• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografis dan Administrasi

Pusat lokasi penambangan PT INCO terletak di daerah Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif lokasi konsesi awal PT INCO terletak di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, yang secara geografis berada pada posisi 120o45'–123o30' BT (Sua-Sua s/d Torokulu) dan 6o30' – 5o30' LS (Kolonedale s/d Malapulu). Secara umum, wilayah kontrak karya PT INCO pada wilayah Sorowako (Sorowako Project Area) memiliki luas daerah sekitar 10.010,22 ha.

Lokasi penelitian yang terletak di Bukit Butoh dan Bukit Konde merupakan salah satu lahan pasca tambang nikel PT INCO yang telah tutup tambang sejak tahun 1984. Secara geografis Bukit Butoh dan Bukit Konde terletak di Sorowako pada 2o31’26” – 2o32’7”LS dan 121o20’6” - 121o21’5”BT. Lokasi penelitian merupakan bagian dari lanskap buatan pasca tambang yang telah mengalami proses recontouring dan penyebaran top soil sejak tahun 1988 serta telah mengalami proses reklamasi dan hingga saat ini masih terus mengalami proses perbaikan reklamasi.

Sumber: Div. Mine Rehabilitation PT.INCO

Lokasi penelitian ini memiliki luas total 170,88 Ha dengan luas perairan (danau bekas tambang) 3,88 Ha dan berada pada ketinggian maksimum 530 mdpl. Secara administrasi, sebelah utara kawasan ini berbatasan dengan Pemukiman Sorowako dan Danau Matano, sebelah selatan berbatasan dengan hutan sekunder, sebelah barat bersebelahan dengan Bukit Nill dan Pemukiman Pontada, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Bandara Sorowako. Peta Batas Tapak dapat dilihat pada Gambar 5.

Kondisi tapak memiliki topografi buatan yang beragam mulai dari datar hingga curam. Secara umum lokasi ini sudah 80% tertutupi oleh vegetasi terutama di Bukit Butoh, sedangkan Bukit Konde masih ada beberapa area berupa tanah terbuka. Meski demikian, penataan dan sebaran vegetasinya belum tertata. Komposisi tumbuhan yang ditanam adalah jenis vegetasi pioner seperti sengon (Paraserianthes falcataria), eukaliptus (Eucalytus eurograndis), sengon buto (Enterolobium macrocarpum) serta jenis vegetasi lokal seperti trema (Melochia umbellata), sandro (Sandoricum kacappeae) dan uru (Elmerelia sp). Revegetasi di PT INCO pada beberapa aspek telah memenuhi kriteria dan indikator yang ditetapkan pemerintah, tetapi belum membentuk kembali struktur dan fungsi semula yaitu hutan lindung.

Keadaan lahan di lokasi ini terdiri dari lahan terbuka, semak belukar, kebun produksi, dan beberapa area terbangun. Di kaki Bukit Butoh dan kaki Bukit Konde masing-masing telah dibangun jalan overburden sebagai akses utama. Lebar jalanan tersebut sekitar 5 meter.

Di sebelah utara tapak tepatnya di kaki Bukit Butoh, sudah ada area terbangun seluas 22 ha. Area terbangun tersebut terdiri dari kantor nurseri, area pembibitan dan benih, serta area Taman Tambang. Nurseri PT INCO merupakan bagian dari Mine Rehabilitation Departmen PT INCO. Di area ini dilakukan perbanyakan tanaman lokal dan tanaman pioner. Bibit-bibit tanaman yang belum siap tanam di lahan, dipajang di area display. Taman Tambang merupakan taman pendidikan outdoor dengan menampilkan display alat tambang seperti loader, front shovel, buldozer, backhoe, dan excavator. Secara fisik alat-alat tambang tersebut masih bagus namun mesinnya sudah tidak berfungsi Oleh karena itu, alat-alat tersebut sengaja diletakkan di taman sesuai dengan ukuran aslinya agar pengunjung taman tambang bisa mengetahui ukuran, bentuk, dan fungsi alat tersebut dengan jelas.

Lokasi dengan topografinya yang beragam ini serta letaknya yang lebih tinggi dari pusat kota membuatnya memiliki nilai tambah dalam aspek estetika. Good view ke arah pusat kota dan ke arah Danau Matano dapat dilihat dari puncak Bukit Butoh. Sebelum tiba di puncak Bukit Butoh, ada juga tebing-tebing yang ditumbuhi oleh kantong semar (Nepenthes sp). Berbeda dengan area di Bukit Butoh, area di Bukit Konde masih banyak yang berupa tanah kosong, semak belukar maupun pohon dengan kerapatan renggang.

