ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR KARET ALAM NEGARA THAILAND, INDONESIA
DAN MALAYSIA
SKRIPSI
NOVA MELIYORA SINAGA H34070111
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
NOVA MELIYORA SINAGA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan BURHANUDDIN).
Tanaman karet memiliki berbagai macam kegunaan terutama sebagai komoditi industri hasil tanaman tropis yang digunakan untuk bahan baku pembuatan industri otomotif dan ban. Industri karet dunia terbagi atas dua jenis, yakni karet alam dan karet sintetis. Kualitas karet alam terletak dari daya elastisitasnya yang sempurna. Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam dunia jauh di bawah karet sintetis. Menurut International Rubber Study Group (IRSG) proyeksi permintaan karet alam dunia pada tahun 2020 akan mencapai 10,9 juta ton. Mayoritas permintaan karet alam berasal dari sektor kendaraan bermotor, khususnya industri ban.
Ditingkat dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia merupakan produsen dan pengekspor utama karet alam dunia. Sementara itu dari sisi konsumsi Negara Cina, Amerika Serikat dan Jepang adalah negara-negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara Thailand, Indonesia, dan Malaysia sebagai produsen karet alam dunia memiliki tujuan ekspor yang berbeda-beda. Selama ini, sekitar 70 persen kebutuhan karet alam Negara Cina dipenuhi atau dipasok oleh Negara Thailand. Disisi lain Indonesia memiliki kecenderungan mengekspor karet alam ke Negara Amerika Serikat sedangkan Malaysia ke negara-negara Eropa (Jerman, Inggris, Spanyol, Belgia, Belanda, Prancis dan Italia). Adanya perbedaan negara tujuan ekspor ini, menuntut setiap negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) agar menyusun strategi dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas dari karet alam yang diekspor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaan karet alam di pasar dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia serta menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 1980-2009. Data bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Departemen Pertanain (Deptan) Indonesia, GAPKINDO (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) Jakarta, Bank Indonesia (BI), International Rubber Study Group (IRSG), The Thai Rubber Assocation, Rubber Research Institute of Thailand, Lembaga Getah Malaysia, Department of Statistics Malaysia, International Monetery Fund dan World Trade Organization.
Metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi keragaan karet alam di pasar dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia. Metode yang dipakai menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia, yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Proses pengolahan data menggunakan Microsoft Excell 2007 dan software SPSS 12.
iii Luas areal perkebunan karet di Thailand dan Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan pada Malaysia cenderung menurun. Produktivitas karet alam di Indonesia cenderung meningkat, sedangkan di Thailand dan Malaysia cenderung menurun. Jumlah produksi karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya, sehingga lebih banyak diekspor daripada diserap oleh pasar karet alam negeri. Harga karet alam domestik di Thailand, Indonesia dan Malaysia sering mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu.
Hasil pengolahan data menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam, volume ekspor karet alam pada tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP negara pengimpor, dan nilai tukar terhadap US$. Berdasarkan model yang dibuat volume ekspor karet alam Thailand pada tahun sebelumnya ke Cina, dan nilai GDP Negara Cina berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen pada volume ekspor karet alam Thailand ke Cina. Pada Indonesia variabel independen yang berpengaruh signifikan, yaitu harga ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat, volume ekspor tahun sebelumnya ke Amerika Serikat, harga karet sintetis dunia dan GDP Negara Amerika Serikat. Sedangkan pada Negara Malaysia, yaitu harga ekspor karet alam Malaysia dan volume ekspor karet alam Malaysia pada tahun sebelumnya ke Eropa.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR KARET ALAM NEGARA THAILAND, INDONESIA
DAN MALAYSIA
NOVA MELIYORA SINAGA H34070111
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Nama : Nova Meliyora Sinaga
NIM : H34070111
Disetujui, Pembimbing
Ir. Burhanuddin, MM
NIP 19680215 199903 1 001
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia dan
Malaysia” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1989 di Pematang Siantar, Sumatera
Utara. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak
Wasito Sinaga dan Ibu Luannata Panggabean.
Penulis mengawali pendidikan akademis di TK (Taman Kanak-Kanak)
Cinta Rakyat Pematang Siantar, Sumatera Utara. Berlanjut ke jenjang pendidikan
dasar di SD Budi Mulia 2 Pematang Siantar, Sumatera Utara yang diselesaikan
pada tahun 2001. Kemudian jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan
pada tahun 2004 di SMP Methodist 1 Medan, Sumatera Utara. Pendidikan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Santo Thomas 1 Medan,
Sumatera Utara. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan dan
beberapa kepanitiaan yang diselengarakan oleh organisasi kampus seperti UKM
(Unit Kegiatan Mahasiswa) Paduan Suara Mahasiswa Agria Swara IPB dan
Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Kepanitian atau kepengurusan yang pernah
diikuti adalah Pengurus Agria Swara periode 2008/2009 sampai periode
20009/2010, The 3rd International Mission of Art and Culture in Itali tahun 2009 (sebagai tim penyanyi dan panitia), Penanggungjawab Seksi Acara pada Malam
Sukacita Paskah tahun 2009. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten mata
kuliah Agama Kristen Protestan periode 2008/2009 sampai periode 2009/2010,
asisten praktikum Semester Ganjil dan Semester Genap matakuliah Sosiologi
Umum (2010-2011) serta asisten praktikum untuk matakuliah Ekonomi Umum
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara
Thailand, Indonesia dan Malaysia”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi
persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Departemen Agribisnis.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Namun dibalik itu, penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penelitian
ini. Hal tersebut karena keterbatasan yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan
penelitian dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Akhir kata, semoga skripsi ini berguna untuk kegiatan penelitian ekspor
karet alam selanjutnya yang kedepannya dapat meningkatkan pasar ekspor
khususnya karet alam Indonesia.
Bogor, Mei 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Allah Bapa, atas segala karunia, berkat dan mukjizatNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga
tidak akan berhasil tanpa bantuan, dukungan, dorongan, dan doa berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan Yeka Hendra
Fatika, Sp selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini.
3. Pihak Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) dan Kak Rani atas
informasi, data dan dukungan yang diberikan.
4. Orang tuaku tercinta Bapak dan Mamak, yang selalu menyertai perkembangan
dan kedewasaanku terima kasih untuk seluruh kasih sayang, doa, material,
fasilitas dan dukungan yang sangat berarti bagi hidupku.
5. Kakak Krista Veralina, adikku Elisabeth Masnawati dan David Parulian
terima kasih atas doa dan semangat serta motivasi yang diberikan selama ini.
6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada saya selama proses perkuliahan maupun
dalam proses penyusunan skripsi, seminar dan sidang.
7. Pak Martua (KPM) dan Mbak Dian (IE) atas kesempatan dan kepercayaan
yang diberikan kepada penulis untuk menjadi asisten praktikum Matakuliah
Sosiologi Umum dan Ekonomi Umum.
8. Sahabat seperjuangan di Angkatan44 Cintya, Esti, Kak Desi, Sela, Yesica
yang telah memberikan dukungan, nasehat, semangat, serta doa kepada
penulis.
9. Teman-teman satu bimbingan skripsi yaitu Anindha Paramastri dan ‘Aci’ Try,
serta teman-teman Gladikarya di Desa Bunikasih, Cianjur (Putri
Adi Jawa), untuk kebersamaannya, sharing pengetahuan, serta dukungan, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.
10.Rekan-rekan Agribisnis 44 terima kasih atas persahabatannya dan kenangan
yang indah serta supportnya. Love you guyz.
11.Temen-temen Busky Fam Merry (luna), Max (momz), Putri (grand-pa), Greth (grand-ma). Terima kasih untuk canda tawa, kebahagian, kesabaran, doa, dan
semangat yang selalu diberikan kepada penulis.
