• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik Kota Bogor pada akhir Tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk Kota Bogor berjumlah 950.334 jiwa yang terdiri dari 484.791 jiwa lakiElaki dan 465.543 jiwa perempuan. Jumlah penduduk ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 2,96 persen, dengan luas wilayah 11.850 Km2 maka kepadatan penduduk di Kota Bogor per Km2 sebesar 8.196 jiwa.

Dari enam kecamatan, Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu 198.296 jiwa dan Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat dengan kepadatan penduduk sebesar 13,445 jiwa/Km2. Secara lebih lengkap data penduduk per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Penduduk LakiElaki dan Perempuan, Luas Wilayah per Kecamatan Kota Bogor Tahun 2010

%9 " # &5 > &5 %$%",* * ) 5! + 4 : " ; *"! 4 % * *& Bogor Selatan 92.842 87.427 29,26 180.270 Bogor Timur 47.681 47.041 10,15 94.722 Bogor Utara 84.376 82.567 17,69 166.943 Bogor Tengah 57.048 55.377 8,11 112.425 Bogor Barat 105.002 100.995 31,33 205.997 Tanah Sereal 94.609 91.238 20,31 185.847 Total 481.559 464.645 20,31 946.204

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor

Kota Bogor sebagai daerah hinterland bagi Jakarta juga merupakan salah satu sasaran penduduk dari luar kota untuk mendapatkan pekerjaan. Dan seperti yang disampaikan dalam rencana tata ruang Kota Bogor, Bogor menempatkan sektor industri dan perdagangan sebagai salah satu fokus pengembangan. Hal ini menjadi penting karena pembangunan ekonomi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja.

Kehidupan masyarakat yang berlangsung dinamis dan penyelenggaraan pembangunan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2010, telah mendorong peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Kondisi ini tercermin pada pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencapai 75,59 atau meningkat 0,37 poin dari IPM tahun 2009 sebesar 75,42. Data pada Tabel 13. menggambarkan pencapaian masing-masing unsur dari tolok ukur penetapan angka Indeks Pembangunan Manusia, yaitu Indeks Pendidikan, Kesehatan, dan Kesejahteraan atau Daya Beli Masyarakat.

IPM 2009 2010 Selisih

Indeks Pendidikan 87,16 87,19 0,03

Indeks Kesehatan 72,95 73,10 0,15

Indeks Kesejahteraan 66,15 67,11 0,96

Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Bogor 2010

Nilai Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor tahun 2010 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2009 pada semua aspek yaitu bidang pendidikan (0,03); kesehatan masyarakat (0,15); dan tingkat kesejahteraan (0,96).

4.2.2. Kondisi Perekonomian

Kehidupan perekonomian Kota Bogor Tahun 2010 ditopang oleh 9 sektor lapangan usaha, yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, bangunan, perdagangan , hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, jasa keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Berdasarka kajian Biro Pusat Statistik (BPS) pada Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor berbasis perhitungan tahun 2006 - 2009, struktur perekonomian Kota Bogor dikontribusi oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoran, industri pengolahan, serta angkutan dan komunikasi. Secara rinci sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi 38,40 persen pada PDRB kota Bogor Tahun 2009 atas dasar harga berlaku, kemudian sektor industri pengolahan sebesar 25,57 persen dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 14,45 persen.

Tabel 14. Pertumbuhan dan Angka PDRB Atas Harga Berlaku

Kota Bogor Sumber : BPS Kota Bogor 2009

Tahun PDRB (Juta Rupiah) Pertumbuhan (%) 2009 11.904.599,00 17,98 2008 10.089.943,00 17,90 2007 8.558.035,00 17,92 2006 7.257.742,00 -

Berdasarkan data terakhir yang dimiliki BPS yang disajikan pada Tabel 14. Terlihat PDRB atas dasar harga berlaku Kota Bogor pada tahun 2009 sebesar Rp. 11.904.599.660.000,00 artinya mengalami pertumbuhan sebesar 17,98 persen terhadap PDRB tahun 2008 yang terhitung hanya Rp. 10.089.943.960.000,00 dan diperkirakan pada tahun 2010 angka PDRB mencapai Rp.13,340 trilyun.

