• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Fcc Neonatal Kel 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Fcc Neonatal Kel 2"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MAKALAH

APLIKASI FAMILY CENTERED CARE PADA NEONATUS APLIKASI FAMILY CENTERED CARE PADA NEONATUS

II OLEH : OLEH : Disusun Oleh: Disusun Oleh: Kelompok 3 Kelompok 3 PUTRI

PUTRI EKA EKA SUDIARTI SUDIARTI (1721312080)(1721312080) DEVI

DEVI EKA EKA SAFITRI SAFITRI (1721312006)(1721312006) HIDAYATUL

HIDAYATUL HASNI HASNI (1721312057)(1721312057)

Dosen Pengampu Dosen Pengampu Ns. Dwi Novianda ,M.Kep Ns. Dwi Novianda ,M.Kep

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS UNIVERSITAS ANDALAS 2018 2018

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi keperawatan merupakan ladang amal, ilmu dan kemanusiaan. Hal ini dikarenakan bahwa perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang diberikan kepada  pasien atau sering disebut sebagai Patient Centered Care (PCC) tapi juga perawat

memberikan pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien atau sering disebut Family Centered Care(FCC). Dalam kaitannya dengan PCC, perawat selalu berada disisi pasien, menjaga pasien dan memberikan terapi atau tindakan keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi medis kepada pasien. Peran perawat juga sangat terlihat begitu berarti pada kondisi pasien kritis di tatanan ruang neonatal intensive care unit . Di NICU perawat harus stanby memonitor kondisi pasien secara terus menerus dan tidak boleh lengah.

Keluarga berdasarkan teori keluarga itu dipandang sebagai suatu hubungan saling ketergantungan dan saling keterikatan. Antar anggota keluarga memiliki rasa kasih sayang yang kuat dan saling memiliki, bahkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan merasakan kesedihan dan selalu mendampingi supaya cepat sembuh (Gavaghan & Carroll, 2009). Beberapa penelitian atau studi banyak yang menjelaskan dampak anggota keluarga yang sakit terhadap unit keluarga. Dampak tersebut antara lain akan menimbulkan permasalahan psikologis pada anggota keluarga yang tidak sakit bahkan jika masalah psikologis tersebut tidak segera diatasi maka dapat memicu terjadinya permasalahan fisik seperti timbulnya kondisi fisik yang menurun sehingga mudah terkena penyakit.

Pada unit ICU, perawat harus menyadari apa yang menjadi kebutuhan keluarga dengan anggota keluarga yang sedang dirawat karena kondisi yang kritis. Akan tetapi, menurut Cannon (2011) antara perawat dan keluarga mempunyai alokasi waktu yang tidak sama, sehingga jarang sekali bertemu saat conference, saat dilakukan prosedur tindakan dan saat visitasi pasien. Perawat cenderung mengesampingkan keluarga saat melakukan conference dan saat dilakukan prosedur tindakan, padahal ini sangan penting  bagi keluarga pasien. Keluarga akan kebingungan jika mereka tidak memahami lingkungan

(3)

memberikan kesimpulan atau persepsi yang salah terkait kondisi pasien atau pelayanan, jika mereka tidak lengkap dalam menerima informasi dan pengetahuan dari perawat di ruang ICU. Hal ini seuai dengan studi dari Morrison (1997) bahwa keluarga pasien terkejut atau kaget saat berada di dalam lingkungan ICU karena merasa tidak ada perbedaan antara siang dan malam, suara yang berisik karena banyaknya alarm alat monitoring pasien yang  berbunyi, dan banyaknya selang dan kabel kabel yang ada di pa sien.

Menurut Van dan Kautz (2007) menjelaskan bahwa selama pasien dirawat di rumah sakit terutama di ICU, perawat mempunyai peran dalam memberikan dukungan dalam keluarga, mempertahankan integritas keluarga, dan membantu anggota keluarga untuk mampu membantu merawat pasien. Perawat harus bisa menjadi sarana yang memberikan strategi untuk lebih mendekatkan keluarga dalam pelayanan pasien kritis di ICU, karena akan memberikan keuntungan secara psikis dan fisiologis bagi keluarga dan bagi pasien (Cannon, 2011). Pasien akan lebih merasa diperhatikan jika keluarga lebih dekat dengannya, sedangkan keluarga juga lebih tenang karena lebih dekat dengan pasien.

