini harus dilakukan dalam kondisi an aerob

atau hampa udara. Dengan demikian sifat kontruksi digester harus dibuat agar

dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Gas bio yang dihasilkan dari proses

fermentasi terdiri dari : CH4 atau methane (60-70%),Co2 atau karbon dioksida

(20-30%),O2 (1-4%),N2 (0,5-3%),Co atau karbon monoksida (1%) dan H2S

(kurang dari 1%). Campuran gas bio ini menjadi mudah membakar jika memiliki

kandungan gas methane sebesar lebih dari 50 %. Apabila gas ini dibakar akan

berwarna biru dan menghasil banyak energi panas. Satu meter kubik biogas setara

dengan 5.200-5.900 Kcal atau apabila dipakai untuk memanaskan air dapat

meningkatkan 130 Kg air dari 20 derajat sampai mendidih atau menyalakan lampu

50-100 watt selama 6 jam

(Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah, 2008).

Biogas dihasilkan apabila bahan telah terdegradasi senyawa-senyawa

pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen. Pada dasarnya biogas dapat

terbentuk secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam

tanah pada kedalaman tertentu. Demikian lumpur selokan telah mengalami

degradasi di alam. Tahapan proses degradasi, biasanya terjadi dalam sebuah alat

yang dalam bahasa ilmiah dikenal dengan bioreaktor. Dalam bioreaktor, terdapat

dua bakteri yang berperan, yaitu bakteri asam dan bakteri metan. Kedua jenis

bakteri ini harus eksis dalam jumlah yang berimbang. Kegagalan proses

pembuatan biogas dapat dikarenakan oleh tidak seimbangnya populasi bakteri

metan terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam

(pH kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri

(16)

Bakteri metan ini juga cukup sensitif dengan temperatur (Garcelon and Clark,

2005).

Reaktor Biogas

Reaktor biogas adalah media tempat terjadinya proses fermentasi bagi bahan

biogas untuk pembentukan gas. Reaktor biogas terdiri dari bak penampung bahan,

pipa penyalur gas dan balon panampung gas (Yunus, 1995)

Menurut Sing and Misra (2005) ada beberapa jenis reaktor biogas yang

dikembangkan diantaranya adalah reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor

terapung (Floating drum), reaktor jenis balon, jenis horizontal,dan jenis lubang

tanah. Dari keenam jenis digester biogas yang sering digunakan adalah jenis

kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum mengambang (Floating drum).

Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak

digunakan sebagai reaktor sedehana dalam skala kecil.

Reaktor kubah tetap

Reaktor kubah tetap (fixed dome) ini disebut juga reaktor China.

Dinamakan demikian karena reaktor ini dibuat pertama kali di China sekitar tahun

1930-an, kemudian sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model.

Pada reaktor ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna

material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik bakteri pembentuk asam

ataupun bakteri pembentuk gas metana. Bagian ini dapat dibuat dengan

kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus

kuat karena menahan gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah

(17)

bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang

dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di

bagian kubah. Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah

daripada menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang

bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan

perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah seringnya

terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.

Reaktor terapung

Reaktor jenis terapung (floating drum) pertama kali dikembangkan di

India pada tahun 1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian

digester yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian

penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini

dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi

dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari

jumlah gas yang dihasilkan. Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat

secara langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya.

Karena tempat penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan.

Sedangkan kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal.

faktor korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas

pada reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan

tipe kubah tetap.

(18)

Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala

rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam

penanganan dan perubahan tempat biogas. Reaktor ini terdiri dari satu bagian

yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur

dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena

memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga

atas.

Berdasarkan tata letaknya Yunus (1995) mengklasifikasikan digester atas

tiga macam, yaitu :

1. Seluruh tangki pencerna berada dipermukaan tanah

Model ini kebanyakan terbuat dari tong-tong bekas minyak tanah atau aspal.

Walaupun ada model lain yang terbuat dari karet ban dalam. Model ini hanya

mempunyai volume kecil, kecuali yang terbuat dari karet bisa diatur sesuai

keinginan. Produksi gas bio diperoleh pada siang hari, karena suhu udaranya

mencukupi untuk proses pencernaan didalam tangki pencerna. Umumnya

tangki pencerna jenis ini digunakan untuk penelitian atau percobaan di

laboratorium.

2. Sebagian tangki berada di bawah permukaan tanah

Unit gas bio sistem ini bentuk dan tata letaknya sudah mengalami modifikasi.