12.Teman-teman kosan Perwira41 Tita, Widi, Icha, Diah, Luci, May, Rini, Lina,
Hilda, Awan, Yuli, Pheni, Ruri, Ama. Terima kasih atas atas segala doa,
bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
13.Sahabat-sahabat di Agria Swara, terima kasih atas pengalaman dan
kesempatan yang diberikan serta dukungan kepada penulis.
14.Praktikan TPB Kelas A03&A19 (Ekum-Ganjil), B24 (Sosum-Ganjil), B20
(Ekum-Genap) dan A20 (Sosum-Genap) buat segala dukungan dan doanya.
15.Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
atas bantuan dan kerjasamanya.
Bogor, Mei 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ...
6
1.3. Tujuan Penelitian ...
10
1.4. Manfaat Penelitian ...
10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Perdagangan Internasional ... 12
2.2. Penelitian Terdahulu ... 13
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...
16
3.1.1. Teori Perdagangan & Pembentukan Harga Pasar Internasional
16
3.1.2. Teori Ekpor ... 20
3.1.2. Model Teoritis Fungsi Ekpor ... 21
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...
23
3.3. Hipotesis ...
26
IV. METODE PENELITIAN ... ... 27
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...
27
4.2. Jenis dan Sumber Data ...
27
4.3. Metode Analisis ...
28
4.4. Perumusan Model ...
29
4.4.1. Thailand ke Cina ...
30
4.4.2. Indonesia ke Amerika Serikat (AS) ...
30
4.4.3. Malaysia ke Eropa ...
31
4.5. Defenisi Operasional ...
32
4.6. Uji Statistik ...
33
4.6.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji –F) ...
33
4.6.2. Uji Statistik Untuk Masing-Masing Variabel (Uji – t) ... 34
4.7. Koefisien Determinasi (R
2) ...
35
4.8. Masalah Pengujian Model Regresi ...
36
4.8.1. Multikolinieritas ...
36
4.8.2. Autokorelasi ... 37
V. KERAGAAN KARET ALAM ... ... 39
5.1. Kondisi Karet Dunia ...
39
5.2. Kondisi Karet Alam di Negara Pengekspor ...
42
5.2.1. Produksi dan Luas Lahan Karet Alam ...
42
5.2.2. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi Karet Alam ...
46
5.2.3. Ekspor Karet Alam ...
48
5.2.4. Harga Karet Alam Domestik ...
51
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 53
6.1. Hasil Pendugaan Model ...
53
4.4.1. Thailand ...
53
4.4.2. Indonesia ...
58
4.4.3. Malaysia ...
63
6.2. Uji Asumsi Klasik Regresi ...
69
6.2.1. Uji Normalitas ...
69
6.2.2. Multikolinieritas ...
70
4.7.2. Heteroskedastisitas ... 70
4.7.3. Autokorelasi ... 71
6.2. Uji F Statistik ... 71
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
7.1. Kesimpulam ... 72
7.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... ... 76
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produksi dan Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia
Tahun 1998-2010* ... 2
2. Jumlah Produksi Karet Dunia pada Tahun 2000-2009 ... 6
3. Konsumsi Karet Alam di Beberapa Negara Tahun 2003-2007 ... 7
4. Ekspor Karet Alam Thailand Menurut Negara Tujuan 2002-2007 ... 8
5. Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan 2004-2009 ... 9
6. Ekspor Karet Alam Malaysia Menurut Negara Tujuan 2006-2010 ... 9
7. Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian ... 28
8.
Perkembangan Harga Minyak Dunia Tahun 2004-2009
(US$/Barrel) ... 42
9. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet Alam
di Thailand, Tahun 2000-2009 ... 43
10. Luas Areal Perkebunan Karet Alam di Indonesia menurut
Pengusahaannya, Tahun 2000-2009 ... 43
11. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam
di Indonesia, Tahun 2000-2009 ... 44
12. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam
di Malaysia, Tahun 1998-2009 ... 45
13. Volume dan Nilai Ekspor Karet Alam di Thailand, Indonesia dan
Malaysia, Tahun 1999-2009 ... 49
14. Harga Domestik Karet Alam Thailand (Baht/kg), Indonesia (Rp/kg)
dan Malaysia (RM Sen/kg), Tahun 2000-2009 ... 52
15. Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Thailand ... 54
16. Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Indonesia ... 58
17. Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Malaysia ... 64
18. Pengaruh Masing-Masing Variabel yang Diuji pada Negara
Thailand, Indonesia dan Malaysia ... 68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional (1999-2009) ... 4
2. Harga Komoditi Relatif ... 18
3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 25
4. Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia, Tahun (2000-2009)... 39
5. Produksi dan Konsumsi Karet Sintetis Dunia, Tahun 2000-2009 ... 40
6. Perkembangan Harga Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia
(2000-2009) ... 41
7.
Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Thailand,
Tahun 2000-2009 ... 47
8.
Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Indonesia,
Tahun 2003-2009 ... 47
9.
Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Malaysia,
Tahun 2001-2009 ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data-Data Penelitian ... 80
2.
Hasil Perhitungan Analisis Berganda pada Negara Thailand ... 82
3. Hasil Perhitungan Analisis Berganda pada Negara Indonesia ... 83
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu komoditi industri hasil tanaman tropis
yang prospektif dan mempunyai peranan penting dalam mendukung
perekonomian suatu negara. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam
kegunaan terutama sebagai bahan baku berbagai produk industri khususnya
industri otomotif.
Pada dasarnya industri karet dunia terbagi atas dua jenis, yakni karet alam
dan karet sintetis. Karet sintesis adalah karet yang memerlukan minyak mentah
dalam proses pembuatannya, sedangkan karet alam adalah karet yang diperoleh
langsung dari tanaman karet. Adapun kelebihan-kelebihan karet alam dibanding
karet sintetis adalah memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna,
memiliki plastisitas yang baik sehingga memudahkan pengolahannya, mempunyai
data aus yang tinggi, tidak mudah panas (low heat bulid up) dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance). Walaupun demikian, karet sintetis juga memiliki kelebihan, antara lain tahan terhadap zat
kimia dan harganya yang cenderung dapat dipertahankan (Zuhra, 2006).
Budiman (2005) menguraikan beberapa manfaat dalam pembangunan
tanaman karet adalah: 1) Pohon karet memberikan hasil sadapan harian selama 25
tahun tanpa henti, 2) Selain menghasilkan elastomer yang sangat dibutuhkan
dunia, pohon karet juga menghasilkan kayu unggulan di akhir masa sadapan, 3)
Pohon karet memberikan banyak manfaat pelestarian lingkungan seperti cadangan
air dan konservasi lahan. Pembangunan tanaman karet juga bermanfaat secara
ekonomi untuk pembentukan pusat pertumbuhan ekonomi. Hasil sampingan lain
dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris
terbuang adalah biji karet (Zuhra, 2006). Dilihat dari komposisi kimianya,
ternyata kandungan protein serta semua asam amino essensial yang dibutuhkan
oleh tubuh terhitung tinggi didalam biji karet. Agar biji karet dapat dimanfaatkan
maka harus diolah terlebih dahulu.
Dewasa ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam dunia jauh di bawah
2 produksi dan konsumsinya di bawah karet sintetis, namun sesungguhnya
kebutuhan akan karet alam di pasar dunia masih belum dapat digantikan oleh
karet sintetis. Keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet
sintetis sehingga beberapa industri seperti ban radial tetap memiliki
ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam. Bahkan, prospek
perkaretan dunia diperkirakan akan semakin cerah dengan semakin kuatnya
kesadaran akan lingkungan yang lebih sehat dan beberapa pabrik ban terkemuka
yang ada di dunia mulai memperkenalkan jenis ban “green tyres” yang kandungan karet alamnya lebih banyak (semula 30-40% menjadi 60-80%). Selain itu pula
jumlah perusahaan industri polimer yang menggunakan bahan baku karet alam
diperkirakan juga akan meningkat (Ditjenbun, 2008).
