• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KERAGAAN KARET ALAM

5.2. Kondisi Karet Alam di Negara Pengekspor

Thailand merupakan negara penghasil atau produsen utama karet alam dunia. Hal ini disebabkan karena produktivitas lahan perkebunan karet alamnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan Indonesia, yang memiliki luas areal yang lebih luas. Perkembangan luas areal perkebunan dan produksi karet alam di Thailand cenderung meningkat selama periode tahun 2000-2009. Pada tahun 2009 luas areal perkebunannya meningkat hampir 40 persen dan produksinya meningkat 35 persen bila dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2000. Namun produktivitasnya cenderung menurun pada periode tahun 2005-2009. Produktivitas karet alam tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 1,440 ton/ha (Tabel 9).

43

Tabel 9. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet Alam di Thailand, Tahun 2000-2009

Tahun Luas Areal (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas

2000 1.987 2.346 1,181 2001 1.990 2.320 1,166 2002 2.004 2.615 1,305 2003 2.019 2.876 1,424 2004 2.072 2.984 1,440 2005 2.190 2.937 1,341 2006 2.297 3.137 1,366 2007 2.458 3.056 1,243 2008 2.675 3.090 1,155 2009 2.761 3.164 1,146

Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Tahun 2010

Tabel 10. Luas Areal Perkebunan Karet Alam di Indonesia menurut Pengusahaannya, Tahun 2000-2009

Tahun Luas Areal (ha)

Rakyat Pemerintah Swasta

2001 2.838.421 221.876 284.470 2002 2.826.476 221.228 271.655 2003 2.772.490 241.625 275.997 2004 2.747.899 239.118 275.250 2005 2.767.021 237.612 274.758 2006 2.832.982 238.003 275.442 2007 2.899.679 238.246 275.792 2008 2.943.731 245.798 280.431 2009 2.996.985 246.872 280.726

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009

Perkebunan karet alam dapat ditemui hampir di seluruh wilayah di Indonesia terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan. Karet alam merupakan komoditas perkebunan utama disamping kepala sawit, kakao dan teh yang menjadi komoditas unggulan perkebunan lainnya. Status pengusahaan atau kepemilikan karet alam di Indonesia terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Karet alam yang ada di Indonesia banyak dikelola oleh perkebunan rakyat dimana pada tahun 2009 sekitar 80 persen lahan karet diusahakan oleh rakyat kecil. Sisanya merupakan perkebunan besar milik negara atau dikelola oleh pemerintah dan pihak swasta yang masing-masing hanya memiliki 10 persen dari total luas areal nasional (Tabel 10).

44 Bila dilihat dari sisi produksi, maka perkebunan rakyat yang memberikan kontribusi terbesar. Tetapi bila diamati dari sisi produktivitasnya ternyata perkebunan rakyat yang paling rendah bila dibandingkan dengan kebun negara dan swasta. Pada tahun 2009 produktivitas kebun rakyat hanya 801 kg/ha sedangkan kebun negara dan swasta masing-masing 1.239 kg/ha dan 1.184 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan).

Tabel 11. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di Indonesia, Tahun 2000-2009

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas

2000 3.372.421 1.501.428 0.445 2001 3.344.767 1.607.461 0.481 2002 3.318.359 1.630.359 0.491 2003 3.290.112 1.792.348 0.545 2004 3.262.267 2.065.817 0.633 2005 3.279.391 2.270.891 0.692 2006 3.346.427 2.637.231 0.788 2007 3.413.717 2.775.172 0.813 2008 3.469.960 2.921.872 0.842 2009 3.524.583 3.040.110 0.863

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009

Tabel 11 menunjukkan kecenderungan peningkatan produktivitas karet alam Indonesia. Peningkatan produktivitas karet alam ini disebabkan karena adanya perluasan areal tanam dan peremajaan perkebunan karet alam di Indonesia. Luas areal perkebunan karet alam Indonesia meningkat sebesar 4,5 persen selama sepuluh tahun terakhir. Pada sisi produksi, peningkatan produksi karet alam Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Pada tahun 2006, peningkatan produksi karet alam Indonesia sangat tinggi yaitu sebesar 366.340 ton.