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh 3 sektor lapangan usaha yang mengalami laju pertumbuhan tertinggi, yaitu sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 28,18 persen, sektor industri pengolahan sebesar 19,89 persen, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahan sebesar 18,58 persen, laju pertumbuhan di sektor-sektor tersebut telah mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor tahun 2009 sebesar 6,01 persen dan diperkirakan pada tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi kota Bogor mencapai 6,2 persen.

Tabel 15. PDRB Per Sektor Industri Kota Bogor Atas harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2009 (Jutaan Rupiah)

%&#($ *)#$5 $' %$! &* $' ( )#

1. Pertanian 24.008,43 13.539,61

2. Pertambangan dan Penggalian 207,34 121,98

3. Industri dan Pengolahan 3.044.078,40 1.273.762,00

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 245.221,37 146.236,51

5. Bangunan 653.511,28 312.096,14

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.528.567,95 1.331.847,52

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.719.767,35 453.533,00

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 1.216.482,77 648.625,82

9. JasaEjasa 472.745,77 328.915,49

Total 11.904.599,66 4.508.705,07

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kota Bogor Tahun 2010

Dilihat dari dua sektor industri yang menyumbangkan PDRB terbesar, yaitu Industri dan Pengolahan serta Perdagangan, hotel dan Restoran, maka kondisi tersebut sesuai dengan arah pengembangan Kota Bogor sebagai kota jasa perdagangan.

Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pelayanan publik di Kota Bogor adalah masih terdapatnya tingkat kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparatur atau dinas terkait pelayanan publik dengan tingkat ekspektasi atau harapan masyarakat sebagai penerima pelayanan publik, untuk itu dirasa perlunya menyusun strategi alternatif dalam rangka meningkatkan kualitas dilingkungan penyelenggara kegiatan pelayanan publik Pemerintah Daerah Kota Bogor sehingga dapat menjaga loyalitas dan tingkat kepercayaan pemangku kepentingan di Kota Bogor.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan menjawab permasalahan kesenjangan tersebut, Pemerintah Daerah Kota Bogor mempunyai komitmen bagiamana mampu memberikan kualitas pelayanan prima kepada para pemangku kepentingan yaitu masyarakat, pengusaha, lembaga sosial, dan dunia pendidikan. Bentuk komitmen Pemerintah Daerah Kota Bogor adalah membentuk lembaga yang mengelola semua kegiatan yang berhubungan dengan proses pelayanan perijinan di Kota Bogor yaitu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) sebagai salah satu bentuk reformasi birokrasi pelayanan sehingga akan tercipta bentuk pelayanan publik yang cepat, murah, terintegrasi, dan mempunyai akuntabilitas tinggi.

1 * !5# ) %! + *8!5& (# ('($

Kegiatan Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor sejak tahun 2006 sampai dengan 2010 bekerjasama dengan Institut pertanian Bogor (IPB), mengacu pada unsurEunsur pelayanan masyarakat yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 63 Tahun 2003. Pada Tabel 16, disajikan nilai rataErata Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) periode tahun 2006 E 2010 dan harapan masyarakat, dari data tersebut terlihat kinerja dari masingEmasing unsur pelayanan yang diberikan oleh badan atau dinas yang berwenang.