B. Tujuan

(4)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian

 Family Centered Care (asuhan berpusat pada keluarga) Filosofi Family Centered Care keluarga bersifat konstan dalam hidup anak. Sistem pelayanan dan personel harus mendukung, menghargai, mendorong, dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan pemberian bantuan efektif (Duns & Trivette, 1996).

1. Dua konsep dasar dalam family centered care adalah:

a)  Memampukan keluarga dengan menciptakan kesempatan dan cara bagi semua anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi terbaru mereka dan untuk mendapatkan kemampuan dan kompetensi baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.

 b)  Pemberdayaan menggambarkan interaksi profesional dengan keluarga dalam cara tertentu sehingga keluarga mempertahankan dan mendapat kontrol atas kehidupan mereka sendiri dan membuat perubahan positif yang dihasilkan dari perilaku membantu yang mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan tindakan mereka sendiri (Duns & Trivette, 1996).

Kemitraan orang tua profesional adalah mekanisme yang sangat kuat untuk memampukan dan memberdayakan keluarga. Orang tua berhak dihargai seperti halnya  profesional dan mereka mempunyai hak unutk memutuskan apa yang penting bagi mereka

sendiri dan keluarganya. Peran profesional adalah mendukung dan menguatkan kemampuan keluarga untuk mengasuh dan meningkatkan perkembangan anggota dalam cara yang memampukan dan memberdayakan. Profesional harus juga bekerja sama sebagai suatu tim demi keuntungan anak dan keluarga mereka (Patterson, 1996).

2. Manfaat Family Centered Care

a) Keluarga memiliki kepercayaan dan kemampuan yang lebih besar dan tekanan yang lebih kecil dalam merawat anak-anak mereka.

 b) Ketergantungan keluarga pada pemberi keperawatan profesional berkurang. c) Biaya perawatan berkurang.

(5)

e) Kedua orang tua dan petugas kesehatan diberdayakan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan yang baru.

3. Elemen Penting Family Centered Care, yaitu: a) Keluarga bersifat konstan

 b) Kolaborasi keluarga/profesional

c) Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas

d) Penghormatan terhadap keanekaragaman budaya, suku, ras, sosial, ekonomi, dll e) Metode koping yang berbeda

f) Kerja sama keluarga-keluarga

g) Rumah, rumah sakit, pelayanan masyarakat dan sistem pendukung fleksibel, dapat diakses, komprehensif

h) Menghargai keluarga sebagai keluarga, anak sebagai anak.

B. Peran Perawat Pediatrik  1. Hubungan terapeutik 

Penetapan hubungan terapeutik merupakan pondasi penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat anak perlu berhubungan dengan anak-anak dan keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan dan kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapeutik, caring, batasan yang didefinisikan dengan baik, memisahkan perawat dari anak dan keluarga. Batasan ini bersifat positif dan  profesional dan akan meningkatkan kendali keluarga atas perawatan kesehatan anak (Rushton, McEnhill dan Amstrong, 1996, Barnsteiner dan Gillis Donovans, 1990 dalam Wong, 2008, p. 14). Keduanya, baik perawat maupun keluarga diberdayakan, dan komunikasi yang terbuka dipertahankan. Dalam hubungan yang tidak terapeutik,  batasan ini tidak terlihat dengan jelas, dan banyak tindakan perawat yang dapat memenuhi kebutuhan pribadi, seperti kebutuhan untuk dilibatkan dan merasa diperlukan, dibandingkan hanya memenuhi kebutuhan keluarga (Wong, 2008, p. 14).

Walaupun relavan dalam semua tatanan, pendekatan asuhan berpusat-keluarga dalam praktik perawatan paling jelas dilakukan pada perawatan di rumah (home-care). Bagaimanapun, tatanan perawatan di rumah memberikan tantangan terbesar  bagi perawat dalam menentukan batasan hubungan kolaboratif dengan keluarga dan menjadi bagian dalam sistem keluarga. Beberapa faktor menghambat pemeliharaan

(6)

 batasan yang jelas tentang: lingkungan rumah yang bersifat informal, percakapan sosial yang bisa terjadi antara anggota keluarga sepanjang hari, keikutsertaan anggota keluarga dalam perawatan anak, dan upaya beberapa keluarga untuk mengurangi stres karena kehadiran orang asing di rumah dengan memasukkan perawat sebagai anggota keluarga (Wong, 2008, p. 14).