Namun bila dilihat dari produktivitasnya, karet alam Indonesia masih relatif lebih rendah dibawah negara produsen karet alam lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Produktivitas karet alam Indonesia yang relatif rendah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ekonomis tanaman karet alam relatif tua sehingga kemampuan produksinya menurun. Tanaman karet yang tua memberi pengaruh pada biaya pemeliharaan yang tinggi, sedangkan penerimaan dari tanaman

45 tersebut semakin menurun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas karet alam Indonesia yaitu melalui peremajaan dan penanaman baru tanaman karet. Upaya ini untuk memacu peningkatan produktivitas, peningkatan optimalisasi pola usaha tani, dan peningkatan teknologi budaya.

Tabel 12. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di Malaysia, Tahun 1998-2009

Tahun Luas Areal (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas

1998 1.543,62 885,70 0,574 1999 1.464,75 768,87 0,525 2000 1.430,68 927,61 0,648 2001 1.389,32 882,07 0,635 2002 1.348,81 889,83 0,660 2003 1.325,60 985,65 0,744 2004 1.278,83 1.168,74 0,914 2005 1.271,30 1.126,02 0,886 2006 1.263,59 1.283,63 1,016 2007 1.248,04 1.199,55 0,961 2008 1.247,03 1.072,36 0,860 2009 1.021,54 857,02 0,839

Sumber: Department of Statistics, Malaysia

Saat ini Negara Malaysia merupakan negara penghasil atau produsen karet alam ketiga terbesar di dunia. Sebelum tahun 1990-an, Negara Malaysia merupakan negara eksportir karet alam terbesar di dunia. Namun pada tahun 1990 keadaan itu berubah, posisi Negara Malaysia digeser Negara Thailand di posisi pertama dan Negara Indonesia di posisi kedua. Hal ini disebabkan karena biaya tenaga kerja yang semakin mahal di Negara Malaysia, sehingga banyak petani karet alam yang tidak mengusahakannya dengan baik atau beralih ke sektor lain. Perkembangan luas areal perkebunan dan produksi karet alam di Malaysia cenderung menurun selama periode tahun 1998-2009. Namun disisi lain, produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh perkebunan karet alam di Malaysia cenderung meningkat. Produktivitas karet alam Malaysia tidak jauh berbeda dengan produktivitas karet alam di Indonesia meskipun luas arealnya sangat jauh berbeda. Perbandingannya hampir mendekati satu banding tiga. Produksi karet

46 alam tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu 1.283.630 ton dengan produktivitas karet alam tertinggi pula yaitu 1,016 ton/ha (Tabel 12).

5.2.2. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi Karet Alam

Jumlah produksi karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya. Produksi karet alam di ketiga negara tersebut lebih banyak diekspor daripada diserap oleh pasar karet alam yang ada di dalam negeri.

Pada tahun 2009 total konsumsi karet alam Thailand hanya sebesar 12,62 persen dari total keseluruhan produksi karet alam dalam negeri, Indonesia hanya sebesar 13,88 persen sedangkan Malaysia sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 55 persen. Rendahnya konsumsi dalam negeri ini disebabkan karena belum berkembangnya secara optimal industri hilir yang berbasis karet alam seperti industri ban, otomotif, sarung tangan dan industri lainnya yang membutuhkan bahan baku karet alam. Surplus produksi karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia ini kemudian diekspor ke negara-negara lain. Peluang ini jugalah yang menjadikan Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia menjadi negara pengekspor atau penyuplai karet alam dunia.

Jumlah ekspor karet alam Thailand terbesar terjadi pada tahun 2006, yang mana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor pada tahun-tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada Gambar 7. Pada Negara Indonesia, ekspor terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 2.473.532 (Gambar 8), sedangkan di Malaysia terjadi pada tahun 2006 (Gambar 9).

Volume ekspor karet alam Thailand dan Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Sedangkan Negara Malaysia cenderung menurun selama periode tahun 2006-2009. Hal ini disebabkan karena supply atau produksi karet alam Negara Malaysia yang menurun. Karena supply karet alam dalam negeri yang menurun, konsumsi karet alam dalam negeri pun ikut menurun selama periode tersebut.