Tabel 16. Nilai RataERata Indeks Kepuasan Masyarakat dan Harapan Masyarakat per UnsurEUnsur Pelayanan Publik Kota Bogor

No Unsur Pelayanan KepMenPAN

IKM Harapan IKM Harapan IKM Harapan IKM Harapan IKM Harapan 1 Prosedur Pelayanan 67,05 66,85 68,13 84,25 71,00 77,00 71,25 80,75 65,96 76,39 2 Persyaratan Pelayanan 71,35 79,80 70,00 82,06 71,00 74,75 76,25 78,88 71,17 74,40 3 Kemampuan Petugas 73,00 83,25 73,81 84,88 69,97 78,25 74,63 78,38 74,38 77,74 4 Kesopanan dan Keramahan 73,10 79,05 74,31 81,31 69,50 75,00 73,75 78,50 74,54 75,75 5 Kenyamanan Lokasi 71,60 76,45 84,81 79,88 68,13 70,75 51,88 77,63 61,04 72,53 6 Keamanan Pelayanan 74,65 77,45 76,44 81,81 73,88 74,75 74,63 79,88 73,75 76,14 7 Kewajaran Biaya Pelayanan 66,55 83,40 69,13 84,56 68,25 73,75 72,75 75,13 69,54 76,69 8 Kepastian Biaya Pelayanan 64,55 83,05 63,75 84,75 66,58 75,00 65,00 71,25 71,17 73,08 9 Kejelasanan Petugas Pelayanan 64,20 73,40 69,81 80,94 74,13 80,00 71,38 79,13 67,46 72,10 10 Kedisiplinan Petugas 69,00 80,90 68,50 83,13 69,92 77,75 69,63 77,88 68,25 74,11 11 Tanggung Jawab Petugas 70,25 81,15 74,50 87,19 67,44 73,25 72,38 79,63 73,58 79,04 12 Kecepatan Pelayanan 63,30 80,90 64,63 84,38 64,42 75,00 58,00 77,75 65,33 76,56 13 Kepastian Jadwal Pelayanan 66,00 80,45 63,75 83,69 65,67 75,25 72,38 78,25 66,33 73,69 14 Keadilan Mendapatkan Pelayanan 68,55 81,55 69,81 84,06 67,67 72,50 73,25 77,88 72,42 75,71

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : BPPTPM dan LPPM IPB (diolah)

Secara umum hasil yang diberikan oleh aparatur pemerintah kota Bogor dalam kegiatan pelayanan publik dengan mengacu pada data Tabel 17, terlihat masih adanya kesenjangan kualitas pelayanan dengan harapan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Bila dilihat lebih mendalam pada masingEmasing unsur pelayanan terdapat beberapa unsur pelayanan yang mengalami peningkatan perubahan secara signifikan seperti pada unsur pelayanan yang berhubungan dengan kepastian biaya pelayanan pengurusan, disiplin petugas pelayanan, kesopanan dan keramahan, tanggung jawab petugas, serta keadilan dalam mendapatkan pelayanan. Sementara unsur pelayanan yang perlu mendapatkan perhatian dengan skala prioritas lebih meliputi prosedur pelayanan, kenyamanan lokasi pelayanan karena terlihat trend terjadinya penurunan atas kualitas pelayanan. UnsurEunsur pelayanan lain secara data terjadi peningkatan namun bersifat fluktuatif dan masih harus dilakukan upaya peningkatan perbaikan kualitas pelayanan seprti pada unsur kecepatan pelayanan, keamanan pelayanan, dan kewajaran biaya pelayanan.

Kegiatan survey pelaksanaan pelayanan publik pada tahun 2006 meliputi jenis perijinan Ijin Gangguan (HO), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas); pada tahun 2007 pada unit pelayanan publik Dinas Kesehatan, DLLAJ, Disperindag, dan Dispenda; pada tahun 2008 dilaksanakan pada Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Tengah; kemudian pada tahun 2009 dilaksanakan di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Dinas Sosial, dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; terakhir pada tahun 2010 dilaksanakan di Dinas BPPTPM meliputi jenis perijinan HO, IMB, IPR, PPTUR, SIUP, dan TDP.

