• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LUMPUR SELOKAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS DENGAN METODE BATCH FEEDING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN LUMPUR SELOKAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS DENGAN METODE BATCH FEEDING"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LUMPUR SELOKAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS DENGAN METODE

BATCH FEEDING

UTILIZATION OF SEWAGE SLUDGE AS A RAW MATERIAL FOR THE PRODUCTION OF BIOGAS WITH

BATCH FEEDING METHOD

Wiwit Aditama* dan Pendi Iwan Fitrah**dan Zulfikar*** Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Aceh Jln. Soekarno-Hatta Kampus Terpadu Poltekkes Kemenkes Aceh

Email : widnad78@yahoo.co.id ABSTRACS

Sewage sludge is synonymous with a dirty foul and pungent smell and the number of germs. In a big city sewage sludge is already common sight as many encountered in gutters residential complex or a residential population. The best solution to the problem of sewage sludge is to utilize the biogas technology. Biogas is an alternative energy fermented from organic impurities that produce methane gas. The purpose of this study was to utilize sewage sludge as a raw material for making biogas with batch feeding method. This was an experimental research to observe the utilization of sewage sludge as raw material for biogas production in batch fedding method which was implemented in Ketapang, Aceh Besar District, on the date of June 10 to July 21, 2013. The research subject was domestic sewage sludge as much as 30 kg for 3 times repetitions. Data analysis by using descriptive in a graph formation made by biogas bacth method of feeding sewage sludge were added as much as 30 pounds in 2 weeks. The study resulted that the biogas pressure with the use of households sewage sludge biogas in first repetition with an average of 31 833 N/m2. In the second repetition it was resulted that the pressure of biogas with average 35.12 N/m2. And the third repetition resulted that the avarege of biogas pressure was 25 766 N/m2. The average volume of gas obtained from the use of sewage sludge biogas households was 2,065 l. The average length of the flame produced by the utilization of sewage sludge biogas households was 27 seconds. Based on this, it can be concluded that sewage sludge can be used as a raw material for biogas production with bacth feeding method. It is expected to further research needs to be conducted for early control of the digester attention especially on the early formation of biogas digester to avoid leakage.

Key words : Sewage Sludge, Biogas, Bacth Feeding Method. ABSTRAK

Lumpur selokan identik dengan kotor yaitu baunya yang busuk dan menyengat serta banyaknya kuman penyakit. Di kota besar lumpur selokan merupakan pemandangan yang sudah umum karena banyak di jumpai di got-got kompleks pemukiman atau perumahan penduduk. Solusi terbaik bagi masalah lumpur selokan adalah dengan memanfaatkan teknologi biogas. Biogas adalah energi alternatif hasil fermentasi dari kotoran organik yang menghasilkan gas metan. Tujuan penelitian ini Untuk memanfaatkan lumpur selokan sebagai bahan baku pembuatan biogas dengan metode batch feeding. Metode penelitian ini merupakan penelitian rancangan eksperimen yaitu pengamatan dan pemanfaatan lumpur selokan sebagai bahan baku pembuatan biogas pada metode batch fedding yang dilaksanakan di Ketapang Kab. Aceh Besar, pada tanggal 10 Juni – 21 Juli tahun 2013. Dengan subjek penelitian adalah lumpur selokan rumah tangga sebanyak 30 kg untuk 3 pengulangan. Analisis data yang digunakan secara deskriptif yaitu hasil dibuat dalam bentuk grafik terbentuknya biogas dengan metode bacth feeding yang ditambahkan lumpur selokan sebanyak 30 kg dalam waktu 2 minggu. Hasil dari penelitian Tekanan biogas yang diperoleh

(2)

dari biogas dengan pemanfaatan lumpur selokan rumah tangga pada pengulangan I dengan rata-rata 31.833 N/m2. Pada pengulangan II hasil tekanan biogas dengan rata-rata 35.12 N/m2. Dan pada pengulangan III hasil tekanan biogas dengan rata-rata 25.766 N/m2. Volume rata-rata gas yang diperoleh dari biogas dengan pemanfaatan lumpur selokan rumah tangga adalah 2.065 l. Rata-rata lama nyala api yang dihasilkan oleh biogas dengan pemanfaatan lumpur selokan rumah tangga adalah 27 detik.Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa lumpur selokan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas dengan metode bacth feeding. serta diharapkan kepada peneliti selanjutnya perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk memperhatikan kontrol awal terhadap digester terutama pada hari awal pembentukan biogas untuk menghindari kebocoran digester.