47

Gambar 7. Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Thailand, Tahun 2000- 2009 (Ton)

Sumber: Rubber Research Institute of Thailand (dioalah)

Gambar 8. Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Indonesia, Tahun 2003- 2009 (Ton)

48

Gambar 9. Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Malaysia, Tahun 2001- 2009 (Ton)

Sumber: Department of Statistics, Malaysia (dioalah)

5.2.3. Ekspor Karet Alam

Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah tiga negara utama penyuplai terbesar karet alam dunia. Tingginya produksi karet alam domestik di Thailand, Indonesia serta Malaysia, menjadikannya sebagai produsen dan sekaligus sebagai eksportir terbesar di dunia. Volume ekspor karet alam Thailand jauh lebih besar dari pada volume ekspor karet alam Indonesia dan Malaysia selama periode tahun 1999-2009.

Pada tahun 1999 volume ekspor karet alam Indonesia sebesar 1.494.543 ton atau sekitar 93,16 persen dari total produksi. Pada tahun 2000 meningkat menjadi 1.379.612 ton atau sekitar 90 persen dari total produksi. Volume ekspor terbesar Negara Thailand terjadi apada tahun 2006 yaitu 2.771.673 ton, Indonesia terjadi pada tahun 2007 yaitu 2.473.532 ton atau sekitar 89 persen dari total produksi karet alam Indonesia sedangkan Malaysia pada tahun 2006 sebesar 1.137.551 ton.

49

Tabel 13. Volume dan Nilai Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia, Tahun 1999-2009

Tahun

Thailand Indonesia Malaysia

Volume Ekspor (Ton) Nilai (Juta Baht) Volume Ekspor (Ton) Nilai (000 US$) Volume Ekspor (Ton) Nilai (Juta RM) 1999 1.886.339 44.091,61 1.494.543 849.200 983.700 2.343 2000 2.166.153 53.204,97 1.379.612 888.623 977.900 2.571 2001 2.042.079 58.700,36 1.453.382 786.197 820.854 1.886 2002 2.354.416 74.606,18 1.495.987 1.037.562 887.019 2.604 2003 2.573.450 115.826,76 1.662.210 1.494.811 946.475 3.581 2004 2.637.096 137.604,21 1.874.261 2.180.029 1.109.130 5.452 2005 2.632.398 148.868,45 2.024.593 2.582.875 1.127.947 5.975 2006 2.771.673 205.361,45 2.286.897 4.321.525 1.137.551 8.235 2007 2.703.762 194.356,38 2.473.532 4.868.700 1.018.052 7.335 2008 2.675.283 223.628,25 2.295.456 7.550.000 916.599 8.111 2009 2.726.193 146.263,60 1.991.263 2.458.000 703.051 4.460 Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia dan

Department of Statistics Malaysia, Tahun 2010

Nilai ekspor karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Namun peningkatan atau penurunan volume ekspor tidak selalu diikuti oleh peningkatan atau penurunan nilai ekspornya. Seperti pada Negara Thailand, pada tahun 2008 volume ekspornya turun dibanding tahun 2007, namun nilai ekspornya bertambah dari 194.356,38 Juta Baht menjadi 223.628,25 juta Baht. Begitu pula dengan Malaysia tahun 2007 total karet alam yang diekspor sebesar 1.018.052 ton turun menjadi 916.599 ton pada tahun 2008, sedangkan nilai ekspornya meningkat dari 7.335 Juta RM menjadi 8.111 Juta RM. Lain halnya dengan Negara Indonesia, volume ekspornya meningkat namun nilai ekspornya menurun. Seperti yang terjadi pada tahun 2000 volume ekspornya 1.379.612 ton kemudian meningkat menjadi 1.453.382 ton pada tahun 2001, namun nilai ekspornya menurun dari 888.623 ribu US$ menjadi 786.197 ribu US$ (Tabel 13). Nilai ekspor karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia pada tahun 2009 menurun drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunannya masing-masing 35 persen, 67 persen dan 45 persen. Hal ini disebabkan oleh dampak krisis keuangan dunia.