Tangki pencernanya terbuat dari semen, pasir, kerikil dan kapur yang dibentuk

seperti sumuran dan ditutup dengan kuba yang dibuat dari plat baja. Tangki

pencerna model ini bentuknya seperti setengah bola yang berada di dalam

(19)

yang telah terbentuk kurang mempengaruhi mikroba pembentuk gas. Akhirnya

gas bio dapat diproduksi secara optimal.

3. Seluruh tangki berada di bawah permukaan tanah

Tangki pencerna model ini bentuknya seperti belahan bola yang

ditengkurapkan dan didasari dengan pondasi yang berbentuk irisan bola.

Belahan dan irisan bola dapat membentuk kekompakan tangki pencerna di

dalam tanah. Tanah yang membenam akan menekan permukaan dinding tangki

pencerna bagian luar sedangkan bahan isian menekan permukaan dalam.

Akhirnya dinding tangki pencerna seperti tidak menanggung beban atau beban

yang ada relatif kecil, sehingga bisa mencapai umur yang panjang.

Sedangkan bila dilihat dari aliran bahan baku (limbah), reaktor biogas

dapat dibagi dua yaitu :

1. Tipe batch feeding (bak atau tetap)

Pada tipe batch (bak), bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang

tertentu) dari awal hingga selesainya proses degradasi. Ini hanya umum

digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari suatu

jenis limbah organik. Tipe ini tidak efektif bila digunakan untuk kebutuhan

masyarakat, sebab akan sulit untuk pergantian materi setiap rentang waktunya.

Jadi banyaknya biogas yang dihasilkan sangat tergantung dari banyaknya

bahan isian.

2. Tipe continous feeding (mengalir)

Sedangkan pada jenis yang mengalir, ada aliran bahan baku masuk dan residu

keluar pada selang waktu tertentu sesuai dengan keinginan. Pengisian bahan

(20)

pada minggu ketiga dan keempat setelah pengisian awal dan demikian rentang

waktu selanjutnya mengikuti pola diatas tanpa mengeluarkan atau membuang

bahan isian awal (Karim dkk., 2005).

Lumpur Selokan Sebagai Penghasil Biogas

Lumpur adalah campuran cair atau semi cair antara air dan tanah, yang

terjadi pada saat tanah basah. Secara geologis lumpur adalah campuran air dan

partikel endapan lumpur dan tanah liat. Endapan lumpur masa lalu mengeras

selama beberapa lama menjadi batu endapan. Lumpur dalam industri konstruksi,

ialah gips, plesteran semen, semen basah maupun zat lain yang mirip. Lumpur

berhubungan dekat dengan sedimen (Wikipedia, 2007)

Lumpur selokan adalah kandungan tanah bersifat campuran cair, terjadi

akibat daya serap air pada tanah, terdapat pada dasar selokan, merupakan jenis

tanah yang memiliki kandungan unsur organik yang tinggi (Wikipedia, 2007).

Lumpur sungai merupakan hasil dari sedimentasi berbagai bahan organik maupun

anorganik yang tersuspensi dan terendapkan di dasar sungai. Jika endapan tersebut

dibiarkan akan membuat kapasitas penampung badan sungai terhadap air hujan

akan berkurang, sehingga jika musim penghujan tiba akan menyebabkan banjir

(Murwatiningrum, 2005).

Penggunaan lumpur sebagai masukan dalam produksi pertanian telah

banyak dilakukan di berbagai negara maju, dengan pertimbangan bahwa lumpur

mengandung bahan organik dan sejumlah elemen yang mendukung pertumbuhan

tanaman. Lumpur mempunyai kandungan C/N sebesar 12, 1.24% N total, 1.63

(21)

Biogas lumpur selokan tidak jauh berbeda dengan biogas dari kotoran sapi atau

limbah pertanian, terutama lumpur selokan yang banyak mengandung bahan

organik seperti sampah daun, sayuran, nasi, dan limbah aktivitas manusia lainnya,

dan mempunyai nilai lebih yaitu tidak perlu menambahkan starter ataupun air

karena memang kandungan dari lumpur selokan sudah bercampur dengan air dan

bakteri (Indartono, 2005).

Sifat kimia lain yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman (pH) dari

lumpur. Jika sudah melewati proses pengolahan limbah terlebih dahulu

mempunyai pH yang netral ataupun mendekati netral. Namun ada juga lumpur

yang mempunyai pH yang tinggi karena mengandung Alkali (12-13), sementara

ada juga yang bersifat asam (4-5) (Azis, 2003).