1 !5)5) %)&$5,#5= * !5# ) %! + $ , )+ $ & #

Bila mengacu pada tolok ukur KepMenPAN, maka kegiatan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur Pemerintah Daerah Kota Bogor sudah masuk dalam kategori Baik yaitu dalam area nilai 62,5 sampai dengan 81,2. Namun demikian jika dibandingkan dengan tingkat ekspektasi masyarakat maka masih terdapat kesenjangan di semua tingkat layanan disemua unsurEunsur pelayanan publik di Kota Bogor. Tabel 17, memperlihatkan besaran nilai kesenjangan pelayanan dari tahun 2006 sampai 2010.

Tabel 17. Nilai Kesenjangan Pelayanan Publik dengan Harapan Masyarakat PerEUnsur Pelayanan Kota Bogor

( )*$ %! + %, % - . / 0

$()% *$ %! + 0,20 E16,13 E6,00 E9,50 E10,43

%$)+ $ # %! + E8,45 E12,06 E3,75 E2,63 E3,24

2 %" ",* %#*' ) E10,25 E11,06 E8,28 E3,75 E3,36

3 %)(, %$ " 4 E5,95 E7,00 E5,50 E4,75 E1,21

1 % + " (& )5 E4,85 4,94 E2,63 E25,75 E11,49

- % " %! + E2,80 E5,37 E0,88 E5,25 E2,39

. %6 7 $ 5 + %! + E16,85 E15,44 E5,50 E2,37 E7,15

/ %, )#5 5 + %! + E18,50 E21,00 E8,42 E6,25 E1,92

0 %7%! ) %#*' ) %! + E9,20 E11,13 E5,88 E7,75 E4,64

% 5)5,!5 %#*' ) E11,90 E14,63 E7,83 E8,25 E5,86

''* ' 6 8 %#*' ) E10,90 E12,69 E5,81 E7,25 E5,46

%9%, # %! + E17,60 E19,75 E10,58 E19,75 E11,22

2 %, )#5 6 ! %! + E14,45 E19,94 E9,58 E5,88 E7,36

3 % 5! % , #& %! + E13,00 E14,25 E4,83 E4,63 E3,29

Sumber : BPPTPM Kota Bogor dan LPPM IPB (Diolah)

Dari data Tabel 17 terlihat bahwa besarnya harapan masyarakat untuk mendapatkan kualitas pelayanan mengakibatkan terjadi kesenjangan kualitas pelayanan dari tahun ke tahun, namun demikian bila kita lihat lebih mendalam

terdapat penurunan besar nilai kesenjangan dari tahun ke tahun, hal ini menandakan terjadinya kualitas pelayanan publik yang semakin baik dilakukan olah Pemerintah Daerah Kota Bogor. Sementara bila lihat pada Gambar 5, terlihat besaran nilai kesenjangan perEunsur pelayanan rataErata tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 atas kualitas pelayanan dan rataErata harapan masyarakat.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

RataErata IKM RataErata Harapan Masyarakat

sumber : BPPTPM Kota Bogor dan LPPM IPB (diolah)

Gambar 5. Grafik RataERata IKM E Ekspektasi/Harapan Masyarakat Kota Bogor Tahun 2006 E 2010

Data grafik pada Gambar 5, menunjukkan bahwa tingkat pelayanan publik pada Pemerintah Daerah Kota Bogor berada dalam area kategori 'baik', namun tingginya tingkat ekspektasi atau harapan masyarakat atas pelayanan yang berkualitas mengakibatkan terjadinya kesenjangan pada semua empat belas unsurE unsur pelayanan publik. Kesenjangan tertinggi terlihat pada unsur kedisiplinan petugas, tanggung jawab petugas, kecepatan pelayanan, dan kepastian jadwal pelayanan, keempat unsur tersebut mencerminkan tingkat ketrampilan sumberdaya manusia internal di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor perlu ditingkatkan. Kondisi ini memberikan makna bahwa harus dilakukan kegiatan upaya peningkatan kualitas pelayanan yang berkelanjutan atau

badan atau dinas yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab atas kegiatan pelayanan publik.