2. Advokasi/ Caring Keluarga

Walaupun perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, dan institusi tempat bekerja, tanggung jawab utama mereka adalah memberikan asuhan keperawatan kepada konsumen yaitu anak dan keluarganya. Perawat harus bekerja sama dengan anggota keluarga, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, dan merencanakan intervensi yang paling dapat mengatasi masalah. Sebagai advokat (pembela), perawat membantu anak-anak dan keluarga mereka dalam menentukan  berbagai pilihan yang diberitahukan dan bertindak dalam memberikan yang terbaik kepada anak. Advokasi itu meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui semua  pelayanan kesehatan yang tersedia, diinformasikan secara tepat tentang pengobatan

dan prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan didorong untuk berubah atau mendukung praktik pelayanan kesehatan yang ada (Wong, 2008, p. 15).

3. Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan

Tren pelayanan kesehatan masa depan adalah ke arah pencegahan penyakit dan  pemeliharaan kesehatan, bukan perawatan penyakit atau ketidakmampan. Keperawatan telah menyesuaikan perubahan ini, terutama dalam lingkungan kesehatan anak. Tahun 1965 program pediatrik nurse practitioner (PNP) mulai dikembangkan dan telah memicu terbentuknya beberapa peran keperawatan  primer atau ambulasi khusus bagi perawat. Daya dorong dari program ini adalah mendidik perawat lebih dari tahap persiapan dasar di area pemeliharaan kesehatan anak sehingga semua anak-anak dapat menerima perawatan yang berkualitas tinggi. Program praktisi sudah meluas untuk mempersiapkan PNP spesialis seperti praktisi  perawat anak onkologi. Walaupun kurikulumnya bervariasi, isi kursus biasanya

meliputi pengkajian riwayat, diagnosis fisik, pertumbuhan dan perkembangan,  pendidikan kesehatan, farmakologi, konseling, masalah umum di masa kanak-kanak, dan rencana asuhan untuk individu dan kelompok. Program ini kini merupakan  bagian dari pendidikan keperawatan tingkat sarjana (Wong, 2008, p. 16).

(7)

Penyuluhan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari advokasi dan prevensi keluarga. Penyuluhan kesehatan mungkin suatu tujuan langsung dari perawat, seperti selama kelas menjadi orang tua, atau mungkin tidak langsung seperti membantu orang tua dan anak memahami suatu diagnosis atau pengobatan medis, mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan tentang tubuh mereka, merujuk keluarga ke  profesional kesehatan atau kelompok pendukung, menyuplai pasien dengan literatur

yang tepat, dan memberi pedoman antisipasi (Wong, 2008, p. 16). 5. Dukungan/Konseling

Perhatian pada kebutuhan emosi memerlukan dukungan dan kadang-kadang konseling. Peran advokat anak atau guru kesehatan bersifat mendukung melalui  pendekatan individual yang sangat alamiah. Dukungan dapat diberikan dengan cara  berikut: mendengar, menyentuh, dan kehadiran fisik. Sentuhan dan kehadiran fisik  paling menolong anak-anak karena cara ini memudahkan komunikasi nonverbal

(Wong, 2008, p. 16). 6. Peran Restoratif 

Peran paling dasar dari semua peran keperawatan adalah restorasi kesehatan melalui aktivitas pemberian asuhan. Perawat secara langsung terlibat dalam  pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi anak, termasuk makan, mandi, toileting,  berpakaian, keamanan dan sosialisasi. Meskipun mereka bertanggung jawab untuk melakukan program dokter, perawat juga bertanggung gugat atas tindakan dan  penilaian mereka sendiri tanpa memperhatikan program tertulis dari dokter (Wong,

2008, p. 17).

7. Koordinasi/Kolaborasi

Perawat, sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan mengoordinasi  pelayanan keperawatan dengan aktivitas profesional lain. Bekerja sendirian tidak memberikan hal yang terbaik untuk anak. Konsep “Asuhan Holistik” hanya dapat direalisasi melalui penyatuan pendekatan interdisiplin. Menyadari kontribusi dan keterbatasan individu pada perawatan anak, perawat harus berkolaborasi dengan spesialis lain yang berhubungan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi. Kegagalan mengenali keterbatasan dapat menjadi non-terapeutik dan mungkin destruktif. Misalnya, perawat yang merasa kompeten dalam konseling tetapi tidak benar-benar cocok dalam bidang ini mungkin tidak hanya mencegah anak dari menghadapi krisis

(8)

tetapi mungkin juga mengancam keberhasilan profesional yang berkualitas nantinya (Wong, 2008, p. 17).