Jerami padi

Jerami padi merupakan bagian batang dan daun padi tanpa bulir-bulir padi

pada umumnya. Jerami padi sangat potensial dihasilkan oleh petani, hal ini

dikarenakan ketersediaannya cukup melimpah terutama pada saat panen raya padi

tiba. Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai campuran makanan ternak dan

pemanfaatan lainnya. Jerami padi memiliki kadar C/N sebesar 150 dan

mempunyai % N sebesar 0.5 (Purwadaria, 1994).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas Perbandingan karbon-nitrogen (C/N) bahan baku isian

Dari segi biologis, ruang pencerna (digester) dikatakan sebagai tempat

kehidupan bakteri dimana mereka makan, berkembang biak dan mengubah bahan

organik menjadi bentuk gas, pupuk, dan lain-lain. Unsur karbon dari bahan

(22)

amoniak dan lain-lain) merupakan makanan bagi bakteri anaerobik. Unsur karbon

(C) digunakan untuk energi dan unsur nitogen untuk membangun struktur sel dari

bakteri. Bakteri memakan habis unsur C 30 kali lebih banyak dari pada memakan

unsur N. Oleh karena itu perbandingan C dan N (C/N) yang paling mungkin

adalah 30 (Anonymous, 1977).

Pengenceran bahan baku isian

Aktivitas normal dari mikroba methan membutuhkan sekitar 90% air dan 7-10%

bahan kering dari bahan masukan untuk fermentasi. Dengan demikian isian yang

paling banyak menghasilkan gas bio adalah yang mengandung 7-9% bahan

kering. Untuk mendapatkan kandungan kering sejumlah tersebut maka bahan

baku isian biasanya ditambah dengan air dengan perbandingan tertentu

(Koentjoko, 1984).

Derajat keasaman (pH)

Kisaran pH optimal untuk produksi methan adalah 7,0 sampai 7,2, tetapi pada

kisaran 6.8 sampai 8.0 masih diperbolehkan. Untuk mencegah penurunan pH pada

awal pencernaan dan menjaga pH pada kisaran yang diperbolehkan, maka

dibutuhkan buffer, yaitu dengan menambahkan larutan kapur. Setelah

penambahan buffer dan selama 2 sampai 3 minggu pH dalam keadaan optimal,

bakteri methanogenik akan mulai berkembang biak, sehingga proses

menghasilkan gas bio pun ikut dimulai (Sahidu, 1983).

Suhu pencernaan

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan

reaksi dalam pembentukan gas bio. Pencernaan anaerobik dapat berlangsung pada

(23)

yang tinggi. Namun pada temperatur yang terlalu tinggi, bakteri akan mudah mati.

Suhu kerja yang optimum adalah 35oC. Bakteri methan sangat peka terhadap perubahan suhu yang mendadak. Untuk mencegah perubahan mendadak,

umumnya dilakukan dengan menempatkan pencerna dibawah permukaan

(Udiharto, 1981).

Starter

Untuk mempercepat terjadinya proses fermentasi, maka perlu pada permulaan

pengumpanan ditambahkan cairan yang telah mengandung banyak bakteri metan

yang disebut dengan starter. Starter yang dapat digunakan dikenal dengan tiga

macam, yaitu :

1. Starter alami : apabila sumbernya dari alam yang diketahui mengandung

kelompok bakteri metan seperti lumpur aktif, timbunan sampah lama,

timbunan kotoran hewan ruminansia, dan lain-lain.

2. Starter semi buatan : apabila sumber berasal dari tabung pembuat biogas yang

diharapkan kandungan bakteri metannya dalam stadium aktif.

3. Starter buatan : apabila sumbernya sengaja dibuat, baik dengan media alami

maupun media buatan, sedangkan bakteri metannya dibiakkan secara

laboratorium

(Kadarwati, 1981).

Pengadukan

Bahan baku yang sukar dicerna akan membentuk lapisan kerak dipermukaan

cairan. Lapisan ini dapat dipecah dengan alat pengaduk. Oleh karena itu,

(24)

pengaduk harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai terjadi kebocoran

pada tangki pencerna (Paimin, 2001).

Unit gas bio yang mempunyai model tangki pencerna seperti bola pada umumnya

tidak banyak terjadi pembentukan kerak, karena luas permukaanya selalu

berubah-ubah. Lain dengan tangki pencerna yang mempunyai luas permukaan

tetap kerak akan selalu terbentuk. Untuk mengatasi pembentukan kerak di

permukaan isian tangki pencerna yang mempunyai luas permukaan tetap harus

dibuatkan pengaduk yang dapat memecahkan scum dengan cara-cara tertentu

(Yunus, 1995).