Kata Kunci: Lumpur Selokan, Biogas, Metode Bacth Feeding. PENDAHULUAN

Lumpur selokan identik dengan kotor yaitu baunya yang busuk dan menyengat serta banyaknya kuman penyakit, lumpur yang baunya sangat

kuat biasanya mengeluarkan

gelembung-gelembung udara di atas

permukaannya. Terutama lumpur

selokan yang banyak mengandung bahan organik seperti sampah daun, sayuran, nasi dan limbah aktivitas manusia lainnya. Gelembung udara yang ada jika ditampung dalam suatu tempat kemudian didekatkan dengan sumber api maka akan tampak terbakar seperti kompor gas pada umumnya. Hal ini sebenarnya adalah gas metana hasil fermentasi bakteri yang disebut biogas

lumpur selokan1.

Solusi terbaik bagi masalah

lumpur selokan adalah dengan

memanfaatkan teknologi biogas. Biogas adalah energi alternatif hasil fermentasi

dari kotoran organik yang

menghasilkan gas metan. Pembuatan dan penggunaan biogas sebagai energi layaknya energi kayu bakar, minyak tanah, gas dan sebagainya sudah dikenal sejak lama, terutama dikalangan petani Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat. Sedangkan di benua Asia, tercatat negara India sejak dijajah Inggris sebagai pelopor dan pengguna energi biogas yang sangat luas, bahkan

sudah disatukan dengan WC biasa 2.

Biogas di Indonesia mulai

diperkenalkan tahun 1970. Reaktor yang dibangun hingga saat ini kurang

dari 500 buah. Pada umumnya

dibangun sebagai program percontohan dari pemerintah dan LSM, sehingga tidak aplikatif. Model Reaktor adalah tembok dan drum yang dibangun

dengan biaya sangat mahal.

Perkembangan biogas di Indonesia, era sebelum 2005, terkendala oleh harga

(3)

Biogas dari lumpur selokan

memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan bahan bakar yaitu

merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan dapa diperbaharui

(renewable energy), tidak berbau

sehingga aman untuk memasak.

Pembuatan biogas mengurangi

pencemaran lingkungan akibat bau dari lumpur selokan dengan fermentasi dalam digester, bau tak sedap dapat dihilangkan dan akan terbentuk gas metan yang bermanfaat. Pengambilan lumpur juga berdampak positif dalam memperlancar aliran selokan sehingga mengurangi resiko meluapnya air got, dan terakhir dapat meringankan beban belanja karena tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan bakar minyak. Proses pembuatan tergolong sangat sederhana hanya membutuhkan dirigen sebagai digester sederhana dan beberapa instalasi tambahan seperti selang plastik dan kompor sederhana. Digester berfungsi untuk menampung gas metan yang terbentuk. Sistem pengisian bahan biogas adalah sekali penuh kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan. Setelah biogas tidak

berproduksi lagi, isian digester

dibongkar dan diisi kembali dengan lumpur selokan baru. Sistem ini dikenal

dengan istilah batch feeding. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemanfaatan lumpur selokan dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dengan metode batch feeding ?

Tujuan Penelitian ini adalah untuk memanfaatkan lumpur selokan sebagai bahan baku pembuatan biogas dengan menghitung tekanan biogas, volume gas

dan lama nyala api dari biogas yang

dihasilkan dari bahan baku lumpur selokan dengan metode batch feeding.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat

eksperimen yaitu pengamatan dan pemanfaatan lumpur selokan sebagai bahan baku pembuatan biogas pada metode batch fedding. Subjek adalah lumpur selokan rumah tangga yang ada di wilyah Ketapang Kab. Aceh Besar sebanyak 30 kg untuk 3 pengulangan.