50

Gambar 10. Perkembangan Ekspor Karet Alam Thailand ke Cina, Indonesia ke Amerika Serikat dan Malaysia ke Eropa, Tahun 2001-2009

Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia, dan Department of Statistics Malaysia, Tahun 2010 (diolah)

Tujuan ekspor karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia tersebar di seluruh dunia antara lain di Amerika Serikat, Jepang, Eropa, Cina dan sebagainya. Negara Cina merupakan pasar ekspor terbesar bagi Negara Thailand, sedangkan Amerika Serikat bagi Negara Indonesia dan beberapa negara di Eropa bagi Negara Malaysia (Gambar 10). Thailand, Indonesia dan Malaysia secara kontinyu melakukan ekspor karet alam ke negara-negara tersebut dalam jumlah yang besar. Pertumbuhan industri dalam negeri di Negara Cina, Amerika Serikat serta Eropa, khususnya industri ban dan otomotif, membuat negara ini membutuhkan bahan baku karet alam dalam jumlah yang sangat banyak. Negara Cina, Amerika Serikat dan Eropa juga mengimpor karet alamnya dari beberapa negara lain tapi dalam jumlah kecil.

Pada Gambar 10 terlihat bahwa ekspor karet alam Thailand ke Cina maupun Indonesia ke Amerika Serikat cenderung mengalami peningkatan, namun ekspor karet alam Malaysia ke Eropa cenderung menurun pada periode tahun 2001-2009. Tujuan ekspor karet alam Malaysia terbesar pada saat ini ialah ke Negara Cina. Hal ini disebabkan karena permintaan negara Cina akan karet alam

51 yang sangat meningkat tajam. Ekspor karet alam Thailand meningkat tajam pada tahun 2009 dari 824,83 ton menjadi 1160,34 ton. Ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat pada tahun 1999 hingga 2001 mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi karet alam dunia dan meningkatnya harga karet alam dunia. Namun pada tahun 2002 mengalami peningkatan hingga tahun- tahun berikutnya. Ekpsor karet alam Malaysia ke Eropa cenderung konstan atau stabil pada periode tahun 2001-2007, namun pada tahun 2009 menurun tajam menjadi 146,36 ton atau menurun sebesar 47 persen dibandingkan dengan tahun 2001.

5.2.4. Harga Karet Alam Domestik

Harga karet alam domestik atau nasional (dalam negeri) di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia sering mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Harga karet alam yang fluktuatif ini mengikuti perkembangan keseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran karet alam di pasar. Para petani dan pelaku pasar berperan hanya sebagai penerima harga (price taker). Pada umumnya petani karet alam khususnya di Indoneisa masih cenderung menjual karetnya sesuai harga yang ditetapkan oleh tengkulak, dimana kesepakatan harga tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar internasional dan juga pasar domestik atau nasional.

Harga domestik karet alam Thailand cenderung meningkat setiap tahunnya khusunya pada periode tahun 2001-2008. Peningkatan harga ini juga didukung oleh kualitas dan mutu karet alam yang dihasilkan oleh petani karet alam di Thailand yang semakin baik. Hal ini juga terjadi pada harga karet alam Malaysia, yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Harga domestik karet alam Indonesia pada tahun 2000 ialah sebesar Rp 5.117,-/kg , akan tetapi pada tahun 2003 harga domestik karet alam Indonesia turun sebesar 39,3 persen menjadi Rp 3.850,-/kg. Salah satu penyebab menurunnya harga karet domestik karet alam Indonesia ini adalah karena penurunan mutu atau kualitas karet alam Indonesia. Pada saat ini harga domestik karet alam Indonesia lebih rendah dibandingkan harga karet alam internasional

52 atau harga karet alam di pasar dunia. Selanjutnya harga domestik karet alam Indonesia relatif terus meningkat pada periode 2003-2008 (Tabel 14).

Tabel 14. Harga Domestik Karet Alam Thailand (Baht/kg), Indonesia (Rupiah/kg) dan Malaysia (RM Sen/kg), Tahun 2000-2009

Tahun

Harga Domestik

Thailand (Baht/Kg) Indonesia (Rp/kg) Malaysia (RM Sen/kg) 2000 21,53 5.117 202.57 2001 20,52 5.810 170.14 2002 27,68 6.340 285.98 2003 37,76 3.850 378.97 2004 44,12 4.320 461.93 2005 53,57 4.450 523.07 2006 66,24 3.980 710.92 2007 68,90 4.240 734.06 2008 71,38 4.400 831.37

Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia dan

Dokumen terkait