Faktor Penyebab Terjadinya Kesukaran Pemanfaatan Biogas

Menurut (Yunus, 1995) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

kesukaran dalam pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar, ialah :

1. Tidak terdapat poduksi bio gas

2. Tidak terdapat aliran gas bio

3. Gas tidak terbakar

4. Nyala api lekas mati.

Tidak terdapat produksi gas bio

Gas bio yang tidak terbentuk sebenarnya dapat diketahui dengan cepat.

Caranya adalah dengan melihat manometer air. Jika manometer air tidak naik

(tidak bergerak) berarti gas bio belum terbentuk. Gas bio yang terbentuk akan

mendorong air dalam manometer untuk bergerak.

Gas bio yang tidak terbentuk ini kemungkinan disebabkan oleh :

(25)

• Waktunya belum mencukupi untuk menghasilkan gas.

• Jumlah isian kurang dari yang diperlukan.

• Kebocoran pada dinding tangki pencerna.

Kerak (scum) yang terbentuk terlalu tebal.

• Terdapat antiseptik dan anti biotik yang dimasukkan dalam tangki

pencerna.

Tidak terdapat aliran gas bio

Gas bio yang tidak dapat mengalir kemungkinan disebabkan oleh uap air

yang mengkondensasi dan tekanan gas bio yang terlalu rendah.

Gas tidak terbakar

Gas yang dihasilkan tidak dapat terbakar karena kandungan CH4 kurang atau tidak terbentuk. Kurangnya produksi atau tidak terbentuknya gas metan

disebabkan oleh:

• Isian tangki pencerna terlalu encer atau kental

• Isian tidak menggunakan starter.

Nyala api lekas mati

Penyebab terjadinya adalah:

• Tekanan gas bio rendah

(26)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di laboratorium Teknik

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan akan

dilaksanakan pada bulan Januari 2009.

(27)

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Limbah pertanian

2. Lumpur selokan

3. Galon air 12 liter

4. Plastik polyetilen

5. EM4 (Effective Mikroorganisme)

6. Air

7. Buffer (Kapur)

8. Galon air

9. Selang plastik kecil

10. Lem pipa

11. Pipa T

12. Pipa

13. Penutup pipa

14. Penutup galon air

15. Isolasi pipa

16. Pentil ban.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. pH meter untuk mengetahui pH campuran

2. Manometer air untuk mengetahui tekanan gas yang dihasilkan

(28)

4. Timbangan untuk menimbang berat bahan

5. Bor untuk melubangi drum

6. Gergaji besi untuk memotong pipa

7. Sarung tangan dipakai pada saat pencampuran bahan

8. Goni digunakan sebagai tempat wadah lumpur selokan

9. Alat lain seperti spidol, pensil, pena, computer yang berguna untuk

memudahkan dalam pekerjaan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, yaitu dengan cara

melakukan pengamatan untuk mengetahui biogas yang dihasilkan dari bahan baku

lumpur selokan dengan melakukan tiga kali pengulangan agar mendapatkan hasil

yang akurat.

Pembuatan Digester

Pada penelitian ini, tipe digester yang digunakan adalah tipe batch feeding dan

semua bagian digester berada di atas permukaan tanah tanpa unit khusus

penampung gas. Digester dibuat dari bahan plastik/drum air dengan volume 120

liter, dilengkapi dengan saluran pengeluaran berupa pipa T ukuran 10 cm dan

memiliki sambungan pipa plastik dengan panjang 50 cm, serta dilengkapi dengan

pentil ban kendaraan bermotor sebagai saluran pengeluaran gas. Biogas yang

dihasilkan akan tertampung di dalam digester itu sendiri dan di dalam balon, oleh

karena itu digester hanya diisi dengan bahan isian maksimum 96 liter dari volume

total digester.