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia Tahun 1998-2010*
Tahun
Produksi (Ribu Ton) Konsumsi (Ribu Ton)
Karet
Alam
Karet
Sintetis Total
Karet
Alam
Karet
Sintetis Total
1998 6,634 9,880 16,514 6,570 9,870 16,440
1999 6,577 10,390 16,967 6,650 10,280 16,930
2000 6,762 10,870 17,632 7,340 10,830 18,170
2001 7,332 10,483 17,815 7,333 10,253 17,586
2002 7,326 10,877 18,203 7,556 10,874 18,430
2003 8,020 11,341 19,361 7,952 11,348 19,300
2004 8,746 11,961 20,707 8,718 11,840 20,558
2005 8,904 12,100 21,004 9,200 11,900 21,100
2006 9,791 12,653 22,444 9,677 12,691 22,368
2007 9,801 13,387 23,188 10,144 13,264 23,408
2008 10,036 12,743 22,779 10,173 12,603 22,776
2009 9,617 12,087 21,704 9,390 11,754 21,144
2010* 2,360 3,247 5,607 2,469 3,160 5,629
3 Makin pentingnya peranan karet alam dalam kebutuhan hidup sehari-hari
manusia, memicu perkembangan ekonomi karet alam dunia baik dari sisi produksi
maupun konsumsi yang cenderung terus mengalami peningkatan. Produksi karet
alam dunia dalam kurung waktu tahun 1998-2009 menunjukkan peningkatan
sebesar 45 persen dari 6.634 ribu ton menjadi 9.617 ribu ton. Konsumsi karet
alam dunia cenderung meningkat selama tahun 1998-2009. Konsumsi tertinggi
karet alam tercatat pada tahun 2008, yaitu sebesar 10.173 ribu ton meningkat
hampir 55 persen dari tahun 1998 (IRSG, 2010).
Konsumsi karet sintetis dunia yang juga semakin meningkat terjadi karena
didorong oleh perkembangan industri-industri barang jadi khususnya disebabkan
oleh naiknya permintaan akan kendaraan bermotor. Sebagian besar industri
kendaraan bermotor menggunakan karet sintetis sebagai bahan baku berbagai
komponen kendaraan bermotor, salah satunya adalah ban.
Permintaan karet alam di pasar dunia cenderung lebih besar dibandingkan
dengan penawaran (supply) dari negara-negara produsen karet alam yang ada di dunia. Pada tahun 2007 dan 2008 pasokan karet alam dunia mengalami defisit
produksi sebesar 343.000 metrik ton begitu juga pada tahun 2008 sebesar 137.000
metrik ton (IRSG, 2010). Hal ini menggambarkan bahwa produksi karet alam
tidak bisa mengimbangi permintaan atau konsumsi karet alam dunia yang semakin
meningkat. Keadaan ini memberikan peluang yang besar kepada produsen untuk
meningkatkan produktivitas karet alam yang dihasilkan oleh negaranya.
Keadaan ini juga menjadi salah satu penyebab harga karet alam dunia
menjadi fluktuatif. Melihat perkembangan harga karet alam dari tahun 1999-2009
memang menunjukkan tingkat fluktuasi harga yang cukup tinggi (Gambar 1).
Harga terendah terjadi pada akhir tahun 2001 yakni mencapai 45 USC/kg dan
perkembangan positif harga karet alam mulai terjadi kembali pada pertengahan
tahun 2002. Bahkan, pertengahan tahun 2008 harga mencapai puncak tertinggi
sepanjang sejarah karet alam yakni sekitar 330 USC/kg. Peningkatan harga yang
terjadi pada karet alam ini lebih dikarenakan kenaikan harga minyak mentah
dunia yang juga merupakan bahan baku pembuatan karet sintetis. Karet sintetis
4 sehingga ketika harga karet sintetis naik secara tidak langsung ikut mendorong
peningkatan harga karet alam di pasar internasional.
Fluktuasi harga ini cenderung menyebabkan pesimisme ekspor, terutama
karena andalan ekspor adalah komoditi primer yang dalam realitas selalu didorong
oleh ketidakstabilan harga pasar terutama dalam jangka pendek. Sedangkan dalam
jangka panjang, komoditi primer menghadapi trend sirkuler harga yang cenderung
menurun.
Gambar 1. Perkembangan Harga Karet Alam Dunia, Tahun 1999-2009 Sumber: Gapkindo, 2009 \
Kemudian pada akhir tahun 2008 harga karet kembali turun yang
diakibatkan terjadinya krisis ekonomi global yang menyebabkan melemahnya
industri otomotif sebagai basis utama industri karet alam. Hingga dampaknya
secara nyata mengakibatkan permintaan karet alam dunia melemah dan
menimbulkan trend harga yang cenderung menurun di pasar internasional pada
kisaran harga 170 USC/kg pada bulan Oktober bahkan pada Juni 2009 harga karet
alam hanya 140 USC/kg.
Proyeksi permintaan karet alam dunia pada tahun 2020 menurut
5 pertumbuhan konsumsi per tahun sebesar 9 persen, sehingga akan terjadi
kekurangan pasokan karet bila karet tidak mengalami pertumbuhan yang tinggi
(diatas 9 persen). Mayoritas permintaan karet alam berasal dari sektor kendaraan
bermotor, terutama industri ban. Pasar karet terbesar ialah Negara Cina, yang
diperkirakan akan mengkonsumsi lebih dari sepertiga dari semua permintaan karet
di dunia atau sekitar 30 persen dari pasar karet global pada tahun 2013.
Permintaan produk karet non-ban juga akan meningkat akibat naiknya tingkat
industrialisasi di negara-negara berkembang. Permintaan untuk karet sintetis
dunia diperkirakan akan sedikit lebih kecil dibandingkan permintaan karet alam
sampai pada tahun 2013. Kapasitas produksi karet sintetis dunia mencapai lebih
dari 12 juta metrik ton pada akhir tahun 2008. Pada tahun 2008 produksi karet
alam terkonsentrasi di benua Asia, diantaranya dari Negara Thailand, Indonesia,
Malaysia, India, Vietnam dan Cina yang memproduksi 90 persen dari total
produksi karet alam dunia.
Komoditi karet yang masuk dalam pasar internasional memiliki peranan
yang sangat penting. Setiap negara produsen berusaha untuk memanfaatkan karet
sebagai penghasil devisa. Munculnya negara industri baru, perekonomian dunia
yang semakin baik dan berkembang serta jumlah penduduk yang semakin
meningkat menyebabkan karet akan terus dimanfatkan.
Penting dan strategisnya komoditi karet alam ini tidak hanya dirasakan
oleh negara-negara produsen karet alam, seperti Indonesia, Vietnam, India,
Thailand dan Malaysia, tetapi juga dirasakan oleh negara-negara konsumen atau
pengimpor. Negara-negara konsumen mempunyai kepentingan yang kuat akan
kesinambungan pasokan karet alam sebagai bahan baku industri strategis, seperti
industri ban otomotif, industri peralatan militer, industri sarana medis (sarung
tangan, kondom, catheter) dan lain-lain. Di satu pihak, negara-negara produsen menginginkan harga yang tinggi, namun di lain pihak, negara-negara konsumen
menginginkan harga yang rendah. Oleh karena itu, keseimbangan antara produksi
karet alam (yang dipasok oleh negara-negara produsen) dengan konsumsi (untuk
kebutuhan industri di negara-negara konsumen), sangat menentukan terciptanya
6
1.2. Rumusan Masalah
Pasokan karet alam di pasaran dunia didominasi oleh Negara Thailand,
Indonesia dan Malaysia. IRSG memberikan gambaran pangsa ekspor karet alam
pada tahun 1987 untuk Malaysia sebesar 40 persen, untuk Indonesia sebesar 28
persen dan Thailand sebesar 22 persen dari total ekspor dunia. Namun pada tahun
1990 kondisi mulai berubah, Thailand, dan Indonesia berhasil menggeser posisi
Malaysia. Perubahan yang terjadi yaitu Thailand produksinya meningkat menjadi
sebesar 1,34 juta metrik ton sedangkan Indonesia sebesar 1,3 juta metrik ton dan
Malaysia sebesar 1,2 juta metrik ton. Hal ini disebabkan karena produksi karet
alam Thailand yang mengalami pertumbuhan produksi yang relatif tinggi,
sedangkan Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif. Di pihak lain,
Malaysia mengalami penurunan produksi yang disebabkan beberapa faktor antara
lain semakin mahalnya upah tenaga kerja dan semakin meningkatnya persaingan
penggunaan lahan lain terutama kelapa sawit.