Dalam melaksanakan kajian/penelitian ini mengacu pada proses perbaikan

berkesinambungan dalam mutu layanan 0 $ (TQM)

dengan konsep 0 5 # (QCD) yaitu melakukan klasterisasi atau pengelompokan empat belas unsur pelayanan kedalam tiga kelompok besar QCD dalam rangka simplifikasi dalam analisis dan penentuan alternatif strategi pada akhir kajian.

Pada klaster 4 (Q) yang terdiri atas unsur layanan prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kemampuan petugas, kesopanan dan keramahan, kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan secara umum kualitas pelayanan berada dalam kategori baik, namun demikian ketika dibandingkan dengan tingkat harapan kualitas pelayanan masyarakat masih terdapat kesenjangan disemua unsur kecuali pada unsur keamanan pelayanan.

Unsur prosedur pelayanan, kemampuan petugas, dan kenyamanan lokasi pelayanan harus mendapatkan perhatian lebih karena mempunyai selisih atau kesenjangan yang paling tinggi diantara unsurEunsur pelayanan yang ada di klaster 4 . Hasil wawancara dengan tim Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bogor ditemukan bahwa unsur Prosedur pelayanan merupakan salah satu unsur yang perlu mendapatkan peningkatan perbaikan sehingga dirasa perlu untuk

dibuatkan $ (SOP) untuk semua kegiatan di BP2T

dan bahkan saat ini sedang dalam proses penyusunan administrasi dalam rangka mendapatkan sertifikasi ISOE9001E2008 bidang pelayanan. Pada unsur kemampuan petugas perlu ditingkatkan dan kondisi ini sejalan dengan misi Pemerintah Daerah Kota Bogor untuk terus meningkatkan sumberdaya manusia sehingga tercipta kualitas pelayanan yang prima, sementara terkait unsur kenyamanan lokasi pelayanan sudah seharusnya dilakukan relokasi atas kantor pelayanan saat ini karena dengan kenyamanan lokasi pelayanan akan meningkatkan kualitas pelayanan publik di Pemerintahan Kota Bogor.

UnsurEunsur pelayanan yang berada pada klaster (C) yang terdiri atas kewajaran dan kepastian biaya pelayanan terlihat trend yang terus membaik dari tahun ke tahun khususnya pada unsur kepastian biaya semakin menunjukkan

kecilnya kesenjangan antara kualitas pelayanan dengan ekspektasi atau harapan masyarakat terkait pelayanan publik, kondisi ini dapat memberikan gambaran bahwa tingkat besaran biaya pengurusan pelayanan perijinan semakin bisa diterima oleh masyarakat sepanjang terjadi peningkatan pada kualitas pelayanan.

Berdasarkan data pada Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa terjadi kesenjangan yang masih cukup tinggi pada semua unsurEunsur pelayanan yang berada pada klaster (D) yaitu disiplin petugas, tanggung jawab petugas, kecepatan pelayanan yang mempunyai kesenjangan tinggi. Kondisi ini memberikan gambaran betapa masyarakat menginginkan adanya perhatian lebih terhadap unsurEunsur pelayanan yang ada di dalamnya seperti kecepatan pelayanan, kejelasan petugas, kedisiplinan petugas, serta masyarakat sangat konsern terhadap adanya kecepatan pelayanan dengan harapan waktu yang mereka gunakan dapat dioptimalkan sebaikEbaiknya. Demikian juga dengan pada unsur kejelasan petugas artinya masyarakat menginginkan adanya kepastian petugas dan institusi yang menangani setiap melakukan pengurusan perijinan sehingga mudah karena hanya cukup ke satu pintu atau meja saja. Namun, secara data menunjukkan kecenderungan adanya perbaikan kinerja dari sisi deliveri layanan dari tahun ke tahun.