(29)

Banyaknya air yang digunakan tiap-tiap perlakuan dengan perbandingan

1:1.5. Untuk memperoleh volume total campuran 12 liter yaitu :

• bahan campuran : 4.8 liter

• Air : 7.2 liter

Prosedur penelitian

1. Ditimbang lumpur selokan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan

perhitungan ratio C/N 30

2. Dicincang dan ditimbang jerami padi, sesuai dengan kebutuhan untuk tiap

perlakuan sesuai dengan perhitungan ratio C/N 30

3. Dicampur lumpur selokan jerami kemudian ditambahkan air sesuai kebutuhan

4. Dilakukan pengadukan agar diperoleh campuran yang homogen

5. Diukur pH awal campuran bahan

6. Ditambahakan kapur atau larutan kapur jika diperoleh 6<pH<8

7. Dimasukkan campuran lumpur selokan dan jerami padi kedalam digester

8. Ditutup digester untuk fermentasi anaerob

9.Dilakukan pengamatan

Parameter yang diamati

Adapun parameter yang diamati adalah :

1. Tekanan biogas

Untuk menghitung nilai tekanan digunakan manometer air yang dipasangkan

pada selang plastik kecil yang terhubung pada digester drum, untuk pengumpul

gas nya digunakan plastikpolyetilen. Kemudian dibaca nilai yang tertunjuk

oleh manometer tersebut. Besarnya tekanan menunjukkan tekanan biogas

(30)

dihasilkan. Pengukuran tekanan biogas yang dihasilkan dilakukan pada hari ke

8 sampai hari ke 100.

2. Waktu menghasilkan Gas

Diamati pada hari keberapa unit gas bio menghasilkan gas, dalam 100 hari

lamanya.

4. Lama nyala api

Lama nyala api yang dihitung yaitu total waktu dari keseluruhan mulai dari api

menyala sampai nyala api mati dari tiap-tiap perlakuan.

5. Ratio C/N akhir campuran bahan

Ratio C/N bahan akhir dihitung sebagai kandungan C/N akhir.

Perhitungan C/N dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan, dengan cara :

Penentuan nilai C total metode Walkey and Black

Penentuan N total cara Semi Mikro Kjeldahl.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(31)

Tekanan biogas selama fermentasi cenderung mengalami perubahan yaitu

mengalami kenaikan dan penurunan. Dari grafik dibawah ini dapat dilihat

perubahan tekanan selama fermentasi.

Gambar 1. Grafik hubungan antara lama fermentasi terhadap tekanan biogas

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa produksi biogas tertinggi adalah pada hari

fermentasi ke 32 (Lampiran 3). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi (1981)

yang menyatakan bahwa peningkatan penambahan waktu fermentasi dari 10 hari

hingga 30 hari meningkatkan produksi biogas sebesar 50%. Setelah hari

fermentasi ke 30 tekanan biogas cenderung mengalami penurunan, hal ini sesuai

dengan pernyataan Sembiring (2004) yang menyatakan bahwa pada hari ke 30

(32)

fermentasi terjadi penurunan gas bio serta menurut Lazuardy (2008) yang

menyatakan bahwa tekanan biogas mengalami perubahan yaitu mengalami

kenaikan dan penurunan, yang pada umumnya penurunan terjadi setelah biogas

mencapai produk gas maksimum yaitu setelah hari ke 29.

Tekanan biogas mulai terjadi pada hari ke-9 sebesar 19.6 N/m2 pada ulangan pertama, 20.58 N/m2 pada ulangan ke 2, 18.6 N/m2 pada ulangan ke 3. Hal ini berarti bahwa biogas telah dihasilkan pada hari ke 9 dan mencapai produk

gas maksimum pada hari ke-32. Rata-rata tekanan gas tertinggi selama fermentasi

35 hari adalah 0.007259 atm.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap (2007) bahwa produksi biogas pada

umumnya telah ada setelah seminggu di fermentasi sampai hari kesepuluh.

Tekanan tertinggi pada 30 hari fermentasi sampai hari 35. Produksi biogas secara

umum mengalami penurunan pada sepuluh hari terakhir, hal ini disebabkan pada

saat itu sebagian besar campuran kotoran sapi dan jerami padi telah mengalami

penguraian sehingga bahan makanan untuk bakteri metan tidak mencukupi

kebutuhan bakteri untuk berkembang biak dan menghasilkan biogas.

Jika dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan Harahap (2007) yang

menggunakan air sebagai bahan pencampurnya didapatkan hasil tekanan biogas

pada hari ke 32 fermentasi sebesar 0.0067 atm, sedangkan pada penelitian dengan

menggunakan lumpur selokan sebagai pengganti air didapatkan tekanan gas

sebesar 0.0072 atm.