Keadaan ini menggambarkan semakin ketatnya persaingan karet alam
ketiga produsen utama di pasar internasional. Di pihak lain timbul persaingan dari
negara produsen karet sintetis yang bahan bakunya berasal dari minyak bumi.
Tetapi dari segi penggunaan, karet alam memiliki spesifikasi teknis tersendiri
sehingga tidak mudah untuk disubtitusikan dengan karet sintetis.
Tabel 2. Jumlah Produksi Karet Dunia pada Tahun 2000-2009 (dalam ribu ton)
Tahun
Negara
Thailand Indonesia Malaysia Vietnam Sri
Langka Philipines
2000 2.346,4 1.501,1 927,6 290,8 87,6 67,0
2001 2.319,6 1.607,3 882,1 312,6 86,2 71,0
2002 2.615,1 1.630,3 889,8 331,4 90,5 76,0
2003 2.876,0 1.792,2 985,6 363,5 92,0 84,0
2004 2.984,3 2.066,2 1.168,7 402,7 94,7 80,0
2005 2.987,2 2.270,7 1.126,0 509,0 104,4 79,0
2006 3.137,0 2.637,0 1.284,0 555,4 109,2 87,9
2007 3.056,0 2.755,0 1.200,0 605,8 117,6 101,0
2008 3.090,0 2.751,0 1.072,0 660,0 129,2 102,8
2009 3.164,0 2.440,0 857,0 723,7 136,9 97,7
7 Tabel 2 memperlihatkan beberapa negara penghasil karet alam di dunia.
Tingkat produksi karet alam tertinggi dihasilkan oleh negara-negara di kawasan
Benua Asia khususnya Asia Tenggara. Adapun tingkat produksi yang tertinggi,
yaitu Thailand dengan jumlah produksi setiap tahunnya cenderung mengalami
peningkatan. Produksi Thailand tahun 2009 adalah sebesar 3.164 ton. Produksi
karet alam Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah produksi dari tahun
2000 sampai 2009 meningkat. Kenaikan produksi terbesar dari tahun 2006 sampai
tahun 2008. Sedangkan posisi ketiga yaitu Malaysia dengan tingkat produksi pada
tahun 2009 mencapai 857.000 ton.
Sementara itu dari sisi konsumsi, Cina, Amerika Serikat dan Jepang adalah
negara-negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar (Tabel 3).
Peningkatan konsumsi karet alam di kawasan Asia terjadi karena pertumbuhan
ekonomi di kawasan tersebut yang memunculkan industri berbasis karet alam
yang baru misalnya Negara Cina dan India. Data IRSG tahun 2008 menunjukkan
bahwa konsumsi karet alam Cina mengalami pertumbuhan sebesar 67,2 persen
selama tahun 2003-2007.
Tabel 3. Konsumsi Karet Alam di Beberapa Negara Tahun 2003-2007 (ton)
Negara Tahun Total
2003 2004 2005 2006 2007
Cina 1.525.000 2.000.000 2.150.000 2.400.000 2.550.000 10.625.000
A S 1.078.000 1.143.600 1.159.200 1.003.100 1.018.400 5.402.800
Jepang 784.200 814.800 857.400 873.700 888.400 4.218.100
India 717.124 745.300 789.200 815.100 851.000 3.917.724
Kor Sel 332.600 351.700 369.800 363.600 377.300 1.795.000
Brazil 255.500 284.900 301.800 286.800 330.700 1.459.700
Jerman 260.300 242.300 263.000 269.200 283.300 1.318.100
Perancis 300.200 230.100 230.000 219.600 220.100 1.200.000
Kanada 146.200 146.000 156.400 145.100 138.400 732.100
Italia 138.00 142.100 148.000 146.000 146.300 720.400
Sumber: International Rubber Study Group (IRSG), 2008
Ketiga negara produsen utama karet alam dunia yaitu Negara Thailand,
8 lain memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda. Selama ini, sekitar 70 persen
kebutuhan karet alam Negara Cina dipenuhi atau dipasok oleh Negara Thailand.
Selain ke Cina, Thailand juga mengekspor karet alamnya ke Negara Jepang,
Malaysia dan beberapa negara lainnya. Di sisi lain Indonesia memiliki
kecenderungan mengekspor karet alam ke Negara Amerika Serikat. Negara
Indonesia secara kontinyu mengekspor karet alamnya ke Negara Amerika Serikat
dalam volume atau jumlah yang besar. Sedangkan Malaysia cenderung
mengekspor karet alamnya ke negara-negara yang ada di Benua Eropa khususnya
negara-negara di Eropa bagian Barat, yaitu Jerman, Inggris, Spanyol, Belgia,
Belanda, Prancis dan Italia.
Tabel 4. Ekspor Karet Alam Thailand Menurut Negara Tujuan 2002-2007 (ton)
Negara
Tahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Cina 463,637 650,898 619,800 573,385 747,168 827,369
Jepang 498,854 542,837 525,654 540,485 497,740 405,598 Malaysia 363,651 365,486 383,695 403,506 442,664 423,049
USA 382,317 278,693 249,196 237,858 210,784 213,081
Korea
Selatan 138,756 165,832 171,668 185,308 173,476 151,824 Uni Eropa 266,392 294,239 291,670 281,090 261,882 270,543 Lain-Lain 321,809 275,465 395,413 410,766 442,959 412,298 Total 2.354,416 2.573,450 2.637,096 2.632,398 2.771,673 2.703,762 Sumber: Rubber Research Institute of Thailand
Tabel 4 menunjukkan negara-negara yang menjadi tujuan ekspor karet
alam Thailand. Terlihat bahwa Negara Cina adalah tujuan ekspor utama selama
tahun 2002-2007. Pada tahun 2007 pangsa pasarnya mencapai 70 persen dari total
karet alam yang diekspor oleh Thailand. Selain ke Cina, Thailand juga
mengekspor karet alamnya ke Negara Jepang dan Malaysia. Disisi lain
menunjukkan bahwa Negara Amerika Serikat (USA) telah menjadi tujuan ekspor
utama karet alam Indonesia (Tabel 5). Amerika Serikat sudah seperti pasar
tradisional karet alam Indonesia. Pada tahun 2004 pangsa pasar karet alam
Indonesia di USA sebesar 67 persen.