8. Pengambilan Keputusan Etis

Dilema etis muncul ketika pertentangan dan pertimbangan moral mendasari  berbagai alternatif. Orang tua, dokter, perawat dan anggota tim pelayanan kesehatan

dapat memperoleh keputusan berbeda tetapi dapat dibenarkan secara moral dengan menempatkan pertimbangan berbeda pada nilai moral yang menentangnya. Pertentangan nilai moral ini meliputi:

a.

autonomi 

(hak-hak pasien untuk mengatur dirinya sendiri)

 b.

nonmaleficence

(kewajiban untuk memperkecil atau mencegah bahaya) c.

beneficence

 (kewajiban untuk mempromosikan kesejahteraan pasien, dan d.

K eadilan

 (konsep persamaan)

9. Riset

Perawat pelaksana harus berperan pada riset karena mereka adalah individu yang mengamati respons manusia terhadap kesehatan dan kesakitan. Sayangnya, sedikit  perawat yang secara sistematis mencatat atau menganalisis pengamatan ini. Sebagai contoh, perawat kesehatan anak menggunakan metode inovatif untuk mendorong anak-anak mematuhi pengobatan. Jika intervensi ini secara klinis dievaluasi dan disebarluaskan pada perawat lain dalam publikasi riset, praktik keperawatan dapat didasarkan terutama pada ilmiah, bukan tradisi atau coba-coba (Wong, 2008, p. 18). 10.Perencanaan Pelayanan Kesehatan

Beberapa tahun terakhir peran perawat telah meluas hingga ke luar dari keluarga inti hingga mencakup komunitas (Kerfoot, 1996 dalam Wong, 2008, p. 18). Secara tradisional perawat telah terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat, baik secara kontinu atau episodik. Namun, jarang sekali perawat dilibatkan dalam perencanaan  pelayanan kesehatan, terutama pada tingkatan legislatif atau politis (Wong, 2008, p.

(9)

BAB III

APLIKASI FCC PADA NEONATUS

APLIKASI FAMILY CENTER CARE DI AMERICAN FAMILY CHILDREN’S HOSPITAL

DAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA

1. Sejarah

Asal usul penerapan Family Centered Care pada Neonatal awalnya mulai tahun

1800-an, Sebagian besar bayi lahir di rumah dengan sedikit keterlibatan dokter.

Perawatan hampir secara eksklusif diberikan oleh ibu, dengan bantuan dari anggota

keluarga besar yang biasanya perempuan. Pendekatan ini berubah pada tahun 1900-an,

ketika Dr Martin Couney menemukan inkubator, yang memisahkan ibu dari bayi mereka.

Era ini juga menandai dimulainya pemisahan neonatus dari keluarganya. Pemisahan ini

 berlanjut sampai tahun 1930-an saat persalinan dan persalinan berpindah dari rumah ke

rumah sakit, karena peningkatan hasil kesehatan yang diakibatkan oleh penemuan medis

dan tindakan pengendalian infeksi (Gooding et al., 2011).

Konsep perawatan ini berubah drastis seiring dengan pergantian abad dan

kemunculan teknologi yang berfungsi untuk mengurangi angka kematian neonatal. Pada

akhir tahun 1940an, 99% kelahiran dsudah dilakukan di rumah sakit di Amerika Serikat

dan untuk kelahiran di rumah sakit pada masa inilah terjadi pemisahan antara ibu dari

suaminya sebelum proses kelahiran dan pemisahan ibu dari anaknya setelah kelahiran,

hal ini terjadi karena ketakutan akan infeksi (Gooding et al., 2011, p. 21).

Pergeseran paradigma muncul dari yang terlihat di tahun 1800an, "dengan dokter

sebagai orang yang otoriter, perawat sebagai penjaga pintu bagi bayi, dan keluarga

(10)

Pada tahun 1970-an manfaat perawatan berpusat pada keluarga mulai muncul

kembali hal ini terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan untuk kontrol pada

konsumen di Amerika Serikat. Pada tahun 1993, Institute for Patient and

Family-Centered Care didirikan, dan konsep perawatan keluarga berpusat diperkenalkan Prinsip

 perawatan keluarga berpusat di NICU diikuti pada tahun 1993 (Harrison, 1993).

Dukungan keluarga mulai terjadi pada tahun 2001. The Institute of Medicine perawatan

yang berpusat pada pasien sebagai satu dari enam tujuan untuk sistem perawatan

kesehatan di abad ke-21 (Komite mengenai Kualitas Pelayanan Kesehatan di Amerika,

Institut Kedokteran, 2001).