(33)

Hasil yang didapatkan dari pengamatan waktu menghasilkan gas pertama

pada tiap-tiap ulangan terjadi pada hari ke 9 (Lampiran 3). Produksi biogas pada

umumnya telah ada pada seminggu setelah fermentasi sampai hari kesepuluh. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Hadi (1981), bahwa produksi biogas terbentuk

sekitar 10 hari, hal ini disebabkan karena jumlah bahan makanan bakteri

methanogen tersedia dengan jumlah cukup pada hari ke 10, sehingga bakteri

sangat aktif memproduksi biogas dan menurut Lazuardy (2008) yang menyatakan

bahwa biogas telah dihasilkan pada hari ke 8 dan peningkatan penambahan waktu

fermentasi dari 10 hingga 30 hari meningkatkan produksi biogas sebesar 50 %

yang menghasilkan gas dengan kadar kalor yang cukup tinggi yang sedikitnya

mengandung 45 % gas metan.

Pada penelitian ini biogas telah dihasilkan pada hari ke 9 dan selama

fermentasi 35 hari, mencapai produk gas maksimum pada hari ke 32, yang artinya

lama hari untuk mencapai produk gas maksimum adalah 24 hari.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Harahap (2007) yang

menyatakan bahwa tekanan gas telah mulai dihasilkan pada hari ke sembilan,

maka ekuivalen dengan hasil penelitian ini, dimana waktu menghasilkan gas

pertama adalah pada hari ke 9, sesuai dengan Sigit (2007), yang menyatakan

bahwa biogas lumpur selokan tidak jauh berbeda dengan biogas dari kotoran sapi

atau limbah pertanian, dimana gas sudah dihasilkan setelah proses fermentasi

selama 1 sampai 2 minggu.

(34)

Dari hasil penelitian dapat dilihat pada hari ke 32 saat membuang gas, gas

dibakar dengan menggunakan lighter gas. Nyala api yang dihasilkan tidak berbau

dan tidak terdapat perbedaan warna dari tiap-tiap ulangan. Hal ini berarti bahwa

gas yang dihasilkan oleh tiap-tiap ulangan mengandung metan. Menurut Harahap

(1978) bahwa gas metan (CH4) adalah komponen penting dan utama dari biogas karena memiliki kadar kalor yang cukup tinggi, dan jika gas yang dihasilkan dari

proses fermentasi anaerob ini dapat terbakar, berarti sedikitnya mengadung 45 %

gas metan. Warna nyala api yang di hasilkan oleh biogas pada penelitian ini

bewarna biru kemerahan (Lampiran 5), hampir sama dengan nyala api yang

dihasilkan Harahap (2007) yang bahan baku menggunakan air sebagai

pencampurnya, tanpa tambahan lumpur selokan, hal ini sesuai dengan Indartono

(2005) yang menyatakan bahwa perbedaan daya nyala api yang dihasilkan biogas

dapat dilihat dari warna nyala api yang dihasilkan apabila daya nyala api kecil

maka warna api yang dihasilkan biru dan semakin besar daya nyala api maka

warna api yang dihasilkan biru kemerahan.

Lama nyala api

Hasil pengamatan yang didapatkan pada ketiga ulangan didapatkan lama

nyala api pada ulangan pertama yaitu sebesar 27 detik, lama nyala api pada pada

ulangan kedua yaitu sebesar 30 detik dan lama nyala api pada ulangan ketiga yaitu

sebesar 24 detik jadi rata-rata lama nyala api yang didapat dari hasil penelitian

adalah 27 detik sesuai dengan pernyataan Harahap (2007) biogas dengan bahan

campuran kotoran sapi, jerami padi dan air memiliki nyala api yang cepat habis

(35)

Lama nyala api rata-rata sebesar 27 detik menunjukkan terdapatnya

kandungan gas metan (CH4) yang cukup banyak diatas 45 %, sesuai dengan pernyataan Harahap (1978) biogas berbahan baku jerami padi dan kotoran sapi

memiliki komposisi gas bio dengan kandungan gas metan (CH4) yang cukup tinggi sehingga mudah terbakar sebaliknya memiliki kandungan gas

karbondioksida (CO2) yang cukup rendah.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang didapatkan Harahap

(2007) dengan kapasitas bahan yang sama dan lama nyala api yang dihasilkan

selama 344 detik, penelitian ini masih kurang cukup baik untuk diaplikasikan

pada kompor biogas karena hanya memiliki lama nyala api sebesar 27 detik,

sesuai dengan pernyataan Lazuardy (2008) yang menyatakan bahwa lama nyala

api yang dapat digunakan dalam sekali pemakaian kompor gas adalah 732 detik

atau 12 menit 12 detik.