9
Tabel 5. Ekpor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan 2004-2009 (Ton)
Tujuan Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Japan 225,214 260,604 357,539 397,776 400,693 272,878
Korea 76,794 74,813 90,593 93,091 106,460 99,548
China 197,536 249,791 337,222 341,821 318,841 457,118
Singapura 85,591 115,084 135,406 161,255 151,260 100,165
USA 627,868 669,120 590,946 644,270 622,167 394,307
Kanada 70,566 71,769 66,045 53,628 59,163 51,210
Brazil 58,836 55,016 48,360 65,749 77,066 58,507
Prancis 30,969 32,144 42,989 48,197 46,380 30,083
Jerman 71,808 61,974 82,100 80,809 57,705 36,639
Belgia 44,992 34,939 42,513 41,692 31,573 17,010
Lain-lain 384,087 398,527 492,284 478,488 424,148 473,798 Total 1,874,261 2,023,781 2,285,997 2,406,776 2,295,456 1,991,263 Sumber: Gapkindo, 2010
Tabel 6. Tujuan Ekspor Malaysia (2006-2010*)
Negara Tahun
2001 2002 2003 2004 2006 2008 2010*
China 85,448 129,387 207,361 288,761 405,616 301,178 79,703 Eropa 274,589 274,047 267,936 310,890 269,370 230,889 52,477 South
Korea 57,574 58,882 69,165 63,636 66,698 51,791 13,219
USA 65,762 80,767 76,542 74,224 64,706 53,541 10,065 Iran 59,797 44,943 48,387 54,533 45,010 40,180 10,003 Brazil 24,577 41,108 29,364 36,828 32,403 33,624 7,721 Taiwan 11,662 14,099 13,949 17,991 20,458 16,107 4,136 Turkey 23,750 23,683 25,107 24,774 19,792 21,361 5,138 South
Africa 23,450 28,301 23,768 21,583 14,131 15,306 4,033
Japan 17,732 13,837 10,624 13,005 9,347 7,554 5,777
Others 176,513 117,995 174,272 202,905 190,020 145,068 34,608 Total 820,854 887,019 946,475 1,109,130 1,137,551 916,599 226,880 Sumber : Department of Statistics, Malaysia (*Januari – Maret)
Tabel 6 menunjukkan negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor
karet alam Malaysia. Pada tabel tersebut terlihat bahwa Eropa adalah salah satu
tujuan ekspor utama selama tahun 2001-2010. Pada periode waktu sebelumnya
10 ke negara-negara yang ada di Eropa. Negara-negara tersebut diantaranya Jerman,
Prancis, Belanda, Italia, Inggris, Spayol, dan Belgia. Tahun 2001 jumlah karet
yang diekspor ke Eropa yaitu sebesar 274.589 ton namun pada tahun 2002-2003
terjadi penurunan volume karet alam yang diekspor ke negara-negara Eropa . Lalu
pada tahun 2004 terjadi peningkatan yang sangat tajam yaitu meningkat 87 persen
dari ekspor tahun sebelumnya.
Adanya perbedaan negara tujuan ekspor dari negara produsen utama karet
alam dunia ini menuntut setiap negara agar menyusun strategi dalam
meningkatkan kuantitas (produksi dalam negeri) maupun kualitas dan mutu dari
karet alam yang dihasilkan oleh masing-masing negara. Dengan melihat adanya
perkembangan pemakaian karet alam yang semakin meluas dan masih terbukanya
perdagangan karet alam di pasar dunia berarti Thailand, Indonesia dan Malaysia
masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk meningkatkan pangsa
pasarnya di pasaran internasional.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keragaan karet alam di pasar internasional atau dunia, Negara
Thailand, Indonesia dan Malaysia?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam Negara
Thailand, Indonesia dan Malaysia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Menganalisis keragaan karet alam di pasar internasional atau dunia, Negara
Thailand, Indonesia dan Malaysia.
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam
Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik bagi penulis maupun
pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Adapun manfaat dari
11 1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan ilmu yang sudah dipelajari agar lebih bermanfaat lagi
serta melatih diri dalam berpikir dan menuangkan ide pemikirannya.
2. Bagi pemerintah dan asosiasi/lembaga karet alam (khususnya Negara
Thailand, Indonesia dan Malaysia) sebagai pembuat keputusan, penelitian ini
diharapkan bisa memberikan rekomendasi kebijakan-kebijakan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor karet alamnya.
3. Bagi akademisi, penelitian ini berguna sebagai sumber informasi atau rujukan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perdagangan Internasional
Pada awalnya perdagangan internasional merupakan pertukaran dalam arti
perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya
diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang (saat terjadinya transaksi)
dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya berkembang
hingga pertukaran antar negara atau internasional dengan aset-aset yang
mengandung risiko seperti saham, valuta asing dan obligasi yang saling
menguntungkan kedua belah pihak bahkan semua negara yang terkait didalamnya
sehingga memungkinkan setiap negara melakukan diversifikasi atau
penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan
mereka (Halwani, 2002).
Perdagangan internasional mempunyai keuntungan bagi suatu negara dari
sisi produksi dan konsumsi. Perdagangan mendorong manusia mengkonsumsi
barang dan jasa dengan harga yang lebih murah melalui impor. Perdagangan juga
memungkinkan manusia dapat mengkonsumsi produk dari seluruh dunia yang
tidak dihasilkan oleh produsen dalam negeri. Perdagangan internasional memacu
pengalokasian sumberdaya secara lebih efisien. Sektor ekonomi yang kurang
efisien dan dapat terpenuhi melalui impor dialihkan ke sektor ekonomi yang
mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan negara lain.
Pendugaan parameter fungsi ekspor yang berhubungan dengan
perdagangan internasional dari suatu komoditi telah lama diketahui. Memahami
pergeseran ekspor akan mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam membuat
keputusan yang berhubungan dengan perdagangan internasional komoditi
tersebut.
Malian (2003) menggunakan pendekatan Macroeconomic Models dengan Path Analysis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor produk pertanian dan produk industri pertanian Indonesia. Hasil analisis
menunjukkan bahwa peubah kebijakan yang mempengaruhi secara dominan
ekspor produk pertanian adalah nilai tukar riil dan investasi pemerintah di sektor
13 nilai tukar riil. Untuk meningkatkan nilai ekspor produk pertanian dan produk
industri pertanian, maka pemerintah perlu mempertahankan nilai tukar riil pada
suatu tingkat yang dapat mendorong ekspor. Di samping itu, pemerintah juga
perlu meningkatkan investasi pemerintah di sektor pertanian, khususnya terhadap
berbagai komoditas yang memiliki orientasi dan potensi ekspor.
Sinaga (2007) menganalisis aliran perdagangan komoditi karet alam
Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi di negara tujuan (kasus lima
negara tujuan ekspor utama) menyimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang
berpengaruh signifikan dari enam faktor sebagai variabel yang menyusun gravity model aliran perdagangan karet alam Indonesia, yaitu variabel GDP negara tujuan dan variabel nilai ekspor ban negara tujuan. Salah satu negara tujuan ekspor yang
diteliti adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat termasuk salah satu importir
karet alam terbesar dunia, selain itu juga merupakan negara yang memproduksi
karet sintetis terbesar di dunia. Walaupun Amerika Serikat memproduksi karet
sintetis, namun negara ini juga mengimpor karet alam. Hal ini disebabkan oleh
besarnya tingkat konsumsi sektor industri terhadap karet. Ekspor karet alam ini
diperlukan oleh industri-industri otomotif dan ban di Amerika Serikat sebagai
bahan baku. Selain sektor industri otomotif dan ban, industri di Amerika Serikat
yang membutuhkan karet utama adalah pabrikasi, elektronik serta pertambangan.
Lestari (2010) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
ekspor karet alam Indonesia. Data yang digunakan ialah volume produksi karet
alam domestik, konsumsi karet alam domestik, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat, volume ekspor karet alam bulan sebelumnya (lag ekspor), harga karet alam domestik, harga karet alam dunia dan harga karet sintetis dunia.
Variabel independen yang berpengaruh signifikan secara individu pada taraf nyata
lima persen, yaitu: volume produksi karet alam domestik, konsumsi karet alam
domestik dan harga karet sintetis dunia.
