• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Potensi Sumberdaya Pulau Sebesi

5.1.2. Kondisi Komunitas Karang

Hasil pengamatan kondisi tutupan komunitas karang pada lokasi penelitian dengan menggunakan Line Intersept Transect (LIT) berkisar antara 35.20%- 77.58%, dengan persentase tutupan komunitas karang terendah di kawasan Segenom pada kedalaman 3 meter sebesar 35.20% sedangkan yang tertinggi di kawasan Gosong Sawo sebesar 77.58% pada kedalaman 3 meter. Nilai persentase tutupan komunitas karang di Pulau Sebesi (lihat Gambar 14 dan Lampiran I).

Gambar 14 Nilai persentase tutupan komunitas pada kedalaman 3 meter dan 10 meter karang di Pulau Sebesi.

Berdasarkan Gambar 14 menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian di kawasan Gosong Sawo pada kedalaman 3 meter memiliki nilai persentase tutupan komunitas karang sebesar 77.58% yang dikategorikan dengan kondisi sangat sesuai (kategori S1; >75%) untuk kegiatan wisata bahari kategori snorkling. Hal ini dikarenakan di kawasan Gosong Sawo ini jauh dengan pemukiman penduduk dan dekat dengan tempat villa penginapan wisatawan serta tidak begitu jauh dari Dermaga Desa Tejang dimana setiap hari terlihat ada aktivitas penduduk Pulau Sebesi yang melakukan kegiatan bongkar muat barang. Sehingga secara tidak langsung ikut mengawasi kondisi komunitas karang pada kedalaman 3 meter di kawasan Gosong Sawo.

Nilai persentase tutupan komunitas karang yang masuk dikategori sesuai (kategori S2; >50%-75%) untuk kegiatan wisata bahari (lihat Gambar 14 dan Lampiran I) yaitu kawasan Pulau Umang-Umang pada kedalaman 3 meter (73.68%) dan 10 meter (67.28%), kawasan Regan Lada pada kedalaman 3 meter (74.88%) dan 10 meter (66.70%), dan kawasan Sianas Ujung pada kedalaman 3 meter (56.12%) dan 10 meter (61.40%) serta kawasan Sianas pada kedalaman 3 meter (57.86%). Sedangkan nilai persentase tutupan komunitas karang yang dikategorikan sesuai bersyarat (kategori S3; 25%-50%) untuk wisata bahari (lihat Gambar 14 dan Lampiran I) adalah kawasan Segenom pada kedalaman 3 meter (35.20%) dan 10 meter (39.48%), kawasan Gosong Sawo pada kedalaman 10 meter (35.24%) serta kawasan Sianas pada kedalaman 10 meter (46.30%). Persentase tutupan komunitas karang di Pulau Sebesi mengalami peningkatan dibuktikan dengan pencatatan pada tahun 2001 sebesar 63.00% (Putra 2001) dan 67.89% pada tahun 2005 (Malole 2005).

Nilai persentase tutupan komunitas karang yang dikategorikan sesuai bersyarat untuk wisata bahari pada kawasan Segenom kedalaman 3 meter dan 10 meter, kawasan Gosong Sawo kedalaman 10 meter serta kawasan Sianas kedalaman 10 meter berdasarkan pengamatan dilapangan dan wawancara dengan nelayan secara mendalam bahwa di ketiga kawasan tersebut diduga dulunya bekas aktivitas pemboman ikan karang dan penggunaan obat bius untuk menangkap ikan. Kerusakan akibat bom dan obat bius terindikasi karena beberapa kerusakan fisik yang ditemukan. Pada kawasan Sianas kedalaman 10 meter ditemukan

adanya patahan-patahan karang yang telah tertutup alga. Diduga patahan-patahan karang tersebut disebabkan karang terinjak pada saat dilakukan pembiusan. Meskipun demikian kegiatan pengeboman ikan karang dan penggunaan obat bius sudah berkurang intensitasnya sejak di tetapkan Pulau Sebesi sebagai Daerah Perlindungan Laut berbasis masyarakat. Menurut kajian (Muttaqin 2006) bahwa kawasan Sianas cukup banyak ditemukan alga (42.12%), terdiri dari Halimeda, Makro alga, Turf alga, Alga asemble dan Coralin alga. Kompetisi yang terjadi dengan alga merupakan kompetisi ruang, sehingga alga dalam jumlah yang besar menjadi salah satu penghambat pertumbuhan karang.