Ratio C/N

Dari hasil uji laboratorium didapatkan ratio C/N awal adalah pada ulangan

1 sebesar 16.87, ulangan ke 2 yaitu sebesar 18.51 dan ulangan ke 3 sebesar 20.32,

rata-rata C/N awal adalah 18.56 dan ratio C/N akhir pada penelitian ini adalah

pada ulangan 1 sebesar 6.56, pada ulangan ke 2 sebesar 7.54 dan pada ulangan ke

3 sebesar 12.89, rata-rata C/N akhir adalah 8.99. Pada tiap ulangan terjadi

penurunan ratio C/N, sesuai dengan pernyataan Wulandari (2006), unsur karbon

(C) sebagai energi dan nitogen (N) akan digunakan bakteri sebagai bahan untuk

membentuk struktur sel tubuhnya. Itulah sebabnya mengapa ratio C/N semakin

menurun dan menurut Forth (1991) ratio Carbon-Nitrogen (C/N) merupakan cara

(36)

organik merupakan petunjuk kemungkinan kekurangan nitrogen dan persaingan di

antara mikroba-mikroba dan tanaman tingkat tinggi dalam penggunaan nitrogen

yang tersedia dalam tanah, pernyataan ini mempertegas hasil penelitian yang

menunjukkan C/N awal rata-rata sebesar 18.56 mengalami penurunan pada C/N

akhir rata-rata yaitu sebesar 8.99, yang menunjukkan terjadi pengurangan

kandungan Nitrogen relatif pada bahan biogas yang penyebab tejadinya adalah

persaingan diantara mikroba-mikroba untuk mendapatkan nitrogen.

Jika melihat hasil penelitian Harahap (2007) yang menyatakan hasil ratio

C/N akhir bahan dari biogas berbahan baku kotoran sapi, jerami padi dan air

adalah sebesar 10.54, maka penelitian dengan menggantikan air dengan lumpur

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tekanan rata-rata biogas yang diperoleh dari biogas dengan pemanfaatan

lumpur selokan ini adalah 0.007259 Atm

2. Waktu menghasilkan gas pertama dari biogas dengan pemanfaatan lumpur

selokan ini adalah pada hari ke sembilan

3. Warna nyala api yang dihasilkan oleh biogas dengan pemanfaatan lumpur

selokan ini adalah biru kemerahan

4. Rata- rata lama nyala api yang dihasilkan oleh biogas dengan pemanfaatan

lumpur selokan ini adalah 27 detik

5. Ratio C/N awal dari bahan biogas dengan pemanfaatan lumpur selokan ini

adalah 18.56 dan ratio C/N akhir rata-rata dari bahan biogas dengan

pemanfaatan lumpur selokan ini adalah 8.99.

(38)

1. Dalam melakukan penelitian perlu untuk memperhatikan kontrol awal

terhadap digester terutama pada hari awal pembentukan biogas untuk

menghindari kebocoran digester

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengunakan bahan baku

lainnya.

Lampiran 2. Data lama nyala api biogas

Ulangan Lama nyala api (detik)

1 27

2 30

3 24

(39)
(40)

Lampiran 3. Data

tekanan biogas selama

fermentasi 35 hari

27 58.8 57.8 51.9

28 59.7 58.8 52.9

29 58.8 57.8 54.8

30 61.7 59.7 55.9

31 62.7 61.7 57.8

32 64.6 63.7 58.9

33 63.3 62.2 58.4

34 63.1 61.7 58

35 60.2 60.1 57.9

P (rata-rata) 50.04815 47.80074 43.6

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anekaplanta.,2008.http://www.anekaplanta.wordpress.com/2008/01/10/Akumulas i-pb dan cd [17 oktober 2008].

Anonymous., 1977. Sistem Biogas: Suatu Usaha Terpadu untuk Memperbaiki Mutu Lingkungan di Daerah Pedalaman. Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Azis, T. D. U., 2003. Tingkat Efektivitas Pemanfaatan Limbah Cair Mie Instan Sebagai Unsur Hara Tanaman [Skripsi], Fak MIPA, IPB, Bogor.

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jabar., 2008. Studi KASUS: Pembuatan Unit Biogas. www.bpldhjabar.go.id/ emplibrary/ 2% 20 biogas.doc [ 1 Nov 2008].

Daugherty E.C, 2001, Biomass Energy Systems Efficiency:Analyzed through a Life Cycle Assessment, Lund Univesity. http://www.dikti.go.id [23 Feb 2008]

Garcelon and Clark., 2005. experim en tal an d interestin g to see. http://ditnaga-dikti.org [2 Mar 2008].

Hadi, N., 1980. Gas Bio Sebagai Bahan Bakar. Lemigas, Cepu.