2.2. Penelitian Terdahulu
Berbagai studi tentang perdagangan karet alam di pasar internasional telah
dilakukan. Beberapa studi di antaranya menggunakan model regresi sebagai alat
14 peubah bebas (independent variable) dan jumlah produksi maupun supply ekspor dijadikan sebagai peubh tidak bebas (dependent variable). Studi-studi lainnya ada yang menggunakan regresi berganda, baik dengan menggunakan persamaan
tunggal (single equation) maupun menggunakan persamaan simultan (simultaneous equation). Sedangkan data yang digunakan tergantung dari keperluannya. Sebagian menggunakan data deret berkala (time series) menurut bulan, triwulan, semester, atau tahun, dan sebagian lagi ada yang menggunakan
data silang waktu (cross section) dengan petani produsen maupun eksportir produsen sebagai unit analisanya.
Elwanmendri (2000) menganalisa tentang perdagangan karet alam antar
negara produsen utama dan Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penawaran dan permintaan yang dirumuskan sebagai model
ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Model diduga dengan pangkat
dua terkecil tiga tahap (Three Stage Least Squares = 3SLS), menggunakan data sekunder periode 1970-1997. Hasil penelitian analisis simultan ini di antaranya:
negara produsen utama akan mendapatkan keuntungan devisa jika terjadi
kenaikan nilai tukar riil efektif masing-masing negara bersangkutan (Indonesia,
Malaysia dan Thailand); apabila kenaikan nilai tukar terjadi secara bersama-sama
maka semua negara produsen utama karet alam mendapatkan keuntungan devisa,
demikian pula dengan Amerika Serikat; perubahan produksi karet di tiga negara
produsen akan menguntungkan Indonesia dan Thailand, sebaliknya Malaysia
mengalami kerugian berupa penurunan devisa; apabila terjadi perubahan produksi
kelapa sawit di tiga negara produsen, akan menguntungkan Indonesia, dan
sebaliknya Malaysia dan Thailand mengalami kerugian berupa penurunan devisa;
apabila kenaikan nilai tukar riil efektif terjadi di tiga negara produsen, dan diikuti
oleh perubahan produksi karet dan kelapa sawit, maka Indonesia dan Thailand
akan mendapatkan keuntungan berupa kenaikan devisa.
Sementara Hendratno (2008) melakukan penelitian terhadap permintaan
ekspor karet alam Indonesia di Negara Cina menggunakan model regresi berganda
dengan variabel volume ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina, harga
ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina, harga karet sintetis dunia, nilai tukar
15 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia
di Negara Cina adalah harga ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina tahun
sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP per-kapita Cina, nilai tukar Yuan
terhadap Dollar US dan lag ekspor tahun sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan selanjutnya dikembangkan ke arah studi pada
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di tiga negara produsen
utama karet alam dunia. Hal ini dilakukan mengingat pentingnya mengetahui
lebih lanjut mengenai alasan atau faktor-faktor yang mendasari suatu negara
produsen mengekspor karet alamnya ke negara pengimpor utama serta mengatasi
permasalahan volume ekspor karet alam yang tidak stabil atau cenderung
menurun bagi ketiga negara. Melihat besarnya tingkat konsumsi karet alam dunia,
memberi peluang bagi perluasan pasar karet alam dunia untuk menjadi sasaran
baru bagi negara produsen utama karet alam (Thailand, Indonesia, dan Malaysia)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Teori Perdagangan dan Pembentukan Harga Pasar Internasional
Perdagangan antar negara atau lebih dikenal dengan perdagangan
internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang
lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan setempat (dalam
negeri) yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan cara barter (pertukaran
barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana
masing-masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk
kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara mitra
dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan
sumber daya alam, iklim penduduk, sumberdaya manusia, spesifikasi tenaga
kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan
politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut diatas, maka atas dasar
kebutuhan saling menguntungkan maka terjadilah proses pertukaran yang dalam
skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional (Halwani, 2002).
Pass (1997) menerjemahkan perdagangan internasional, yaitu pertukaran
barang dan jasa antar negara berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki
negara-negara dalam menyediakan produk-produk tertentu, yang memberikan
dasar dari suatu pembagian kerja internasional atau lokasi produksi. Keunggulan
komparatif antar negara menggambarkan struktur biaya yang berbeda. Perbedaan
struktur biaya dalam keunggulan komparatif menetukan daya saing harga dan
daya saing produk. Faktor-faktor keunggulan komparatif adalah sumber daya
alam, sumber daya manusia, teknologi, modal, skala ekonomi dan diferensiasi.
Harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara merupakan
landasan bagi berlangsungnya hubungan dagang yang menguntungkan antara
kedua belah pihak.
Lipsey (1997) menyatakan bahwa perdagangan internasional diartikan
sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara.
Perdagangan internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang
17 dan jasa yang dapat dilakukan secara efisien sementara negara tersebut akan
berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang tidak
diproduksinya. Selanjutnya Limbong dan Sitorus (1987) mengemukakan bahwa
ada beberapa pendekatan untuk melihat perdagangan atau menilai hubungan
perdagangan antar daerah atau negara, yaitu pendekatan analisis kependudukan,
analisis masukan keluaran dan program linear. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan
penawaran dan permintaan antar negara, tidak semua negara menghasilkan
komoditi yang diperdagangkan, dan adanya perbedaan biaya relatif dalam
menghasilkan komoditas tertentu (Gonarsyah, 1987).
Selanjutnya Salvatore (1997) mengemukakan bahwa pada dasarnya model
perdagangan internasional harus berlandaskan empat hubungan utama: hubungan
antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif,
hubungan antara harga-harga relatif, penentuan keseimbangan dunia dengan
penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia, dan dampak-dampak atau
pengaruh nilai tukar perdagangan (term of trade) yakni harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya terhadap kesejahteraan suatu negara.
Menurut Sukirno (1993), manfaat perdagangan internasional sebagai berikut:
memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh
keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan, dan
transfer teknologi modern.
Proses terjadinya perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1.
Asumsi yang digunakan adalah hanya dua negara yaitu negara 1 dan negara 2 dan
hanya satu jenis komoditi yaitu komoditi X. Oleh karena itu, analisis ini bersifat
parsial (Salvatore, 1997). Kurva Dx dan Sx masing-masing melambangkan kurva
permintaan dan kurva penawaran komoditi X di negara 1 dan 2. Sumbu Y
menunjukkan harga komoditi (Px), sedangkan sumbu X mengukur kuantitas
18
Gambar 2. Harga Komoditi Relatif Sumber: Salvatore, 1997
Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga P1, kuantitas komoditi
X yang ditawarkan (QSx) sama dengan kuantitas yang diminta (QDx) oleh
konsumen Negara 1, jadi negara ini tidak akan mengekspor komoditi tersebut
sama sekali. Hal ini memunculkan titik A* pada kurva S di Gambar ii (yang
merupakan kurva penawaran ekspor Negara 1. Bila Px bergerak naik ke P2, maka
akan terjadi kelebihan penawaran bila dibandingkan dengan permintaannya, dan
kelebihan itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan jumlah komoditi yang akan
diekspor Negara 1 pada tingkat harga P2. BE sama dengan B*E* pada gambar ii
dan disitulah terletak titik E* yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor
komoditi X dari Negara 1.