Kawasan Gosong Sawo kedalaman 10 meter masuk dalam kategori sesuai bersyarat bila dilihat berdasarkan nilai tutupan komunitas karang yang ada. Rendahnya nilai tutupan komunitas karang di kawasan Gosong Sawo (35.24%) karena di kawasan ini adanya aktifitas transfortasi jalur pelayaran Dermaga Canti- Pulau Sebesi (pp). Diduga komunitas karang yang rusak disebabkan labuh jangkar kapal di kawasan komunitas karang.

Hasil dari pengamatan dilapangan dan wawancara dengan nelayan, nilai persentase tutupan komunitas karang yang rendah di kawasan Segenom baik pada kedalaman 3 meter dan 10 meter selain dulunya merupakan tempat pengeboman ikan karang dan menangkap ikan dengan obat bius diduga di kawasan Segenom masih banyak penduduk membuang limbah anorganik dan organik ke pantai. Dikarenakan Pulau Sebesi tidak ada tempat pembuangan/penampung limbah terutama limbah rumah tangga. Pada kedalaman 3 meter di kawasan Segenom banyak ditemukan karang mati (64.80%).

Limbah anorganik berbahaya bagi komunitas karang karna tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses dekomposisi. Sampah anorganik dan organik dapat mengganggu pertumbuhan komunitas karang. Limbah anorganik terlihat lebih banyak pada saat musim timur karena limbah kiriman dari Teluk Lampung. Menurut Park et al. (2005) menyatakan bahwa limbah rumah tangga adalah buangan dari residen/rumah tangga, institusi dan fasilitas komersial yang bervariasi kuantitas dan komposisinya dari waktu ke waktu. Limbah cair terdiri dari detergen, minyak, pestisida, shampo, tinja dan air seni. Limbah padat terdiri dari organik (sisa makanan, kulit buah dan sayur) dan anorganik (plastik danstreofoam).

Limbah rumah tangga masuk langsung ke perairan laut secara langsung darioutfallpinggiran pantai atau aliran air hujan. Akumulasi limbah rumah tangga yang berlebihan dapat menyebabkan kehancuran sumberdaya alam dan lingkungan termasuk komunitas karang (Jinet al.2008).

Lebih lanjut menurut (Hall 1999 in Adrianto 2004b) menyatakan bahwa permasalahan lingkungan merupakan salah satu problem dalam pengelolaan

pulau-pulau kecil. Permasalahan lingkungan pulau-pulau kecil dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu 1) Permasalahan lingkungan secara umum (common environmental problems) contohnya seperti limbah lokal, persoalan perikanan, kehutanan, penggunaan lahan dan persoalan hak ulayat pulau, dan 2). Persoalan lingkungan lokal (local environmental problems) antara lain yaitu kekurangan air tawar, hilangnya tanah baik secara fisik maupun kualitas, limbah padat dan bahan kimia beracun serta problem spesies langka.

Tutupan karang keras di semua lokasi penelitian berkisar 4.86%-70.20% dengan persentase terendah di kawasan Regan Lada kedalaman 10 meter sebesar 4.86% sedangkan yang tertinggi di kawasan Regan Lada pada kedalaman 3 meter dengan nilai 70.20%. Karang keras terbagi kedalam dua kategori karangAcropora dan Non-Acropora. Nilai persentase tutupan benthik yang terdiri karang keras, biota lain, karang mati, algae dan abiotik pada kawasan penelitian dapat dilihat pada Gambar 15.

Berdasarkan Gambar 15 menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian di kawasan Regan Lada memiliki nilai persentase tutupan karang keras 70.20% pada kedalaman 3 meter untuk nilai kesehatan karang tergolong dalam kriteria sangat baik (75%-100%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988). Hal ini dikarenakan lokasi kawasan ini jauh dari pemukiman penduduk dan tidak begitu jauh dari Dermaga Desa Tejang. Sehingga secara tidak langsung terjadi perlindungan dari kerusakan terumbu karang.

