• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Terumbu Karang

Komunitas karang adalah kumpulan karang yang membentuk terumbu dan pertumbuhannya diawali dengan pertambahan struktural sebelum terjadi seleksi alam secara terus menerus (NOAA 2001).

Terumbu karang (coral reef) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin 1993).

Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain sebagai gudang keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi

hewan laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi dan fisik secara global yang mempunyai tidak produktivitas yang sangat tinggi. Terumbu karang merupakan sumber bahan makanan langsung maupun tidak langsung dan sumber obat-obatan. Terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan sumber utama bahan- bahan kontruksi. Terumbu karang juga berfungsi sebagai daerah rekreasi baik rekreasi pantai maupun rekreasi bawah laut lainya (Suharsono 2008).

Terdapat tiga jenis tipe struktur terumbu karang di Indonesia yaitu karang tepi (fringing reef), karang penghalang (barrier reef) dan karang cincin (atoll). Terumbu karang khususnya terumbu karang tepi tumbuh subur di daerah dengan ombak yang cukup dan kedalaman tidak lebih dari 40 m sehingga berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain itu terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground) serta tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang (Bengen 2001).

Terumbu karang merupakan struktur berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang termasuk dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria, yang sangat sederhana berbentuk tabung, memiliki mulut yang di kelilingi oleh tentakel. Karang mencakup dari Ordo scleractinia dan Sub Kelas Octocorallia(kelasAnthozoa) maupun kelasHydrozoa(Veron 2000).

Karang lunak (soft coral) lebih dikenal denganAlcyonaria salah satu jenis Coelenteratayang mempunyai peranan penting dalam pembentukan fisik terumbu karang dengan tubuh yang lunak, tertanam dalam masa gelatin dan kokoh. Tubuh Alcyonaria lembek tapi disokong oleh sejumlah besar duri-duri yang kokoh, berukuran kecil dan tersusun sedemikian rupa sehingga lentur dan tidak mudah putus. Duri-duri yang kokoh tersebut mengandung kalsium karbonat yang dikenal denganspikula(Manuputy 1986).

Terumbu karang berdasarkan pertumbuhannya (lifeform) Wood (1977) dan Englishet al(1994) mengelompokan karang batu menjadi beberapa tipe yaitu: 1). Bercabang (branching) merupakan tipe karang yang memiliki ukuran cabang

lebih panjang dibandingkan dengan ketebalan atau diameter yang dimiliki. Karang bercabang banyak terdapat disepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama pada bagian yang terlindung atau tengah terbuka. Tipe karang ini dijadikan sebagai tempat berlindung ikan-ikang karang, 2). Padat (massive) merupakan tipe yang berbentuk seperti bola dengan ukuran bervariasi mulai dari sebesar sebesar telur sampai sebesar ukuran rumah. Karang ini biasanya ditemukan disepanjang karang tepi terumbu dan bagian atas lereng terumbu yang lebih dewasa serta belum terganggu atau rusak. Tipe karang ini dijadikan sebagai perlindungan dan sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan karang dan hewan lainnya, 3). Kerak (encrusting) merupakan tipe karang yang tumbuh menutupi permukaan terumbu dan sering ditemukan merambat diatas permukaan biota karangmassive yang sudah mati. Pertumbuhan karang ini menyerupai kerak dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil. Tipe ini banyak terdapat di daerah terbuka dan berbatu terutama disepanjang tepi lereng terumbu. Karang tipe ini juga bersifat melindungi ikan-ikan karang dan hewan- hewan kecil, 4). Meta (tabulate) merupakan tipe karang yang menyerupai meja dengan permukaan yang lebar dan datar. Karang meja ini ditopang oleh sebuah batang yang terpusat dan bertumpu pada satu sisi membentuk sudut, 5). Daun (foliose) merupakan tipe karang yang tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu dengan ukuran besar dan kecil serta membentuk lipatan yang melingkar. Tipe karang ini biasanya ditemukan pada daerah lereng terumbu dan pada daerah yang terlindungi sehingga menjadi tempat berlindung bagi ikan-ikan karang dan biota lainnya, 6). Jamur (mushroom) merupakan tipe karang yang berbentuk oval, pipih dan liat dengan sekat-sekat yang beralur serentak dari sisinya dan bertemu pada bagian tengahnya. Tipe karang ini menyerupai jamur.