Aksesibilitas

Sorowako terletak ±60 km dari Malili, ibu kota Kabupaten Luwu Timur dan ±500 km dari Makassar, ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan. Sorowako yang terletak di perbatasan Sulawesi Tengah tergolong kota kecil namun berpotensi dikembangkan untuk tujuan wisata terutama wisata alam. Infrastruktur berupa jaringan jalan menuju Sorowako dapat melalui jalur darat, perairan, maupun udara menggunakan pesawat, bus, dan perahu khas Sorowako yaitu katinting yang telah memiliki jadwal perjalanan khusus. Sorowako dapat dicapai dari ibu kota Sulawesi Selatan selama 12 jam perjalanan menggunakan bus antarkota atau selama 1,5 jam perjalanan menggunakan pesawat perusahaan, dan 45 menit dari Sulawesi Tengah menggunakan perahu katinting (Gambar 7). Secara umum aksesibilitas tapak dapat dilihat pada Gambar 8.

Sementara keberadaan lokasi Bukit Butoh dan Bukit Konde dapat dijangkau langsung dari dalam area tambang maupun melalui pusat kota Sorowako. Sarana jalan di Sorowako terdiri atas jalan besar (aspal) dengan kondisi baik, jalan kecil dengan konstruksi batu kerikil, dan ada pula trotoar. Jalur menuju kawasan Butoh Bukit ini dihubungkan oleh jalan beraspal dari pusat kota Sorowako dengan jarak tempuh sekitar dua kilometer menggunakan kendaraan pribadi, ojeg, atau berjalan kaki. Selain jalanan beraspal, ada pula trotoar di sepanjang jalan utama kota menuju kawasan. Di Sorowako hanya ada ojek sebagai kendaraan umum. Adapun dari pusat industri tambang sekitar tujuh kilometer dapat ditempuh menggunakan kendaraan perusahaan.

Kependudukan

Sebelum kedatangan PT INCO, Sorowako adalah kampung kecil yang terletak di tepi Danau Matano. Dalam perkembangannya, secara administratif, kampung Sorowako disebut sebagai Desa Nikkel. Penduduk kampung ini dikenal sebagai orang Sorowako dengan bahasa aslinya adalah Padoe.

Setelah PT INCO hadir, Sorowako menjadi nama desa baru, yakni Desa Sorowako, yang merupakan pemekaran dari Desa Nikkel. Istilah Sorowako pun menjadi lebih terkenal sebagai nama kawasan permukiman dan pusat operasional PT INCO. Padahal yang dimaksud Sorowako meliputi tiga desa sekaligus yakni Desa Sorowako, Desa Magani, dan Desa Nikkel. Adapun dusun yang ada di sekitarnya antara lain: Pontada, Salonsa, Lawewu, Old Camp dan Sumasang.

Keberadaan perusahaan PT INCO menjadikan Sorowako yang dulunya berpenduduk sedikit, berkembang menjadi kota ramai penduduk. Hingga 70% penduduk di Sorowako adalah pendatang dari luar Sorowako. Berdasarkan data Pemerintah Kecamatan Nuha pada bulan Januari 2009, luas dan jumlah penduduk desa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Sebagian besar masyarakat Sorowako bekerja sebagai karyawan PT INCO atau kontraktornya. Wiraswasta menjadi urutan kedua terbesar sebagai mata

pencaharian masyarakat. Sebagian lainnya menggantungkan hidup dari hasil

pertanian dan perkebunan atau PNS (Tabel 3). Industri tambang PT INCO telah membuat Sorowako berkembang dari desa kecil menjadi kota industri yang semi modern.

Selain suku asli Sorowako, Sorowako juga didiami oleh berbagai etnis dari seluruh pelosok tanah air, seperti Bugis, Makassar, Toraja, Jawa, Batak, Papua, Bali dan lain-lain. Selain itu sejumlah ekspatriat juga ada di sana seperti asal Kanada, Brazil, Australia, Selandia Baru, Afrika dan lain-lain.

Tabel 2 Jumlah penduduk Kecamatan Nuha

Desa Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk

(per km2) Sorowako 178 8.168 45,89 Magani 206 9.221 44,76 Nikkel 151 6.760 44,77 Matano 242 1.736 7,17 Nuha 86 531 6,17 Jumlah 863 26.416 30,61 Sumber: Bappeda 2009

Tabel 3 Mata pencaharian masyarakat Sorowako

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Karyawan 11270 79,14

2 Wiraswasta 1475 10,36

3 PNS 567 3,99

4 Petani 627 4,4

5 Dll 301 2,11

20

Dokumen terkait