Persiapan alat dan bahan adalah dengah memotong pipa besi dengan panjang 10 cm sebanyak 1 buah, pipa dengan panjang 20 cm sebanyak 2 buah dan selang dengan panjang 1 m dan 20 cm sebanyak 1 buah.Galon pertama (penampung bahan baku), pada penutup galon dan 30 cm dari bibir lubang galon dilubangi dengan bor berukuran ½ inci. Galon kedua, pada penutup galon dan 30 cm dari bibir lubang galon dilubangi

(4)

dengan bor berukuran ½ inci serta 5 cm dari bibir lubang galon juga dilubang untuk pemasang pentil ban. Dilekatkan penutup galon dengan elbow, pipa dengan stop kran dan selang dengan elbow pada galon pertama dengan menggunakan lem dexton. Dilekatkan penutup galon dengan pipa T, pentil dan

pipa pada galon kedua dengan

menggunakan lem dexton. Lalu Selang pipa 20 cm, stop kran dan pipa besi

dilekatkan jadi satu bagian lalu

dihubungkan dengan pipa T pada galon kedua. Kemudian hubungkan selang pada galon pertama dengan galon kedua. Mengambil lumpur selokan

dengan menggunakan sekop, dan

dibuang benda lain seperti batu-batuan, plastic yang terdapat di dalam lumpur selokan. Isi bahan lumpur selokan sebanyak 10 kg ke dalam galon penampungan isian. Ditutup kedua galon dan kran air dengan rapat agar gas tidak keluar. Setelah tertutup rapat,

simpan galon di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung

selama 2 minggu. Dilakukan

pengamatan.

Data yang diperoleh langsung melalui perlakuan eksperimen terhadap pembuatan biogas dengan metode batch

feeding sebanyak 3 kali pengulangan.

Analisa data yang digunakan secara deskriptif yaitu hasil dibuat dalam bentuk grafik terbentuknya biogas dengan metode bacth feeding yang ditambahkan lumpur selokan sebanyak 30 kg dalam waktu 2 minggu.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dilihat

berdasarkan parameter yang diamati yaitu sebagai berikut:

Tekanan Biogas

Tekanan biogas selama

fermentasi 14 hari dalam proses pembuatan biogas pada metode batch

fedding dapat dilihat Tabel 1 :

Tabel 1. Hasil Tekanan Biogas Dalam Proses Pembuatan Biogas Pada Metode Batch

Fedding Selama Fermentasi 14 hari.

Hari ke Ulangan 1 (N/m2) Ulangan 2 (N/m2) Ulangan 3 (N/m2)

8 0 0 0 9 19,6 20,58 18,6 10 29,4 33,52 18,6 11 29,4 34,5 26,4 12 36,2 34,5 28,4 13 37,2 42,34 30,3 14 39,2 45,28 32,3 Jumlah 191 210,72 154,6 Rata-rata 31,833 35,12 25,766

(5)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil tekanan biogas dalam proses pembuatan biogas pada

metode batch fedding selama

fermentasi 14 hari pada pengulangan I

berjumlah 191 N/m2 dengan rata-rata

31.833 N/m2. Pada pengulangan II hasil

tekanan biogas berjumlah 210,70 N/m2

dengan rata-rata 35,12 N/m2. Dan Pada

pengulangan III hasil tekanan biogas

berjumlah 154,6 N/m2 dengan rata-rata

25,766 N/m2

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar .1 Grafik tekanan biogas selama fermentasi 14 hari dalam pembuatan biogas pada metode batch fedding

Volume Gas

Volume gas selama fermentasi 14 hari dalam proses pembuatan biogas pada metode batch fedding dapat dilihat dalam Tabel 2 :

Tabel 2. Hasil Volume Gas Dalam Proses Pembuatan Biogas Pada Metode Batch Fedding.

Ulangan Volume gas (l)

1 2,041

2 2,564

3 1,589

Rata-rata 2,065

Sumber: Data Primer (diolah), tahun 2013

Berdasarkan Tabel 2 didapatkan volume gas dalam proses pembuatan biogas pada metode batch fedding pada pengulangan I yaitu sebesar 2,041 l, volume gas pada pengulangan II yaitu

sebesar 2,564 l dan volume gas pada pengulangan III yaitu sebesar 1.589 l jadi rata-rata volume gas yang didapat dari hasil penelitian adalah 2,065 l. selengkapnya pada gambar berikut :

0 10 20 30 40 50 8 9 10 11 12 13 14 pengulangan 1 pengulangan 2 pengulangan 3 tekan an (N/ m 2)

(6)

Gambar 2 Hasil volume gas dalam proses pembuatan biogas pada metode batch

fedding Lama Nyala Api

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada lama nyala api selama fermentasi 14 hari dalam proses pembuatan biogas pada metode batch fedding dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil Lama Nyala Api Dalam Proses Pembuatan Biogas Pada Metode Batch Fedding.