Nilai persentase tutupan karang mati tertinggi di kawasan Segenom kedalaman 3 meter sebesar 64.80% dan kawasan Gosong Sawo kedalaman 10 meter sebesar 64.76% sedangkan kawasan yang tidak ditemukan tutupan karang mati yaitu kawasan Segenom, Pulau Umang-Umang, Sianas dan Sianas Ujung masing-masing pada kedalaman 10 meter (lihat Gambar 15 dan Lampiran I

Gambar 15 Nilai persentase tutupan benthik yang terdiri karang keras, biota lain, karang mati, algae dan abiotik pada kawasan penelitian.

Tingginya persentase tutupan karang mati di kawasan Segenom pada kedalaman 3 meter diduga dekat dengan pemukiman penduduk. Banyak dijumpai karang yang patah (rubble) dan terumbu karang yang sudah mati dengan persentase 64.80%, kecepatan arus di kawasan Segenom relatif lebih kuat di banding dengan lokasi `penelitian yang lain berkisar 2.07 cm/detik dan kecerahan perairan sampai 100% sedangkan kawasan Gosong Sawo pada kedalaman 10 meter diduga disebabkan adanya aktivitas jalur pelayaran angkutan kapal motor keluar masuk Pulau Sebesi. Tutupan Alga tertinggi di kawasan Sainas pada kedalaman 10 meter. Biota lainnya ditemukan disemua kawasan lokasi penelitian.

Kawasan Segenom kedalaman 10 meter memiliki nilai abiotik tertinggi sebesar 56.18% terdiri dari rubble sebesar 33.54% dan sand sebesar 22.64% sedangkan yang tidak ada ditemukan abiotik pada kawasan Segenom kedalaman 3 meter, kawasan Gosong Sawo pada kedalaman 10 meter, kawasan Sianas kedalaman 3 meter dan kawasan Sianas Ujung pada kedalaman 3 meter (lihat Gambar 15 dan Lampiran I). Secara umum kondisi tutupan karang keras untuk kesehatan terumbu karang di Pulau Sebesi dikategorikan kondisi sedang (25%- 49.9%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988) dengan rata-rata nilai

persentase tutupan karang keras sebesar 35.11%. berikut uraian kondisi lokasi stasiun penelitian.

Stasiun Segenom

Lokasi pengamatan ini memiliki hamparan datar karang ±100.00 meter kearah laut. Substrat pantai tersusun dari pasir yang ditumbuhi oleh tumbuhan pantai. Pada kedalaman 3 meter banyak ditemukan karang mati. Pertumbuhan karang ditemukan mulai dari 1 meter sampai kedalaman 14 meter. Bentuk pertumbuhan karang didominasi oleh Coral encrusting (CE) pada kedalaman 3 meter dan pada kedalaman 10 meter didominasi oleh Acropora submassive (ACS). Hasil pengamatan dengan menggunakan metode LIT diperoleh persentase tutupan karang keras 19.32% pada kedalaman 3 meter dan pada kedalaman 10 meter 39.48%. Kondisi tutupan karang keras untuk kesehatan terumbu karang di kawasan Segenom pada kedalaman 3 meter dikategorikan kondisi rusak (0%- 24.9%) dan pada kedalaman 10 meter dikategorikan sedang dikategorikan kondisi sedang (25%-49.9%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988).

Stasiun Pulau Umang-Umang

Lokasi stasiun Pulau Umang-Umang ini memiliki hamparan datar karang ±100.50 meter kearah laut. Substrat pantai tersusun dari pasir dan batu-batuan yang ditumbuhi oleh tumbuhan pantai. Pada kedalaman 10 meter tidak ditemukan karang mati. Bentuk pertumbuhan karang didominasiCoral branching (CB) pada kedalaman 3 meter sedangkan pada kedalaman 10 meter didominasi oleh Acropora tabulate (ACT). Pada kedalaman 3 meter banyak ditemukan biota lain seperti Soft coral (SC). Hasil pengamatan dengan menggunakan metode LIT diperoleh persentase tutupan karang keras 18.16% pada kedalaman 3 meter dan pada kedalaman 10 meter 40.18%. Kondisi tutupan karang keras untuk kesehatan terumbu karang di kawasan Pulau Umang-Umang pada kedalaman 3 meter dikategorikan kondisi rusak (0%-24.9%) dan pada kedalaman 10 meter dikategorikan sedang dikategorikan kondisi sedang (25%-49.9%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988).