Dalam sebuah pernyataan kebijakan bersama tahun 2003, American Academy of

Pediatrics dan Institute for Patient and Family-Centered Care menantang penyedia

layanan kesehatan untuk melibatkan orang tua sebagai mitra dan pengambil keputusan

 bersama melalui rawat inap yang berpusat pada keluarga (Committee on Hospital Care,

2003) . Banyak penyedia layanan kesehatan telah menjawab panggilan ini, dan bukti

untuk mendukung pendekatan berpusat pada pasien anak-anak yang berpusat pada

keluarga muncul.

Ini adalah tantangan yg berat. Publikasi baru-baru ini menggambarkan

ketidakpuasan yang dirasakan banyak orang tua NICU karena keterlibatan terbatas dalam

 perawatan anak mereka dan komunikasi orang tua terbatas (Gooding et al., 2011).

Ketidakpuasan ini muncul karena bayi membutuhkan tingkat rawatan yang lebih dan

memerlukan hari rawatan yang lama. Lebih dari setengah juta bayi yang lahir setiap

tahun di Amerika Serikat prematur (Centers for Disease Control and Prevention [CDC],

(11)

Probabilitas terbesar untuk mortalitas dan morbiditas adalah berat lahir sangat rendah

(CDC, 2010)

2. Strategies untuk mempersiapkan Keluarga di NICU

Persiapan yang berkaitan dengan proses juga penting. Sebagian besar orang tua

dalam sebuah studi PICU memilih untuk tidak berpartisipasi dalam perawatan yang

 berpusat pada keluarga , hal ini disebabkan karena munculnya rasa ketakutan bahwa

 proses tersebut akan meningkatkan kebingungan dan kecemasan mereka (Cameron et al.,

2009). Orang tua NICU menanggapi bahwa mereka kekurangan informasi tentang tujuan

dan waktu (Bramwell & Weindling, 2005).

Sebuah studi oleh Kleiber dkk. (2006) mengemukakan pentingnya

menggambarkan peran orang tua dalam perawatan anaknya. Studi lain menyarankan

untuk merinci nuansa lingkungan pengajaran yang berkaitan dengan Family Center Care

(Aronson et al., 2009).

Dalam konsep Family Center Care pasien dan keluarga mereka harus terus

diinformasikan dan terlibat aktif dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sendiri,

 perawatan pasien dikoordinasikan dan diintegrasikan di seluruh penyedia layanan, sistem

 persalinan memberikan kenyamanan fisik dan dukungan emosional pasien / keluarga,

 penyedia memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep pasien. penyakit dan

kepercayaan budaya, dan penyedia layanan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip

 pencegahan penyakit dan perubahan perilaku yang sesuai untuk populasi yang beragam.

Saat ini, banyak unit perawatan intensif neonatal (NICUs) tidak memperbolehkan

orang tua, saudara kandung, dan pengunjung memasuki NICU. Hal ini dilakukan atas

(12)

menjalani prosedur medis walaupun ada bukti bahwa kehadiran orang tua dapat

mengurangi rasa sakit anak dan kecemasan orang tua. Budaya NICU tidak konsisten di

dalam dan di antara unit. Orangtua melaporkan ketidakpuasan dengan peluang

keterlibatan mereka, dokter terhadap komunikasi orang tua, ketersediaan informasi, dan

 perencanaan untuk perpindahan rumah.

3. Dampak terhadap Desain dan Budaya Unit

Konsep perawatan yang berpusat pada keluarga telah membawa banyak

 perubahan selama bertahun-tahun. Desain untuk unit perawatan intensif anak-anak

(PICUs) dan NICU telah berubah dari yang awalnya hanya ruangan terbuka yang hanya

dipisahkan oleh tirai menjadi desain kamar pribadi/tunggal.

Desain unit mencakup ruang untuk pasien dan ruang yang dirancang dengan

fasilitas agar orang tua bisa menginap di kamar pasien. Hal ini mendorong partisipasi

orang tua dalam perawatan sehari-hari seperti memberi makan dan kehadiran pada

 prosedur. Kehadiran orang tua dan partisipasi dalam pengasuhan membangun

kepercayaan orang tua, dengan adanya orangtua disisi anak bisa mengurangi tekanan

emosional anak, meningkatkan penanganan anak selama prosedur, dan memperbaiki

 penyesuaian anak selama di rawat inap, setelah dirawat di rumah sakit, dan selama

 pemulihan .