Ekosistem terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang unik dan spesifik karena pada umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitive terhadap perubahan lingkungan perairan terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami. Cahaya sangat diperlukan olehzooxanthellayang fotosintetik (Veron 1995).

Tiga tipe zona terumbu karang menurut Ladd (1997) yaitu: 1). Karang tepi (fringing reef), atau terumbu karang pantai, merupakan terumbu karang yang letaknya dekat dengan pantai, umumnya pada daerah pasang surut hingga kedalaman kurang dari 40 m. Karang tepi berkembang di perairan pesisir di semua taut yang mendapatkan cukup cahaya matahari dimana suhu dan kadar oksigennya sesuai dan dasar yang cukup kuat. Lokasi ideal tipe ini di daerah tropis adalah di pesisir berbatu dari suatu pulau yang terbentuk dari gunung berapi dan pesisir dari pulau yang tersusun dari batu-batu keras, 2). Terumbu penghalang (barrier reef), merupakan bagian dari terumbu karang yang terletak agak jauh dari pantai, dalam jarak dari beberapa puluh meter hingga kilometer, dipisahkan oleh laguna yang memiliki kedalaman hingga 75 m dan lebar mencapai puluhan kilometer. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan karang yang sangat cepat tapi juga sangat cepat rusak. Selain berfungsi sebagai penjaga ekosistem lingkungan pesisir, barrier reef juga berfungsi penting sebagai penahan ombak. Terumbu karang penghalang banyak ditemukan di bagian timur Indonesia, di sekitar pulau-pulau kecil, dimana terdapat pulau gunung api, karena dari sisi geografis dan geologi, jenis terumbu karang tersebut merupakan bagian dari rangkaian pulau gunung api yang melingkari cekung Samudra Pasifik, 3). Atoll, atau terumbu karang cincin, dengan penampang berbentuk lingkaran yang melingkari laguna dengan kedalarnan bervariasi antara dari beberapa meter hingga puluhan meter. Beberapa atoll malah ada yang terendam atau ditutupi oleh sedimen. Material atau substrat yang membentuk atoll dan laguna yang ada didalamnya, terdiri dari pasir bioklastik (hancuran karang dan biota laut lainnya) hingga pecahan karang dalam ukuran besar. Pergantian air yang terdapat di dalam laguna dan di luamya terjadi oleh celah-celah sempit yang terdapat diantara pulau-pulau tersebut. Perairan Nusantara, tipe terumbu karang cincin dapat ditemukan di bagian timur Indonesia, yaitu di Kepulauan Taka Bone Rate (atol terbesar di Indonesia atau yang ketiga di dunia), di Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku.

Sebagaimana organisme yang termasuk kelompok yang bersifat sessil di dasar perairan, terumbu karang rentan dengan terjadinya perubahan lingkungan karena tidak memiliki kemampuan utuk menghindar dari perubahan kondisi

lingkungan sebagaimana kelompok hewan yang bisa bergerak bebas. Beberapa factor pembatas utama dalam menentukan kehadiran dan kelangsungan hidup pada suatu perairan meliputi faktor kedalaman, fluktuasi temperature, salinitas, cahaya, arus, substrat yang cocok dan kecerahan perairan (Thamrin 2006).

Terumbu karang memberikan berbagai manfaat langsung maupun tidak langsung. Cesar (2000) menyebutkan bahwa ekosistem terumbu karang banyak menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan karang, mollusca, crustacean bagi kehidupan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir. Sementara Supriharyono (2000) menyatakan bahwa tingginya produktivitas primer di perairan terumbu karang memungkinkan ekosistem ini dijadikan tempat pemijahan, pengasuhan dan pencarian makan bagi banyak biota laut.

Ekosistem terumbu karang kaya akan keragaman spesies penghuninya. Salah satu penyebab tingginya keragaman spesies adalah karena variasi habitat yang terdapat di terumbu dan ikan merupakan organisme yang jumlahnya terbanyak yang dapat ditemui (Dahuriet al. 1996).