Stasiun Gosong Sawo

Lokasi stasiun Gosong Sawo ini memiliki hamparan datar karang ±150.00 meter kearah laut. Substrat pantai tersusun dari pasir. Pada kedalaman 10 meter ditemukan banyak karang mati. Bentuk pertumbuhan karang didominasi Coral massive (CM) pada kedalaman 3 meter sedangkan pada kedalaman 10 meter didominasi oleh Coral encrusting (CE). Hasil pengamatan dengan menggunakan metode LIT diperoleh persentase tutupan karang keras 32.78% pada kedalaman 3 meter dan pada kedalaman 10 meter 19.32%. Kondisi tutupan karang keras untuk kesehatan terumbu karang di kawasan Pulau Umang-Umang pada kedalaman 3 meter dikategorikan kondisi sedang (25%-49.9%) dan pada kedalaman 10 meter dikategorikan sedang dikategorikan kondisi rusak (0%-24.9%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988).

Stasiun Regan Lada

Lokasi stasiun Regan Lada ini memiliki hamparan datar karang ±100.00 meter kearah laut. Substrat pantai tersusun dari pasir yang ditumbuhi oleh tumbuhan pantai. Pada kedalaman 10 meter banyak ditemukan karang mati dan permukaan berarus. Pada kedalaman 3 meter kondisi permukaan tenang. Bentuk pertumbuhan karang didominasi Coral massive (CM) pada kedalaman 3 meter sedangkan pada kedalaman 10 meter didominasi olehCoralencrusting (CE). Pada kedalaman 10 meter banyak ditemukan biota lain seperti Soft coral (SC). Hasil pengamatan dengan menggunakan metode LIT diperoleh persentase tutupan karang keras 23.90% pada kedalaman 3 meter dan pada kedalaman 10 meter 0.50%. Kondisi tutupan karang keras untuk kesehatan terumbu karang di kawasan Regan Lada pada kedalaman 3 meter dan kedalaman 10 meter dikategorikan kondisi rusak (0%-24.9%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988).

Stasiun Sianas

Lokasi stasiun Sianas ini memiliki hamparan datar karang ±100.00 meter kearah laut. Substrat pantai tersusun dari pasir dan dekat dengan pemukiman penduduk. Pada kedalaman 10 meter tidak ditemukan karang mati. Bentuk pertumbuhan karang didominasi Coral foliose (CF) pada kedalaman 3 meter sedangkan pada kedalaman 10 meter didominasi olehAcroporabranching (ACB).

Pada kedalaman 3 meter dan 10 meter banyak ditemukan algae. Hasil pengamatan dengan menggunakan metode LIT diperoleh persentase tutupan karang keras 57.86% pada kedalaman 3 meter dan pada kedalaman 10 meter 40.30%. Kondisi tutupan karang keras untuk kesehatan terumbu karang di kawasan Regan Lada pada kedalaman 3 meter dikategorikan kondisi baik (25%-74.9%) dan pada kedalaman 10 meter dikategorikan sedang dikategorikan kondisi sedang (25%- 49.9%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988).

Stasiun Sianas Ujung

Lokasi stasiun Sianas ini memiliki hamparan datar karang ±100.00 meter kearah laut. Substrat pantai tersusun dari pasir yang ditumbuhi tumbuhan pantai. Pada kedalaman 3 meter ditemukan karang mati. Bentuk pertumbuhan karang didominasi Coral foliose (CF) pada kedalaman 3 meter sedangkan pada kedalaman 10 meter didominasi oleh Coral massive (CM). Pada kedalaman 3 meter dan 10 meter banyak ditemukan algae. Hasil pengamatan dengan menggunakan metode LIT diperoleh persentase tutupan karang keras 55.48% pada kedalaman 3 meter dan pada kedalaman 10 meter 30.04%. Kondisi tutupan karang keras untuk kesehatan terumbu karang di kawasan Regan Lada pada kedalaman 3 meter dikategorikan kondisi baik (50%-74.9%) dan pada kedalaman 10 meter dikategorikan sedang dikategorikan kondisi sedang (25%-49.9%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (1988).