Ulangan Lama nyala api (detik)

1 27

2 30

3 24

Rata-rata 27

Sumber: Data Primer (diolah), tahun 2013

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan lama nyala api dalam proses pembuatan biogas pada metode batch fedding pada pengulangan I yaitu sebesar 27 detik, lama nyala api pada pengulangan II yaitu sebesar 30 detik dan lama nyala

api pada pengulangan III yaitu sebesar 24 detik jadi rata-rata lama nyala api yang didapat dari hasil penelitian adalah 27 detik. Selengkapnya Gambar 3.

Gambar 3 Grafik Hasil lama nyala api dalam proses pembuatan biogas pada metode batch fedding.

0.00 1.00 2.00 3.00 1 2 3 L it er Penggulangan Volume gas (l) 0 10 20 30 40 1 2 3 D et ik Penggulangan Lama nyala api (detik)

(7)

PEMBAHASAN Tekanan Biogas

Dari Tekanan biogas selama

fermentasi cenderung mengalami

perubahan yaitu mengalami kenaikan dan penurunan. Dari tabel V.1 dapat dilihat bahwa produksi tekanan biogas tertinggi adalah pada hari fermentasi ke 14. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi (1981) yang menyatakan bahwa

peningkatan penambahan waktu

fermentasi dari 10 hari hingga 30 hari meningkatkan produksi biogas sebesar 50%4.

Tekanan biogas mulai terjadi pada hari ke-9 sebesar 19.6 N/m2 pada pengulangan pertama, 20.58 N/m2 pada pengulangan kedua, 18.6 N/m2 pada pengulangan ketiga. Hal ini berarti bahwa biogas telah dihasilkan pada hari

ke-9 dan mencapai produk gas

maksimum pada hari ke-14. Rata-rata tekanan gas tertinggi selama fermentasi

14 hari adalah 35,12 N/m2.

Hal ini sesuai dengan

pernyataan Harahap (2007) bahwa produksi biogas pada umumnya telah ada setelah seminggu di fermentasi sampai hari kesepuluh. Dan tekanan gas dapat menjadi tinggi pada 30 hari

fermentasi sampai hari 355.

Volume Gas

Hasil pengamatan yang

didapatkan pada ketiga pengulangan

didapatkan volume gas pada

pengulangan I yaitu sebesar 2.041 l, volume gas pada pengulangan II yaitu sebesar 2.564 l dan volume gas pada pengulangan III yaitu sebesar 1.589 l jadi rata-rata volume gas yang didapat dari hasil penelitian adalah 2.065 l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap (2007) biogas dengan bahan campuran kotoran sapi, jerami padi dan air memiliki volume gas yang cukup

banyak dan padat5.

Jika dibandingkan dengan

pendapat Harahap (2007) yang

menyatakan bahwa volume gas telah mulai dihasilkan pada hari ke sembilan, maka ekuivalen dengan hasil penelitian ini, dimana waktu menghasilkan gas pertama adalah pada hari ke-9, sesuai dengan Sigit (2007), yang menyatakan bahwa biogas lumpur selokan rumah tangga tidak jauh berbeda dengan biogas dari kotoran sapi atau limbah pertanian, dimana gas sudah dihasilkan setelah proses fermentasi selama 1

(8)

Lama Nyala Api

Hasil pengamatan yang

didapatkan pada ketiga pengulangan didapatkan lama nyala api pada pengulangan pertama yaitu sebesar 27 detik, lama nyala api pada pada pengulangan kedua yaitu sebesar 30 detik dan lama nyala api pada pengulangan ketiga yaitu sebesar 24 detik jadi rata-rata lama nyala api yang didapat dari hasil penelitian adalah 27 detik sesuai dengan pernyataan Harahap (2007) biogas dengan bahan campuran kotoran sapi, jerami padi dan air memiliki nyala api yang cepat habis tetapi nyala apinya cukup besar dan stabil5.

Lama nyala api rata-rata sebesar 27 detik menunjukkan terdapatnya kandungan gas metan (CH4) yang cukup banyak diatas 45 %, sesuai dengan pernyataan Harahap (2007) biogas berbahan baku jerami padi dan kotoran sapi memiliki komposisi gas bio dengan kandungan gas metan (CH4) yang cukup tinggi sehingga mudah

terbakar sebaliknya memiliki

kandungan gas karbondioksida (CO2) yang cukup rendah.