1 2 &4#5) $

Pencapaian pelayanan publik Pemerintah Daerah Kota Bogor secara umum dalam kategori baik, hal ini dilihat dari hasil Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang berpedoman kepada tolok ukur KepMenPAN No. 63/2003 berada dalam nilai 62,5 sampai 81,25. Namun demikian secara akumulatif hasil tersebut masih belum mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai penerima jasa layanan, sehingga dengan adanya kesenjangan ini harus dilakukan kegiatan dan program yang mengarah kepada pemenuhan harapan masyarakat dalam hal pelayanan publik. UnsurEunsur pelayanan yang menjadi skala prioritas untuk ditingkatkan mengacu pada Gambar 5 diatas meliputi: kecepatan pelayanan dan kepastian jadwal pelayanan, dimana semua bermuara pada faktor adanya sistem prosedur pelayanan dan kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

. : ;

Pelayanan terpadu merupakan salah satu solusi dari terciptanya reformasi birokrasi di bidang pelayanan publik, melalui Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Iklim Investasi yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu dapat dijadikan pedoman bagi Pemerintah Kota Bogor dalam hal kegiatan pelayanan terpadu satu atap kepada masyarakat.

Berdasarkan analisis dari data sekunder terkait tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah saat sebelum dan sesudah adanya Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT), maka diperlukan konsepEkonsep mendasar sebagai upaya terus menerus untuk meningkatkan pelayanan publik sebagai bagian dari 0 $ (TQM). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tercantum Misi Kota Bogor adalah mengembangkan perekonomian masyarakat dengan titik berat pada jasa perdagangan yang mengoptimalkan sumberdaya yang ada, juga meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta mewujudkan pemerintahan kota yang bersih dan efisien. Guna mendukung tercapai misi tersebut, maka pelayanan publik yang prima dan optimal merupakan salah satu sarana / perangkat yang akan diimplementasikan.

Perumusan alternatif perancangan strategi peningkatan pelayanan publik yang terintegrasi kedalam system (OSS) dalam kerangka pembangunan Daerah Kota Bogor menggunakan metode AHP (

! ), metode ini digunakan dengan melakukan survey langsung ke semua pemangku kepentingan yang dianggap dapat mewakili komponen masyarakat di Kota Bogor. Salah satu amanah yang diemban pemerintah Kota Bogor adalah terciptanya kualitas pelayanan publik yang berorientasi pada implementasi tatakelola pemerintah yang baik, bersih, terbuka, dan transparan atau +$ $ +, perijinan yang sarat dengan birokrasi merupakan

permasalahan dan kendala bagi terciptanya iklim usaha dan investasi di hampir seluruh wilayah Indonesia tak terkecuali di Kota Bogor.

Dalam penetapan komponenEkomponen pada level !

(AHP) dituangkan sebagai hasil dari pola interaksi dengan unsur pejabat di lingkungan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Penanaman Modal (BPPTPM) Kota Bogor, dengan hasil sebagaimana tertuang pada Tabel 21

Tabel 21. UnsurEUnsur pada Level AHP Pelayanan Publik

Level 1 Level 2 Level 3 Alternatif Strategi

1. Pemerintah 2. Pengusaha 3. DPRD 4. LSM 1. Kelembagaan 2. Potensi Ekonomi 3. Ketenagakerjaan 4. Infrastruktur 1. Regulasi 2. Interes Ekonomi 3. Kognitif Budaya 1. Teknologi 2. Tenaga Kerja 3. Anggaran 1. 0 2. 5 3. # Sumber: primer FGD . ( %! #$ #%'5