Haflan, Y., 2007. Biogas : Energi yang Terlupakan. http:// www.dikti.go.id/Pedoman dan Strategi Belajar [3 Apr 2007].

Harahap, F. M., 1978. Teknologi Gas Bio. Pusat Teknologi Pembangunan ITB, Bandung.

Ihwan., 2003. Alternatif Ketika BBM Menipis. http://www.waspada.com.[10 oktober 2007]

Indartono, Y. S., 2005. Reaktor Biogas Skala Kecil dan Menengah (bagian pertama) http://www.beritaiptek.com/ static. php [30 Nov 2005].

Kadarwati, S., 1981. Teori dan Reaksi Pembuatan Gas Bio. Proyek Laboratorium PSTPPTMGB “LEMIGAS”, Cepu.Kamarruddin, A., Abdul, K. I., Nirwan Siregar, Endah Agustina, Almansyah, M. Yamin, Edy, H., Y. Aris Purwanto., 1995. Energi dan Listrik Pertanian, Academic Development of The Graduate Program, IPB, Bogor.

Karo-karo. J., 2008. http:// tmt.news.wordpress.com/ biogas. [13 November 2008].

Koentjoko, S. Pemanfaatan Limbah Sapi Sebagai Bahan Makanan Ayam Petelur. FAPET, UNIBRAW

Nusa, M.T., 2008. http:// www.reaktor_biogas.com. [11 Oktober 2007]. Paimin., 2001. Alat Pembuat Biogas dari Drum, Penebar Swadaya. Jakarta. Pambudi, N. A., 2008. Konservasi energi. http://ditnaga-dikti.org [22 Feb 2008]. Pambudi, N. A., 2008. Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif.

http://www.dikti.org/?q = node/99 [25 Feb 2008].

Prihandana, R. dkk, 2007, Meraup Untung dari Jarak Pagar. www.dikti.org [25 Feb 2008]

(42)

Said, T., 2008. Reaktor biogas. http://www.reaktor_biogas.com/? Products [27 Mei 2008].

Sigit., 2007. Pemanfaatan Lumpur Selokan sebagai Sumber Biogas. http:// aesit.multiply.com/ journal [9 Nov 2007].

Singh, R.K and Misra, 2005, Biofels from Biomass, Department of Chemical Engineering National Institue of Technology, Rourkela.

Udiharto, M., 1981. Pemanfaatan Limbah. Proyek Laboratorium PST PPTMGB “LEMIGAS”, Cepu.

Wawan, W. H., 2007. Biogas : Sampah yang Naik Kelas. http:// gerakan.anti.nuklir.org.index/energi terbarukan.doc [5 Okt 2007]

Wikipedia., 2008 http://www.wikipedia.org/wiki/biogas lumpur selokan [ 2 juli 2008].

Wikipedia., 2008 http://www.wikipedia.org/wiki/lumpur [18 0kt 2008].

Yuhaneko., 2008. http:// Yuhanyuhan.blogspot.Com/ 2008 / II/ Sejarah Biogas. Html [10 Nov 2008].

Gambar

Tabel 2. Nilai kalori bahan bakar.
Gambar 1. Grafik hubungan antara lama fermentasi terhadap tekanan biogas

Referensi

Dokumen terkait

Produksi biogas dari proses biodegradasi anaerobik metode batch masih terus dihasilkan setelah hari ke 106 namun pada hari 106 produksi biogas yang dihasilkan

Volume akumulasi biogas tertinggi dihasilkan oleh jerami yang menghasilkan degradasi anaerobik secara biologis dengan penambahan EM-4 pada hari ke-49 volume biogas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media yang dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan volume gas yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan dimana, kotoran sapi menghasilkan volume gas yang paling besar

Pulp sabut kelapa yang menghasilkan kadar alfa selulosa tertinggi akan digunakan pada pembuatan kertas, kemudian dilakukan analisis karakteritik dari kertas yang dihasilkan yang

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat kandungan biogas pada saat mengalami proses fermentasi dalam digester selama 25 hari setelah pengujian dari variasi 1 dan

Berdasarkan Gambar 1 pengujian membran dari variasi massa silika 10 gram didapatkan nilai rejeksi garam pada menit ke- 0 sebesar 56,73% meningkat sampai menit ke- 45 menjadi

Lama daya tertinggi yang dihasilkan terdapat pada spent coffee dengan penambahan asam klorida 70% yaitu sebesar 95 hari dan lama daya terendah yang dihasilkan terjadi pada spent coffee