B. Karang Keras

Berdasarkan pengamatan karang keras (hard coral) dengan kategori dalam bentuk tumbuhnya (lifeform) ditemukan jumlahlifeformsetiap kawasan penelitian bervariasi. Sedangkan kategori karang keras (hard coral) yang ada di Pulau Sebesi terdiri dariAcropora dan Non- Acropora. JenisAcropora yang ditemukan yaitu Acropora tabulate (ACT), Acropora digitata (ACD), Acropora submassive (ACS), Acropora branching (ACB) dan Acropora encrusting (ACE). Kategori Acropora ditemukan di semua lokasi penilitian. Karang keras (hard coral) kategoriAcroporayang ditemukan di Pulau Sebesi dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Contoh gambar karang keras (hard coral) kategori Acroporadi Pulau Sebesi.

Acropora tabulate (ACT) ditemukan di kawasan Segenom, Pulau Umang- Umang, Regan Lada, Gosong Sawo dan Sianas Ujung sedangkan di Sianas tidak ada (lihat Gambar 12 dan Lampiran I). Acropora tabulate (ACT) tertinggi di Regan Lada pada kedalaman 3 meter sebesar 8.78% dan terendah di Sianas Ujung Sebesar 0.98% terdapat pada kedalaman 10 meter. JenisAcroporadigitata (ACD) hanya ditemukan Segenom dan Gosong Sawo sedangkan di kawasan lain tidak ditemukan (lihat Lampiran I dan Gambar 16). Acropora submassive (ACS) dterdapat dikawasan Segenom pada kedalaman 10 meter (9.49%) dan Pulau Umang-Umang pada kedalaman 3 meter (2.04%). Jenis Acropora branching (ACB) ditemukan hampir disemua kawasan kecuali di kawasan Segenom dan Gosong Sawo. Acropora branching (ACB) ini tertinggi ditemukan kawasan Sianas (38.30%) pada kedalaman 10 meter dan terendah di kawasan Sianas Ujung sebesar 3.74% pada kedalaman 10 meter. SedangkanAcropora encrusting (ACE) ditemukan hanya di kawasan Segenom, Pulau Umang-Umang dan Sianas Ujung masing-masing pada kedalaman 10 meter. Karang keras (hard coral) kategori Acroporadi Pulau Sebesi dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Karang keras (hard coral) kategoriAcroporadi Pulau Sebesi.

Bentuk tumbuh (lifeform) terumbu karang dalam kategori Acropora yang ditemukan di Pulau Sebesi tidak berbeda dengan yang ditemukan oleh (Wiryawan et al. 2002) yaitu terdiri dari Acropora branching (ACB), Acropora digitata (ACD), Acropora submassive (ACS), Acropora encrusting (ACE), Acropora tabulate (ACT).

Karang keras (hard coral) kategori Non- Acropora yang ditemukan di Pulau Sebesi meliputiCoralbranching (CB),Coralencrusting (CE),Coralfoliose (CF), Coral massive (CM), Coral submassive (CS), Coral mushroom (CMR), Coral heliopora (CHL) dan Coral millepora (CME). Karang keras (hard coral) kategori Non-Acropora yang ditemukan di Pulau Sebesi dapat dilihat pada Gambar 18.

Hasil dari pengamatan di peroleh karang keras (hard coral) kategori Non- Acropora di Pulau Sebesi (lihat Gambar 19 dan Lampiran I) yaitu untuk Coral branching (CB) ditemukan hampir disemua kawasan penelitian kecuali di kawasan Sianas Ujung. Coral branching (CB) tertinggi ditemukan di kawasan Regal Lada pada kedalaman 3 meter sebesar 16.40% dan terendah di kawasan Segenom pada kedalaman 3 meter. Coral encrusting (CE) ditemukan hampir semua di lokasi penelitian kecuali kawasan Pulau Umang-Uman.Coralencrusting (CE) tertinggi ditemukan di kawasan Segenom dan Gososng Sawo sebesar 8.76% sedangkan terendah pada kawasan Regan Lada sebesar (0.74%) yang ditemukan pada kedalaman 3 meter.