Menurut Veron (1995) menyatakan bahwa terumbu karang merupakan endapan massif (deposit) padat kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) dan organisme - organisme lain yang mensekresikan kalsium karbonat (CaCo3). Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleractina ) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu (reef - building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi dan fisiologi

Moberg dan Folke (1999) in Cesar (2000) menyebutkan bahwa fungsi ekosistem terumbu karang yang mengacu kepad habitat, biologis atau proses ekosistem sebagai penyumbangbarang maupun jasa. Fungsi terumbu karang untuk jasa dibedakan yaitu: 1). Sebagai pelindung pantai (jasa struktur fisik), 2). Sebagai habitat dan support rantai makanan (jasa biologi), 3). Sebagai fiksasi nitrogen (jasa biokimia), 4). Sebagai pencatat iklim (jasa informasi) dan sebagai keindahan (jasa sosial dan budaya). Sementara Supriharyono (2000) menyatakan beberapa

aktivitas yang berkaitan dengan pemanfaatan terumbu karang yaitu perikanan terumbu karang, aktivitas pariwisata bahari, aktivitas pembangunan darat dan aktivitas pembangunan di laut.

Terumbu karang merupakan potensi utama dalam pengembangan wisata bahari. Nilai estitika keindahan laut banyak ditentukan oleh kehadiran dan keindahan terumbu karang termasuk didalamnya keragaman jenis, tutupan karang dan keanekaragaman biota yang hidup di dalamnya (Apriliani 2009).

Terumbu karang dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari penyelam dan kegiatan wisata baharinya. Bahkan dewasa ini berbagai jenis biota yang hidup pada ekosistem terumbu karang ternyata banyak mengandung senyawa senyawa bioaktif sebagai bahan obat-obatan, makanan dan kosmetika. Selain itu terumbu karang juga menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi perhatian bagi para ahli, mahasiswa, perusahaan farmasi sebagai objek penelitian (Dahuri 2003).

Terumbu karang mempunyai nilai arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budidaya karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal. Pada umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional dan terbatas di daerah relative dangkal yang umumnya berupa terumbu karang (Suharsono 2008).

Bengen (2001) menyatakan bahwa terumbu karang khususnya terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut Selain itu, terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makanan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya. Terumbu karang dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai berikut: 1). Sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi, dan berbagai jenis ikan hias, 2). Bahan konstruksi bangunan dan pembuatan kapur, 3). Bahan perhiasan dan 4). Bahan baku farmasi.

Supriharyono (2007) menyatakan bahwa mengingat binatang karang (hermatypic atau reff building corals) hidupnya bersimbiosis dengan ganggang (zooxanthellae) yang melakukan proses fotesintesa, maka pengaruh cahaya

(illumination) adalah penting sekali. Terkait dengan pengaruh cahaya tersebut terhadap karang maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Menurut Kinsman (1964) secara umum karang tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 m. akan tetapi menurut Supriharyono (2007) tidak sedikit spesies karang yang tidak mampu bertahan pada kedalaman hanya satu meter disebabkan oleh kekeruhan air dan tingkat sedimen tinggi.

Suharsono (2009) menyatakan bahwa peran dan fungsi ekologis terumbu karang sangat besar yaitu sebagai tempat bertelur, memijah, pengasuhan dan tempat mencari makan bagi hewan laut lainnya. Peran terumbu karang secara fisik adalah sebagai tempat tinggal yang kokoh bagi biota laut dan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan erosi pantai. Keindahan terumbu karang tidak diragukan lagi sebagai daya tarik wisata. Bentuk koloni karang yang sangat bervariasi dan indah juga mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sebagai hiasan untuk akuarium. Bongkah-bongkah batu karang sering dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan pondasi jalan. Nilai ekonomis terumbu karang sangat tergantung dari lokasinya, namun secara umum nilai terumbu karang di Indonesia berkisar antara US$ 1.542-6.076 ha/th (UNEP 2007 in Suharsono 2009). Coba bandingkan nilai terumbu karang di Great Barrier reef, Australia, yaitu US $ 100.000-600.000 per km2/th. Divisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata terumbu karang US$ 6.1 milyar/th (Access economic 2007inSuharsono 2009).

Dokumen terkait