Dalam proses pengolahan data, penelitian ini menggunakan perangkat lunak 3. 5! (:::, sesuai dengan data primer yang diperoleh dari masingE masing responden sebagai kategori ekspert sesuai dengan fungsinya. Dalam penyusunan hirarki strategi peningkatan pelayanan publik ( ) dibagi kedalam levelElevel sebagai berikut, dimana level kesatu merupakan prioritas peranan ! dalam mempengaruhi kegiatan pelayanan publik dan investasi di kota Bogor, level kedua merupakan faktorEfaktor pendukung kegiatan pelayanan publik dan investasi, level ketiga berupa pilarEpilar penguatan dan infrastruktur dalam implementasi pelayanan publik ( ), sementara dalam membuat strategi alternatif menggunakan pola dari total kualiti menejemen yaitu QCD (0 & 5 & # ) sebagai basis pengembangan rancangan strategi dan program alternatif peningkatan kualitas pelayanan publik dan mendorong aktifitas investasi di Kota Bogor. Untuk menetapkan alternatif rancangan strategi dan program terkait dengan upaya peningkatan pelayanan publik atau + + yang dilakukan secara kelembagaan oleh BPPTPM Kota Bogor, maka dilakukan analisis secara hirarki skala prioritas stakeholder sebagai fungsi kelembagaan yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pelayanan publik dan kegiatan investasi di Kota Bogor. Berdasarkan analisis AHP

diperoleh skala prioritas menurut urutan nilai yang diperoleh menurut faktor Peranan Stakeholder; faktor Pendukung OSS dan Investasi (kelembagaan dan infrastruktur); faktor Penguatan Kelembagaan; yaitu : 1) Pemerintah; 2) Kelembagaan; 3) Interes Ekonomi; dan 4) dari TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).

Gambar 6. Kerangka AHP Pelayanan Publik Kota Bogor

. %$ , %! + *8!5& <%)# )5

Pada level pertama pada AHP adalah berkaitan dengan peranan ! terdiri atas Pemerintah, DPRD Kota Bogor, Pengusaha, dan Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai responden dalam pengaruhnya atas pelayanan satu atap dan mendorong investasi.

Tabel 22. Peranan ! dalam OSS dan Investasi

No. Stakeholder Nilai Prioritas

1 Pemerintah 0,583 1

2 Pengusaha 0,166 2

3 DPRD 0,139 3

4 LSM 0,111 4

Total 1,00

Pelayanan Publik BPPTPM Kota Bogor

Pemerintah Pengusaha DPRD Kota LSM

Kelembagaan Pot. Ekonomi Tenaga Kerja Infrastruktur

Regulasi Interes Ekon Kog. Budaya TIK T. Kerja Anggaran

# 5 / Biaya

Sumber : Primer AHP diolah

Hasil analisis terhadap peran ! terlihat pada Tabel 22, hal ini memberi gambaran bahwa peranan pemerintah selaku pelaksana pemerintahan mempunyai pengaruh tertinggi dalam kegiatan pelaksanaan pelayanan publik untuk mendorong kegiatan investasi di Kota Bogor. Karena Pemerintah daerah Kota Bogor mempunyai kewenangan dalam penetapan atas struktur yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan publik dengan skala tertinggi yaitu 0,583. Peranan Pemerintah dalam mendukung kegiatan pelayanan dan investasti dilakukan dalam bentuk membuat regulasi dalam mendukung iklim usaha E investasi, menyediakan infrastruktur yang mendorong terciptanya iklim investasi, kemudahanEkemudahan atau insentifEinsentif bagi caon investor dan pelaku usaha, dan seterusnya dalam rangka menarik investor ke Bogor.

Pengusaha atau pelaku usaha pada skala prioritas kedua (0,166) hal ini mencerminkan bahwa kegiatan pelayanan melalui layanan satu atap atau

diyakini dapat mendorong kegiatan investasi melalui peningkatan kualitas pelayanan yang cepat, murah, transparan, dan adanya jaminan waktu serta biaya penyelesaian pengurusan.