Jika dibandingkan dengan

pendapat penelitian yang didapatkan Harahap (2007) dengan kapasitas bahan

yang sama dan lama nyala api yang dihasilkan selama 344 detik, penelitian ini masih kurang cukup baik untuk diaplikasikan pada kompor biogas karena hanya memiliki lama nyala api sebesar 27 detik, sesuai dengan pernyataan Lazuardy (2008) yang menyatakan bahwa lama nyala api yang

dapat digunakan dalam sekali

pemakaian kompor gas adalah 732 detik

atau 12 menit 12 detik6.

KESIMPULAN

Tekanan biogas yang diperoleh dari biogas dengan pemanfaatan lumpur

selokan rumah tangga pada

pengulangan I dengan rata-rata 31,833

N/m2. Pada pengulangan II hasil

tekanan biogas dengan rata-rata 35,12

N/m2. Dan pada pengulangan III hasil

tekanan biogas dengan rata-rata 25,766

N/m2. Volume rata-rata gas yang

diperoleh dari biogas dengan

pemanfaatan lumpur selokan rumah tangga adalah 2.065 l. Rata-rata lama nyala api yang dihasilkan oleh biogas dengan pemanfaatan lumpur selokan rumah tangga adalah 27 detik.

(9)

REKOMENDASI

Pemanfaatan dari lumpur selokan rumah tangga dengan menggunakan metode batch feeding sebagai sumber energi penghasil gas bio perlu digiatkan sebagai salah satu sumber energi pengganti di masa yang akan datang dan sekaligus membantu membersihkan

lingkungan. Untuk penelitian

selanjutnya, perlu untuk memperhatikan kontrol awal terhadap digester terutama pada hari awal pembentukan biogas untuk menghindari kebocoran digester.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada Ibu Hj Novemi SKM, M.Kes, Bapak Dwi Sudiarto, SST, M.Kes, Ibu Susanti SKM, M.Kes, Bapak Hamdani, ST dan Kedua orang tua penulis.

DAFTAR PUSTAKA 1.

Nusa, M.T., (2008). Reaktor Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta.

2.

Ginting (2007). Pusat Teknologi

Pembangunan. ITB. Bandung. 3.

Haflan, Y., (2007). Biogas : Energi

Yang Terlupakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

4.

Harahap, F.M., (2007). Teknologi Gas

Bio. Pusat teknologi pembangunan ITB, Bandung.

5.

Hadi dan Kadarwati (1981). Gas Bio

Sebagai Bahan Bakar. Lemigas,

Cepu.

6. Lazuardi, I. 2008. Rancang

Bangun Alat Penghasil Biogas Model Terapung.

Skripsi, Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera

Gambar

Gambar .1  Grafik  tekanan  biogas  selama  fermentasi  14  hari  dalam  pembuatan  biogas pada metode batch fedding
Tabel 3.  Hasil  Lama  Nyala  Api  Dalam  Proses  Pembuatan  Biogas  Pada  Metode  Batch Fedding

Referensi

Dokumen terkait

Novel grafis merupakan salah satu bentuk dalam seni komik dan tidak memiliki perbedaan bentuk maupun format yang berbeda dengan buku komik kebanyakan.. Bentuk ini

Moment Pearson dan Analisis Regresi Linier Sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengenalan diri dan prestasi belajar Bahasa Indonesia memiliki

Bila nilainya 0 (nol) artinya tidak ada peserta rapat yang mempunyai jadwal mengajar pada saat itu. Saat inilah waktu yang paling tepat untuk mengadakan rapat pimpinan. Guna

Faktor internal dan eksternal dari segmen usaha ikan hias yang telah ditentukan selanjutnya diolah untuk mengetahui posisi strategis pada usaha budidaya kelompok Mitra

Chaffe (Ardianto, 2004 :49) efek komunikasi massa, dalam hal ini bisa disamakan dengan efek media massa dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan

Hal ini karena dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa perceraian orang tua bukanlah faktor tunggal yang dapat memberikan dampak negative pada psikologis anak,

Sistem penghitung kecepatan gerak kendaraan bermotor bisa diaplikasikan disini dimana sistem memanfaatkan dua buah sensor photo transistor untuk menghitung laju

1) Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta tergolong sangat baik sebesar 34,2 %,