Standar praktik terbaik untuk rancangan NICU merekomendasikan penyediaan

 perpustakaan keluarga atau area pendidikan. Laporan mengenai medis dan keperawatan

telah dipindahkan dari ruang konferensi ke sisi tempat tidur dan mencakup orang tua dan

(13)

Teknologi videoconference membantu keluarga tetap terhubung dengan anak

mereka dan kemajuan kondisi anak tiap hari selama orang tua tidak dapat hadir di

samping anak. Orang tua tidak lagi dipandang sebagai pengunjung, namun diundang

untuk hadir di samping tempat tidur 24 jam per hari. Saudara kandung sekarang termasuk

sebagai pengunjung penting. Ketika saudara diperbolehkan untuk berkunjung, perilaku

agresif dan regresif yang menurun di antara saudara kandung, dan peningkatan rasa

keluarga sebagai satu unit.

4. Outcome dari FCC

Ketika Family Center Care diimplementasikan, lamanya hari rawat bisa

 bertambah singkat, sehingga mengurangi biaya perawatan. Staf juga mendapatkan

keuntungan saat perawatan berpusat pada keluarga dilaksanakan. Banyak penelitian

melaporkan peningkatan kepuasan staf sebagaimana dibuktikan oleh perasaan positif

tentang pekerjaan, penurunan jumlah lowongan keperawatan, meningkatkan kinerja, dan

(14)
(15)

BAB IV PEMBAHASAN

(16)

BAB IV PEMBAHASAN

(17)
(18)

BAB V PENUTUP

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Critical, Surgical, and Care Committee. 2013. “Ha ndbook of Pediatric Surgical Critical Care”. American Pediatric Surgical Association. 1st Edition.

Bowden, VR. (2014). Children and Their Families: The Continuum of Nursing Care. Wolters Kluwer Health. 3rd edition. China.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Penenrapan Terapi HIV pada  Anak. Bakti Husada. 616.979.2 Ind e.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Estimasi dan Proyeksi HIV/Aids di Indonesia tahun 2011-2016. Bakti Husada. 616.979.2 Ind e.

Li, Xiaoming, Sayward E. Harrison, Amanda J. Fairchild, Peilian Chi, Junfeng Zhao, and

Guoxiang Zhao. 2016. “A Randomized Controlled Trial of a Resilience-Based Intervention on Psychosocial Well-Being of Children Affected by H IV/AIDS: Effects at 6- and 12-Month Follow-Up.” Social Science and Medicine. Elsevier Ltd, 1 – 9.

doi:10.1016/j.socscimed.2017.02.007.

Ramiro, María Teresa, Inmaculada Teva, María Paz Bermúdez, and Gualberto Buela-Casal. 2013. “Social Support, Self-Esteem and Depression: Relationship with Risk for Sexually Transmitted infections/HIV Transmission.” International Journal of Clinical and Health  Psychology 13 (3). Elsevier: 181 – 88. doi:10.1016/S1697-2600(13)70022-X.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan angka larva uji asal Sekotong 0,97; Batu Layar 0,89 dan Pasar Seni Senggigi 0,90 dengan kriteria yang telah ditetapkan maka larva uji asal Sekotong

merencanakan arah jabatan atau karier. Bagi siswa yang masih kesulitan dalam.. menentukan kariernya, maka di sekolah SMA Gapura ini terdapat konselor

memandang perlu untuk memberikan penghargaan kepada masyarakat Kabupaten Demak, baik perorangan atau kelompok yang dalam melaksanakan kegiatan penelitian,

menunjukan bahwa; 1) pelaksanaan program PKB di kota Tebing Tinggi terlaksana melalui perintah secara pesan lisan oleh Kepala Sekolah kepada guru PJOK mengenai pengaktifan

Penggunaan varietas unggul berpeluang diadopsi petani menggantikan varietas lokal yang sudah ada dengan syarat karakternya mirip dengan varietas lokal, tetapi untuk

Sesaat sebelum intubasi pada kelompok A disemprotkan xylocain spray 10 % , 5 semprotan pada ETT mulai ujung distal sampai dengan kurang lebih 10 cm dari ujung ETT... dan 5

Dalam kuadran ini, guru menghayati kondisi netral yaitu tidak mengalami kepuasan kerja ataupun ketidakpuasan kerja, dimana total skor indikator dalam Satisfier/Motivator

secara berurutan. Peserta didik dapat menjelaskan proses pencernaan makanan. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi organ pencernaan!. makanan