. &#($ % *&* ' %! + *8!5& <%)# )5

Level kedua AHP merupakan faktorEfaktor yang mendukung kegiatan pelaksanaan pelayanan satu atap dan mendorong iklim investasi di kota Bogor, yaitu Kelembagaan, Potensi ekonomi, tenaga kerja, dan infrastruktur. Analisis data AHP pada level ini memberikan kejelasan tentang pentingnya kelembagaan yang mempunyai landasan kuat dalam menjamin telaksananya kegiatan pelayanan publik serta terciptanya iklim investasi yang mampu menarik investor datang ke Bogor.

FaktorEfaktor pendukung yang mempengaruhi pelayanan publik dan kegiatan investasi dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Faktor yang Berpengaruh pada OSS dan Investasi

Nomor Faktor berpengaruh Nilai Prioritas

1 Kelembagaan 0,289 1

2 Potensi Ekonomi Daerah 0,201 4

3 Tenaga Kerja 0,229 3

4 Infrastruktur 0,281 2

Total 1,00

Sumber : Primer AHP diolah

Kelembagaan merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan atau kapasitas Pemerintah Daerah Kota Bogor dalam menjalankan fungsi pemerintahan yang dicerminkan melalui adanya kepastian dan penegakan hukum; pelayanan kepada masyarakat melalui aparatur pemerintah, perumusan kebijakan melalui peraturan daerah. (Widodo T, 2006)

Sejalan dengan Widodo T (2006), hasil analisis AHP terhadap faktorE faktor pendukung implementasi pelayanan satu atap dan investasi di kota Bogor sesuai Tabel 24. Terlihat kelembagaan merupakan skala prioritas dengan skor 0,289 kondisi ini menggambarkan bahwa peranan lembaga pelayanan satu atap mempunyai posisi yang strategis dalam mendorong terciptanya pelayanan berkualitas dan investasi di Kota Bogor.

Infrastruktur berada pada skala prioritas kedua (0,281), dalam mendukung kegiatan layanan satu atap maka peranan infrastruktur yang handal sangat mendukung pelaksanaan pelayanan prima dan mendukung kegiatan investasi. Sementara faktor Ketenagakerjaan pada skala prioritas ketiga (0, 229), dan faktor Potensi Ekonomi Daerah pada skala prioritas keempat (0.201).

. 2 &#($> &#($ % '* # %!%"8 '

Pada level ketiga, AHP berisikan pilarEpilar yang berpengaruh pada sistem penguatan kelembagaan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan satu

atap yang terdiri atas : 1) 1 $ ; ( 3 ; 8

$ , %

5! $ %'*! )5& merupakan landasan hukum dalam terwujudnya

+. 5! $ #%$%)# &( ("5 berorientasi pada kelembagaan yang efektif dan efisien berorientasi kepada upaya yang mengarah kepada peningkatan kinerja pelayanan publik. 5! $ &(' 5#5= &%8* + merupakan landasan nilaiE nilai dan normaEnorma dalam kelembagaan pelayanan publik dalam upaya untuk menginternalisasi budaya pelayanan prima kepada masyarakat melalui proses adaptasi atas perubahan budaya kerja, teknologi, dan munculnya ideEide atau gagasan,

Hasil olah data pada level ketiga faktorEfaktor Penguatan Kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. PilarEPilar Penguatan Kelembagaan

No Pilar Penguatan Nilai Prioritas

1 Regulasi 0,339 2

2 Interest Ekonomi 0,390 1

3 Kognitif Kebudayaan 0,271 3

Total 1,000

Sumber : Primer AHP diolah

5! $ #%$%) &( ("5 merupakan prioritas pertama (bobot 0,390) dalam

penguatan kelembagaan untuk mendorong kualitas pelayanan publik dan investasi, kondisi ini mencerminkan bahwa kegiatan kelembagaan yang dikelola dengan efektif dan efisien akan memberikan dampak positif pada kegiatan pelayanan publik dan investasi. UnsurEunsur pilar ekonomi meliputi peningkatan kualitas pelayanan, kemudahan proses pelayanan, adanya kepastian biaya dan

Dokumen terkait