Panel C memperlihatkan bahwa pada saat harga P3, maka penawaran dan
permintaan komoditi X di Negara 2 akan sama besarnya (QDx=QSx) sehingga
tidak akan mengimpor komoditi tersebut sama sekali. Hal tersebut dilambangkan
oleh titik A” yang terletak pada kurva permintaan impor Negara 2 (kurva D) yang
ada pada Gambar ii. Bila harga bergerak turun ke P2, maka akan terjadi kelebihan
permintaan sebesar B’E’. Kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditi X
yang akan diimpor oleh Negara 2. Jumlah B’E’ sama dengan B*E* pada Gambar
19 Panel B menunjukkan bahwa berdasarkan harga P2, jumlah impor
komoditi X yang diminta Negara 2 sama dengan jumlah ekspor yang ditawarkan
Negara 1. Hal ini diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan kurva S
setelah komoditi X diperdagangkan antara dua negara. Apabila Px lebih besar dari
P2, maka jumlah ekspor yang ditawarkan akan melebihi jumlah permintaan impor
sehingga lambat laun harga relatif komoditi tersebut akan turun sehingga pada
akhirnya akan sama dengan P2. Sedangkan bila Px lebih kecil dari P2, jumlah
impor yang diminta akan lebih besar dari jumlah ekspor yang ditawarkan
sehingga Px akan naik dan pada akhirnya sama dengan P2. Jadi P2 merupakan
harga ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional
berlangsung.
Bila harga yang berlaku di atas P1, maka Negara 1 akan memproduksi
lebih banyak komoditi X daripada tingkat permintaan domestiknya. Kelebihan
produksi ini selanjutnya akan diekspor ke Negara 2. Di lain pihak, jika harga yang
berlaku lebih kecil dari P3, maka Negara 2 akan mengalami peningkatan
permintaan yang lebih tinggi daripada produksi dalam negerinya. Hal ini akan
mendorong Negara 2 mengimpor kekurangan kebutuhannya dari Negara 1.
Secara teoritis, suatu segara (misalnya negara A) akan mengeskpor suatu
komoditi karet ke negara lain (negara B) jika harga domestik di negara A sebelum
terjadinya perdagangan relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di
Negara B. Hal tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran (Excess Supply), yaitu produksi domestik melebihi kebutuhan konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di Negara A relatif berlimpah. Dengan demikian Negara A
mempunyai kesempatan untuk menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di
lain pihak, di Negara B terjadi kekurangan supply karet karena konsumsi domestiknya melebihi produksi karet karena konsumsi domestiknya melebihi
produksi domestik (Excess Demand) sehingga harga menjadi tinggi. Dalam kesempatan ini Negara B berkeinginan untuk membeli komoditi karet dari negara
lain yang harganya lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara Negara
A dan Negara B, maka akan terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut.
20 Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan keseimbangan antara
penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan
mempengaruhi penawaran dunia sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia
akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya
akan mempengaruhi harga dunia.
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa ekspor suatu negara sangat
dipengaruhi oleh harga domestik, harga internasional serta keseimbangan antara
penawaran dan permintaan dunia. Selain itu secara tidak langsung ditentukan oleh
perubahan laju nilai tukar (Exchange Rate) mata uang suatu negara terhadap negara lain. Bila nilai tukar suatu negara terhadap negara lain menguat (misalnya
Rp/US$), maka harga domestik akan naik terhadap US$. Kenaikan harga
domestik tersebut di pasaran internasional mengakibatkan turunya permintaan
produk suatu negara di luar negeri (karena harga jual karet naik di pasar luar
negeri) sehingga ekspor akan turun. Dengan demikian menguatnya nilai tukar
mata uang suatu negara tehadap negara lain akan mengakibatkan penurunan
volume ekspor ke negara tersebut. Sebaliknya bila nilai tukar mata uang melemah
akan mendorong terjadinya peningkatan ekspor.
3.1.2. Teori Ekspor
Pada awalnya, komoditi yang dihasilkan oleh produsen hanya ditawarkan
di dalam negeri. Tapi seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan barang dan jasa
tersebut serta ada negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, maka
negara yang dapat menghasilkan suatu komoditi dalam jumlah besar akan
mengekspornya ke negara yang membutuhkannya.
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan internasional.
Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau
komoditas dari dalam negeri untuk memasukan atau mengirimnya ke negara lain.
Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea
cukai di negara pengirim maupun penerima barang atau komoditi tersebut.
21 Secara umum produk ekspor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu
barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas
adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas
adalah barang-barang yang berupa minyak bumi dan gas, seperti hasil
perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan
berupa minyak bumi dan gas.
Menurut Amir (1989) ada tiga hal yang menjadi landasan dalam
melakukan kegiatan perdagangan ekspor suatu komoditi, yaitu: komoditi tersebut
memiliki keunggulan komparatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan
biaya produski komoditi yang sama di negara lain, komoditi tersebut diekspor
dalam rangka pengamanan cadangan strategis nasional, komoditi tersebut sesuai
dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar negeri.
Saat aktivitas ekspor sudah berjalan atau sedang berjalan, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh negara pengekspor, yaitu: persaingan dengan negara
produsen yang lain, campur tangan pemerintah di negara konsumen maupun
pemerintah di negara pesaing yang bersifat proteksionis, taktik yang sering
dilakukan oleh negara konsumen untuk memperoleh komoditi yang murah dan
bermutu tinggi serta suplai yang berkesinambungan, dan kemajuan teknologi
negara konsumen dalam menciptakan barang subtitusi atau perkembangan
teknologi di negara pesaing yang akan mempengaruhi biaya produksi dan mutu
komoditi
3.1.3. Model Teoritis Fungsi Ekspor
Ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi domestik dikurangi
domestik ditambah stok pada akhir tahun lalu (atau awal tahun kini). Secara
matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Xt = Qt – Ct + St-1…...………..………(1)
Dimana:
Xt :jumlah ekspor pada tahun ke-t
Qt : jumlah produksi domestik pada tahun ke-t
Ct : jumlah konsumsi domestik pada tahun ke-t
22 Untuk stok ekspor karet alam dianggap tidak ada atau nol. Sehingga secara
matematis adalah sebagai berikut:
Xt = Qt – Ct………...(2)
Produksi dalam pengertian umum meliputi semua aktivitas untuk
menciptakan barang dan jasa tetapi dalam konsep produksi hanya akan
dibicarakan pada masalah barang. Besarnya produksi pada tahun ke-t (Qt) pada
dasarnya ditentukan oleh luas areal tanam (yaitu tanaman produktif = At), iklim
yang terjadi selama satu tahun atau curah hujan rata-rata (CHt), pemakaian
teknologi (yang ditunjukkan dengan produktivitasnya (Tt), harga domestik tahun
lalu untuk komoditas pertanian yang bersangkutan (HDt-1) dan barang subtitusinya
(HSt-1). Dengan melihat faktor-faktor tersebut maka produksi dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Qt = f( At, CHt, Tt, HDt-1, HSt-1)..………..(3)
Produksi yang dihasilkan tersebut sebagian dikonsumsi di dalam negeri.
Besarnya konsumsi tersebut (Ct) tergantung pada harga domestik (HDt), harga
barang substitusi (HSt), harga komplementer (HKt), jumlah penduduk (Nt),
pendapatan perkapita (YPt), dan selera yang ditunjukkan dengan konsumsi
perkapita (CPt). Dengan demikian fungsi konsumsi dapat ditulis sebagai berikut:
Ct = f (HDt, HSt, HKt, Nt, YPt, CPt) ………...(4)
Dari penjelasan di atas maka fungsi ekspor (Xt) suatu komoditi pertanian
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Xt = f (At, CHt, Tt, HDt-1, HSt-1, HDt-1, Hdt, HSt, HKt, Nt, YPt, CPt) …...(5)
Disamping itu faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam negeri tersebut,
ekspor suatu negara dipengaruhi pula oleh faktor-faktor yang bersasal dari luar
negeri. Ada dua faktor yang besar pengaruhnya terhadap ekspor yaitu tingkat nilai
tukar atau Exchange Rate (ERt) dan harga komoditas di pasar internasional (HIt).