Gambar 18 Contoh gambar karang keras (hard coral) kategori Non-Acropora di Pulau Sebesi.

KategoriCoralfoliose (CF) ditemukan hanya di kawasan Segenom. Regan Lada, Sianas dan Sianas Ujung sedangkan di Pulau Umang-Umang dan Gosong Sawo tidak ada.Coralfoliose (CF) tertinggi terdapat kawasan Sianas Ujung pada kedalaman 3 meter sebesar 47.70% dan terendah pada kawasan Regan Lada dengan kedalaman 3 meter sebesar 1.96%. Karang keras (hard coral) kategori Non-Acroporadi Pulau Sebesi dapat dilihat pada Gambar 19.

Berdasarkan Gambar 19 dan Lampiran I menunjukkan bahwa kategori Coral massive (CM) ditemukan hampir disemua kawasan kecuali di kawasan

Pulau Umang-Umang kedalaman 10 meter tidak ada. Coral massive (CM)

tertinggi pada kawasan Regan Lada pada kedalaman 3 meter sebesar 27.20% dan terendah pada kawasan Sianas pada kedalaman 10 meter sebesar 0.44%. Kategori Coral submassive (CS) hanya ditemukan di kawasan Sianas pada kedalaman 10 meter sebesar 0.36% sedangkan di kawasan yang lain tidak ada. Kategori Coral mushroom (CMR) terdapat di kawasan Pulau Umang-Umang pada kedalaman 10 meter sebesar 1.98% dan kawasan Sianas Ujung pada kedalaman 10 meter dengan persentase sebesar 5.68%.

Gambar 19 Karang keras (hard coral) kategori Non-Acroporadi Pulau Sebesi.

Kategori Coral heliopora (CHL) terdapat di kawasn Segenom, Gosong Saw, dan Sianas Ujung. Kategori Coral heliopora (CHL) tertinggi terdapat di kawasan Sianas Ujung pada kedalaman 10 meter dan persentase terendah terdapat di kawasan Gosong Sawo sebesar 0.74% pada kedalaman 3 meter. KategoriCoral millepora (CME) ditemukan hanya di kawasan Pulau Umang-Umang pada kedalaman 3 meter (1.18%) dan kawasan Sianas pada kedalaman 3 meter (0.68%).

Jumlah dan jenis lifeforms terumbu karang (lihat Lampiran 2) menunjukkan bahwa jumlah dan jenislifeformsdi Pulau Sebesi berkisar antara 5- 8lifeforms. Jumlah dan jenislifeforms tertinggi di kawasan Sianas Ujung sebesar 8lifeformspada kedalaman 10 meter yang terdiri dariAcroporabranching (ACB), Acropora encrusting (ACE), Acropora tabulate (ACT), Coral massive (CM), Coral mushroom (CMR), Coral heliopora (CHL), Soft Coral (SC) dan OT. Sedangkan terendah ditemukan di kawasan Pulau Umang-Umang pada kedalaman 10 meter sebesar 5 lifeform (Acropora branching (ACB), Acropora encrusting (ACE), Acropora tabulate (ACT), Coral mushroom (CMR) dan Soft Coral (SC). Kawasan Regan Lada pada kedalaman 10 meter sebesar 5 lifeforms (Acropora branching (ACB), Coral branching (CB), Coral encrusting (CE), Coral massive (CM) dan Soft Coral (SC). Kawasan Sianas pada kedalaman 3 meter sebsar 5

lifeforms(Acroporabranching (ACB),Coralencrusting (CE), Coralfoliose (CF), Coral massive (CM) dan Coral millepora (CME) serta kawasan Sianas Ujung sebesar 5 lifeforms (Acropora branching (ACB), Coral encrusting (CE), Coral foliose (CF),Coralmassive (CM) danSoft Coral(SC).

Dokumen terkait