Dan faktor yang bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan yang sangat penting
dalam kegiatan ekspor ini adalah jarak antara negara pengekspor dan pengimpor
(Jt). Dengan demikian maka fungsi ekspor kini menjadi:
Xt = f (At, CHt, Tt, HDt-1, HSt-1, HDt-1, Hdt, HSt, HKt, Nt, YPt, CPt, ERt,
23 Fungsi tersebut di atas berlaku untuk komoditas pertanian secara umum.
Setelah fungsi tersebut digunakan pada komoditi karet maka ada beberapa peubah
yang dihilangkan karena berpengaruh sangat kecil. Di samping itu ada juga
beberapa peubah yang tidak tersedia datanya, sehingga harus dikeluarkan dari
fungsi.
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet adalah
harga ekspor karet alam, volume ekspor tahun sebelumnya, harga karet alam
dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP negara tujuan, dan nilai tukar negara
pengimpor terhadap US$.
Fungsi ekspor komoditas karet dinyatakan sebagai berikut:
Xt = f(HKt, Qt-1, HDt, HSt, Yt, ERt)
Dimana:
Xt : jumlah/volume ekspor karet alam ke negara tujuan
HKt-1 : harga ekspor karet alam di pasar negara tujuan
Qt-1 : jumlah/volume ekspor tahun sebelumnya
HDt : harga karet alam di pasar internasional (dunia)
HSt : harga karet sintetis dunia
Yt : nilai GDP negara pengimpor
ERt : nilai tukar mata uang/Exchange Rate
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Keadaan perkaretan dunia beberapa tahun terakhir ini mengalamai
perubahan struktural, baik dalam industri barang jadinya (otomotif) maupun
dalam pasar dan industri karet itu sendiri. Perkembangan industri barang jadi,
teknologi radialisasi dan optimalisasi dalam industri ban akan meningkatkan
konsumsi karet alam dunia serta menghendaki kualitas bahan baku karet alam
yang lebih baik dan konsisten.
Selain hal di atas, peningkatan investasi Jepang dalam industri otomotif di
Amerika Serikat, juga akan meningkatkan konsumsi karet alam di masa yang akan
24 terhadap karet alam, yang juga diduga akan mempengaruhi harga karet alam di
pasar internasional.
Sebagai produsen dan pengekspor karet alam terbesar di dunia Thailand,
Indonesia dan Malaysia menjadikan karet alam sebagai penghasil devisa bagi
masing-masing negaranya. Walaupun pada saat ini ketiga negara tersebut menjadi
pengekspor karet alam terbesar di dunia, ternyata juga mengalami fluktuasi
volume ekspor yang disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun
eksternal.
Di sisi lain, konsumsi karet alam dunia mengalami peningkatan terutama
selama periode 2003-2007. Sebelum tahun 2000, Amerika Serikat merupakan
negara konsumen terbesar karet alam dunia. Tetapi sesudahnya, Cina menjadi
konsumen terbesar diikuti Amerika Serikat, Jepang, India dan Korea Selatan. Dari
lima negara konsumen terbesar karet alam dunia, empat diantaranya berada di
kawasan Asia. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di
negara-negara kawasan Asia serta adanya relokasi berbasis karet alam khususnya industri
ban, dari kawasan Amerika-Eropa ke Asia-Pasifik.
Bangkitnya ekonomi China dan India yang berpenduduk terbesar pertama
dan kedua dunia, meningkatkan daya beli sebagai dampak kenaikan pendapatan
perkapitanya. Pergeseran produksi dan pasaran kendaraan bermotor dan ban
sebagai produk ikutannya dari dunia barat ke timur Asia, meniupkan angin segar
dan harapan baru bagi peningkatan konsumsi karet alam dunia di masa depan.
Peningkatan konsumsi karet alam tersebut merupakan peluang yang harus
dimanfaatkan secara optimal oleh negara produsen karet alam utama, khususnya
Thailand, Indonesia dan Malaysia dengan cara memperbesar volume ekspor karet
alamnya. Karena tujuan ekspor negara produsen utama karet alam ini
berbeda-beda, maka terlebih dahulu dilakukan analisis tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi ekspor karet alam tersebut, meliputi: harga ekspor karet alam,
volume ekspor tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis
dunia, GDP negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara pengimpor terhadap
25
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
Permintaan karet alam dunia > Penawaran karet alam dunia Harga karet sintetis tinggi
Harga dan volume ekspor karet alam fluktuatif
Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah negara produsen utama karet alam di dunia
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam:
1. harga ekspor karet alam
2. volume ekspor karet alam tahun sebelumnya
3. harga karet alam di pasar internasional (dunia)
4. harga karet sintetis dunia
5. nilai GDP negara pengimpor
6. nilai tukar mata uang atau Exchange Rate
Rekomendasi AS
Indonesia Malaysia
Cina Thailand
26
3.3. Hipotesis
Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ekspor karet alam
negara produsen utama, maka hipotesis penelitian ini yaitu:
1. Harga ekspor karet alam mempengaruhi permintaan ekspor karet alam dan
memiliki hubungan yang positif. Jika harga ekspor karet alam meningkat
maka volume ekspor ke negara tujuan akan meningkat dan begitu pula dengan
sebaliknya.
2. Volume ekspor karet alam tahun sebelumnya memiliki hubungan yang positif
terhadap volume ekspor karet alam. Semakin besar volume ekspor tahun
sebelumnya maka semakin besar volume ekspor tahun t begitu pula dengan
sebaliknya.
3. Harga karet alam di pasar internasional (dunia). Harga karet alam dunia bila
dilihat dari sisi penawaran, diduga berpengaruh positif terhadap volume
ekspor karet alam. Bila harga karet alam dunia naik, maka volume ekspor
karet juga meningkat. Sebaliknya bila harga karet alam dunia turun, maka
volume ekspor juga turun.
4. Harga karet sintetis dunia merupakan representasi dari harga barang subsitusi
atas karet alam. Hubungan antara harga karet sintetis terhadap pemintaan
ekspor karet alam negara produsen utama (Thailand, Indonesia, dan Malaysia)
adalah positif. Jika harga karet sintetis meningkat, maka permintaan ekspor
karet alam akan meningkat begitu pula sebaliknya.
5. Nilai GDP negara pengimpor berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor
karet alam. Jika GDP meningkat maka permintaan ekspor karet alam akan
meningkat pula dan begitu pula sebaliknya.
6. Nilai tukar (Exchange Rate) terhadap mata uang negara tujuan ekspor karet alam berpengaruh negatif terhadap permintaan karet alam di negara eksportir.
Jika nilai tukar menguat maka permintaan ekspor karet alam akan meningkat,
sebaliknya jika nilai tukar melemah maka permintaan ekspor karet alam akan
Gambar
Dokumen terkait
Sementara pada saat menjalankan ujian tahap kedua, mereka diharuskan mencari gulungan di dalam hutan, dan tanpa diduga sebelumnya, Naruto, Sasuke dan Sakura diserang oleh Orochimaru
24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengenai kewajiban mendaftarkan tenaga kerjanya ikut BPJS Ketenagakaerjaan di UMKM tenun sarung
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu
Susu dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1. jika jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 1!!.!!! setiap milliliter. Bakteri-bakteri koli tidak dalam
Pada perkembangannya, Mulyana (1964:1) mengatakan bahwa, “semantik ialah bidang pengkajian makna kata dalam konteks bahasa tertentu. Wilayah kajiannya meluas sampai pada
Reksa dana merupakan alternatif investasi bagi masyarakat dan kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu.Reksa dana syariah
arti inkulturasi sesuai dengan pemaknaan yang ada pada liturgi, maka akan dibandingkan unsur fisik antara Budaya Jawa dan budaya Gereja Katolik untuk mencari kesesuaian makna
batasan yang jelas tentang: lingkungan rumah yang bersifat informal, percakapan sosial yang bisa terjadi antara anggota keluarga sepanjang hari, keikutsertaan anggota